Sudut pandang Valerie:Lingkaran itu terdiam dalam keheningan yang mengejutkan. Aurel terlihat mengernyit. Nenek sebenarnya sedang menyelesaikan situasi untuknya, tetapi pria itu sepertinya tidak sadar.Alisa tersenyum sopan dengan sedikit pengekangan. Dia berhasil menyampaikan kekecewaannya terhadap "pembohong yang tidak masuk akal" dengan sempurna. Bahkan, Nenek juga terkejut.Liana pun melirik pria itu dengan cemas, tetapi dia membalasnya dengan senyum yang menenangkan.Di sisi lain, para wanita jahat mulai melemparkan ejekan yang disertai serangan, tetapi tidak satu pun yang tampaknya berhasil menyentuh pria asing itu. Dia hanya berdiri di sana dengan senyum sopan, lalu menatap langsung ke arah Alisa."Aku nggak mau jawab," ucap Alisa sambil memasang ekspresi sedikit cemberut. Dia melanjutkan, "Soalnya kamu juga nggak menjawab pertanyaanku."Tentang namanya? Maksudku memang benar dia tidak menjawab, tetapi aku tidak akan menganggap itu sebuah penghinaan ...."Kenapa kamu ...." Pria
Sudut pandang Valerie:Semua orang bisa melihat bahwa Alisa berbohong pada titik ini, termasuk Olivia. Olivia memilih untuk mengorbankan Alisa daripada dirinya sendiri.Olivia yang melontarkan hinaan kepada Liana. Apabila meminta maaf, dia akan terlihat sebagai perundung. Namun dia bersikeras bahwa semua itu dilakukannya demi keadilan untuk sahabatnya. Sekarang, sahabat yang berbohong itu harus menanggung semua akibatnya."A ... aku nggak pernah menunjukkan gaun apa pun padamu! Olivia ...." Alisa mendongak, lalu menatap Olivia dan berbicara dengan suara bergetar penuh rasa sakit, "Maaf kalau kamu salah paham, tapi aku nggak pernah bilang bahwa gaun Liana itu KW ....""Tapi, kamu bilang ...," balas Olivia dengan nada tajam. Dia membeku dengan ekspresi ketakutan di wajahnya.Aku menggelengkan kepala perlahan. Olivia terlalu naif. Dia tidak tahu bahwa Alisa sangat pandai berbohong dan tidak pernah meninggalkan celah saat melakukannya.Yang paling mungkin adalah Alisa hanya "mengisyaratka
Sudut pandang Diego:Aku sedang mencari adikku. Dia menghilang 20 tahun yang lalu. Sejak saat itu, aku terus mencarinya. Yang kutahu hanyalah dia menghilang di Dasira. Itulah tempat di mana kami menemukan jasad Ibu. Namun, adikku tidak ada bersamanya.Polisi mengumumkan kematiannya bertahun-tahun yang lalu dan mengatakan bahwa mungkin dia sudah dimakan binatang. Sungguh alasan yang konyol untuk diberikan kepada keluarga yang sedang berduka.Aku memohon pada polisi untuk tidak menyerah, tetapi mereka tetap menutup kasusnya. Aku bahkan ingin menggugat mereka, tetapi Ayah melarangku. Ini memang bukan salah mereka. Aku yang salah. Akulah tidak bisa hidup dengan fakta itu. Itu sebabnya, aku menjadi pengacara.Aku telah melihat sisi gelap manusia. Aku ingin bisa melakukan sesuatu saat ketidakadilan seperti ini terjadi, baik kepadaku maupun orang lain.Selain itu, memiliki firma hukum adalah penyamaran terbaik untuk melakukan penyelidikan. Aku lulus lebih cepat dan melewati masa sekolah secep
