"Tenanglah Devi. Tak ada masalah yang abadi, kita pasti akan melaluinya dan bertemu dengan masalah lainnya," ujar Bimo menenangkan Devi. "Itu benar Mas Bimo. Tapi bagaimana dengan kondisi Devi yang terdesak saat ini. Devi seolah tak diberi pilihan lain oleh orangtua Devi, selain menerima keinginan Pak Donald itu. Padahal Tony sendiri sampai saat ini masih dirawat intensif di rumah sakit. Bagaimana bisa Pak Donald sudah berpikir, untuk menjodohkan Devi dan Tony..?" ujar Devi bernada resah dan juga kesal. "Baiklah Devi, biar kulihat sebentar ya," ujar Bimo tenng. Perlahan Bimo pejamkan kedua matanya. Dan... Ting..! Tiba-tiba melintas di bathin Bimo, sebuah gambaran sosok Tony yang terbaring di ranjang rumah sakit. Nampak jelas Tony tengah merintih-rintih kesakitan, sambil memanggil-manggil nama Devi. Nampak pula seorang wanita paruh baya yang menunggui Tony di ruangan itu. Wajah wanita itu nampak cemas dan prihatin menatap Tony.Dan Bimo langsung berkesimpulan, jika wanita itu ada
"Ahh..!" sentak Devi dan Paul bersamaan. Tentu saja mereka terkejut, mendengar pengakuan bersalah Luki terhadap Bimo.Hal yang menguatkan dugaan Devi, jika Luki kena tulah akibat perbuatannya pada Bimo selama ini. "Ahh..! Tentu Kak Luki. Aku sudah memaafkanmu kok," desah Bimo merasa iba sekali atas kondisi Luki. Nampak kedua tangan Luki diikat dengan kain ke pinggiran ranjang. Karena dicemaskan Dokter, dia akan menggaruk luka di wajahnya yang masih basah itu. Diam-diam Bimo juga merasa kasihan dengan ibu si Luki. Yang jadi ikut repot dan nampak lelah, menunggui putranya itu. Hal yang menguatkan tekat Bimo, untuk menarik amarah dan kebenciannya pada Luki. "Ahh..! T-terimakasih Bimo..! Rasa perihku mendadak agak berkurang kini. T-terimakasih..!" ucap Luki dengan rasa haru dan sepasang mata beriak basah. 'Ahh! Luki..! Rupanya kau punya kesalahan pada pemuda bernama Bimo itu', bathin sang Ibu. Dia menatap lekat Bimo, dan menemukan bahwa gestur Bimo adalah pemuda yang baik dan sopan.
"A-apa Devi..?! K-kesepakatan apa maksudmu..?" seru terkejut Mira, merasa sangat penasaran. "Maksud Devi begini Tante. Maaf sebelumnya Tante. Jujur saja Devi tak bisa mencintai Tony. Dan Tante pasti mengerti, jika Devi tak ingin menjalani pernikahan dengan rasa terpaksa atau kepura-puraan. Namun Devi membawa Mas Bimo ini, sahabat Devi yang kiranya bisa mempercepat kesembuhan buat Tony. Asalkan Tante dan Om Donald berkenan membatalkan keinginan menjodohkan Devi dan Tony," ungkap Devi, berusaha tenang dalam menyampaikan hal itu. "Ahh..! Berarti k-kau menolak Tony, Devi..? Mengapa kau begitu sombong Devi..?! Perlukah ada rasa cinta, jika semua keinginan dan kebutuhanmu sebagai wanita akan terpenuhi oleh putraku Tony nantinya, Devi..? Ketahuilah, tante juga menikah dengan Donald tanpa dasar rasa cinta. Namun kau lihat kan..? Tante hidup bahagia dan rukun-rukun saja dengan Donald sampai sekarang. Dan lagi pula, Dokter terbaik di rumah sakit ini saja mengaku aneh dan heran, dengan luka
