Gosip itu seperti lalat di musim panas, mereka menyebar, tetapi mati dengan cepat juga. Berita tentang Valerie yang masuk penjara menghilang lebih cepat daripada biasanya, bahkan peluncuran filmnya setahun setelahnya tidak menarik perhatian banyak orang.Valerie terkenal untuk sementara waktu dengan semua pembicaraan tentang kegugurannya, kasus percobaan pembunuhan, dan perceraian dengan Marcel Tanzil. Namun, cerita-cerita itu segera berubah menjadi legenda, seperti bagaimana dia sudah mati di penjara, dan meninggalnya tidak lama setelah itu.Orang-orang memiliki ingatan yang pendek. Mereka hanya ingat apa yang mereka lihat, dan belakangan ini, itu adalah Alisa Tanzil.Ya, aktris terkenal yang memenangkan banyak penghargaan, menikahi cinta pertamanya sejak kecil, CEO terkenal dari kerajaan bisnis Tanzil, dan menjadi pemilik Rumah Z.Terdaftar secara resmi, tidak kurang.Namun, itu bukan alasan mengapa orang membicarakannya.Orang-orang membicarakan Alisa karena dia membangkrutkan Rumah
"Biarkan aku masuk! Berani-beraninya kamu menghalangiku?" teriak Alisa lagi, kemungkinan besar kepada sekretaris Marcel. Namun, Timmy tidak akan membiarkan wanita itu masuk, tidak setelah Marcel hampir memecatnya ketika dia melakukan itu terakhir kali.Akhirnya, Marcel bergerak. Dia berdiri dan menuju pintu. Sebuah badai terbentuk di matanya yang suram. Badai itu berasal dari foto yang dia tatap, tetapi orang dalam foto itu tidak ada di sini untuk menanggung amarah itu."Siapa yang berteriak?" Marcel membuka pintunya, bertanya dengan nada yang hampir lembut.Itu cukup efektif untuk membuat Alisa terdiam. Wanita itu cemberut, tetapi tidak berani mengangkat suaranya lagi. Timmy membungkuk kepada Marcel dan Alisa mengambil kesempatan untuk menyelinap di sekitar Timmy menuju Marcel."Apa kamu memberikan tempatku kepadanya?" tanya Alisa menuntut dengan air mata di matanya."Apa maksudmu dengan tempat untuk siapa?" Marcel mengernyit, nadanya sudah tidak sabar, dan itu meredakan kemarahan kec
Hari reuni.Baru tiga hari sejak Marcel melihat Valerie di berita. Dalam pelukan pria lain, lebih tepatnya. Itu membuat tiga hari terakhir ini terasa seperti tiga tahun bagi Marcel.Namun, tidak dengan Alisa.Wanita itu telah menemukan kembali hasrat untuk berbelanja dan menghiasi dirinya dengan begitu banyak gaun dan perhiasan yang terlalu berat untuk lehernya yang rapuh. Sudah bertahun-tahun dia tidak merasa seperti ini.Cincin kawin di jarinya lebih terasa seperti belenggu daripada berkah. Alisa tidak bisa lagi menggoda koleksi pria-pria yang dimilikinya, dan itu seharusnya tidak masalah jika dia benar-benar merasa bahwa mahkota ratu kota memang dimiliknya.Namun, bagaimana mungkin Alisa merasa begitu ketika dia hampir tidak bisa melihat suaminya?Dia mengira Marcel hanya akan marah sebentar, tetapi itu berkembang menjadi dendam di antara mereka yang tampaknya tidak pernah bisa dilupakan oleh pria itu. Alisa menangis saat pertama kali dia harus mengetahui bahwa suaminya memeluk wani
