Sudut pandang Valerie:Pernikahan mereka.Alisa baru saja menata rambutnya. Dalam balutan gaun berbelahan yang memperlihatkan lekuk tubuhnya, dan sepasang sepatu hak tinggi yang menjulang, Alisa tampak menakjubkan. Kurasa mewujudkan mimpimu bisa membuat itu terjadi. Aku juga berkilauan seperti itu saat aku menjalani pernikahan impianku sendiri, yang kupikir akan memulai akhir bahagiaku.Dia bahagia. Aku benci itu.Dia akhirnya mendapatkan apa yang diinginkannya. Dia selalu mendapatkan apa yang diinginkannya, berapa pun harganya, karena ayahnya akan membayar tagihannya. Setelah membujukku ke hutan, mencuri kesatria putihku dan mengubahnya menjadi hitam, hidup dari darahku, dan berdiri di atas mayat bayiku, dia akhirnya merangkak ke altar suci.Bukan hanya tidak membayar perbuatannya, Alisa bahkan menjadikan Marcel saksinya. Marcel adalah saksi pembunuh anaknya sendiri!Betapa bodoh dan menyedihkannya aku berpikir bahwa anjing seperti Alisa bisa mencintaiku?"Aku lihat kamu masih belum d
Sudut pandang Valerie:Mengingat kondisi khususku, polisi tidak menahanku, tetapi hanya mengawasiku dengan ketat dengan dua petugas yang menjaga bangsal rumah sakitku.Alisa tidak senang dengan hal itu.Dia ingin aku didakwa dengan percobaan pembunuhan. Sebenarnya, kurasa dia ingin aku di kursi pesakitan keesokan harinya.Sejujurnya? Aku berharap aku bisa didakwa dengan pembunuhan yang berhasil. Aku tidak hidup lagi. Aku hanya bertahan hidup, untuk balas dendam yang tidak kulihat harapannya. Aku tidak mencoba membunuhnya ketika aku kehilangan kendali dan melukainya dengan pisau buah. Jika aku tidak kesal dan benar-benar waras saat itu, aku tidak akan meleset.Aku ingin dia mati.Dalam hal itu, polisi harus mengurungku."Val …? Val .…"Butuh beberapa saat bagiku untuk menyadari bahwa Marcel sedang berbicara kepadaku.Pria itu datang mengunjungiku setiap hari sejak aku menusuk Alisa-nya. Mengejutkan. Dia tidak punya waktu untukku setelah aku hampir mati bersama anak kami, tetapi dia puny
Sudut pandang Marcel:Jika Val berhenti mencintaiku saat dia menyinggung soal perceraian, sekarang dia membenciku.Saat dia menatapku, tidak ada kebencian atau kemarahan di matanya. Tidak ada apa-apa. Dia tidak melihat diriku, melainkan hanya orang asing yang diharapkannya mengalami hal terburuk. Aku bisa membaca harapan-harapan itu. Aku tidak keberatan jika dia membenciku. Aku bahkan tidak keberatan jika dia mencoba membalas dendam kepadaku. Aku memang pantas mendapatkannya.Namun, dia tidak akan melakukannya. Dia tidak ada di sini lagi. Saat aku tidak memaksanya untuk berbicara, rasanya dia sudah berada di luar dunia ini.Aku seharusnya menghabiskan lebih banyak waktu dengannya. Aku seharusnya ada untuknya saat Alisa datang, tetapi aku ...."Marcel ... sudah kubilang, kamu nggak perlu datang ke pengadilan," kata Diego, terkejut melihatku. "Kapan terakhir kali kamu benar-benar tidur?"Dua atau tiga hari yang lalu? Aku benar-benar tidak punya waktu.Aku sudah mengurus bayi, tuduhan per