"Wah..! Tante Mira menghubungiku Mas Bimo..!" seru Devi dengan wajah agak tegang. Ya, Devi agak malas jika akan mendapatkan seruan dan umpatan dari Mira seperti di lobi rumah sakit tadi. "Hmm. Terima saja Devi. Percayalah kali ini keadaannya akan berbeda," ujar Bimo tenang. Dengan hati setengah ragu-ragu, akhirny Devi menerima panggilan Mira itu. Klikh! "Ya Tante..?" "Ahh..! Devi, maafkan sikap tante padamu dan juga Bimo. Kini kondisi luka-luka Tony benar-benar telah mengering. Tepat seperti yang dikatakan Bimo. Devi, sampaikanlah rasa terimakasih dan maaf tante pada Bimo ya. Tante juga sudah putuskan untuk membatalkan dan tak memaksa lagi perjodohanmu dengan Tony. Tony sedang tidur nyenyak sekali sekarang, Devi." "Wah..! Syukurlah Tante, Devi ikut senang mendengar kondisi Tony yang membaik. Semoga dia bisa cepat kembali ke rumah ya Tante." "Benar Devi. Tante merasa lelah sekali tiap hari harus sibuk sendiri bolak balik ke rumah sakit. Sementara Donald enggan bergantian menun
"Kyoshi. Kau tenanglah, setelah Katada memberikan apa yang kita minta. Maka Yuriko akan kuserahkan menjadi milikmu. Biar saja si Katada itu meratapi nasibnya sepanjang sisa hidupnya..! Hahahaa..!" seru tergelak Shanada, merasa puas dan di atas angin. "Baik Tuan Shanada..!" seru Kyoshi dengan hati berdebar tegang namun juga senang. Karena apalagi yang dibutuhkannya jika misi Shanada itu berhasil..? Tak ada..! Karena jelas Kyoshi akan mendapatkan imbalan uang yang nilainya fantastis, jabatan di Shanada Corp, dan juga Yuriko sebagai wanitanya..! "Baiklah..! Sekarang kembalilah kalian pada tugas masing-masing..! Aku ingin bersenang-senang..! Hahaha..!" seru Shanada, membubarkan pertemuan di ruang pribadinya itu. Dan ketiga orang selain Shanada pun keluar dari ruangan itu. 'Katada..! Mampuslah kau kali ini..! Dulu kau ambil wanitaku, maka sekaranglah saat kuambil semua yang kau miliki..! Hahahaa..!' bathin Shanada tergelak puas. *** Bimo baru saja makan malam bersama pak Adi dan ist
"Mah, kamu mau dibelikan apa buat camilan di rumah. Kita nonton film bareng di kamar ya nanti." "Hahh..! A-apa Pah..?! Ehh, iya.. iya Pah. Martabak Bundang saja Pah." Tentu saja Mira sungguh terperanjat heran dan kaget. Karena begitu tiba-tiba saja suaminya itu begitu perhatian, dan bahkan mengajaknya nonton film di kamar seperti dulu. "Ok Mah. Tunggu di rumah ya." Klikh! 'Ahh..! Luar biasa kau Bimo..! Ini pasti karena bantuanmu', bathin Mira teringat pada pemuda simpatik itu. Bip! Masuk notif chat dari nomor Bimo yang telah disimpan oleh Mira. Segera saja Mira membuka chat itu. Bimo : "Bagaimana Tante? Semoga sudah ada perubahan dengan Pak Donald ya." Mira tak membalas chat dari Bimo, namun dia langsung menelpon pemuda yang telah berjasa besar bagi rumah tangganya itu. Tutt.. Tuutt..! Klikh! "Ya Tante Mira." "Bimo, tante sangat berterimakasih padamu. Baru saja suamiku itu menghubungiku dan menjadi begitu perhatian padaku. Entah apa lagi yang harus kukatakan untuk menyata
"Pagi Mas Bimo. Maaf jika panggilan Devi mengganggu perjalanan Mas Bimo hari ini. Devi cuma mau tanya Mas, apakah Tante Mira mengirimkan sesuatu pada Mas Bimo?Soalnya semalam dia mendesak Devi, untuk mencari dan mengirimkan nomor rekening Mas Bimo padanya. Jadi terpaksa Devi meminta bantuan Pak Budi, untuk mengirimkan nomor rekening Mas Bimo." "Pagi juga Devi. Tak apa Devi. Tante Mira memang mentransfer sejumlah dana pada rekeningku. Mungkin itu sudah jadi tekadnya Devi. Biarkan sajalah." "Ahh, baik Mas Bimo. Devi hanya merasa perlu mengabarkan hal itu pada Mas. O ya, sekarang Mas Bimo berada di mana..?" "Aku sekarang sedang berada di lounge bandara bersama Lidya, Devi. Menunggu kesiapan pesawat untuk take off ke Pangje." "Ahh! Kalau begitu selamat jalan dan hati-hati di negeri orang ya Mas Bimo." "Baik Devi. Baik-baik juga di sana ya." Klikh! Bimo langsung menoleh ke arah Lidya, usai berbicara dengan Devi via ponselnya. Nampak Lidya cepat mengalihkan pandangannya ke arah lain
