Sudut pandang Marcel:Aku berpisah dari Adrian setelah tuduhannya yang mengerikan itu.Alisa memang tidak menyukai Val, tetapi Alisa tidak akan pernah melakukan kejahatan. Aku tidak percaya malaikat tanpa dosa yang kutemui itu tiba-tiba bisa mencelakai seseorang dengan keji.Sekarang, 24 jam telah berlalu, dan polisi belum menemukan apa pun. Yang bisa mereka lakukan hanyalah memastikan bahwa kedua wanita itu meninggalkan rumah dengan sukarela dan menghilang dari titik buta kamera keamanan. Berapa banyak yang dibutuhkan untuk memenuhi kota dengan kamera sialan itu?Aku tidak butuh Adrian dan teman-teman polisinya! Aku juga punya teman! Aku mengajukan permintaan resmi orang hilang melalui seorang teman, dengan mengklaim bahwa aku punya alasan kuat bahwa istriku diculik dan diangkut keluar kota. BIF, Biro Investigasi Federal, dengan senang hati turun tangan.Berhubung salah satu wanita yang hilang adalah istriku, dan keduanya adalah kenalan dekatku, aku diinterogasi secara menyeluruh sebe
Sudut Pandang Marcel:Maksudku, aku tidak yakin apakah aku belum pernah melihat orang itu seumur hidupku. Mungkin ada sedikit perasaan tidak asing yang kurasakan saat melihat fotonya. Hatiku pun mencelus.Lebih sulit lagi jika pelakunya adalah orang asing, bukan si pemilik mobil."Sial!" Aku mengusap kepalaku, melempar foto-foto itu ke sofa dengan keras. Suara hantamannya tidak meredakan rasa gugupku."Nggak apa-apa." Jimmy hendak pergi, tetapi dia berhenti dan menepuk bahuku. "Kami bukan melacak pemiliknya, tetapi mobilnya. Jangan terlalu menyalahkan diri.""Jadi, apa kesepakatanmu dengan Adrian?" tanyaku kepada Jimmy, tahu dia mencoba menghiburku. Dia juga mengenal Adrian. Sebenarnya, aku mengenal Jimmy melalui Adrian. Jimmy dua tingkat lebih senior di perguruan tinggi."Kita beri tahu dia kalau penculik itu meneleponmu." Jimmy mengangkat bahu.Jimmy tidak yakin penculik itu akan melakukannya. Lagi pula, sudah lebih dari sehari. Jika menginginkan tebusan, penculik itu pasti akan sege
Sudut pandang Valerie:Pria itu meninggalkan ruangan, meninggalkan kami terikat di kursi seharian penuh.Aku tahu karena meskipun jendela terbuka ke bagian dalam bangunan terbengkalai, perubahan cahaya masih menunjukkan waktu. Namun, mengetahui hal itu sama sekali tidak berguna. Orang asing yang berbahaya itu bukan lagi ancaman terbesar kami.Kelaparan adalah ancaman terbesar.Kami sudah lama tidak makan, atau bahkan minum."Ke mana dia pergi? Apa dia akan meninggalkan kita seperti ini selamanya?" Beberapa jam yang lalu, Alisa mampu mengeluh dengan keras seperti ini, tetapi sekarang dia hampir tidak bisa bicara.Namun, dia ada benarnya. Jika pria itu meninggalkan kami begitu saja di sembarang bangunan terbengkalai, berarti kecil kemungkinan bagi siapa pun untuk menemukan kami sementara dia bisa pergi dan mendapatkan semua alibi yang dia butuhkan. Menghukumnya juga tidak penting karena kami akan mati jauh sebelum itu terjadi.Perutku berbunyi.Nafsu makanku bertambah besar sejak hamil.
