Beranda / Urban / Hasrat sang Konsultan Idaman / Bab 42. Kantor Kenangan Dan Curhat Devi

Share

Bab 42. Kantor Kenangan Dan Curhat Devi

Penulis: BayS
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-24 16:55:39

"Ahh..! P-panti..? Baiklah Bimo, sampai nanti ya."

Klikh!

Dan rasa simpati Devi pun makin besaar terhadap Bimo. Tak diduga sama sekali oleh Devi, jika Bimo adalah sosok yang peka dan dermawan terhadap anak panti.

'Mas Bimo. Kau benar-benar misteri terbesar dalam hidupku', bisik bathin Devi.

Ya, kini Devi merasa kiranya sungguh pantas jika dia memanggil 'mas' pada Bimo mulai saat itu. Ketenangan sikap dan kedewasaan cara berpikir Bimo, benar-benar telah membuatnya merasa segan dan hormat pada pemuda itu.

Dan tak lama kemudian sedan hitam berkelas milik Bimo pun masuk di area parkir kantor Devi. Nampak sosok Bimo keluar dari dalam mobil.

Penampilan Bimo biasa saja, bahkan terkesan sederhana. Untuk kelas seorang konsultan pribadi yang bekerja pada calon orang nomor satu di Winata Group seperti Lidya.

"Pak Atmo saya tinggal dulu ya. Pak Atmo bisa santai di kantin kantor, atau ke deretan warung di seberang kantor ini," ujar Bimo tersenyum.

"Baik Mas Bimo. Silahkan," sahut Atmo ters
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 43. Kesepakatan Dan Tobat

    "Tenanglah Devi. Tak ada masalah yang abadi, kita pasti akan melaluinya dan bertemu dengan masalah lainnya," ujar Bimo menenangkan Devi. "Itu benar Mas Bimo. Tapi bagaimana dengan kondisi Devi yang terdesak saat ini. Devi seolah tak diberi pilihan lain oleh orangtua Devi, selain menerima keinginan Pak Donald itu. Padahal Tony sendiri sampai saat ini masih dirawat intensif di rumah sakit. Bagaimana bisa Pak Donald sudah berpikir, untuk menjodohkan Devi dan Tony..?" ujar Devi bernada resah dan juga kesal. "Baiklah Devi, biar kulihat sebentar ya," ujar Bimo tenng. Perlahan Bimo pejamkan kedua matanya. Dan... Ting..! Tiba-tiba melintas di bathin Bimo, sebuah gambaran sosok Tony yang terbaring di ranjang rumah sakit. Nampak jelas Tony tengah merintih-rintih kesakitan, sambil memanggil-manggil nama Devi. Nampak pula seorang wanita paruh baya yang menunggui Tony di ruangan itu. Wajah wanita itu nampak cemas dan prihatin menatap Tony.Dan Bimo langsung berkesimpulan, jika wanita itu ada

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 44. Memaafkan Dan Kedatangan

    "Ahh..!" sentak Devi dan Paul bersamaan. Tentu saja mereka terkejut, mendengar pengakuan bersalah Luki terhadap Bimo.Hal yang menguatkan dugaan Devi, jika Luki kena tulah akibat perbuatannya pada Bimo selama ini. "Ahh..! Tentu Kak Luki. Aku sudah memaafkanmu kok," desah Bimo merasa iba sekali atas kondisi Luki. Nampak kedua tangan Luki diikat dengan kain ke pinggiran ranjang. Karena dicemaskan Dokter, dia akan menggaruk luka di wajahnya yang masih basah itu. Diam-diam Bimo juga merasa kasihan dengan ibu si Luki. Yang jadi ikut repot dan nampak lelah, menunggui putranya itu. Hal yang menguatkan tekat Bimo, untuk menarik amarah dan kebenciannya pada Luki. "Ahh..! T-terimakasih Bimo..! Rasa perihku mendadak agak berkurang kini. T-terimakasih..!" ucap Luki dengan rasa haru dan sepasang mata beriak basah. 'Ahh! Luki..! Rupanya kau punya kesalahan pada pemuda bernama Bimo itu', bathin sang Ibu. Dia menatap lekat Bimo, dan menemukan bahwa gestur Bimo adalah pemuda yang baik dan sopan.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 45. Kabar Buruk Dan Cemburu

