Sudut pandang Marcel:Aku tidak menyangka Val akan setuju menemuiku.Dia menutup diri sejak persidangan, tidak mau bicara dengan siapa pun. Joni Kumala, Diego ... bahkan Liana. Penjara menjadi cangkang pelindungnya dan dia bersembunyi dari dunia.Namun, saat aku ingin menemuinya, dia setuju untuk dikunjungi.Aku keluar dari semua kekacauan itu, mandi seharian seolah-olah akan pergi ke tempat suci. Aku harus menyerahkan semuanya di depan pemeriksaan keamanan yang ketat. Kekosongan di dalam dinding penjara menurunkan suhu 4 hingga 5 derajat daripada di luar. Begitu pula wajah datar para penjaga.Aku mengikuti mereka masuk makin dalam ke neraka ini, gagal membayangkan perasaan Val saat dia berjalan melalui lorong ini, mengetahui bahwa dirinya tidak akan keluar lagi.Rasa dingin menjalar di tulang punggungku saat pikiran itu menyerangku."Waktunya 20 menit," kata penjaga itu memperingatkan dengan dingin sebelum dia membuka pintu besi yang berat itu. Bunyi bip keras terdengar saat lampu mer
Gosip itu seperti lalat di musim panas, mereka menyebar, tetapi mati dengan cepat juga. Berita tentang Valerie yang masuk penjara menghilang lebih cepat daripada biasanya, bahkan peluncuran filmnya setahun setelahnya tidak menarik perhatian banyak orang.Valerie terkenal untuk sementara waktu dengan semua pembicaraan tentang kegugurannya, kasus percobaan pembunuhan, dan perceraian dengan Marcel Tanzil. Namun, cerita-cerita itu segera berubah menjadi legenda, seperti bagaimana dia sudah mati di penjara, dan meninggalnya tidak lama setelah itu.Orang-orang memiliki ingatan yang pendek. Mereka hanya ingat apa yang mereka lihat, dan belakangan ini, itu adalah Alisa Tanzil.Ya, aktris terkenal yang memenangkan banyak penghargaan, menikahi cinta pertamanya sejak kecil, CEO terkenal dari kerajaan bisnis Tanzil, dan menjadi pemilik Rumah Z.Terdaftar secara resmi, tidak kurang.Namun, itu bukan alasan mengapa orang membicarakannya.Orang-orang membicarakan Alisa karena dia membangkrutkan Rumah
"Biarkan aku masuk! Berani-beraninya kamu menghalangiku?" teriak Alisa lagi, kemungkinan besar kepada sekretaris Marcel. Namun, Timmy tidak akan membiarkan wanita itu masuk, tidak setelah Marcel hampir memecatnya ketika dia melakukan itu terakhir kali.Akhirnya, Marcel bergerak. Dia berdiri dan menuju pintu. Sebuah badai terbentuk di matanya yang suram. Badai itu berasal dari foto yang dia tatap, tetapi orang dalam foto itu tidak ada di sini untuk menanggung amarah itu."Siapa yang berteriak?" Marcel membuka pintunya, bertanya dengan nada yang hampir lembut.Itu cukup efektif untuk membuat Alisa terdiam. Wanita itu cemberut, tetapi tidak berani mengangkat suaranya lagi. Timmy membungkuk kepada Marcel dan Alisa mengambil kesempatan untuk menyelinap di sekitar Timmy menuju Marcel."Apa kamu memberikan tempatku kepadanya?" tanya Alisa menuntut dengan air mata di matanya."Apa maksudmu dengan tempat untuk siapa?" Marcel mengernyit, nadanya sudah tidak sabar, dan itu meredakan kemarahan kec
