"Pagi Mas Bimo. Maaf jika panggilan Devi mengganggu perjalanan Mas Bimo hari ini. Devi cuma mau tanya Mas, apakah Tante Mira mengirimkan sesuatu pada Mas Bimo?Soalnya semalam dia mendesak Devi, untuk mencari dan mengirimkan nomor rekening Mas Bimo padanya. Jadi terpaksa Devi meminta bantuan Pak Budi, untuk mengirimkan nomor rekening Mas Bimo." "Pagi juga Devi. Tak apa Devi. Tante Mira memang mentransfer sejumlah dana pada rekeningku. Mungkin itu sudah jadi tekadnya Devi. Biarkan sajalah." "Ahh, baik Mas Bimo. Devi hanya merasa perlu mengabarkan hal itu pada Mas. O ya, sekarang Mas Bimo berada di mana..?" "Aku sekarang sedang berada di lounge bandara bersama Lidya, Devi. Menunggu kesiapan pesawat untuk take off ke Pangje." "Ahh! Kalau begitu selamat jalan dan hati-hati di negeri orang ya Mas Bimo." "Baik Devi. Baik-baik juga di sana ya." Klikh! Bimo langsung menoleh ke arah Lidya, usai berbicara dengan Devi via ponselnya. Nampak Lidya cepat mengalihkan pandangannya ke arah lain
"Selamat datang Nona Lidya, Tuan..!" sapa lelaki berjas itu, seraya menundukkan badannya ke arah Lidya dan Bimo. "Terimakasih," ucap Lidya, seraya tersenyum dan anggukkan kepalanya. Sementara Bimo juga ikut tersenyum anggukkan kepala di sebelah Lidya. "Mari Nona, Tuan. Kita ke mobil," ucap pria itu, mempersilahkan Lidya dan Bimo mengikutinya menuju ke mobil penjemput. Dan nampaklah sebuah Toyota Century telah menanti Bimo dan Lidya. Bimo dan Lidya langsung dipersilahkan masuk oleh sang driver yang membukakan pintu mobil untuk mereka. Sementara pria yang menjemput mereka tadi, masuk ke dalam mobil lainnya yang berada di belakang Toyota Century itu. Dan kedua mobil itu pun melaju keluar dari bandara menuju ke mansion Katada di Futako Tamagawa. *** Taph..!!Hisashi dan Sasaki tiba di sisi markas clan Yakuza Naga Besi pimpinan Shaburo. Nampak situasi di sekitar markas clan Yakuza itu cukup sepi, hanya nampak dua anggota yang berjaga di gerbang markas. Namun tentu saja hal itu tak
"Sasaki..! Salah satu dari kita harus tetap hidup, dan mengabarkan hal ini pada Tuan Katada!" seru berbisik Hisashi. "Kalau begitu, kau saja yang harus selamat Hisashi..! Kau adalah seniorku dan juga yang terdekat dengan Tuan Katada..!" seru Sasaki, langsung memutuskan. "Tidak Sasaki! Jika kita berdua bisa selamat kenapa tak berusaha..! Bersiaplah kita melesat keluar, dan langsung lemparkan asap peledak ke depan pintu..!Kita akan langsung melesat ke atap bangunan ini, lalu keluar lewat belakang bangunan yang menempel dengan pagar keliling markas ini..!" seru Hisashi, menolak pengorbanan Sasaki. "Baiklah kita berusaha sampai batas kita Hisashi..!" seru Sasaki akhirnya mengerti. Walau dia tahu, sangat sulit bagi mereka berdua untuk bisa keluar dengan selamat, dari kepungan super ketat para anggota yakuza itu. Dor, dor, door..!! "Keluar kalian bedebah..! Kalian harus bayar nyawa kedua teman kami..!" "Keluarlah sialan..!" Sementara letusan tembakkan dan makian keras dari para penge
"Ada apa Mas Bimo..?! A-apa yang Mas lihat..?!" seru Lidya dengan rasa cemas dan penasaran. Mendengar desah kaget Bimo. "Heii..! A-apa yang sebenarnya sedang kaulakukan Bimo..?!" seru terkejut Katada, yang ikut merasa penasaran dan juga terkejut melihat reaksi Lidya. "Ahh..! Bimo..! A-apakah kau mengetahui sesuatu tentang Yuriko..?! Katakan Bimo..!" seru Megumi, tak kalah cemas dan penasaran dengan Lidya. Ya, sampai saat itu Katada dan Megumi masih belum paham, dengan apa yang tengah dilakukan Bimo.Dan Bimo memaklumi hal itu, karena memang kebanyakkan orang Pangje lebih mengutamakan logika dan teknologi, ketimbang hal yang bersifat mistis dan ghaib. "Hmm, Lidya, Tuan Katada. Saya melihat Yuriko disekap di sebuah bangunan kecil, dalam area markas sebuah gank atau clan. Letak markas itu juga sepertinya tak terlalu jauh dari sini," ujar Bimo, mengungkapkan sebagian dari apa yang dilihat mata bathinnya. "Ada beberapa clan di kota Koytok ini Bimo. Clan yang mana yang kaumaksudkan itu.