Alisa tidak perlu menunggu Marcel. Atau, dia tidak diberi kesempatan untuk menunggu Marcel. Marcel sudah mendahuluinya.Tidak ada yang mendekati Alisa ketika dia keluar dari mobil, bahkan Olivia Wiguna sekalipun. Ketika gelarmu bergantung pada seorang suami yang menunjukkan betapa dia tidak peduli kepadamu, kamu tidak akan mendapatkan rasa hormat yang sepantasnya.Begitulah lingkaran pertemanannya.Alisa berharap hari ini dirinya bisa membalikkan keadaan."Olivia!" Alisa dengan cepat melihat sahabat lamanya. Setelah Marcel dengan jelas menunjukkan bahwa Alisa tidak lagi berada di bawah perlindungannya, sebagian besar "teman" dalam lingkaran Alisa meninggalkan wanita itu.Jangan salah paham. Olivia adalah salah satu yang pertama meninggalkan kapal. Namun, begitulah Alisa tahu Olivia akan menjadi yang pertama berbalik arah jika Alisa bisa mengembalikan Marcel, dan hal itu akan terjadi malam ini."Siapa ini?" tanya pria yang berdiri di samping Olivia dengan nada mengejek, tampaknya mengen
"Aku Marcel Tanzil." Marcel meletakkan tangannya di sandaran kursi, tanpa menunjukkan niat untuk berjabat tangan. "Dan kamu siapa?""Kamu nggak perlu tahu," jawab pria bertopeng itu, sepertinya dengan tawa ringan.Nada tawa itu membuat Marcel mengernyitkan dahi."Oke, kamu duduk di kursiku, jadi ...." Marcel menundukkan kepalanya dengan tatapan dingin. "Kamu keluar dari sini, atau kita akan lihat apa kamu sanggup mempertahankannya."Pria bertopeng itu melengkungkan bibirnya. "Kita berdua tahu aku sanggup, 'kan? Jadi, bagaimana kalau kita biarkan sang wanita yang memutuskan siapa yang layak menjadi rajanya?"Marcel tidak menjawab, tetapi dia tidak bisa menahan pandangannya ke arah Valerie, yang tidak berani dia pandang sebelumnya.Siapa pun pria ini, dia jelas cukup berpengaruh untuk mengubah keputusan sekolah ini. Itu yang Marcel tahu. Marcel hanya ingin tahu siapa musuhnya, tetapi pria bertopeng itu tampaknya bertekad untuk merahasiakan identitasnya.Val kembali bersama pria itu. Pria
Sudut pandang Marcel:Valerie, atau ... baiklah, Val, bukanlah ratu reuni alumni seperti yang lain.Dia sama sekali tidak peduli dengan gelar itu. Dia tidak berdiri dan melambaikan tangan, tidak melemparkan ciuman, atau tersenyum kepada kerumunan yang menggila untuknya.Dia hanya berbaring di takhtanya, bersandar malas di atas kereta seperti kucing yang mengantuk, melengkungkan jarinya dengan manja ketika dia mau, dengan bibirnya yang melengkung santai. Saat itu membuat orang-orang semakin tergila-gila padanya, dia hanya tertawa kecil, menyandarkan dagunya di siku dan sedikit menjulurkan lidahnya, membuat kerumunan semakin histeris.Hal itu juga membuatku semakin tergila-gila padanya."Kenapa kamu memilihku?" tanyaku sesantai yang aku bisa sambil melambai pada kerumunan.Aku mencoba berperan sebagai raja. Yah, gagal total.Rasanya seperti aku tidak mengenalnya. Tidak lagi. Aku tidak tahu apakah lima tahun terakhir yang mengubahnya menjadi wanita yang berbeda seperti ini, atau hanya kec
Sudut pandang Marcel:"Apa kabarmu ...." Aku mulai bicara, hanya untuk berhenti ketika menyadari betapa konyolnya pertanyaanku saat dia telah berada di penjara. "Maksudku, aku sudah mencarimu selama ini ....""Mencariku?" Val tertawa ringan, mata ungunya yang dingin akhirnya menatap ke arahku sejak aku naik ke atas kereta. "Kenapa? Aku nggak tahu kalau balas dendam juga punya daya tarik seperti ini."Kamu berhak mendapatkan balas dendam apa pun yang kamu inginkan. Aku hanya bersyukur kamu ada di sini.Val menolak semua kunjunganku setelah percakapan pertama dan terakhir kami di penjara. Kemudian, dia dipindahkan sebelum genap satu bulan di penjara negara bagian. Anehnya, bahkan dengan Diego di pihak kami, semua upaya kami untuk mendapatkan catatan atau sekadar mengetahui keberadaannya selalu ditolak, berulang kali.Aku ingin memberitahunya tentang anak kami, tetapi aku melewatkan kesempatanku.Val kehilangan lima tahun bersama putri kami dan itu semua salahku."Aku mencoba mencari tahu