Sudut pandang Marcel:Aku tidak tahu harus bagaimana dengan apa yang terjadi hari ini. Olivia sudah menjadi salah satu gadis jahat sejak masa sekolah, jadi aku tidak pernah percaya pada ucapannya.Namun, Alisa tidak pernah dekat dengannya. Jadi, aku tidak bisa membayangkan bagaimana kesalahpahaman itu bisa terjadi ... jika itu memang hanya kesalahpahaman.Tidak peduli apa pun yang Alisa katakan, aku tidak pernah meragukannya sebelumnya. Hanya saja sekarang aku tidak bisa yakin seperti dulu, terutama setelah dia berbohong soal memberi tahu Joshua tentang pesan Val.Apalagi setelah Gerry dengan panik menyuruhku mengabari Alisa kalau Val mencoba kabur ke rumah. Alisa bisa berbohong. Itu adalah konsep yang sebelumnya tidak pernah bisa kuterima."Marcel, ada apa?" tanya Alisa yang memiringkan kepalanya dengan polos ketika aku membawanya ke sudut ruangan ini. Senyum hangat terpancar dari matanya. Itu adalah mata yang sudah kupercayai seumur hidupku.Aku ingin percaya padanya, tetapi kini aku
Sudut pandang Valerie:Aku tidak bisa menjawab Nenek. Aku hanya berdiri di sana, melihat Marcel dan Alisa berbicara, tertawa ... berpelukan. Nenek juga terdiam tanpa ekspresi terkejut.Kalau Nenek bisa menerima Alisa datang ke pesta ulang tahunnya dan menunjukkan kedekatannya dengan Marcel di depan umum seperti ini, lalu kenapa dia bahkan melontarkan pertanyaan itu padaku? Jelas, Alisa adalah masalahnya."Apa ini karena Alisa?" tanya Nenek yang tiba-tiba menoleh padaku.Aku mengalihkan pandanganku dari pelukan panjang dan penuh kehangatan yang sedang Marcel bagikan dengan Alisa. Dia bilang, dia sudah menyiapkan surat cerai. Jadi aku rasa, aku tidak lagi punya hak untuk menghakimi. Namun, bukan berarti pemandangan ini tidak menyakitkan.Aku seharusnya marah ketika pria itu menarik Alisa ke dalam pelukannya seperti dia adalah harta paling berharga di dunia. Apalagi, di sebuah pesta di mana dia memintaku untuk datang dan berpura-pura menjadi pasangan mesra dengannya untuk terakhir kalinya
Sudut pandang Valerie:Nenek menghela napas panjang sebelum berucap, "Mata kamu sudah nggak lagi mengikuti dia ke mana pun. Saat kamu memandangnya, yang ada cuma kesedihan mendalam di sana. Akhir yang terburuk akhirnya terjadi ....""Aku nggak mau kamu melanjutkan pernikahan ini karena aku nggak mau hal seperti ini terjadi padamu. Cucuku yang malang, aku nggak mau kamu terluka begitu parah sampai cahaya berharga di matamu meredup .... Tapi pada akhirnya, aku tetap gagal melindungimu," tambah Nenek."Nenek ...!" bisikku dengan terkejut. Aku tidak pernah tahu hal ini. Nenek ternyata bisa melihat semuanya dengan jelas. Aku mengira, kami berhasil menipunya selama ini."Kali ini, dia melukaimu dengan sangat parah, 'kan?" tanya Nenek dengan nada dingin. Kali ini, dinginnya diarahkan pada Marcel. Entah kenapa, itu justru menghangatkanku lebih dari apa pun.Nenek adalah keluarga Marcel. Dia bahkan tidak akan menjadi bagian dari keluargaku kalau aku tidak mengancam cucunya dengan cara licik.Ha
Sudut pandang Valerie:Sisa waktu pesta itu berjalan lancar.Marcel membujukku ke sini dengan surat cerai, tetapi aku tidak tahu apa kata-katanya bisa dipercaya saat Alisa ada di sini untuk menarik perhatiannya. Namun, setelah aku mengantar Nenek keluar ke gerbang, bukan hanya Marcel yang kulihat di sana, melainkan juga kejutan tidak terduga lainnya yang telah menungguku."Dia nggak akan pergi denganmu," bentak Marcel kepada Adrian setelah mobil Nenek pergi.Untuk apa juga Adrian melakukan itu? Marcel kekanak-kanakan!"Itu terserah dia," ucap Adrian seraya menyeringai. Dibandingkan dengan gerutuan Marcel yang cemberut, Adrian tampak sangat tenang. "Bahkan meskipun kamu masih suaminya ... secara teknis."Oke, dua kanak-kanak."Aku akan pergi dengan …." Aku mencoba menjelaskan, tetapi Adrian melengkungkan bibirnya."Aurel dan Liana nggak ingin menyeretmu naik taksi lainnya dan mereka memercayakan keselamatanmu kepadaku setelah aku mendapatkan taksi untuk mereka beberapa menit yang lalu."