"Sialan..! Begitulah Bimo. Dia selalu menutup panggilan seenaknya..!" seru marah Katada, dengan suara bergetar penuh kecemasan. Sementara Bimo masih pejamkan kedua matanya saat itu, mata bathinnya rupanya tengah dipancarkan ke markas clan Naga Besi. Nampak tiga orang yang tengah berada dalam sebuah ruangan tertutup di markas itu. Dan salah satu orang di ruangan itulah rupanya yang tengah berbicara dengan Katada saat itu. Bimo mengamati dan berusaha mengingat wajah dari ketiga orang dalam ruangan tertutup itu. Dilihatnya pria yang termuda dan mengenakan setelan jas kantoran mengangkat ponselnya. Tak lama setelah pria sangar, yang menghubungi Katada menutup panggilannya. Tutt.. Tuttt..! Ponsel Katada kembali berdering, tertera 'Kyoshi memanggil' di layar ponselnya. Tanpa ragu Katada pun langsung menerima panggilan itu. Setelah dilihatnya Bimo masih pejamkan sepasang matanya, dan dia tak mau mengganggu Bimo saat itu. Klikh! "Ya Kyoshi..!" "Malam Tuan Katada. Apakah malam ini saya
Slaaph..! Sukma Bimo akhirnya berhasil menembus dinding ruang kamar bawah tanah, di mana Yuriko saat itu di sekap. Di depan pintu kamar itu, sukma Bimo juga melihat dua anggota yakuza yang berjaga dan tengah asik minum sake. 'Hmm. Sebuah kamar yang cukup bersih dan dilengkapi pula dengan kamar mandi dalam', bathin Bimo. Lalu dilihatnya Yuriko yang tengah rebah termenung menatap langit-langit kamar itu.Sepasang mata gadis cantik itu nampak sembab, ketakutan, dan lelah, pastinya karena terlalu lama menangis dan kurang tidur. Yuriko juga terlihat masih mengenakan pakaian kerja yang terakhir dikenakannya. Walau Yuriko telah melepas jas luarnya. Hanya kemeja putih dalamnya saja yang dikenakan, serta celana bahannya. Namun begitu, lekuk tubuh indah Yuriko nampak tercetak cukup jelas dan menggoda. Rambut hitamnya terurai sebahu, wajah oval dengan hidung mancung melancip. Di hiasi pula dengan sepasang alis alami yang cukup tebal. Bibirnya yang merekah merah terlihat lembut dan menantang.
Dan tak sampai 20 menit kemudian. Markas clan Yakuza Naga Besi pun telah nampak, dari jarak 100 meteran di depan mobil yang dikemudikan Daichi. Ya, letak markas clan Yakuza Naga Besi memang berada dekat dengan sebuah rumah makan Ningyocho hamani. Bimo masih ingat dengan lokasi di sekitar markas itu, karena sukmanya tadi sempat melintasi tempat itu. "Kita masuk ke area parkir rumah makan itu saja Paman Daichi. Paman bisa menunggu Bimo di situ. Silahkan jika Paman hendak memesan sesuatu di sana," ujar Bimo tenang. "Baik Tuan Bimo. Tempat yang cocok untuk menanti Tuan Bimo," sahut Daichi senang. Karena dia bisa bersantai sejenak di restoran itu. Bimo pun turun dari mobil, lalu melangkah tenang mendekat ke arah gerbang markas clan Yakuza Naga besi, yang hanya berjarak sekitar 70 meter saja dari rumah makan itu. Suasana malam di area itu cukup sepi. Dari kejauhan Bimo hanya melihat dua orang anggota Yakuza, yang tengah berjaga di posko jaga di balik pagar teralis besi gerbang markas i