"Selamat datang Nona Lidya, Tuan..!" sapa lelaki berjas itu, seraya menundukkan badannya ke arah Lidya dan Bimo. "Terimakasih," ucap Lidya, seraya tersenyum dan anggukkan kepalanya. Sementara Bimo juga ikut tersenyum anggukkan kepala di sebelah Lidya. "Mari Nona, Tuan. Kita ke mobil," ucap pria itu, mempersilahkan Lidya dan Bimo mengikutinya menuju ke mobil penjemput. Dan nampaklah sebuah Toyota Century telah menanti Bimo dan Lidya. Bimo dan Lidya langsung dipersilahkan masuk oleh sang driver yang membukakan pintu mobil untuk mereka. Sementara pria yang menjemput mereka tadi, masuk ke dalam mobil lainnya yang berada di belakang Toyota Century itu. Dan kedua mobil itu pun melaju keluar dari bandara menuju ke mansion Katada di Futako Tamagawa. *** Taph..!!Hisashi dan Sasaki tiba di sisi markas clan Yakuza Naga Besi pimpinan Shaburo. Nampak situasi di sekitar markas clan Yakuza itu cukup sepi, hanya nampak dua anggota yang berjaga di gerbang markas. Namun tentu saja hal itu tak
"Ahks..!" Brugh..! Rahadian berseru keras, lalu ambruk ke lantai dengan mata berkunang-kunang. Beruntung dia tidak sampai pingsan. Tubuhnya lalu langsung diseret keluar kamar oleh Jerry. Dan tak lama kemudian. Nampak keluar dua sosok ayah dan anak, dari rumah mewah dan megah itu. Dua sosok yang adalah Rahadian dan putrinya Desi itu, mereka pergi tanpa membawa apapun. Mereka berjalan menjauhi rumah mereka sendiri. Karena mereka diancam akan ditembak, jika tak meninggalkan rumah itu. Judi..! Suatu permainan dan pertaruhan, yang bisa mengangkat derajat gembel menjadi sultan dalam semalam. Namun sebaliknya, judi juga bisa menjadikan seorang sultan menjadi gembel terendah. Hanya dalam waktu semalam.!Begitulah karma yang sedang dijalani Rahadian, akibat berjudi..!*** Sementara Bimo baru saja menyelesaikan acara makan siangnya. Ya siang itu Bimo memang sedang ingin makan di rumah makan 'Asri', yang hanya berjarak 100 meteran dari kediamannya itu. Rumah makan itu tak begitu rama
"Ahhs..!" terlepas sudah desahan kedua Wulan, tubuhnya nampak agak bergetar dengan pinggul kencangnya menyentak. Ya, sekuat-kuatnya Wulan bertahan dari rasa geli dan nikmat yang menderanya. Dia tetaplah wanita biasa, yang memiliki daya batasnya. Apalagi Anton memperlakukannya dengan sangat lembut. Maka secara perlahan, mulai runtuhlah pertahanan rasa malu pada Rahadian, dan juga gengsinya pada Anton. Sementara Anton mulai naik dan menyusuri buah kembar kenyal milik Wulan. Kedua buah kembar itu mencuat kencang menantang, dengan kemulusan kulit yang sempurna. Lidah Anton pun bermain di puncak buah kembar itu, menggigit kecil seraya menghisapnya. “Awhh..” Wulan kembali melepaskan lenguhan nikmat yang ketiga kalinya. Wulan terus berusaha sekuat daya, agar tak terlihat menikmati permainan lembut Anton pada tubuhnya. Namun sepertinya lisan Wulan berkata lain. Sementara Rahadian hanya menundukkan pandangannya ke bawah, sambil memejamkan matanya. Sakit, perih, marah, terluka, namun t
