Pertunjukan cinta dan kebencian masih berlanjut saat Val dan Diego bertengkar. Setiap kali pembawa acara mengumumkan tawaran dari Aveline, atau bahkan sebelum itu, Joni langsung mengangkat pelat nomornya.Aveline akan menggigit bibirnya, menatapnya dengan geram sebelum kembali menaikkan tawaran. Wajahnya seperti kanvas lukisan, berubah warna dalam hitungan detik, seolah setiap kali Joni menawar, itu adalah bom yang meledak tepat di hadapannya.Di tengah ketegangan itu, ponsel Aveline berdering.Nada deringnya memecah keheningan di ruangan, nyaring dan jelas. Aveline meliriknya dengan ekspresi datar, tidak berniat mengangkatnya. Namun, tangannya ragu untuk mengangkat pelat nomor lagi."Siapa yang meneleponnya?" Val berbisik pada Diego. Semua anggota keluarganya ada di sana bersamanya. Kedua orang tuanya sudah lama meninggal. Jadi, siapa yang begitu penting baginya hingga satu panggilan telepon bisa membuatnya ragu?Melihat ini, Joni tiba-tiba mengangkat pelat nomornya lagi dan kali ini
Sudut pandang Val:Aku mendapatkan kalung milik Ibu. Bahkan, setelah menyelesaikan proses administrasi di kantor pasca lelang, rasanya masih sulit dipercaya. Kemunculan Aveline memang tidak terduga, tetapi kejutan sebenarnya adalah betapa mudahnya Joni menyerah terhadap kalung itu saat aku menyebutkan hargaku.Aku belum bisa membawa kalung itu pulang sampai bank menyelesaikan transaksi. Namun, aku sudah mendapatkan semua dokumen yang disediakan oleh Keluarga Salim untuk membuktikan keasliannya. Akhirnya, langkah pertama dari balas dendamku kini berada dalam genggamanku. Rencanaku adalah mendapatkan dokumen tersebut dan mengirim mereka ke penjara ....Nico pasti akan membekukan kartu kreditku setelah aku memenangkan kalung itu, memberiku waktu tepat tiga hari untuk membuktikan bahwa Keluarga Salim memalsukan dokumen. Aku menginginkan kalung Ibu, tetapi aku tidak berniat menjadikan keluarga pengisap darah itu miliarder dengan membeli sesuatu yang sebenarnya adalah milikku sejak awal.Mer
Dengan Alisa dan Joshua berkeliaran di depan pintu, Val bahkan tidak melangkah keluar dari lift, melainkan tetap berada di dalam untuk menuju area parkir bawah tanah. Dia begitu tenggelam dalam kata-kata Diego sehingga nyaris saja dia tersandung keluar sebelum pintu menutup."Kamu mirip sekali dengan Ibu."Begitulah yang dikatakan Diego. Bahkan sekarang, jantung Val berdetak kencang mendengar kata-kata itu. Apakah memang demikian? Dia bahkan tidak ingat pernah berada dalam pelukan wanita itu. Dia tidak ingat rumah yang pernah dia tempati sesaat. Dia bahkan tidak ingat kecelakaan mobil yang seharusnya meninggalkan bekas, meskipun dalam ingatan masa kecilnya.Namun, Val tumbuh menjadi wanita yang mirip dengan ibunya yang bagai malaikat?Apa yang tiba-tiba terucap begitu saja? Dengan wajah yang penuh ketakutan, dia berbisik, "Aku selalu membayangkan Ibu seperti salah satu dari ...."Wanita-wanita elegan. Mereka yang duduk santai di sebuah kafe pada pukul 3 sore, sambil menatap keluar jend