Hari reuni.Baru tiga hari sejak Marcel melihat Valerie di berita. Dalam pelukan pria lain, lebih tepatnya. Itu membuat tiga hari terakhir ini terasa seperti tiga tahun bagi Marcel.Namun, tidak dengan Alisa.Wanita itu telah menemukan kembali hasrat untuk berbelanja dan menghiasi dirinya dengan begitu banyak gaun dan perhiasan yang terlalu berat untuk lehernya yang rapuh. Sudah bertahun-tahun dia tidak merasa seperti ini.Cincin kawin di jarinya lebih terasa seperti belenggu daripada berkah. Alisa tidak bisa lagi menggoda koleksi pria-pria yang dimilikinya, dan itu seharusnya tidak masalah jika dia benar-benar merasa bahwa mahkota ratu kota memang dimiliknya.Namun, bagaimana mungkin Alisa merasa begitu ketika dia hampir tidak bisa melihat suaminya?Dia mengira Marcel hanya akan marah sebentar, tetapi itu berkembang menjadi dendam di antara mereka yang tampaknya tidak pernah bisa dilupakan oleh pria itu. Alisa menangis saat pertama kali dia harus mengetahui bahwa suaminya memeluk wani
Alisa tidak perlu menunggu Marcel. Atau, dia tidak diberi kesempatan untuk menunggu Marcel. Marcel sudah mendahuluinya.Tidak ada yang mendekati Alisa ketika dia keluar dari mobil, bahkan Olivia Wiguna sekalipun. Ketika gelarmu bergantung pada seorang suami yang menunjukkan betapa dia tidak peduli kepadamu, kamu tidak akan mendapatkan rasa hormat yang sepantasnya.Begitulah lingkaran pertemanannya.Alisa berharap hari ini dirinya bisa membalikkan keadaan."Olivia!" Alisa dengan cepat melihat sahabat lamanya. Setelah Marcel dengan jelas menunjukkan bahwa Alisa tidak lagi berada di bawah perlindungannya, sebagian besar "teman" dalam lingkaran Alisa meninggalkan wanita itu.Jangan salah paham. Olivia adalah salah satu yang pertama meninggalkan kapal. Namun, begitulah Alisa tahu Olivia akan menjadi yang pertama berbalik arah jika Alisa bisa mengembalikan Marcel, dan hal itu akan terjadi malam ini."Siapa ini?" tanya pria yang berdiri di samping Olivia dengan nada mengejek, tampaknya mengen
"Aku Marcel Tanzil." Marcel meletakkan tangannya di sandaran kursi, tanpa menunjukkan niat untuk berjabat tangan. "Dan kamu siapa?""Kamu nggak perlu tahu," jawab pria bertopeng itu, sepertinya dengan tawa ringan.Nada tawa itu membuat Marcel mengernyitkan dahi."Oke, kamu duduk di kursiku, jadi ...." Marcel menundukkan kepalanya dengan tatapan dingin. "Kamu keluar dari sini, atau kita akan lihat apa kamu sanggup mempertahankannya."Pria bertopeng itu melengkungkan bibirnya. "Kita berdua tahu aku sanggup, 'kan? Jadi, bagaimana kalau kita biarkan sang wanita yang memutuskan siapa yang layak menjadi rajanya?"Marcel tidak menjawab, tetapi dia tidak bisa menahan pandangannya ke arah Valerie, yang tidak berani dia pandang sebelumnya.Siapa pun pria ini, dia jelas cukup berpengaruh untuk mengubah keputusan sekolah ini. Itu yang Marcel tahu. Marcel hanya ingin tahu siapa musuhnya, tetapi pria bertopeng itu tampaknya bertekad untuk merahasiakan identitasnya.Val kembali bersama pria itu. Pria
Sudut pandang Marcel:Valerie, atau ... baiklah, Val, bukanlah ratu reuni alumni seperti yang lain.Dia sama sekali tidak peduli dengan gelar itu. Dia tidak berdiri dan melambaikan tangan, tidak melemparkan ciuman, atau tersenyum kepada kerumunan yang menggila untuknya.Dia hanya berbaring di takhtanya, bersandar malas di atas kereta seperti kucing yang mengantuk, melengkungkan jarinya dengan manja ketika dia mau, dengan bibirnya yang melengkung santai. Saat itu membuat orang-orang semakin tergila-gila padanya, dia hanya tertawa kecil, menyandarkan dagunya di siku dan sedikit menjulurkan lidahnya, membuat kerumunan semakin histeris.Hal itu juga membuatku semakin tergila-gila padanya."Kenapa kamu memilihku?" tanyaku sesantai yang aku bisa sambil melambai pada kerumunan.Aku mencoba berperan sebagai raja. Yah, gagal total.Rasanya seperti aku tidak mengenalnya. Tidak lagi. Aku tidak tahu apakah lima tahun terakhir yang mengubahnya menjadi wanita yang berbeda seperti ini, atau hanya kec