Sudut pandang Marcel:"Kalau kamu bertanya tentang Diego si berengsek itu, sebaiknya jangan." Val berkata dingin, dengan sorot tajam dan berbahaya kembali di matanya. "Dia meninggalkan Liana lima tahun yang lalu."Dia melakukannya? "Kamu .... Liana yang bilang begitu?" Aku berkedip terkejut.Pria itu telah menjadi berantakan sejak "peliharaannya" pergi. Aku tak bisa membayangkan dia yang memulai perpisahan itu, tetapi lagi-lagi, aku tak tahu apa yang terjadi pada Liana saat itu. Dia hanya datang kepadaku suatu hari, menawarkan bantuan untuk menyembunyikan Jelita dari Joni karena dia perlu menghilang dari Diego dan aku menerima tawarannya.Tidak masalah. Jelita adalah yang terpenting."Maksudku ... Diego ada di kota. Kalau Liana kembali dengan ... dengan anak itu, mereka pasti akan bertemu ...."Bukan hanya Diego. Val dan Jelita. Mereka pasti akan bertemu. Ketika itu terjadi, aku pasti akan kehilangan malaikat-malaikatku. Keduanya.Aku memejamkan mata.Aku tahu hari ini akan tiba sejak
Tentu ada cincin yang jauh lebih mahal, tetapi bukan cincin ini.Tentu, ini adalah hati dari Marcel Tanzil yang terhebat, tetapi dia bahkan masih remaja ketika merancang cincin itu. Dia memiliki sumber daya terbatas … baiklah, terbatas sebagai seorang Keluarga Tanzil. Tetap saja, desainer cincin itu adalah teman keluarganya, dan batu permata itu, meskipun langka, hanya sebanding dengan uang jajan Marcel pada waktu itu.Yang paling berharga dari cincin itu hanyalah emosi yang disimpannya.Val kesal dengan strategi licik Marcel, mengikuti tawarannya hanya dengan menaikkan 150 juta setiap kali, lalu tiba-tiba menggandakannya. Siapa pun, bahkan Nico sekalipun, andai dia ada di sini hari ini, pasti akan ragu setidaknya untuk sesaat.Sambil menatap Marcel dengan tajam, Val tidak mengangkat papannya. Baiklah! Marcel sangat menginginkan cincin sialan itu? Dia boleh mendapatkannya! Toh Val bukan kemari untuk cincin bodoh itu juga.Marcel melihat ke arahnya. Merasa menang? Val bertekad untuk tid
Marcel mengajukan penawaran lagi.Val bahkan tidak mengalihkan pandangannya ke arah kedua pria yang menaikkan harga untuk cincin kecil itu. Dia bersandar ke kanan dengan sikunya di lengan kursi seperti kucing malas, mata ungunya yang dingin tampak acuh tak acuh, memancarkan aura ratu yang mematikan. Namun, hanya sedikit yang bisa melihat lengkungan halus di bibirnya.Dia tahu Marcel menginginkan cincin itu, sangat menginginkannya.Val datang untuk kalung ibunya, tetapi sesampainya di sana, dia tahu Marcel akan datang … karena cincin itu ada di daftar.Dia sudah tahu tentang cincin itu sejak lama. Sebenarnya, dia sudah tahu keberadaan cincin itu sepanjang hidupnya. Seperti remaja pada umumnya, dia ingin tahu segala sesuatu tentang pria yang disukainya, dan dia menemukan tentang cincin itu ketika itu masih sebuah gambar di buku catatan Marcel.Dia tahu bahwa Marcel sedang mendesain sebuah cincin, dia menyaksikan cincin itu menjadi nyata, disimpan oleh pria itu dalam kotak beludru kecil,