Sudut pandang Marcel:Aku punya sejuta hal yang harus kulakukan, tetapi aku tidak bisa meninggalkan gedung pengadilan. Tidak saat Val diadili.Kupikir itu akan memakan waktu lama, tetapi persidangan itu berakhir sebelum aku menyadarinya.Persidangan itu tidak berakhir dengan baik.Rasanya seperti aku baru saja duduk di bangku di luar pengadilan sebelum Diego keluar. Hampir seperti dia lupa sesuatu dan dia keluar untuk mengambil sesuatu itu dengan cepat. Sebelum aku sempat bertanya, dia menggelengkan kepalanya.Bagaimana dia bisa kalah? Dia bilang dia percaya diri! Bahkan hanya masuk ke sana untuk melambaikan tangan tanda menyerah akan memakan waktu lebih lama daripada ini!"Apa yang terjadi?""Dia ...." Dengan tercekik, Diego mencoba mengeluarkan beberapa kata. "Dia mengaku bersalah ....""Lalu, apa gunanya kamu ada di sana? Kita perlu mengajukan banding ….""Nggak bisa. Ini akan menjadi tuntutan pidana, dan kecil kemungkinan untuk membalikkan ini ...." Diego berhenti bicara, menatap s
Sudut pandang Marcel:Aku tidak menyangka Val akan setuju menemuiku.Dia menutup diri sejak persidangan, tidak mau bicara dengan siapa pun. Joni Kumala, Diego ... bahkan Liana. Penjara menjadi cangkang pelindungnya dan dia bersembunyi dari dunia.Namun, saat aku ingin menemuinya, dia setuju untuk dikunjungi.Aku keluar dari semua kekacauan itu, mandi seharian seolah-olah akan pergi ke tempat suci. Aku harus menyerahkan semuanya di depan pemeriksaan keamanan yang ketat. Kekosongan di dalam dinding penjara menurunkan suhu 4 hingga 5 derajat daripada di luar. Begitu pula wajah datar para penjaga.Aku mengikuti mereka masuk makin dalam ke neraka ini, gagal membayangkan perasaan Val saat dia berjalan melalui lorong ini, mengetahui bahwa dirinya tidak akan keluar lagi.Rasa dingin menjalar di tulang punggungku saat pikiran itu menyerangku."Waktunya 20 menit," kata penjaga itu memperingatkan dengan dingin sebelum dia membuka pintu besi yang berat itu. Bunyi bip keras terdengar saat lampu mer
Gosip itu seperti lalat di musim panas, mereka menyebar, tetapi mati dengan cepat juga. Berita tentang Valerie yang masuk penjara menghilang lebih cepat daripada biasanya, bahkan peluncuran filmnya setahun setelahnya tidak menarik perhatian banyak orang.Valerie terkenal untuk sementara waktu dengan semua pembicaraan tentang kegugurannya, kasus percobaan pembunuhan, dan perceraian dengan Marcel Tanzil. Namun, cerita-cerita itu segera berubah menjadi legenda, seperti bagaimana dia sudah mati di penjara, dan meninggalnya tidak lama setelah itu.Orang-orang memiliki ingatan yang pendek. Mereka hanya ingat apa yang mereka lihat, dan belakangan ini, itu adalah Alisa Tanzil.Ya, aktris terkenal yang memenangkan banyak penghargaan, menikahi cinta pertamanya sejak kecil, CEO terkenal dari kerajaan bisnis Tanzil, dan menjadi pemilik Rumah Z.Terdaftar secara resmi, tidak kurang.Namun, itu bukan alasan mengapa orang membicarakannya.Orang-orang membicarakan Alisa karena dia membangkrutkan Rumah
"Biarkan aku masuk! Berani-beraninya kamu menghalangiku?" teriak Alisa lagi, kemungkinan besar kepada sekretaris Marcel. Namun, Timmy tidak akan membiarkan wanita itu masuk, tidak setelah Marcel hampir memecatnya ketika dia melakukan itu terakhir kali.Akhirnya, Marcel bergerak. Dia berdiri dan menuju pintu. Sebuah badai terbentuk di matanya yang suram. Badai itu berasal dari foto yang dia tatap, tetapi orang dalam foto itu tidak ada di sini untuk menanggung amarah itu."Siapa yang berteriak?" Marcel membuka pintunya, bertanya dengan nada yang hampir lembut.Itu cukup efektif untuk membuat Alisa terdiam. Wanita itu cemberut, tetapi tidak berani mengangkat suaranya lagi. Timmy membungkuk kepada Marcel dan Alisa mengambil kesempatan untuk menyelinap di sekitar Timmy menuju Marcel."Apa kamu memberikan tempatku kepadanya?" tanya Alisa menuntut dengan air mata di matanya."Apa maksudmu dengan tempat untuk siapa?" Marcel mengernyit, nadanya sudah tidak sabar, dan itu meredakan kemarahan kec