Sudut pandang Marcel:"Apa kabarmu ...." Aku mulai bicara, hanya untuk berhenti ketika menyadari betapa konyolnya pertanyaanku saat dia telah berada di penjara. "Maksudku, aku sudah mencarimu selama ini ....""Mencariku?" Val tertawa ringan, mata ungunya yang dingin akhirnya menatap ke arahku sejak aku naik ke atas kereta. "Kenapa? Aku nggak tahu kalau balas dendam juga punya daya tarik seperti ini."Kamu berhak mendapatkan balas dendam apa pun yang kamu inginkan. Aku hanya bersyukur kamu ada di sini.Val menolak semua kunjunganku setelah percakapan pertama dan terakhir kami di penjara. Kemudian, dia dipindahkan sebelum genap satu bulan di penjara negara bagian. Anehnya, bahkan dengan Diego di pihak kami, semua upaya kami untuk mendapatkan catatan atau sekadar mengetahui keberadaannya selalu ditolak, berulang kali.Aku ingin memberitahunya tentang anak kami, tetapi aku melewatkan kesempatanku.Val kehilangan lima tahun bersama putri kami dan itu semua salahku."Aku mencoba mencari tahu
"Nona Salim, senang bertemu denganmu." Okto membungkuk pada Val dengan sikap sopan, tetapi Val bersumpah dia melihat sekilas senyuman mengejek yang coba ditahannya saat dia menundukkan kepala.Apa-apaan ini? Okto adalah "pangeran misterius" yang akan diumumkan Keluarga Wibowo hari ini? Dia adalah putra dari Erawan Wibowo? Okto tahu kalau Val sedang menghindari ayahnya dan dia membantunya? Apakah Okto tahu tentang Nico? Apa arti semua ini?Begitu banyak kejutan meledak di kepala Val."Sudah lama nggak ketemu, Okto!" Alisa menyambutnya dengan senyum cerah, matanya berbinar penuh suka cita."Kami baru saja ketemu kemarin di gedung Tanzil." Okto membalas senyuman itu dengan antusiasme yang setara, kalau tidak lebih. "Mungkin kamu lupa karena waktu itu kamu cuma melirikku sekilas dan nggak berhenti buat ngobrol pas aku nyapa kamu. Nggak ngenalin aku, ya?"Alisa terkenal karena tidak pernah melempar senyum pada siapa pun, kecuali targetnya. Dia bersikap seperti malaikat di hadapan orang-oran
Val mulai serius mempertimbangkannya sekarang.Dia tidak bisa menuntut mereka kalau mereka cuma menyaksikan kecelakaan mobil, seburuk apa pun itu, menyaksikan seorang ibu mati saat mencoba menyelamatkan bayinya. Mereka bisa dan Val yakin mereka pasti akan, mengklaim bahwa Erin memohon agar mereka menyelamatkan bayinya.Faktanya, itulah versi pertama dari "kebenaran" yang diceritakan oleh Joshua ketika Val mencoba mencari keluarganya sendiri.Namun, kalau mereka terlibat langsung dalam kecelakaan itu? Mungkin Val bisa menuntut mereka! Dengan catatan kalau Val bisa membuktikannya, sebelum masa kedaluwarsa penuntutan berakhir.Berapa lama batas waktu untuk kasus tabrak lari? Val tidak yakin."Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi waktu itu," tuntut Val, tetapi dia tidak bergerak meski tatapan Nyonya Wibowo mulai curiga, matanya tajam menelisik bisik-bisik mereka."Jangan maksa!" Aveline memperingatkan.Nyonya Wibowo menatap Val dengan mata penuh kecurigaan, begitu juga dengan semua o