Sudut pandang Valerie:"Aku turut berduka cita, tapi ini pertama kalinya aku dengar tentang ini." Aku berbicara kepada pria itu. Sekilas melihat kisah sedihnya membuatku merasa lebih mudah untuk berbicara dengan nada simpati. "Boleh aku tahu namanya?"Pria itu menatapku dengan tajam, tetapi dia menggumam, "Sabrina. Sabrina Kusuma.""Nama yang manis." Aku mencoba tersenyum kepadanya. Aku benar-benar merasa seperti kenal nama itu. Otakku menyimpan sekilas nama itu karena itu sangat istimewa. Namun, aku tidak bisa mengingat apa yang terjadi pada gadis itu. Aku tidak ingat hal itu berkaitan dengan Marcel.Jika kematiannya ada hubungannya dengan Marcel, aku pasti akan tahu. Aku menyimpan semua hal tentang Marcel seperti tetesan harta karun."Tunggu, aku kenal dia!" Alisa tiba-tiba terkesiap kaget. "Dia melompat dari gedung demi Justin Raharja! Dia adalah penggemar obsesif yang menguntit …."Apakah otaknya yang kekurangan energi mengalami malfungsi? Semua kata yang keluar dari Alisa adalah h
Sudut pandang Marcel:Namanya terdengar asing, tetapi nama putrinya tidak.Saat aku menyadari penculik itu yang menelepon, aku mengaktifkan pelantang dan menuliskan namanya untuk Jimmy. Mereka mendapatkan data seluruh hidupnya dengan kecepatan kilat.Namun, aku tidak membutuhkannya lagi.Justin Raharja adalah aktor berbakat, tetapi karena dia bukan siapa-siapa, dia tidak pernah mendapatkan peran yang sesuai dengan bakatnya sebelum aku mengontraknya empat tahun lalu. Justin kesulitan mendapatkan biaya kuliah, jadi dia bermaksud berhenti dari SMA untuk menjadi model. Setelah mendengar itu, aku menawarinya sebuah film dengan syarat dia harus kuliah. Dia kuliah, dengan nilai yang sangat bagus.Gadis itu, Sabrina Kusuma, adalah teman sekelas Justin di SMA. Aku tidak ingin menjelek-jelekkan orang yang sudah meninggal, jadi mari kita bahas fakta bahwa Justin memiliki kekasih di SMA yang dinikahinya tahun lalu, dan Sabrina tidak suka hal itu.Sabrina melompat dari gedung pada hari pernikahan
Sudut pandang Marcel:Jimmy memberi isyarat "oke" kepadaku pada saat yang sama. Mereka melacak lokasi Liam Kusuma dan ucapannya memang benar. Jimmy mengangkat sehelai kertas ke arahku.[ Ulur waktu, menyiapkan penembak jitu. ]"Aku akan ke sana secepatnya," kataku ke telepon, mencoba memikirkan sesuatu untuk mengulur waktu tanpa disadari Liam. "Apa kamu ingin aku mengajak Justin Raharja bersamaku? Kamu pikir dia pembunuhnya, 'kan?"Liam berhenti sejenak, jelas terkejut dengan saranku."Itu benar ... ya, bawa bajingan itu," gerutunya. "Istrinya juga!""Oke, aku akan menjemput mereka di jalan." Aku meyakinkannya sambil berjalan keluar dan terus berbicara. "Tapi, aku nggak tahu ini ada hubungannya dengan istrinya.""Wanita jalang itu melakukan segala cara untuk mengotori putriku!""Tapi ….""Berhentilah mengulur waktu dan diamlah! Atau kubunuh seorang untuk menghabiskan waktu!"Liam menutup telepon. Aku melirik Jimmy, dan dia mengangguk. "Kamu melakukannya dengan baik. Aku akan ikut. Ceri
Sudut pandang Marcel:Jimmy mengambil senjata. Setelah mendengar kata-kata Justin, dia saling bertukar pandang denganku melalui kaca spion dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Itu adalah tatapan yang campur aduk antara kebingungan, kejutan, dan kecaman.Kecaman karena cerita yang kuceritakan kepadanya jelas sangat bias. Aku hanya memberitahunya apa yang kudengar dari Justin, dan karena aku memercayai Justin, aku menganggap itu adalah kebenaran. Aku lupa bahwa manusia bisa membuat kesalahan meskipun mereka berniat baik. Kurasa Justin tidak berbohong kepadaku, tetapi kurasa dia tidak menceritakan keseluruhan ceritanya karena ....Dia tidak tahu seluruh kebenarannya.Justin menatap lurus ke mataku dan aku melihat seorang anak hilang yang menangis meminta pertolongan dengan keputusasaan yang tercermin dalam air mata yang menggenang di sana."Justin, ceritakan apa yang terjadi." Dengan nada tegas tetapi lembut, aku memegang bagian belakang lehernya dan memijatnya, seperti kepada adik laki-