Hari reuni.Baru tiga hari sejak Marcel melihat Valerie di berita. Dalam pelukan pria lain, lebih tepatnya. Itu membuat tiga hari terakhir ini terasa seperti tiga tahun bagi Marcel.Namun, tidak dengan Alisa.Wanita itu telah menemukan kembali hasrat untuk berbelanja dan menghiasi dirinya dengan begitu banyak gaun dan perhiasan yang terlalu berat untuk lehernya yang rapuh. Sudah bertahun-tahun dia tidak merasa seperti ini.Cincin kawin di jarinya lebih terasa seperti belenggu daripada berkah. Alisa tidak bisa lagi menggoda koleksi pria-pria yang dimilikinya, dan itu seharusnya tidak masalah jika dia benar-benar merasa bahwa mahkota ratu kota memang dimiliknya.Namun, bagaimana mungkin Alisa merasa begitu ketika dia hampir tidak bisa melihat suaminya?Dia mengira Marcel hanya akan marah sebentar, tetapi itu berkembang menjadi dendam di antara mereka yang tampaknya tidak pernah bisa dilupakan oleh pria itu. Alisa menangis saat pertama kali dia harus mengetahui bahwa suaminya memeluk wani
Tentu ada cincin yang jauh lebih mahal, tetapi bukan cincin ini.Tentu, ini adalah hati dari Marcel Tanzil yang terhebat, tetapi dia bahkan masih remaja ketika merancang cincin itu. Dia memiliki sumber daya terbatas … baiklah, terbatas sebagai seorang Keluarga Tanzil. Tetap saja, desainer cincin itu adalah teman keluarganya, dan batu permata itu, meskipun langka, hanya sebanding dengan uang jajan Marcel pada waktu itu.Yang paling berharga dari cincin itu hanyalah emosi yang disimpannya.Val kesal dengan strategi licik Marcel, mengikuti tawarannya hanya dengan menaikkan 150 juta setiap kali, lalu tiba-tiba menggandakannya. Siapa pun, bahkan Nico sekalipun, andai dia ada di sini hari ini, pasti akan ragu setidaknya untuk sesaat.Sambil menatap Marcel dengan tajam, Val tidak mengangkat papannya. Baiklah! Marcel sangat menginginkan cincin sialan itu? Dia boleh mendapatkannya! Toh Val bukan kemari untuk cincin bodoh itu juga.Marcel melihat ke arahnya. Merasa menang? Val bertekad untuk tid
Marcel mengajukan penawaran lagi.Val bahkan tidak mengalihkan pandangannya ke arah kedua pria yang menaikkan harga untuk cincin kecil itu. Dia bersandar ke kanan dengan sikunya di lengan kursi seperti kucing malas, mata ungunya yang dingin tampak acuh tak acuh, memancarkan aura ratu yang mematikan. Namun, hanya sedikit yang bisa melihat lengkungan halus di bibirnya.Dia tahu Marcel menginginkan cincin itu, sangat menginginkannya.Val datang untuk kalung ibunya, tetapi sesampainya di sana, dia tahu Marcel akan datang … karena cincin itu ada di daftar.Dia sudah tahu tentang cincin itu sejak lama. Sebenarnya, dia sudah tahu keberadaan cincin itu sepanjang hidupnya. Seperti remaja pada umumnya, dia ingin tahu segala sesuatu tentang pria yang disukainya, dan dia menemukan tentang cincin itu ketika itu masih sebuah gambar di buku catatan Marcel.Dia tahu bahwa Marcel sedang mendesain sebuah cincin, dia menyaksikan cincin itu menjadi nyata, disimpan oleh pria itu dalam kotak beludru kecil,