Sepanjang perjalanan pulang, Val merasa ada sesuatu yang mengimpit dadanya. Berkali-kali dia meyakinkan dirinya bahwa dia tidak peduli dengan Joni, tetapi itu tidak berhasil.Sebuah mobil tampak mengikutinya untuk beberapa waktu, tetapi menghilang di tikungan terakhir.Sekarang, dia tinggal di rumah di bagian atas kota, di lingkungan yang lebih baik dan lebih aman dibanding vila Keluarga Salim. Nico menyewa tempat ini untuknya, lengkap dengan para penjaga. Saat tiba, Nico belum pulang.Val menjatuhkan diri ke sofa, frustrasi karena Joni dan karena dirinya sendiri. Bukan hanya dia harus mendengar semua omong kosong tentang pria itu dari Joshua, tetapi dia juga harus melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa pria itu sama sekali tidak tertarik untuk berdamai dengannya. Bukan berarti dia peduli, tetapi tetap saja, rasanya tidak nyaman.Dia mendapat informasi yang saling bertentangan tentang pria itu.Di mata Diego, Joni adalah suami yang penuh kasih dan ayah yang tegas tetapi memanjakan
"Kenapa aku harus melakukannya sendiri?" Val mendengus, menatap Nico dengan kesal.Duduk santai di sofa dengan kaki bersilang, Nico melirik Val dari balik kertas yang sedang dia baca, tampak terhibur. Beberapa saat yang lalu, gadis itu menangis di pelukannya dan sekarang dia seperti anak kucing yang ekornya terinjak."Aku bisa suruh Arthur saja!" Val merajuk."Kalau kamu bisa memerintahnya," jawab Nico dengan nada sedikit lembut, tetapi tawa dalam suaranya sama sekali tidak disembunyikan.Val memutar matanya."Aku akan ... aku ...." Val tergagap, gelisah. "Kamu sudah menyerah pada perusahaan Marcel, jadi kenapa kamu membuat langkah terakhir ini menjadi begitu sulit untukku?""Maaf, aku nggak berpikir bahwa mengantarkan sebuah kartu ke gedung perkantoran mewah dengan sopir yang siap sedia setiap saat adalah tugas yang mengerikan," jawab Nico dengan senyum menyebalkan."Kamu tahu itu bukan yang kumaksud!" Val membentak kesal. Jika tadi dia berterima kasih kepada pria ini sepenuh hati, se
"Kamu ingin bertemu lebih awal?" Val melirik ponselnya untuk memastikan bahwa penelepon itu memang Diego. "Tentu saja, tapi seberapa awal makan malam bisa dimajukan?"Dia agak terkejut bahwa Diego ingin memajukan rencana makan malam mereka, tetapi mengingat betapa dia telah berusaha membangun hubungan, Val meyakinkan dirinya sendiri untuk menerimanya."Arthur, bisakah kamu ...?""Bisa, Nona Val." Arthur menjawab cepat. "Setelah Anda mengantarkan kartu itu, saya akan langsung mengantar Anda ke sana."Kali ini dia benar-benar tidak mencoba menghindar! Bukankah tadi Arthur mendengar bahwa Diego yang .... Ah, sudahlah.Berdiri di depan gedung baru milik Marcel, Val masih menggerutu, menyebut nama Nico dan sopir setianya yang jahat, Arthur. Gedung baru Marcel jauh berbeda dari sebelumnya, tidak lagi dengan desain modern bergaya Rumah Z yang khas. Kali ini, bangunannya biasa saja, sangat sederhana, mengingat betapa pemiliknya selalu menyukai kemewahan.Gelombang perasaan getir menyapu hati V
Sudah siap dengan pertanyaan ini, Val menjawab dengan sangat cepat, seolah tak perlu berpikir. "Aku nggak bisa mengambil risiko ada orang yang membantu Alisa mendapatkan kalung ibuku. Itu saja."Jawabannya membuat cahaya berbinar di mata Marcel meredup."Aku tahu ...." Marcel mengangguk perlahan, menyembunyikan kekecewaan di matanya. "Tapi kamu datang membantu bukan hanya karena itu, 'kan?"Val mendengus dingin. "Aku melakukan ini untuk Nenek, bukan untuk kamu.""Nenek mengusirku dari perusahaan karena kejadian lima tahun lalu." Marcel tertawa kecil. "Aku cukup yakin Nenek adalah orang terakhir yang menginginkanmu untuk membantuku sekarang."Val mengangkat alisnya. Dia tidak menyangka Nenek bisa begitu kejam terhadap Marcel, tetapi di sisi lain, tidak banyak orang yang bisa dengan mudah mencabut gelar Marcel."Apa yang kamu katakan padanya?" Val mengernyit.Val menyalahkan Marcel hanya karena pria itu mempercayai orang yang salah. Secara hukum atau dalam aspek apa pun, Marcel bukanlah