"Pria di lantai dua."Papan Marcel bahkan tidak memiliki nomor, hanya satu huruf, Z.Tidak mungkin Marcel bisa melihat dan memperhatikan Alisa dari jendela besar di lantai dua itu, tetapi Alisa merasa seolah-olah Marcel meliriknya dengan dingin ketika dia baru saja mengangkat papannya.Air mata akibat merasa teraniaya memenuhi mata Alisa.Alisa seharusnya ada di sana. Dia seharusnya menjadi ratu dari Keluarga Tanzil, dan dia mendapatkan gelarnya dengan sah. Namun, pria itu sekarang menyingkirkan semua kata dan janji manisnya, dan hanya menatapnya dengan dingin.[ Marcel, No. 86 adalah aku. ]Alisa mengetik di ponselnya, tetapi ragu ketika jarinya melayang di atas tombol "kirim".Kata demi kata, Alisa menghapus pesan itu, dan mengirimkan pesan lain sebagai gantinya. [ Marcel, aku di lelang hari ini. ]Tidak ada balasan.Sambil memegang ponselnya, Alisa menatap Marcel. Pria itu duduk di sana dengan wajah datar, matanya bahkan tidak beralih ke meja tempat ponselnya berkedip.Alisa menggi
"Mereka nggak datang!" desis Alisa kepada Joshua Salim, matanya melirik ke sekeliling dengan tergesa-gesa, tidak bisa tetap tenang lebih dari tiga detik.Alisa tidak sabar untuk menyingkirkan Valerie secara permanen dari hidupnya. Dia tidak tahu Valerie sedang hamil saat dia menjegalnya di tangga, tetapi itu tidak berarti dia tidak senang dengan hasilnya. Dia membuat Valerie masuk penjara. Dia mendapatkan Rumah Z, mesin pencetak uang. Dia juga mendapatkan gelar Nyonya Marcel.Dia dan Marcel memang tidak seperti dahulu lagi, tetapi hal itu sekarang tampaknya merupakan masalah yang jauh lebih sepele dibandingkan Valerie si psikopat yang datang mengejar dirinya.Sejak Valerie muncul di pesta reuni, Alisa tidak bisa tidur nyenyak sehari pun.Alisa tahu Valerie tidak akan melepaskannya begitu saja kali ini, dan dia tahu pasukan lamanya, yaitu ibunya, ayahnya, dan Marcel, tidak memiliki kekuatan atas Valerie sekarang. Bahkan kakak laki-lakinya yang hanya seorang penindas itu sedang bersembun
"Aku akan menceraikannya dengan syarat," tambah Alisa sambil cemberut. "Dia berutang pernikahan itu kepadaku. Dia juga nggak pernah memenuhi tanggung jawabnya sebagai suami.""Darah yang kita berikan kepadanya adalah darah Valerie sejak awal. Apa yang kamu harapkan saat kamu memaksanya menikahimu?" Joshua Salim menghela napas, menggelengkan kepala perlahan dengan kekecewaan di matanya.Joshua Salim telah melakukan hal-hal buruk demi istri dan putrinya. Dia pikir dirinya telah melakukan segala yang dia bisa untuk melindungi keluarganya, tetapi dia tidak pernah menduga putrinya hanya akan belajar trik kotor darinya."Ayah memaksa Ibu, tapi semuanya baik-baik saja," kata Alisa sambil mengangkat bahu dengan nada acuh tak acuh."Apa kamu bilang?" Joshua Salim mengangkat tangannya, dan Alisa membeku dengan air mata ketakutan. Pada akhirnya, tangan itu tidak mendarat.Joshua Salim menghela napas dalam-dalam dan panjang. Dia menggenggam tinjunya untuk menyembunyikan gemetar di tangannya.Aveli
"Ini akan membuat Valerie marah!"Alisa menghela napas sambil menatap ayahnya dan memutar matanya saat mereka melewati lorong temaram bersama para peserta lelang.Bukan berarti Alisa bersedia menyerah kepada Val soal kalung itu, tetapi menjual kalung itu secara terbuka kepada Val hanya akan menjadi deklarasi perang, sesuatu yang tidak akan dilakukan oleh ayahnya yang berhati-hati. Namun, Joshua Salim tampaknya sudah bertekad untuk melanjutkannya.Lelang ini memperbolehkan topeng, toh sebuah topeng sederhana tidak bisa menyembunyikan identitas seseorang, terutama di kalangan orang-orang yang mampu berada di sini. Namun, tetap saja, Alisa mengenakan topeng. Bukan hanya itu, dia juga mengenakan gaun yang lebih menantang dengan punggung yang terbuka hingga ke pinggangnya, untuk mengelabui orang, seperti yang dia katakan.Namun, Joshua Salim tahu ini hanyalah cara Alisa untuk melampiaskan perasaannya setelah perselisihan dengan Marcel. Dia mengenal putrinya lebih baik daripada siapa pun. Se