Sudut pandang Marcel:Kami tidak langsung muncul di depan Liam Kusuma.Jika tujuan Liam adalah untuk menyakitiku, tidak ada yang tahu apa yang akan dia lakukan saat melihatku. Jika dia mendorong salah satu gadis itu begitu aku muncul, semuanya akan berakhir.Kami berhenti jauh dari gedung dan mendekatinya dengan berjalan kaki. Aku ingin meninggalkan Justin di mobil, tetapi dia bersikeras ikut bersama kami, takut kalau ketidakhadirannya akan membuat Liam Kusuma marah.Justin anak yang baik, dalam urusan yang serius. Dia hanya kehilangan arah, buta terhadap perasaannya sendiri.Aku masih berpikir kematian Sabrina Kusuma membayangi pernikahan Justin yang seharusnya sempurna, tetapi mungkin itu hanya perasaan pribadiku. Aku hanya melihat banyak kemiripan dengan kisahku dan Alisa dalam diri Justin.Justin dan Annie saling menginginkan, dan mereka memiliki masa lalu istimewa yang tidak tergantikan. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa aku menyerah kepada Sabrina-ku, sedangkan Justin menikahi
"Nona Salim, senang bertemu denganmu." Okto membungkuk pada Val dengan sikap sopan, tetapi Val bersumpah dia melihat sekilas senyuman mengejek yang coba ditahannya saat dia menundukkan kepala.Apa-apaan ini? Okto adalah "pangeran misterius" yang akan diumumkan Keluarga Wibowo hari ini? Dia adalah putra dari Erawan Wibowo? Okto tahu kalau Val sedang menghindari ayahnya dan dia membantunya? Apakah Okto tahu tentang Nico? Apa arti semua ini?Begitu banyak kejutan meledak di kepala Val."Sudah lama nggak ketemu, Okto!" Alisa menyambutnya dengan senyum cerah, matanya berbinar penuh suka cita."Kami baru saja ketemu kemarin di gedung Tanzil." Okto membalas senyuman itu dengan antusiasme yang setara, kalau tidak lebih. "Mungkin kamu lupa karena waktu itu kamu cuma melirikku sekilas dan nggak berhenti buat ngobrol pas aku nyapa kamu. Nggak ngenalin aku, ya?"Alisa terkenal karena tidak pernah melempar senyum pada siapa pun, kecuali targetnya. Dia bersikap seperti malaikat di hadapan orang-oran
Val mulai serius mempertimbangkannya sekarang.Dia tidak bisa menuntut mereka kalau mereka cuma menyaksikan kecelakaan mobil, seburuk apa pun itu, menyaksikan seorang ibu mati saat mencoba menyelamatkan bayinya. Mereka bisa dan Val yakin mereka pasti akan, mengklaim bahwa Erin memohon agar mereka menyelamatkan bayinya.Faktanya, itulah versi pertama dari "kebenaran" yang diceritakan oleh Joshua ketika Val mencoba mencari keluarganya sendiri.Namun, kalau mereka terlibat langsung dalam kecelakaan itu? Mungkin Val bisa menuntut mereka! Dengan catatan kalau Val bisa membuktikannya, sebelum masa kedaluwarsa penuntutan berakhir.Berapa lama batas waktu untuk kasus tabrak lari? Val tidak yakin."Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi waktu itu," tuntut Val, tetapi dia tidak bergerak meski tatapan Nyonya Wibowo mulai curiga, matanya tajam menelisik bisik-bisik mereka."Jangan maksa!" Aveline memperingatkan.Nyonya Wibowo menatap Val dengan mata penuh kecurigaan, begitu juga dengan semua o