Nenek mengatakan itu?Aveline jelas tidak mengetahuinya, berbeda dengan Alisa. Namun, Alisa juga tidak menyangka Marcel akan menyebutkannya di sini. Val sebenarnya merasakan keterkejutan yang sama ....Apakah Marcel sadar bahwa dia sedang menginjak lapisan tipis dari kebohongan Alisa?Namun, tak ada yang lebih terkejut daripada Nyonya Wibowo ...."Tunggu, bukankah kamu sudah mendapatkan pernikahan yang dijanjikan itu lima tahun lalu? Aku datang ke pernikahanmu!"Lima tahun yang lalu, tepat setelah dokumen perceraian resminya dengan Val selesai, Marcel menikahi Alisa dengan perayaan yang megah. Seluruh kota merayakan hari bahagia mereka, melupakan mantan Nyonya Tanzil yang dibiarkan membusuk dalam penjara.Val mengatupkan bibirnya, berusaha keras menahan senyum.Jadi, bukan hanya Alisa yang mengaku sebagai wanita Marcel di depannya, tetapi juga di depan semua orang? Seorang ibu yang penuh kasih, membawa putri kesayangannya untuk mengunjungi orang berpengaruh yang ingin mereka dekati set
Nyonya Wibowo berbalik, mendorong lengan Aveline seperti seekor bulldog di atas ring. Diam-diam, Marcel melangkah maju dengan senyuman cerah, menghalangi Val darinya."Dia menolak datang hari ini hanya karena aku mengundangmu! Aku nggak menyangka dia benar-benar nggak datang, tapi ternyata benaran!" Nyonya Wibowo langsung melupakan Val. "Masalah sebesar apa yang membuatnya bahkan nggak mau bicara dengan cucunya sendiri yang begitu baik selama bertahun-tahun?"Marcel bahkan terhenti sejenak ....Bukankah Gloria melakukan hal yang sama kepada putrinya? Dia bahkan tidak datang ke pemakaman Erin. Sebenarnya, tidak ada satu pun anggota keluarga yang datang, atas perintahnya, tampaknya.Kata-kata itu juga menghentikan amarah Val sesaat ....Bertahun-tahun? Dia mengira Nenek mengusir Marcel hanya sebagai bentuk sikap, sebagian untuk memberinya kesempatan menantang dirinya sendiri tanpa nama Tanzil yang membuka jalannya. Namun, dia tidak menyangka Nenek benar-benar tidak berbicara dengannya se
Acara ini sebenarnya tidak ada hubungannya dengan Aveline. Yah, kecuali fakta bahwa dia yang menyelenggarakannya sebagai cara untuk menjilat Nyonya Wibowo.Nyonya Wibowo ada di sini untuk mengumumkan kembalinya si bajingan, putra dari Erawan Wibowo yang hilang, ke publik. Acara ini bukan untuk Aveline dan sudah pasti bukan untuk Val. Aveline sudah bersusah payah menjaga Val tetap jauh dari Keluarga Wibowo dan dia tidak akan gagal sekarang.Satu-satunya celah, hal yang terus-menerus dipikirkannya sejak melihat Val adalah ....Bagaimana Val bisa mendapatkan undangan?Untuk mencegah mimpi buruk terbesarnya menjadi kenyataan, Aveline bahkan tidak mengundang Keluarga Demian. Putri mereka adalah salah satu sahabat Val. Ditambah lagi, ada Adrian, yang tiba-tiba saja membela Val tanpa alasan.Mereka telah membuat hidup Keluarga Salim sulit di dunia bisnis. Mereka akan berperan besar dalam kejatuhan Rumah Z, yang keuntungannya bisa lebih dari dua kali lipat bisnis Keluarga Salim dalam beberapa
Setiap Natal, Aveline akan membawa Alisa dalam kunjungan "keluarga", di mana Joshua tidak ikut serta. Alasannya selalu berkaitan dengan bagaimana keluarganya tidak menyetujui pernikahannya dengan Joshua, yang dianggap berada di bawah standar mereka. Sementara itu, Val akan ditinggalkan bersama Joshua, dengan alasan untuk menjaga keseimbangan antara orang tua dan anak-anak.Jika itu benar-benar alasan utamanya, maka Aveline seharusnya tidak membawa Gerry bersamanya juga.Val dulu berpikir bahwa itu karena Alisa tidak menyukainya. Namun, sekarang dia tahu alasan sebenarnya di balik semua itu ....Dari bagaimana Aveline dan Alisa berusaha menjilat Nyonya Wibowo, sudah jelas bahwa mereka tidak ingin Val memiliki kesempatan untuk bertemu dengan seseorang yang berkuasa seperti ini. Terlebih lagi, sebagai putri Aveline sendiri.Bagaimana jika Nyonya Wibowo mulai menyukai Val? Kemudian, akan ada seseorang di "keluarga" ini yang benar-benar memperlakukannya dengan baik. Itu adalah hal yang haru