"Aku sudah bilang, aku nggak mengincar uang atau perusahaanmu." Val berkata dengan tenang sambil meletakkan kartu itu di atas meja."Lalu apa yang kamu inginkan? Kenapa kamu ada di sini membawa kartu ini untuk menyelamatkanku dari kebangkrutan?" Marcel membiarkan kartu itu memantul di meja, lalu meraih pergelangan tangan Val sebelum dia bisa menarik diri.Dia mendekat begitu dekat hingga Val bisa mencium aroma parfumnya. Kepalanya menunduk, menatap tajam ke matanya, sementara bisikannya membuat tubuh Val menegang. "Kenapa kamu masih peduli dengan semua ini ... Nyonya Tanzil?""Aku nggak ...!" Val mencoba menepis tangannya, tetapi dia berhenti di tengah ucapannya, menatapnya tajam seperti ikan buntal yang mengembung.Marcel menyeringai."Kamu bukan Nyonya Tanzil? Aku tahu."Val tidak menjawab."Kamu membenciku, 'kan?" tanya Marcel, menyembunyikan rasa sakit di suaranya dengan baik. "Kamu begitu membenciku sampai nggak mau ada urusan denganku, bahkan saat aku menyerahkan segalanya padamu
"Nona Salim, senang bertemu denganmu." Okto membungkuk pada Val dengan sikap sopan, tetapi Val bersumpah dia melihat sekilas senyuman mengejek yang coba ditahannya saat dia menundukkan kepala.Apa-apaan ini? Okto adalah "pangeran misterius" yang akan diumumkan Keluarga Wibowo hari ini? Dia adalah putra dari Erawan Wibowo? Okto tahu kalau Val sedang menghindari ayahnya dan dia membantunya? Apakah Okto tahu tentang Nico? Apa arti semua ini?Begitu banyak kejutan meledak di kepala Val."Sudah lama nggak ketemu, Okto!" Alisa menyambutnya dengan senyum cerah, matanya berbinar penuh suka cita."Kami baru saja ketemu kemarin di gedung Tanzil." Okto membalas senyuman itu dengan antusiasme yang setara, kalau tidak lebih. "Mungkin kamu lupa karena waktu itu kamu cuma melirikku sekilas dan nggak berhenti buat ngobrol pas aku nyapa kamu. Nggak ngenalin aku, ya?"Alisa terkenal karena tidak pernah melempar senyum pada siapa pun, kecuali targetnya. Dia bersikap seperti malaikat di hadapan orang-oran
Val mulai serius mempertimbangkannya sekarang.Dia tidak bisa menuntut mereka kalau mereka cuma menyaksikan kecelakaan mobil, seburuk apa pun itu, menyaksikan seorang ibu mati saat mencoba menyelamatkan bayinya. Mereka bisa dan Val yakin mereka pasti akan, mengklaim bahwa Erin memohon agar mereka menyelamatkan bayinya.Faktanya, itulah versi pertama dari "kebenaran" yang diceritakan oleh Joshua ketika Val mencoba mencari keluarganya sendiri.Namun, kalau mereka terlibat langsung dalam kecelakaan itu? Mungkin Val bisa menuntut mereka! Dengan catatan kalau Val bisa membuktikannya, sebelum masa kedaluwarsa penuntutan berakhir.Berapa lama batas waktu untuk kasus tabrak lari? Val tidak yakin."Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi waktu itu," tuntut Val, tetapi dia tidak bergerak meski tatapan Nyonya Wibowo mulai curiga, matanya tajam menelisik bisik-bisik mereka."Jangan maksa!" Aveline memperingatkan.Nyonya Wibowo menatap Val dengan mata penuh kecurigaan, begitu juga dengan semua o