    "A-apa Devi..?! K-kesepakatan apa maksudmu..?" seru terkejut Mira, merasa sangat penasaran. "Maksud Devi begini Tante. Maaf sebelumnya Tante. Jujur saja Devi tak bisa mencintai Tony. Dan Tante pasti mengerti, jika Devi tak ingin menjalani pernikahan dengan rasa terpaksa atau kepura-puraan. Namun Devi membawa Mas Bimo ini, sahabat Devi yang kiranya bisa mempercepat kesembuhan buat Tony. Asalkan Tante dan Om Donald berkenan membatalkan keinginan menjodohkan Devi dan Tony," ungkap Devi, berusaha tenang dalam menyampaikan hal itu. "Ahh..! Berarti k-kau menolak Tony, Devi..? Mengapa kau begitu sombong Devi..?! Perlukah ada rasa cinta, jika semua keinginan dan kebutuhanmu sebagai wanita akan terpenuhi oleh putraku Tony nantinya, Devi..? Ketahuilah, tante juga menikah dengan Donald tanpa dasar rasa cinta. Namun kau lihat kan..? Tante hidup bahagia dan rukun-rukun saja dengan Donald sampai sekarang. Dan lagi pula, Dokter terbaik di rumah sakit ini saja mengaku aneh dan heran, dengan luka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 46. Sosok Dibalik Penculikkan

    "Wah..! Tante Mira menghubungiku Mas Bimo..!" seru Devi dengan wajah agak tegang. Ya, Devi agak malas jika akan mendapatkan seruan dan umpatan dari Mira seperti di lobi rumah sakit tadi. "Hmm. Terima saja Devi. Percayalah kali ini keadaannya akan berbeda," ujar Bimo tenang. Dengan hati setengah ragu-ragu, akhirny Devi menerima panggilan Mira itu. Klikh! "Ya Tante..?" "Ahh..! Devi, maafkan sikap tante padamu dan juga Bimo. Kini kondisi luka-luka Tony benar-benar telah mengering. Tepat seperti yang dikatakan Bimo. Devi, sampaikanlah rasa terimakasih dan maaf tante pada Bimo ya. Tante juga sudah putuskan untuk membatalkan dan tak memaksa lagi perjodohanmu dengan Tony. Tony sedang tidur nyenyak sekali sekarang, Devi." "Wah..! Syukurlah Tante, Devi ikut senang mendengar kondisi Tony yang membaik. Semoga dia bisa cepat kembali ke rumah ya Tante." "Benar Devi. Tante merasa lelah sekali tiap hari harus sibuk sendiri bolak balik ke rumah sakit. Sementara Donald enggan bergantian menun

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 47. Dendam Dan Sugesti Batin

    "Kyoshi. Kau tenanglah, setelah Katada memberikan apa yang kita minta. Maka Yuriko akan kuserahkan menjadi milikmu. Biar saja si Katada itu meratapi nasibnya sepanjang sisa hidupnya..! Hahahaa..!" seru tergelak Shanada, merasa puas dan di atas angin. "Baik Tuan Shanada..!" seru Kyoshi dengan hati berdebar tegang namun juga senang. Karena apalagi yang dibutuhkannya jika misi Shanada itu berhasil..? Tak ada..! Karena jelas Kyoshi akan mendapatkan imbalan uang yang nilainya fantastis, jabatan di Shanada Corp, dan juga Yuriko sebagai wanitanya..! "Baiklah..! Sekarang kembalilah kalian pada tugas masing-masing..! Aku ingin bersenang-senang..! Hahaha..!" seru Shanada, membubarkan pertemuan di ruang pribadinya itu. Dan ketiga orang selain Shanada pun keluar dari ruangan itu. 'Katada..! Mampuslah kau kali ini..! Dulu kau ambil wanitaku, maka sekaranglah saat kuambil semua yang kau miliki..! Hahahaa..!' bathin Shanada tergelak puas. *** Bimo baru saja makan malam bersama pak Adi dan ist