Nenek mengatakan itu?Aveline jelas tidak mengetahuinya, berbeda dengan Alisa. Namun, Alisa juga tidak menyangka Marcel akan menyebutkannya di sini. Val sebenarnya merasakan keterkejutan yang sama ....Apakah Marcel sadar bahwa dia sedang menginjak lapisan tipis dari kebohongan Alisa?Namun, tak ada yang lebih terkejut daripada Nyonya Wibowo ...."Tunggu, bukankah kamu sudah mendapatkan pernikahan yang dijanjikan itu lima tahun lalu? Aku datang ke pernikahanmu!"Lima tahun yang lalu, tepat setelah dokumen perceraian resminya dengan Val selesai, Marcel menikahi Alisa dengan perayaan yang megah. Seluruh kota merayakan hari bahagia mereka, melupakan mantan Nyonya Tanzil yang dibiarkan membusuk dalam penjara.Val mengatupkan bibirnya, berusaha keras menahan senyum.Jadi, bukan hanya Alisa yang mengaku sebagai wanita Marcel di depannya, tetapi juga di depan semua orang? Seorang ibu yang penuh kasih, membawa putri kesayangannya untuk mengunjungi orang berpengaruh yang ingin mereka dekati set
Nyonya Wibowo berbalik, mendorong lengan Aveline seperti seekor bulldog di atas ring. Diam-diam, Marcel melangkah maju dengan senyuman cerah, menghalangi Val darinya."Dia menolak datang hari ini hanya karena aku mengundangmu! Aku nggak menyangka dia benar-benar nggak datang, tapi ternyata benaran!" Nyonya Wibowo langsung melupakan Val. "Masalah sebesar apa yang membuatnya bahkan nggak mau bicara dengan cucunya sendiri yang begitu baik selama bertahun-tahun?"Marcel bahkan terhenti sejenak ....Bukankah Gloria melakukan hal yang sama kepada putrinya? Dia bahkan tidak datang ke pemakaman Erin. Sebenarnya, tidak ada satu pun anggota keluarga yang datang, atas perintahnya, tampaknya.Kata-kata itu juga menghentikan amarah Val sesaat ....Bertahun-tahun? Dia mengira Nenek mengusir Marcel hanya sebagai bentuk sikap, sebagian untuk memberinya kesempatan menantang dirinya sendiri tanpa nama Tanzil yang membuka jalannya. Namun, dia tidak menyangka Nenek benar-benar tidak berbicara dengannya se
Acara ini sebenarnya tidak ada hubungannya dengan Aveline. Yah, kecuali fakta bahwa dia yang menyelenggarakannya sebagai cara untuk menjilat Nyonya Wibowo.Nyonya Wibowo ada di sini untuk mengumumkan kembalinya si bajingan, putra dari Erawan Wibowo yang hilang, ke publik. Acara ini bukan untuk Aveline dan sudah pasti bukan untuk Val. Aveline sudah bersusah payah menjaga Val tetap jauh dari Keluarga Wibowo dan dia tidak akan gagal sekarang.Satu-satunya celah, hal yang terus-menerus dipikirkannya sejak melihat Val adalah ....Bagaimana Val bisa mendapatkan undangan?Untuk mencegah mimpi buruk terbesarnya menjadi kenyataan, Aveline bahkan tidak mengundang Keluarga Demian. Putri mereka adalah salah satu sahabat Val. Ditambah lagi, ada Adrian, yang tiba-tiba saja membela Val tanpa alasan.Mereka telah membuat hidup Keluarga Salim sulit di dunia bisnis. Mereka akan berperan besar dalam kejatuhan Rumah Z, yang keuntungannya bisa lebih dari dua kali lipat bisnis Keluarga Salim dalam beberapa