Nenek mengatakan itu?Aveline jelas tidak mengetahuinya, berbeda dengan Alisa. Namun, Alisa juga tidak menyangka Marcel akan menyebutkannya di sini. Val sebenarnya merasakan keterkejutan yang sama ....Apakah Marcel sadar bahwa dia sedang menginjak lapisan tipis dari kebohongan Alisa?Namun, tak ada yang lebih terkejut daripada Nyonya Wibowo ...."Tunggu, bukankah kamu sudah mendapatkan pernikahan yang dijanjikan itu lima tahun lalu? Aku datang ke pernikahanmu!"Lima tahun yang lalu, tepat setelah dokumen perceraian resminya dengan Val selesai, Marcel menikahi Alisa dengan perayaan yang megah. Seluruh kota merayakan hari bahagia mereka, melupakan mantan Nyonya Tanzil yang dibiarkan membusuk dalam penjara.Val mengatupkan bibirnya, berusaha keras menahan senyum.Jadi, bukan hanya Alisa yang mengaku sebagai wanita Marcel di depannya, tetapi juga di depan semua orang? Seorang ibu yang penuh kasih, membawa putri kesayangannya untuk mengunjungi orang berpengaruh yang ingin mereka dekati set
Nyonya Wibowo berbalik, mendorong lengan Aveline seperti seekor bulldog di atas ring. Diam-diam, Marcel melangkah maju dengan senyuman cerah, menghalangi Val darinya."Dia menolak datang hari ini hanya karena aku mengundangmu! Aku nggak menyangka dia benar-benar nggak datang, tapi ternyata benaran!" Nyonya Wibowo langsung melupakan Val. "Masalah sebesar apa yang membuatnya bahkan nggak mau bicara dengan cucunya sendiri yang begitu baik selama bertahun-tahun?"Marcel bahkan terhenti sejenak ....Bukankah Gloria melakukan hal yang sama kepada putrinya? Dia bahkan tidak datang ke pemakaman Erin. Sebenarnya, tidak ada satu pun anggota keluarga yang datang, atas perintahnya, tampaknya.Kata-kata itu juga menghentikan amarah Val sesaat ....Bertahun-tahun? Dia mengira Nenek mengusir Marcel hanya sebagai bentuk sikap, sebagian untuk memberinya kesempatan menantang dirinya sendiri tanpa nama Tanzil yang membuka jalannya. Namun, dia tidak menyangka Nenek benar-benar tidak berbicara dengannya se
Acara ini sebenarnya tidak ada hubungannya dengan Aveline. Yah, kecuali fakta bahwa dia yang menyelenggarakannya sebagai cara untuk menjilat Nyonya Wibowo.Nyonya Wibowo ada di sini untuk mengumumkan kembalinya si bajingan, putra dari Erawan Wibowo yang hilang, ke publik. Acara ini bukan untuk Aveline dan sudah pasti bukan untuk Val. Aveline sudah bersusah payah menjaga Val tetap jauh dari Keluarga Wibowo dan dia tidak akan gagal sekarang.Satu-satunya celah, hal yang terus-menerus dipikirkannya sejak melihat Val adalah ....Bagaimana Val bisa mendapatkan undangan?Untuk mencegah mimpi buruk terbesarnya menjadi kenyataan, Aveline bahkan tidak mengundang Keluarga Demian. Putri mereka adalah salah satu sahabat Val. Ditambah lagi, ada Adrian, yang tiba-tiba saja membela Val tanpa alasan.Mereka telah membuat hidup Keluarga Salim sulit di dunia bisnis. Mereka akan berperan besar dalam kejatuhan Rumah Z, yang keuntungannya bisa lebih dari dua kali lipat bisnis Keluarga Salim dalam beberapa
Setiap Natal, Aveline akan membawa Alisa dalam kunjungan "keluarga", di mana Joshua tidak ikut serta. Alasannya selalu berkaitan dengan bagaimana keluarganya tidak menyetujui pernikahannya dengan Joshua, yang dianggap berada di bawah standar mereka. Sementara itu, Val akan ditinggalkan bersama Joshua, dengan alasan untuk menjaga keseimbangan antara orang tua dan anak-anak.Jika itu benar-benar alasan utamanya, maka Aveline seharusnya tidak membawa Gerry bersamanya juga.Val dulu berpikir bahwa itu karena Alisa tidak menyukainya. Namun, sekarang dia tahu alasan sebenarnya di balik semua itu ....Dari bagaimana Aveline dan Alisa berusaha menjilat Nyonya Wibowo, sudah jelas bahwa mereka tidak ingin Val memiliki kesempatan untuk bertemu dengan seseorang yang berkuasa seperti ini. Terlebih lagi, sebagai putri Aveline sendiri.Bagaimana jika Nyonya Wibowo mulai menyukai Val? Kemudian, akan ada seseorang di "keluarga" ini yang benar-benar memperlakukannya dengan baik. Itu adalah hal yang haru