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 48. Pasangan Serasi

    "Mah, kamu mau dibelikan apa buat camilan di rumah. Kita nonton film bareng di kamar ya nanti." "Hahh..! A-apa Pah..?! Ehh, iya.. iya Pah. Martabak Bundang saja Pah." Tentu saja Mira sungguh terperanjat heran dan kaget. Karena begitu tiba-tiba saja suaminya itu begitu perhatian, dan bahkan mengajaknya nonton film di kamar seperti dulu. "Ok Mah. Tunggu di rumah ya." Klikh! 'Ahh..! Luar biasa kau Bimo..! Ini pasti karena bantuanmu', bathin Mira teringat pada pemuda simpatik itu. Bip! Masuk notif chat dari nomor Bimo yang telah disimpan oleh Mira. Segera saja Mira membuka chat itu. Bimo : "Bagaimana Tante? Semoga sudah ada perubahan dengan Pak Donald ya." Mira tak membalas chat dari Bimo, namun dia langsung menelpon pemuda yang telah berjasa besar bagi rumah tangganya itu. Tutt.. Tuutt..! Klikh! "Ya Tante Mira." "Bimo, tante sangat berterimakasih padamu. Baru saja suamiku itu menghubungiku dan menjadi begitu perhatian padaku. Entah apa lagi yang harus kukatakan untuk menyata

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 49. Intimidasi Batas Waktu

    "Pagi Mas Bimo. Maaf jika panggilan Devi mengganggu perjalanan Mas Bimo hari ini. Devi cuma mau tanya Mas, apakah Tante Mira mengirimkan sesuatu pada Mas Bimo?Soalnya semalam dia mendesak Devi, untuk mencari dan mengirimkan nomor rekening Mas Bimo padanya. Jadi terpaksa Devi meminta bantuan Pak Budi, untuk mengirimkan nomor rekening Mas Bimo." "Pagi juga Devi. Tak apa Devi. Tante Mira memang mentransfer sejumlah dana pada rekeningku. Mungkin itu sudah jadi tekadnya Devi. Biarkan sajalah." "Ahh, baik Mas Bimo. Devi hanya merasa perlu mengabarkan hal itu pada Mas. O ya, sekarang Mas Bimo berada di mana..?" "Aku sekarang sedang berada di lounge bandara bersama Lidya, Devi. Menunggu kesiapan pesawat untuk take off ke Pangje." "Ahh! Kalau begitu selamat jalan dan hati-hati di negeri orang ya Mas Bimo." "Baik Devi. Baik-baik juga di sana ya." Klikh! Bimo langsung menoleh ke arah Lidya, usai berbicara dengan Devi via ponselnya. Nampak Lidya cepat mengalihkan pandangannya ke arah lain

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 50. Datang Dan Terkepung

    "Selamat datang Nona Lidya, Tuan..!" sapa lelaki berjas itu, seraya menundukkan badannya ke arah Lidya dan Bimo. "Terimakasih," ucap Lidya, seraya tersenyum dan anggukkan kepalanya. Sementara Bimo juga ikut tersenyum anggukkan kepala di sebelah Lidya. "Mari Nona, Tuan. Kita ke mobil," ucap pria itu, mempersilahkan Lidya dan Bimo mengikutinya menuju ke mobil penjemput. Dan nampaklah sebuah Toyota Century telah menanti Bimo dan Lidya. Bimo dan Lidya langsung dipersilahkan masuk oleh sang driver yang membukakan pintu mobil untuk mereka. Sementara pria yang menjemput mereka tadi, masuk ke dalam mobil lainnya yang berada di belakang Toyota Century itu. Dan kedua mobil itu pun melaju keluar dari bandara menuju ke mansion Katada di Futako Tamagawa. *** Taph..!!Hisashi dan Sasaki tiba di sisi markas clan Yakuza Naga Besi pimpinan Shaburo. Nampak situasi di sekitar markas clan Yakuza itu cukup sepi, hanya nampak dua anggota yang berjaga di gerbang markas. Namun tentu saja hal itu tak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31

Bab terbaru

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 155.