Itulah frasa yang tidak pernah bisa dipahami Val, rasa ingin tahu yang kelam.Sambil melihat sekeliling, Val perlahan menggeleng, matanya dipenuhi rasa jijik saat melihat penghinaan di mata para penonton yang ingin tahu. Apa yang mereka tunggu? Agar dia menangis karena dipermalukan oleh seorang wanita tua yang bahkan tidak mengenalnya?Agar dia merasa malu karena seseorang yang menyebutnya "saudari" justru secara terbuka menunjukkan cara untuk mempermalukannya, sambil berpura-pura bersikap baik dengan akting canggungnya?Dia bukan orang yang seharusnya merasa malu di sini."Terima kasih atas undangannya, Nyonya Wibowo," Val menunduk ringan, nadanya tenang dan sopan.Nyonya Wibowo akhirnya menatap Val, seolah melihatnya untuk pertama kali. Dia mengamati Val selama beberapa detik yang terasa lama dan kerutan di wajahnya semakin dalam. Pada titik ini, Val cukup terkejut. Apa yang bisa Alisa katakan sampai membuat Nyonya Wibowo langsung membencinya terlebih hanya dengan melihatnya?"Hmph."
Val sempat kehilangan fokus sejenak.Apa yang barusan Marcel katakan?Selama ini, Val mengira Joshua ada hubungannya dengan kematian ibunya. Setidaknya, dia menyaksikannya dan tidak menolong, hanya melihat Erin meregang nyawa lalu membawa Val pulang. Val sudah menyelidiki kecelakaan mobil itu dengan memanfaatkan sumber daya Nico dalam waktu yang cukup lama. Belum lagi, sumber daya itu sangat besar.Hasilnya? Tidak ada.Val tidak menemukan satu pun bukti yang menunjukkan keberadaan Joshua di dekat lokasi kecelakaan dan dia berpikir mungkin semua jejaknya telah dihapus. Lagi pula, Joshua pasti telah berusaha menutupi jejaknya juga.Namun, jika yang dikatakan Marcel benar ...."Gimana kamu bisa tahu? Kamu punya bukti? Sudah berapa lama kamu mengetahuinya dan menyembunyikannya dariku hanya untuk ...?" Val meledak dengan rentetan pertanyaan seperti senapan mesin.Ting, ting, ting!Suara dentingan gelas yang tajam memecah keheningan, membuat Val langsung berhenti. Bahkan sebelum dia bisa men
"Aku baru sadar, kamu terlihat menggemaskan saat marah."Saat itu, Val benar-benar ingin menghantam kepala pria konyol itu dan langsung pergi. Namun, seluruh lobi sudah sunyi dan semua mata tertuju pada orang-orang di tengah. Jika dia berani bertindak sekarang, dia akan menjadi pusat perhatian. Jadi itu alasan Marcel begitu berani sekarang?"Kalau kamu sudah nggak peduli lagi dengan ular kecilmu itu ...." Val menggertakkan giginya, tetapi dia tidak sempat menyelesaikan kalimatnya karena Marcel menyeringai percaya diri dan menyelanya dengan santai ...."Kamu bahkan belum mendengar tawaranku."Val berbalik untuk pergi, tetapi Marcel sudah lebih dulu membaca gerakannya dan menarik pinggangnya sebelum dia bisa menghindar. Walaupun dia gagal membuat keributan dan hanya menarik perhatian segelintir orang di sekitar mereka, dia kini berada dalam pelukan Marcel, dengan erat."Kamu ...!"Val nyaris berteriak. Nyaris.Val tidak pernah suka berdandan, tidak seperti sekarang. Dia belajar merias di