"D-dia ada di kamarnya, di lantai dua Pak Anton..! Tapi bukankah Wulan tak ikut dalam pertaruhan kita Pak Anton,” sahut Rahadian gugup. “Tolong jangan berlagak bodoh Rahadian. Sudah jelas dalam perjanjian kita dikatakan, 'rumah dan seisinya' kecuali kau dan putrimu. Itu artinya, istrimu masuk dalam isi rumah ini Rahadian. Apakah masih kurang jelas ?” ucap Anton sambil tersenyum tenang. Merinding kuduk Rahadian, saat dia melihat senyum misterius Anton itu. “M-mengerti Pak Anton,” sahut Rahadian terbata gentar.“Sekarang, antarkan aku ke kamar bekas istrimu! Karena mulai saat ini, dia trlah menjadi milikku,” ucap Anton santai. “Jerry..!” seru Anton, pada orangnya yang berjaga di depan pintu rumah. “Siap Bos!” sahut Jerry, lalu dia pun berjalan mengikuti bosnya. Rahadian berjalan dengan langkah agak berat. Sakit sekali rasanya, mengetahui wanita yang disayanginya akan ‘dipakai’ oleh orang lain. “Heii..! Cepatlah! Jalanmu seperti keong saja!" Duk ! Bentak Jerry pada Rahadian, sam
“Cepat buka ! Atau kutembak kalian dari sini !” seru sang pengetuk gerbang berkaos hitam itu. Nampak dia mengarahkan laras pistolnya ke arah 3 security, yang hanya berjarak 5 meteran itu. “Baik Pak, jangan tembak..! Kami buka.. kami buk..!” teriak gentar seorang security yang kurang nyali. Dia berpikir jarak 5 meter adalah jarak tembak yang sulit di hindari, dan salah satu dari mereka pasti akan tewas tertembak. Sementara itu penumpang dalam mobil sedan BMW putih, nampak tengah memanggil seseorang via ponselnya.Tuttt...Tuttt..! Klik.! "Ha-halo Pak Anton.” Sahut sang penerima yang terdengar gugup. “Aku sudah di pintumu Rahadian. Bukalah pintu gerbang rumahmu. Aku hanya ingin mengambil hakku.Kamu masih ingat kan perjanjian bermaterai kita semalam Rahadian ? Atau haruskah kubuka paksa gerbang rumahmu ?” ucap Anton dengan tenang, namun penuh intimidasi. “Ahh..! B-baik.. baik Pak Anton” ucap Rahadian gugup, dia sangat mengenal siapa Anton. Anton adalah tipe orang, yang bahkan bi
'Ngger Raden. Walau raga Raden yang dipakai oleh Ki Brajangkala, tapi pancaran benih yang keluar hakekatnya adalah benih Ki Brajangkala. Walaupun Ngger Raden juga bisa ikut merasakan puncak kenikmatan, yang dirasakan oleh Ki Brajangkala dalam olah asmaranya. Namun sejatinya benih Ki Brajangkala adalah benih gabuk (hampa/kosong), Ngger Raden. Jadi berapa kali pun Ki Brajangkala bersenggama dengan perempuan, maka perempuan itu tak akan pernah mengandung dari benihnya'. Ungkap Eyang guru sepuh, dengan wajah tersenyum menenangkan bathin Bimo. 'Terimakasih Eyang Guru sepuh. Kini Bimo mengerti dan menjadi tenang karenanya'. Bathin Bimo ucapkan terimakasihnya. 'Baiklah Ngger Raden Bimo. Baik-baiklah menjalani garis kehidupanmu, pastilah masih banyak 'gelombang-gelombang' masalah yang akan datang silih berganti '. Blaashp..! Sosok Eyang Guru sepuh Pranatha pun langsung lenyap, setelah dia mengabarkan hal yang sangat penting itu bagi Bimo. Tak lama kemudian Bimo pun menyudahi laku hen
"Yurikoo..! Akhirnya kau kembali Nak..! Tsk, tsk..!" seru terisak Megumi, yang langsung bergegas menghampiri Yuriko. Sementara Yuriko juga menyambut saang ibu dengan berlari kecil. Kedua ibu dan anak itu pun akhirnya berpelukkan sambil menangis, melepaskan luapan emosi kegembiraan mereka. Sementara Lidya ikut tersenyum penuh keharuan di dekat mereka. Lidya pun menatap ke arah Bimo dengan pandangan penuh kekaguman dan rasa terimakasih. Tentu saja Lidya sangat tahu, bahwa kembalinya Yuriko adalah berkat bantuan dari Bimo. 'Kau memang pria yang luar biasa Mas Bimo. Sungguh beruntung aku mengenalmu', bathin Lidya. Dia pun melangkah ke arah Bimo, dengan senyum manis di wajahnya. Ya, secara perlahan tapi pasti. Benih-benih simpati di hati Lidya, kini sepertinya telah berkembang dan mekar. Merekah sempurna disertai aroma indah yang tak terkatakan, namun jelas bisa dirasakannya. Aroma asmara..! "Mas Bimo. Terimakasih, karena telah menyelamatkan Yuriko sahabatku dari penculikkan," ucap pe