Sudut pandang MarcelAku hampir tidak bisa menemukan wanita yang kunikahi di dalam Valerie yang baru ini.Entah bagaimana, aku merasa telah membunuh wanita yang galak itu.Aku tidak pernah tahu dia bisa begitu sulit diajak bicara. Setiap kata yang kuucapkan selalu dibalasnya dengan kata-kata yang pahit. Kupikir dia sekadar tidak bersahabat dengan Alisa, ternyata aku salah besar. Valerie membuktikan bahwa dirinya bisa menjadi seribu kali lebih jahat kepada Alisa jika dia mau.Kemudian, yang paling mengejutkanku adalah aku tidak bisa merasakan kemarahan membara yang membuatku menandatangani surat-surat itu, yang dahulu selalu kurasakan."Alisa, tolong, apa kamu bisa pergi dengan Alfred hari ini?" Aku mengeluarkan ponselku untuk menelepon Alfred. Aku tidak punya energi untuk berurusan dengan mereka berdua hari ini. Aku tidak suka ketika aku dipaksa menikah, tetapi aku juga benci jika dipaksa keluar dari pernikahan itu.Keberadaan Adrian tidak membantu. Dia bukan pria yang tepat untuk Val.
Sudut pandang Valerie:Aku menatap ke atas dengan terkejut dan melihat Alisa menangis. Menangis seperti boneka yang sangat tersakiti, dia menghapus wajahnya, tetapi air mata terus mengalir begitu cepat sehingga tetesan-tetesannya terus jatuh di dekat kakiku.Tidak ada hal baik yang terjadi saat dia menangis."Ibumu memohon pada Ayah untuk membawamu pulang ...." Alisa menangis begitu keras hingga napasnya terengah-engah, dan itu membuat ucapannya terputus-putus. "Kalau kamu sangat ingin pergi, pergilah, tapi Ayah menyelamatkanmu ketika ibumu sudah menjadi dingin karena obat-obatan yang dia pakai! Ayah pasti akan menyelamatkannya kalau dia …!""Kamu pikir aku akan percaya kebohongan kejammu?" dengusku kepada usahanya yang gagal. Aku mencoba berdiri dengan pergelangan kaki yang terpelintir. "Pemadat? Serius? Kamu sendiri yang bilang kalau aku dibuang di panti asuhan, perlu aku ingatkan?"Alisa tidak pernah pemalu kecuali saat dia berbohong. Dia tahu bahwa bermain sebagai korban akan membe
Sudut pandang Valerie:Mengapa Marcel bahkan membantu tadi?Aku menatap Marcel, terkejut. Kupikir dia lebih baik dari Joshua Salim. Kupikir meskipun dia peduli kepada Alisa, dia orang yang baik, tidak seperti Joshua Salim."Aku nggak akan tinggal." Aku menahan amarahku yang perlahan membakar rasionalitasku. "Aku nggak peduli tentang berkas-berkas itu. Ingat saja, bigami itu adalah kejahatan."Dia pikir seberapa besar pengaruh perasaanku kepadanya yang tersisa? Aku tidak ingin melakukan apa pun untuk mereka karena aku tidak ingin membuang-buang waktuku untuk mereka, bukan karena mereka bisa begitu saja menginjakku."Aku nggak berniat menikahi Alisa." Marcel mengangkat berkas. "Aku hanya ingin kesempatan lain. Kamu ingin kesempatan dariku, dan itu yang aku inginkan sekarang ….""Aku sudah memberikan segalanya untuk kesempatan itu!" bentakku dengan marah. Dia tahu bagaimana cara membuatku kesal. "Anggap saja kamu bukan memintaku tinggal demi Alisa, caramu meminta adalah dengan mengancamku