    "Aihh..! A-ada apa dengan Nenek Vivian Mah..?!" Lidya tersentak kaget, mendengar isakkan ibunya di ponsel. Dia pun langsung menduga ada hal buruk yang telah terjadi, dengan sang Nenek yang disayanginya itu. "Mamah Vivian telah meninggal Lidya.." "Tidakk..! Nenek..!" Klikh..! Lidya pun langsung mematikan panggilan Helga, seraya langsung bergegas balik kembali ke arah garasinya. "Non..! A-ada apa Non Lidya..?!" seru kaget, cemas, dan panik Bi Inah. Dia melihat Lidya yang baru saja masuk ke rumah, lalu berseru keras dan langsung berlari kembali ke garasi. Brrmm..! Ngnngg..! Lidya kembali mengeluarkan audi hitamnya dari garasi, dan langsung melaju kembali di jalan raya. Bahkan tanpa dia sempat berganti pakaian kerjanya. Ya, Nenek Vivian adalah orang yang paling dekat dengan Lidya, sebelum Lidya masuk ke lingkungan bisnis ayahnya. Bahkan kedekatannya dengan sang nenek itu, melebihi kedekatannya dengan orangtuanya sendiri. 'Nenek..! M-maafkan Lily Nek..! Lily terlalu sibuk dengan

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 154.

    "Ahhskk..! T-tuan Andreww...! A-akhu sam..paihhs..! Ahhsgk..!" erangan terbata bernuansa erotis, terdengar begitu menggetarkan dari wanita muda dan cantik di bawah himpitan tubuh Andrew. Nampak mata terbeliak, regangan tubuh, dan kedutan pinggulnya yang melenting ke atas. Seolah hendak melahap habis, tonggak keras milik Andrew yang juga menghujam dalam di liang surganya. Ya, wanita itu kini tengah melayang indah, di tengah surganya dunia yang hanya bisa dirasa dan tak pernah ada yang bisa melukiskannya dalam alam nyata."Haarghks..!" geraman Andrew pun menyusul, menandakan dia juga telah tiba pada klimaks asmaranya. Namun seketika saja muncul taring di mulutnya, seiring dengan memerahnya bola mata pria tampan itu. Lalu... Craasph..! Srrrpphhs..! taring Andrew pun menancap dalam dan mengoyak pembuluh darah di leher sang wanita, disertai suara menghirup yang begitu dalam oleh Andrew. Bersamaan dengan ledakkan klimaks yang tengah dirasakannya. "Ahhsskk..!! T-tuan Andrew...!!" seru t

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 153.

    "Hmm. Baiklah Mas Bimo. Lalu bagaimana aku pergi ke Gorbo nanti Mas Bimo..?" ujar Devi agak bingung. "Kau bisa ikut dengan mobilku Devi. Dua koper roda itu saja kan bawaanmu nanti, Devi..? Itu masih bisa kok masuk bagasi mobilku," ujar Bimo menenangkan Devi. "Iya Mas Bimo," Devi akhirnya menuruti saja saran Bimo. Dia memang penuh percaya atas semua ucapan Bimo, karena dia mengetahui kemampuan Bimo. Akhirnya tak lama kemudian, Devi pun mendapat restu dan bahkan support dari Baskara dan Rini. Untuk bekerja di kantor Bimo. "Selamat bekerja di kantor Mas Bimo, Devi. Sering-seringlah pulang ke ruamh di waktu senggangmu nanti ya," ujar Rini lembut. "Baik Ibu, Ayah. Devi akan pulang jika ada waktu senggang," sahut Devi tersenyum. Kini hatinya merasa sangat lega, dan dia bisa berangkat dengan tenang serta nyaman, menuju tempat tinggal sekaligus tempat kerjanya di Gorbo. Ya, Baskara dan Rini akhirnya juga meminta maaf pada Bimo atas kesalah pahaman mereka selama ini terhadap Bimo. "Maaf

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 152.