"Aihh..! K-kak Bimo, Yuriko benar-benar tak tahu harus bagaimana. Tapi semuanya telah terjadi, Yuriko tak keberatan kehilangan keperawanan dengan Kak Bimo. Tapi Yuriko juga bukan wanita yang setuju dengan tindakkan aborsi. Jika nantinya Yuriko hamil, maka memang tak ada jalan lain selain Kak Bimo menikahi Yuriko. Tapi andai Yuriko tak hamil, maka kita anggap saja kejadian tadi tak pernah ada Kak Bimo," ujar gugup dan lirih Yuriko.Ya, ada nada sedih dalam suara Yuriko itu. Karena sesungguhnya dalam waktu yang teramat singkat, hati Yuriko telah dibuat jatuh oleh sosok Bimo dan kharismanya. Inilah kejadaian gila dan aneh, yang bahkan tak pernah dibayangkan Yuriko akan terjadi padanya. Sebab selama ini Yuriko adalah wanita yang sangat mandiri, dan juga tak acuh dengan lelaki..! Karena bagi Yuriko, lelaki hanyalah penghambat bagi kemajuan karier serta kebebasan dirinya. Itulah prinsip hidup Yuriko, yang telah dijalaninya selama puluhan tahun lamanya.Namun, prinsip itu bagai lenyap ta
"Hahh..! K-ki Brajangkala..?! S-siapa dia Kak Bimo..?" seru terkejut Yuriko, yang ikut bangkit dari ranjang dan buru-buru kenakan pula pakaiannya. "Yuriko, maafkan aku. Hal yang baru saja terjadi sama sekali bukanlah keinginanku. Ada makhluk astral yang merasuki diriku Yuriko, dan nama makhluk itu adalah Ki Brajangkala. Jadi semua prilakuku tadi, semuanya berada di bawah kendalinya. Ki Brajangkala itulah, makhluk astral yang merasuk dan mengendalikan tubuh serta pikiranku selama kita bercinta tadi Yuriko," ujar Bimo, mengungkapkan semua dengan apa adanya. "Ahh..! J-jadi yang bercinta denganku tadi adalah Ki Brajangkala Kak Bimo..?! B-bagaimana dia bisa mengendalikan tubuh dan pikiran Kak Bimo..?" seru Yuriko nampak bingung dan setengah tak percaya. "Aku mengerti kau pasti bingung dengan hal itu Yuriko. Tapi sebaiknya aku menjelaskannya di tempat lain yang aman dan nyaman Yuriko. Sekarang mari kita keluar dan menemui Paman Daichi di rumah makan dulu Yuriko. Karena tak lama lagi Sha
Tak henti Yuriko mendesah-desah sambil menggeliatkan dadanya. Akibat makin ‘panas’nya lidah dan tangan Bimo ‘bermain’ di sana. Bimo melirik ke arah celana dalam berwarna coklat muda milik Yuriko. Di sana terlihat sudah terdapat bercak-bercak membasah. Bimo mulai bergerak turun mencium, menjilat dan menggigit bagian bawah dari dada mencuat Yuriko. Bimo terus menuruni perut, pinggang, pusar dan akhirnya bermain di sekitar pangkal paha Yuriko. Ya, Yuriko bagai menemukan apa yang selama ini tak pernah di dapatnya. Statusnya sebagai putri pengusaha besar, memang membuat para lelaki minder dan mundur teratur untuk berani mencintainya. Bagai kerasukkan sesuatu. Yuriko nampak tak henti berdesah dan memekik nikmat, seraya menolehkan wajahnya ke kanan kiri, dan terkadang mendongak ke atas. Tangannya juga gelisah tak bisa diam. Yuriko kadang mencengkram sprei ranjang dan menariknya dengan kuat, kadang memegangi buah dadanya sendiri, dan kadang merengkuh kepala seraya meremas ram