Sudut pandang Marcel:"Apa maksudmu ...?" Suara Val bergetar karena ketakutan ketika aku mendekat. Dia melemparkan pandangan acuh tak acuh kepadaku, seolah-olah aku tidak ada di sana. Matanya merah karena menangis dan tinjunya gemetar.Apa yang mungkin dikatakan Joshua Salim kepadanya? Val bahkan tidak sekalut ini saat dia memberiku berkas-berkas itu."Kamu selalu mengira aku memalsukan berkas adopsimu," kata Joshua Salim dengan desahan berat. "Kamu benar. Aku nggak mengadopsimu dari panti asuhan. Aku menemukanmu di Dasira, di pelukan ibumu yang sudah dingin.""Kamu bohong!" desis Val kepada Joshua Salim seperti anak kucing kecil yang terluka. Telinganya akan terlipat ke belakang jika saja dia memilikinya. Dia menggelengkan kepala, dan air matanya jatuh, tetapi dia bahkan tidak merasakannya. Dia berbalik untuk meraih kaos Adrian dengan tatapan teraniaya, dan aku menatap tajam Adrian."Bawa dia keluar dari sini," kataku kepada Adrian sebelum aku berbalik menghadap Joshua Salim. "Kamu ng
Sudut pandang Marcel:Aku bertengkar dengan Adrian.Aku melihat Val bersama Adrian di tempat parkir, sedang berbicara, terlihat bahagia. Aku sebenarnya bisa saja pergi dan memberi Val berkas yang sudah ada di mobilku, yang sudah seperti tempat tinggalku beberapa hari ini. Namun, aku tidak melakukannya. Aku tidak terburu-buru memutuskan satu-satunya hubungan yang tersisa antara aku dan Val.Aku mengikuti mobil mereka, tidak yakin apa tujuanku melakukannya. Pembicaraan lain setelah Adrian mengantarnya pulang? Apa gunanya percakapan lain? Semua yang kulakukan sekarang hanya mendorong Val makin jauh. Meskipun begitu, aku mengikuti mereka seperti anak yang tersesat.Adrian si berengsek itu segera menyadari keberadaanku dan menghilang di tengah lalu lintas. Dia seorang pembalap, satu-satunya hal yang tidak bisa aku kalahkan darinya.Ketika akhirnya aku berhasil menyusulnya, Val sudah pergi menemui Alisa. Aku mengakui diriku kesal. Alisa tidak dalam kondisi mendesak dan Adrian seharusnya tida
Sudut pandang Valerie:Joshua Salim tidak ingin aku menemukan keluarga asliku. Tentu saja tidak. Dia ingin aku terikat pada kotanya, pada Alisa, seumur hidup! Entah apakah aku bahagia atau menderita dalam prosesnya, dia tidak peduli.Melihat wajah dingin Joshua Salim, aku tidak bisa mengerti mengapa dia membenciku begitu dalam. Aku akan mengerti jika Alisa membutuhkanku. Apa yang Joshua lakukan tidaklah pantas, tetapi setidaknya dia melakukannya karena cinta kepada putrinya.Mengapa sekarang Joshua menghalangiku?Golongan darahku langka, tetapi bukan berarti aku satu-satunya. Setiap provinsi memiliki bank darah rhesus negatif dan di kota kami adalah salah satu yang terbaik. Selama kebutuhan Alisa masih dalam rentang yang biasa, itu tidak akan menjadi masalah bagi keluarga kaya seperti Keluarga Salim.Jadi, kenapa Joshua masih menahanku di sini?"Aku nggak butuh rencana karena aku nggak buru-buru mencari orang tua kandungku." Aku memecah keheningan canggung setelah pertanyaan Adrian. "M
Sudut pandang Valerie:Anak buah Joshua Salim mempercepat langkah mereka dan mengepung kami, semua dengan wajah datar dan mata yang tersembunyi di balik kacamata hitam yang dingin."Adrian …?" Suaraku bergetar."Ambil tiketnya." Adrian meletakkan tiket di tanganku, berdiri di depanku. "Kamu akan baik-baik saja. Nggak ada yang bisa menyentuhmu hari ini, selama aku ada di sini.""Pak Adrian." Joshua Salim mengangguk kepada Adrian dengan senyum. "Senang bertemu denganmu di sini.""Kurasa aku bisa bilang hal yang sama kepadamu." Adrian menghalangiku dengan tubuhnya. "Mau pergi ke mana, Pak Joshua, kalau boleh aku tanya?"Joshua Salim melengkungkan bibirnya dengan penuh penghinaan, tetapi kemudian menjawab dengan tenang, "Dasira."Jantungku mencelus. Joshua datang untuk aku, dan dia tahu apa yang aku rencanakan. Aku tahu dia licik dan berhati hitam, dan aku baru saja menyaksikan bagaimana dia menjinakkan Alisa. Namun, tetap saja. Aku belum pernah merasa setakut sekarang ini kepada pria yang