Setiap Natal, Aveline akan membawa Alisa dalam kunjungan "keluarga", di mana Joshua tidak ikut serta. Alasannya selalu berkaitan dengan bagaimana keluarganya tidak menyetujui pernikahannya dengan Joshua, yang dianggap berada di bawah standar mereka. Sementara itu, Val akan ditinggalkan bersama Joshua, dengan alasan untuk menjaga keseimbangan antara orang tua dan anak-anak.Jika itu benar-benar alasan utamanya, maka Aveline seharusnya tidak membawa Gerry bersamanya juga.Val dulu berpikir bahwa itu karena Alisa tidak menyukainya. Namun, sekarang dia tahu alasan sebenarnya di balik semua itu ....Dari bagaimana Aveline dan Alisa berusaha menjilat Nyonya Wibowo, sudah jelas bahwa mereka tidak ingin Val memiliki kesempatan untuk bertemu dengan seseorang yang berkuasa seperti ini. Terlebih lagi, sebagai putri Aveline sendiri.Bagaimana jika Nyonya Wibowo mulai menyukai Val? Kemudian, akan ada seseorang di "keluarga" ini yang benar-benar memperlakukannya dengan baik. Itu adalah hal yang haru
Itulah frasa yang tidak pernah bisa dipahami Val, rasa ingin tahu yang kelam.Sambil melihat sekeliling, Val perlahan menggeleng, matanya dipenuhi rasa jijik saat melihat penghinaan di mata para penonton yang ingin tahu. Apa yang mereka tunggu? Agar dia menangis karena dipermalukan oleh seorang wanita tua yang bahkan tidak mengenalnya?Agar dia merasa malu karena seseorang yang menyebutnya "saudari" justru secara terbuka menunjukkan cara untuk mempermalukannya, sambil berpura-pura bersikap baik dengan akting canggungnya?Dia bukan orang yang seharusnya merasa malu di sini."Terima kasih atas undangannya, Nyonya Wibowo," Val menunduk ringan, nadanya tenang dan sopan.Nyonya Wibowo akhirnya menatap Val, seolah melihatnya untuk pertama kali. Dia mengamati Val selama beberapa detik yang terasa lama dan kerutan di wajahnya semakin dalam. Pada titik ini, Val cukup terkejut. Apa yang bisa Alisa katakan sampai membuat Nyonya Wibowo langsung membencinya terlebih hanya dengan melihatnya?"Hmph."
Val sempat kehilangan fokus sejenak.Apa yang barusan Marcel katakan?Selama ini, Val mengira Joshua ada hubungannya dengan kematian ibunya. Setidaknya, dia menyaksikannya dan tidak menolong, hanya melihat Erin meregang nyawa lalu membawa Val pulang. Val sudah menyelidiki kecelakaan mobil itu dengan memanfaatkan sumber daya Nico dalam waktu yang cukup lama. Belum lagi, sumber daya itu sangat besar.Hasilnya? Tidak ada.Val tidak menemukan satu pun bukti yang menunjukkan keberadaan Joshua di dekat lokasi kecelakaan dan dia berpikir mungkin semua jejaknya telah dihapus. Lagi pula, Joshua pasti telah berusaha menutupi jejaknya juga.Namun, jika yang dikatakan Marcel benar ...."Gimana kamu bisa tahu? Kamu punya bukti? Sudah berapa lama kamu mengetahuinya dan menyembunyikannya dariku hanya untuk ...?" Val meledak dengan rentetan pertanyaan seperti senapan mesin.Ting, ting, ting!Suara dentingan gelas yang tajam memecah keheningan, membuat Val langsung berhenti. Bahkan sebelum dia bisa men
"Aku baru sadar, kamu terlihat menggemaskan saat marah."Saat itu, Val benar-benar ingin menghantam kepala pria konyol itu dan langsung pergi. Namun, seluruh lobi sudah sunyi dan semua mata tertuju pada orang-orang di tengah. Jika dia berani bertindak sekarang, dia akan menjadi pusat perhatian. Jadi itu alasan Marcel begitu berani sekarang?"Kalau kamu sudah nggak peduli lagi dengan ular kecilmu itu ...." Val menggertakkan giginya, tetapi dia tidak sempat menyelesaikan kalimatnya karena Marcel menyeringai percaya diri dan menyelanya dengan santai ...."Kamu bahkan belum mendengar tawaranku."Val berbalik untuk pergi, tetapi Marcel sudah lebih dulu membaca gerakannya dan menarik pinggangnya sebelum dia bisa menghindar. Walaupun dia gagal membuat keributan dan hanya menarik perhatian segelintir orang di sekitar mereka, dia kini berada dalam pelukan Marcel, dengan erat."Kamu ...!"Val nyaris berteriak. Nyaris.Val tidak pernah suka berdandan, tidak seperti sekarang. Dia belajar merias di