    "Ahhh...!!" seruan kaget Baskara dan Rini pun terdengar bersamaan, dengan ekspresi wajah seolah tak percaya. Baskara menatap dengan mata terbelalak, sementara Rini sampai mengangkat sebelah tangan menutupi mulutnya yang ternganga. Baskara bahkan sampai mengklik profil m-banking itu, untuk memastikan apakah itu benar-benar akun Bimo. Dan dia pun menemukan fakta, bahwa itu adalah benar akun asli milik Bimo Setiawan. Ya, nilai deretan panjang angka di saldo rekening Bimo, memang sungguh berada di luar dugaan Baskara dan istrinya. Tutt.. Tutt..! Ponsel Bimo yang masih berada di tangan Baskara berdering, dia serta Rini melihat dengan jelas 'Pak Hendra Winata' tertera di layarnya. "W-winata Group..?!" seru gugup Baskara dengan bibir bergetar, seketika dia memberikan kembali ponsel itu pada Bimo dengan tangan agak gemetar. "Maaf, boleh saya menerima panggilan dulu Pak, Bu..?" ujar Bimo tersenyum tenang, seolah tak melihat keterkejutan di wajah kedua orangtua Devi. "S-silahkan Bimo,"

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 151.

    "Huhh..! Kebetulan sekali kalau begitu..! Ayo Bu, kita bicara langsung saja dengan Bimo..!" seru Baskara, seraya mengajak istrinya ikut menemui Bimo. Dan memang benar Bimolah yang datang berkunjung ke kediaman Baskara saat itu. Klekh..! "Wah..! Mas Bimo jadi juga datang ke sini. Silahkan duduk Mas," sambut Devi tersenyum gembira, melihat kedatangan Bimo. Kendati hatinya juga diliputi rasa was was akan sikap orangtuanya terhadap Bimo nanti. "Lho..! Ada tamu kok disuruh duduk di teras Devi. Persilahkan saja Bimo masuk ke ruang tamu sini. Kami juga hendak bicara dengannya," ujar Baskara dingin dari dalam pintu. Ya, Bsaskara dan Rini merasa enggan ikut keluar menyambut Bimo. Walau mereka juga agak terkejut, saat melihat Bimo datang dengan mengendarai mobil yang cukup berkelas. "Hmm..! Apakah itu mobilnya atau pinjaman ya Bu..?" bisik Baskara di dekat telinga Rini. "Entahlah Mas. Yang jelas kita tanya saja padanya, apa sebenarnya yang bisa dia tawarkan pada putri kita dengan bekerja

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 150.

    Klik.! "Ya, halo Mbak Ratri,” sahut Bimo. “Pagi Bimo. Sedang sibukkah sekarang?” tanya Ratri. “Aku baru saja mandi Mbak. Bagaimana kabarnya nih?” sahut Bimo bertanya. " O ya Bimo. Tak lama setelah kamu pergi A' Rahadian meminta bantuanku, untuk mengirim dana ke rekeningmu sebesar 5 miliar. Semoga sudah kau terima ya Bimo." Ratri mengabarkan.“Lho, darimana Mbak Ratri tahu nomor rekeningku?” tanya Bimo heran. “Bukankah saat Bimo membawa A'a Rahadian ke rumah sakit, kamu yang membayarkan biayanya Bimo? Dari situlah aku mengetahui nomor rekeningmu,” sahut Ratri tenang. “Oh iya, hehe. Kalau begitu, sampaikan terimakasihku pada Mas Rahadian ya. Tapi sebetulnya tak perlu berlebihan Ratri. Mas Rahadian seharusnya bisa menggunakan uang itu untuk pengembangan bisnisnya saja." “Tidak Bimo. Bahkan menurutku kamu pantas menerima yang lebih dari itu." “Ahh, kalian ini. O iya, bagaimana kabar si Desi kecil Mbak?” “Wahh, dia sekarang jadi fans beratmu Bimo. Dimana-mana dia bercerita soal k

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 149.