Itulah frasa yang tidak pernah bisa dipahami Val, rasa ingin tahu yang kelam.Sambil melihat sekeliling, Val perlahan menggeleng, matanya dipenuhi rasa jijik saat melihat penghinaan di mata para penonton yang ingin tahu. Apa yang mereka tunggu? Agar dia menangis karena dipermalukan oleh seorang wanita tua yang bahkan tidak mengenalnya?Agar dia merasa malu karena seseorang yang menyebutnya "saudari" justru secara terbuka menunjukkan cara untuk mempermalukannya, sambil berpura-pura bersikap baik dengan akting canggungnya?Dia bukan orang yang seharusnya merasa malu di sini."Terima kasih atas undangannya, Nyonya Wibowo," Val menunduk ringan, nadanya tenang dan sopan.Nyonya Wibowo akhirnya menatap Val, seolah melihatnya untuk pertama kali. Dia mengamati Val selama beberapa detik yang terasa lama dan kerutan di wajahnya semakin dalam. Pada titik ini, Val cukup terkejut. Apa yang bisa Alisa katakan sampai membuat Nyonya Wibowo langsung membencinya terlebih hanya dengan melihatnya?"Hmph."
Val sempat kehilangan fokus sejenak.Apa yang barusan Marcel katakan?Selama ini, Val mengira Joshua ada hubungannya dengan kematian ibunya. Setidaknya, dia menyaksikannya dan tidak menolong, hanya melihat Erin meregang nyawa lalu membawa Val pulang. Val sudah menyelidiki kecelakaan mobil itu dengan memanfaatkan sumber daya Nico dalam waktu yang cukup lama. Belum lagi, sumber daya itu sangat besar.Hasilnya? Tidak ada.Val tidak menemukan satu pun bukti yang menunjukkan keberadaan Joshua di dekat lokasi kecelakaan dan dia berpikir mungkin semua jejaknya telah dihapus. Lagi pula, Joshua pasti telah berusaha menutupi jejaknya juga.Namun, jika yang dikatakan Marcel benar ...."Gimana kamu bisa tahu? Kamu punya bukti? Sudah berapa lama kamu mengetahuinya dan menyembunyikannya dariku hanya untuk ...?" Val meledak dengan rentetan pertanyaan seperti senapan mesin.Ting, ting, ting!Suara dentingan gelas yang tajam memecah keheningan, membuat Val langsung berhenti. Bahkan sebelum dia bisa men
"Aku baru sadar, kamu terlihat menggemaskan saat marah."Saat itu, Val benar-benar ingin menghantam kepala pria konyol itu dan langsung pergi. Namun, seluruh lobi sudah sunyi dan semua mata tertuju pada orang-orang di tengah. Jika dia berani bertindak sekarang, dia akan menjadi pusat perhatian. Jadi itu alasan Marcel begitu berani sekarang?"Kalau kamu sudah nggak peduli lagi dengan ular kecilmu itu ...." Val menggertakkan giginya, tetapi dia tidak sempat menyelesaikan kalimatnya karena Marcel menyeringai percaya diri dan menyelanya dengan santai ...."Kamu bahkan belum mendengar tawaranku."Val berbalik untuk pergi, tetapi Marcel sudah lebih dulu membaca gerakannya dan menarik pinggangnya sebelum dia bisa menghindar. Walaupun dia gagal membuat keributan dan hanya menarik perhatian segelintir orang di sekitar mereka, dia kini berada dalam pelukan Marcel, dengan erat."Kamu ...!"Val nyaris berteriak. Nyaris.Val tidak pernah suka berdandan, tidak seperti sekarang. Dia belajar merias di