"Pria di lantai dua."Papan Marcel bahkan tidak memiliki nomor, hanya satu huruf, Z.Tidak mungkin Marcel bisa melihat dan memperhatikan Alisa dari jendela besar di lantai dua itu, tetapi Alisa merasa seolah-olah Marcel meliriknya dengan dingin ketika dia baru saja mengangkat papannya.Air mata akibat merasa teraniaya memenuhi mata Alisa.Alisa seharusnya ada di sana. Dia seharusnya menjadi ratu dari Keluarga Tanzil, dan dia mendapatkan gelarnya dengan sah. Namun, pria itu sekarang menyingkirkan semua kata dan janji manisnya, dan hanya menatapnya dengan dingin.[ Marcel, No. 86 adalah aku. ]Alisa mengetik di ponselnya, tetapi ragu ketika jarinya melayang di atas tombol "kirim".Kata demi kata, Alisa menghapus pesan itu, dan mengirimkan pesan lain sebagai gantinya. [ Marcel, aku di lelang hari ini. ]Tidak ada balasan.Sambil memegang ponselnya, Alisa menatap Marcel. Pria itu duduk di sana dengan wajah datar, matanya bahkan tidak beralih ke meja tempat ponselnya berkedip.Alisa menggi
"Mereka nggak datang!" desis Alisa kepada Joshua Salim, matanya melirik ke sekeliling dengan tergesa-gesa, tidak bisa tetap tenang lebih dari tiga detik.Alisa tidak sabar untuk menyingkirkan Valerie secara permanen dari hidupnya. Dia tidak tahu Valerie sedang hamil saat dia menjegalnya di tangga, tetapi itu tidak berarti dia tidak senang dengan hasilnya. Dia membuat Valerie masuk penjara. Dia mendapatkan Rumah Z, mesin pencetak uang. Dia juga mendapatkan gelar Nyonya Marcel.Dia dan Marcel memang tidak seperti dahulu lagi, tetapi hal itu sekarang tampaknya merupakan masalah yang jauh lebih sepele dibandingkan Valerie si psikopat yang datang mengejar dirinya.Sejak Valerie muncul di pesta reuni, Alisa tidak bisa tidur nyenyak sehari pun.Alisa tahu Valerie tidak akan melepaskannya begitu saja kali ini, dan dia tahu pasukan lamanya, yaitu ibunya, ayahnya, dan Marcel, tidak memiliki kekuatan atas Valerie sekarang. Bahkan kakak laki-lakinya yang hanya seorang penindas itu sedang bersembun
"Aku akan menceraikannya dengan syarat," tambah Alisa sambil cemberut. "Dia berutang pernikahan itu kepadaku. Dia juga nggak pernah memenuhi tanggung jawabnya sebagai suami.""Darah yang kita berikan kepadanya adalah darah Valerie sejak awal. Apa yang kamu harapkan saat kamu memaksanya menikahimu?" Joshua Salim menghela napas, menggelengkan kepala perlahan dengan kekecewaan di matanya.Joshua Salim telah melakukan hal-hal buruk demi istri dan putrinya. Dia pikir dirinya telah melakukan segala yang dia bisa untuk melindungi keluarganya, tetapi dia tidak pernah menduga putrinya hanya akan belajar trik kotor darinya."Ayah memaksa Ibu, tapi semuanya baik-baik saja," kata Alisa sambil mengangkat bahu dengan nada acuh tak acuh."Apa kamu bilang?" Joshua Salim mengangkat tangannya, dan Alisa membeku dengan air mata ketakutan. Pada akhirnya, tangan itu tidak mendarat.Joshua Salim menghela napas dalam-dalam dan panjang. Dia menggenggam tinjunya untuk menyembunyikan gemetar di tangannya.Aveli
"Ini akan membuat Valerie marah!"Alisa menghela napas sambil menatap ayahnya dan memutar matanya saat mereka melewati lorong temaram bersama para peserta lelang.Bukan berarti Alisa bersedia menyerah kepada Val soal kalung itu, tetapi menjual kalung itu secara terbuka kepada Val hanya akan menjadi deklarasi perang, sesuatu yang tidak akan dilakukan oleh ayahnya yang berhati-hati. Namun, Joshua Salim tampaknya sudah bertekad untuk melanjutkannya.Lelang ini memperbolehkan topeng, toh sebuah topeng sederhana tidak bisa menyembunyikan identitas seseorang, terutama di kalangan orang-orang yang mampu berada di sini. Namun, tetap saja, Alisa mengenakan topeng. Bukan hanya itu, dia juga mengenakan gaun yang lebih menantang dengan punggung yang terbuka hingga ke pinggangnya, untuk mengelabui orang, seperti yang dia katakan.Namun, Joshua Salim tahu ini hanyalah cara Alisa untuk melampiaskan perasaannya setelah perselisihan dengan Marcel. Dia mengenal putrinya lebih baik daripada siapa pun. Se