"Apa ... apa kamu tahu tentang Keluarga Kumala?" Apa kamu tahu bahwa kamu baru saja memarahi pewaris dari salah satu keluarga paling berkuasa di negara ini? Inilah pertanyaan sebenarnya, yang tidak berani ditanyakan oleh Val.Val melirik ke arah Nico, dengan sedikit kecemasan terdengar dalam suaranya yang bahkan tidak dia sadari sendiri.Mereka menjemput Liana sebelum mengakhiri hari itu. Nico bermain dengan Jelita sepanjang perjalanan ke rumah Liana. Val tidak ingin membicarakan Diego di depan Liana atau Jelita, jadi dia hanya diam karena rasa bersalah yang terus menggerogotinya.Kesepakatan Val dengan Nico adalah tentang Keluarga Salim. Nico membutuhkan Val karena pria itu tidak ingin ada noda di namanya, jadi Val berpikir pria itu tidak akan senang jika harus bermusuhan dengan Keluarga Kumala.Nico menoleh, matanya yang dalam tertuju pada Val sebelum dia mengangguk. "Ya, aku tahu."Val menelan ludah tanpa disadari.Haruskah dia memberitahu pria itu siapa Diego sebenarnya? Nico membe
"Diego Kumala!" seru Val dengan marah. "Ini benar-benar nggak bisa dipercaya! Ini sudah sangat rendah, bahkan untukmu!"Di balik sudut jalan, berdiri pria yang dia marahi. Di wajah pria itu, ada rasa malu, terkejut, dan ... sedikit rasa marah, marah kepada adik iparnya yang baru saja mencampakkannya agar adik perempuannya tidak kehilangan kendali melihat si mantan suami menculik putri temannya.Betapa kacaunya keluarga asalmu."Liana menolakmu, 'kan?" Val menyilangkan tangan di depan dada, menatap Diego seperti induk kucing yang marah. "Itu sebabnya kamu bersembunyi di sini?""Ehh ... nggak juga ...." Pria itu menggaruk rambutnya dengan senyum meminta maaf. Liana tidak bilang "tidak". Wanita itu sama sekali tidak mengangkat teleponnya yang jutaan kali, begitu juga Val. "Ini murni kebetulan, tapi aku sangat senang bisa melihatmu, Jelita …."Val menyipitkan matanya. Diego cepat-cepat meminta maaf dan mengoreksi, "Maksudku, Valerie.""Namaku Val, dan aku lebih bahagia tanpa kamu, terima k
"Siapa yang mengajarimu memanggilnya Mama Val?" tanya Marcel, mengamati Val dengan hati-hati agar tidak terlihat oleh Val, tetapi juga tidak kehilangan jejak Val.Marcel tidak tahu Val ada di sini dan tidak mengira Jelita akan melompat dari komidi putar saat melihatnya. Dia tahu bahwa Liana membawa Jelita ke sini, jadi dia datang."Dia memang Mama Val .…" jawab Jelita dengan nada terluka dan merasa bingung."Apa dia tahu aku papamu?" tanya Marcel, sudah mengetahui jawabannya.Val tidak tahu. Kalau tahu, Val pasti sudah menghubungkan semuanya.Marcel perlu memberi tahu Val, tetapi dia tidak bisa, karena Nico.Sekeras apa pun Marcel berusaha menyelidiki pria itu, dia tidak menemukan hal yang aneh. Pria itu terlihat bersih. Adam Samid. Itu nama yang ditemukan Marcel. Nama yang sangat biasa, hampir membosankan.Marcel bahkan menemukan mengapa Nico membenci Keluarga Salim. Perusahaan kecil milik Joshua Salim yang sangat dia jaga selama bertahun-tahun itu dibeli dari seorang "Samid" dengan h