Sudut pandang Valerie:Aku menatap pria itu. Tubuhku membeku karena otakku tidak bisa memberikan perintah akibat memproses terlalu banyak pertanyaan.Apakah Joshua Salim yang mengirim orang itu? Mengapa Joshua masih ingin aku tetap tinggal? Bagaimana dia tahu aku ada di sini? Aku tidak memberi tahu siapa pun, bahkan rencana ini begitu mendadak dan tidak terduga! Alisa? Gerry? Marcel? Tidak ada yang tahu! Bahkan Aurel dan Liana!"Val, tarik napas!" Adrian mengguncangku dan aku berbalik perlahan menghadapnya, air mata mengaburkan pandanganku. "Ini Timmy, sekretarisku. Maaf aku membuatmu takut, tapi kamu harus tarik napas. Val!"Aku terengah-engah, menyandarkan diri pada mobil Adrian, berkedip saat otakku yang terkejut perlahan memprosesnya. Air mata mengalir di wajahku."Aku kira …." Aku menggigit bibirku. Suaraku terputus. Satu kata lagi pasti akan membuatku menangis keras."Aku tahu, aku tahu ...." Adrian memelukku, mengelus punggungku dengan lembut. "Kamu baik-baik saja, kamu aman. Ma
Sudut pandang Valerie:"Kamu yakin nggak apa-apa? Kamu boleh menangis kalau mau," tanya Adrian untuk ketiga kalinya begitu aku kembali ke mobilnya. Aku bilang dia tidak perlu menungguku, tetapi dia tetap berada di tempat parkirnya ketika aku keluar, sama terkejutnya denganku ketika melihatku.Aku tidak terlalu sedih. Tidak seperti saat aku menemukan kebenaran tentang "keluargaku", tentang bagaimana mereka semua mengkhianatiku dan ingin memutuskan hubungan denganku. Mereka membeli hidupku untuk putri mereka yang tercinta, apa salahnya?Sebenarnya, aku senang putri mereka akhirnya sembuh sekarang. Mereka tidak membutuhkanku lagi."Alisa sudah baik-baik saja sekarang. Kondisinya stabil." Aku memberi tahu Adrian, merasakan kelegaan yang telah lama hilang. "Mungkin mereka bahkan nggak akan mengejarku kalau aku bilang akan pergi.""Dia sembuh hanya dengan mengeksploitasimu!" keluh Adrian kesal sambil memutar matanya."Maksudku, kalau dipikir-pikir, mereka membayar biaya hidupku dan pendidika
Sudut pandang Valerie:Oh, semua masuk akal sekarang. Pantas saja Alisa menghubungiku, dengan membangun ilusi damai antara kami berdua di depan Ibu Angkat pula. Alisa panik karena dia pikir Marcel telah melihat sisi buruknya yang sebenarnya.Tunggu, tidak, itu tidak masuk akal sama sekali.Itu tidak seperti Marcel sama sekali. Bukankah seharusnya dia memukuli Liam Kusuma habis-habisan karena mencemarkan nama malaikatnya yang murni?Akhirnya, setelah sekian tahun, Alisa melangkah melewati batas yang bahkan tidak bisa ditoleransi oleh cinta buta Marcel?Sekarang, inilah kesenanganku, melihat bahwa Alisa akhirnya mengerti apa itu rasa takut."Rasanya aku ingat kamu bilang nggak masalah meskipun aku mengatakan yang sebenarnya, dan dia tetap akan mencintaimu apa pun yang terjadi," kataku sambil memiringkan kepala ke arah Alisa. "Malam itu, ketika kamu pamer tentang bagaimana dia melamarmu, ingat? Kamu bahkan menantangku untuk memberitahunya ….""Dasar jahanam!" desis Alisa ke arahku, tetapi