"Apa ... apa kamu tahu tentang Keluarga Kumala?" Apa kamu tahu bahwa kamu baru saja memarahi pewaris dari salah satu keluarga paling berkuasa di negara ini? Inilah pertanyaan sebenarnya, yang tidak berani ditanyakan oleh Val.Val melirik ke arah Nico, dengan sedikit kecemasan terdengar dalam suaranya yang bahkan tidak dia sadari sendiri.Mereka menjemput Liana sebelum mengakhiri hari itu. Nico bermain dengan Jelita sepanjang perjalanan ke rumah Liana. Val tidak ingin membicarakan Diego di depan Liana atau Jelita, jadi dia hanya diam karena rasa bersalah yang terus menggerogotinya.Kesepakatan Val dengan Nico adalah tentang Keluarga Salim. Nico membutuhkan Val karena pria itu tidak ingin ada noda di namanya, jadi Val berpikir pria itu tidak akan senang jika harus bermusuhan dengan Keluarga Kumala.Nico menoleh, matanya yang dalam tertuju pada Val sebelum dia mengangguk. "Ya, aku tahu."Val menelan ludah tanpa disadari.Haruskah dia memberitahu pria itu siapa Diego sebenarnya? Nico membe
"Diego Kumala!" seru Val dengan marah. "Ini benar-benar nggak bisa dipercaya! Ini sudah sangat rendah, bahkan untukmu!"Di balik sudut jalan, berdiri pria yang dia marahi. Di wajah pria itu, ada rasa malu, terkejut, dan ... sedikit rasa marah, marah kepada adik iparnya yang baru saja mencampakkannya agar adik perempuannya tidak kehilangan kendali melihat si mantan suami menculik putri temannya.Betapa kacaunya keluarga asalmu."Liana menolakmu, 'kan?" Val menyilangkan tangan di depan dada, menatap Diego seperti induk kucing yang marah. "Itu sebabnya kamu bersembunyi di sini?""Ehh ... nggak juga ...." Pria itu menggaruk rambutnya dengan senyum meminta maaf. Liana tidak bilang "tidak". Wanita itu sama sekali tidak mengangkat teleponnya yang jutaan kali, begitu juga Val. "Ini murni kebetulan, tapi aku sangat senang bisa melihatmu, Jelita …."Val menyipitkan matanya. Diego cepat-cepat meminta maaf dan mengoreksi, "Maksudku, Valerie.""Namaku Val, dan aku lebih bahagia tanpa kamu, terima k
"Siapa yang mengajarimu memanggilnya Mama Val?" tanya Marcel, mengamati Val dengan hati-hati agar tidak terlihat oleh Val, tetapi juga tidak kehilangan jejak Val.Marcel tidak tahu Val ada di sini dan tidak mengira Jelita akan melompat dari komidi putar saat melihatnya. Dia tahu bahwa Liana membawa Jelita ke sini, jadi dia datang."Dia memang Mama Val .…" jawab Jelita dengan nada terluka dan merasa bingung."Apa dia tahu aku papamu?" tanya Marcel, sudah mengetahui jawabannya.Val tidak tahu. Kalau tahu, Val pasti sudah menghubungkan semuanya.Marcel perlu memberi tahu Val, tetapi dia tidak bisa, karena Nico.Sekeras apa pun Marcel berusaha menyelidiki pria itu, dia tidak menemukan hal yang aneh. Pria itu terlihat bersih. Adam Samid. Itu nama yang ditemukan Marcel. Nama yang sangat biasa, hampir membosankan.Marcel bahkan menemukan mengapa Nico membenci Keluarga Salim. Perusahaan kecil milik Joshua Salim yang sangat dia jaga selama bertahun-tahun itu dibeli dari seorang "Samid" dengan h