    Bruaghhk..! Braaghk..!! Ciittt...!! Gedubraghhk..!! "Arrghk..!!" terdengar teriakkan orang-orang dalam dua kendaraan itu. Dua APV hitam itu pun langsung miring dan terguling ke arah ladang singkong di seberang jalan. Taph..! Yoga mendarat ringan di dekat kedua mobil pengangkut yang terguling itu. Dan dengan cepat dia keluarkan pistol dari balik pakaiannya. Lalu... Darr..! Darr..! ... Darr..!! Dua pengemudi mobil dan dua rekannya yang mendampingi di dalam mobil pengangkut itu. Keempatnya tewas seketika dengan kepala berlubang, diterjang timah panas yang dilepaskan Yoga dengan tanpa ampun. Cittt...!! Tiga pengendara motor segera injak rem motor mereka dengan tiba-tiba dan berseru kaget dan marah ke arah Yoga. "Heii..!! S-siapa.. Dor, dor, ... Dorr..!! Namun rentetan tembakkan dari para anak buah Yoga langsung menjawab, dan menembus tubuh ketiga pengendara motor yang mengawal mobil pengangkut itu. "Ahkss..!!" Brugh..! ... Brugh..! Ketiga security pengawal itu pun ikut tewas

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 148.

    "Hebat Mas Iwan. Kalau begitu Mas Iwan akan Lidya tempatkan di divisi pengawasan anggaran proyek saja ya. Jadi Mas Iwan bisa langsung terjun ke lapangan proyek nantinya," jelas Lidya. "Terimakasih Mbak Lidya. Saya siap ditempatkan dimanapun itu. Saya akan mencurahkan seluruh daya, kesetiaan, dan kemampuan saya pada perusahaan Mbak Lidya. Dan saya berterimakasih sekali atas bantuan dan pertolongan Mbak Lidya dan Mas Bimo. Rasanya sampai mati pun, saya tak akan bisa membalas hutang budi saya pada kalian berdua," ucap Iwan, dengan suara serak penuh rasa haru dan terimakasih. "Tak perlu terlalu dipikirkan Mas Iwan. Besok datanglah dengan membawa CV Mas Iwan ke kantor saya. Temuilah kepala personalia di sana. Ini kartu saya, perlihatkan saja pada kepala personalia. Selanjutnya Mas Iwan tinggal ikuti saja arahannya ya," ujar Lidya, ikut merasa terharu dan senang mendengar ucapan Iwan. "Benar Mas Iwan. Tak perlu terlalu dijadikan beban pikiran. Hanya saja, jika melihat orang disekitar M

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 147.

    "Hahh..! K-kamu punya perusaahaan..?!" sentak terkejut Hesti, seolah tak percaya. Ya, walau memiliki sebuah perusahaan ternama, penampilan Lidya memang terkesan biasa saja. Lidya memang tak suka menunjukkan perhiasan atau pun gemerlap pakaian, yang biasa dikenakan oleh orang-orang kelas elite. Padahal jika Hesti dan Darma berkesempatan melihat semua perhiasan yang dimiliki Lidya di lemari koleksinya. Niscaya mata mereka akan katarak dan buta seketika..!Karena saking berkilau, langka, dan banyaknya koleksi perhiasan Lidya..! "T-tapi perusahaannya harus ternama. Minimal kami mengenalnya Lidya..!" seru gagap Hesti, tak mau menyerah begitu saja. "Ayah..! Kenapa Ayah mempermalukan Tari di depan orang-orang..?! Tari bukan barang dagangan, Ayah..!" sentak Tari, yang merasa malu sekali, terhadap prilaku kedua orangtuanya. Di depan Iwan dan kedua pendampingnya itu. "Kamu diam dulu Tari..! Ini untuk kebaikkanmu sendiri, dan juga nama baik keluarga..!" hardik Darma, seraya membelalakkan mat

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status