"Arrkhss..! Bedebah kau Ki Brajangkala..!" seru Bimo memaki sukma Ki Brajangkala, yang merasuk tanpa permisi dan hendak menguasai raganya. "Hei..! K-kak Bimo..! K-kau kenapakah..?!" seru panik, takut, dan terkejut Yuriko, melihat perubahan aneh sikap Bimo yang begitu tiba-tiba. Dilihatnya sepasang bola mata Bimo yang berkilau merah membara, laksana bola api berkobar. "Yuriko kau keluarlah dari markas inI..! Arrksgh..! Di rumah makan Pa..paman Daichi menunggumu..! Cepatlah Yuriko..! A-aku berbahaya..! Arrkhs..!" Bimo berseru menggeram, menahan gejolak hasrat birahinya yang seketika meledak-ledak. Sungguh pun kepala Bimo mulai dirayapi rasa berdenyut dan nyeri tak terkira. Bahkan junior di bawah tubuhnya pun sudah mengeras, dan menegang maksimal saat itu. Namun dia tetap coba menahan semua itu, hal yang mengakibatkan rasa sakit di kepalanya semakin menggila. Dan Yuriko semakin yakin kini, bahwa Bimo memang benar-benar orang yang ingin menyelamatkannya. Karena bahkan Bimo
"Aihh..! K-kak Bimo, Yuriko benar-benar tak tahu harus bagaimana. Tapi semuanya telah terjadi, Yuriko tak keberatan kehilangan keperawanan dengan Kak Bimo. Tapi Yuriko juga bukan wanita yang setuju dengan tindakkan aborsi. Jika nantinya Yuriko hamil, maka memang tak ada jalan lain selain Kak Bimo menikahi Yuriko. Tapi andai Yuriko tak hamil, maka kita anggap saja kejadian tadi tak pernah ada Kak Bimo," ujar gugup dan lirih Yuriko.Ya, ada nada sedih dalam suara Yuriko itu. Karena sesungguhnya dalam waktu yang teramat singkat, hati Yuriko telah dibuat jatuh oleh sosok Bimo dan kharismanya. Inilah kejadaian gila dan aneh, yang bahkan tak pernah dibayangkan Yuriko akan terjadi padanya. Sebab selama ini Yuriko adalah wanita yang sangat mandiri, dan juga tak acuh dengan lelaki..! Karena bagi Yuriko, lelaki hanyalah penghambat bagi kemajuan karier serta kebebasan dirinya. Itulah prinsip hidup Yuriko, yang telah dijalaninya selama puluhan tahun lamanya.Namun, prinsip itu bagai lenyap ta
"Hahh..! K-ki Brajangkala..?! S-siapa dia Kak Bimo..?" seru terkejut Yuriko, yang ikut bangkit dari ranjang dan buru-buru kenakan pula pakaiannya. "Yuriko, maafkan aku. Hal yang baru saja terjadi sama sekali bukanlah keinginanku. Ada makhluk astral yang merasuki diriku Yuriko, dan nama makhluk itu adalah Ki Brajangkala. Jadi semua prilakuku tadi, semuanya berada di bawah kendalinya. Ki Brajangkala itulah, makhluk astral yang merasuk dan mengendalikan tubuh serta pikiranku selama kita bercinta tadi Yuriko," ujar Bimo, mengungkapkan semua dengan apa adanya. "Ahh..! J-jadi yang bercinta denganku tadi adalah Ki Brajangkala Kak Bimo..?! B-bagaimana dia bisa mengendalikan tubuh dan pikiran Kak Bimo..?" seru Yuriko nampak bingung dan setengah tak percaya. "Aku mengerti kau pasti bingung dengan hal itu Yuriko. Tapi sebaiknya aku menjelaskannya di tempat lain yang aman dan nyaman Yuriko. Sekarang mari kita keluar dan menemui Paman Daichi di rumah makan dulu Yuriko. Karena tak lama lagi Sha
Tak henti Yuriko mendesah-desah sambil menggeliatkan dadanya. Akibat makin ‘panas’nya lidah dan tangan Bimo ‘bermain’ di sana. Bimo melirik ke arah celana dalam berwarna coklat muda milik Yuriko. Di sana terlihat sudah terdapat bercak-bercak membasah. Bimo mulai bergerak turun mencium, menjilat dan menggigit bagian bawah dari dada mencuat Yuriko. Bimo terus menuruni perut, pinggang, pusar dan akhirnya bermain di sekitar pangkal paha Yuriko. Ya, Yuriko bagai menemukan apa yang selama ini tak pernah di dapatnya. Statusnya sebagai putri pengusaha besar, memang membuat para lelaki minder dan mundur teratur untuk berani mencintainya. Bagai kerasukkan sesuatu. Yuriko nampak tak henti berdesah dan memekik nikmat, seraya menolehkan wajahnya ke kanan kiri, dan terkadang mendongak ke atas. Tangannya juga gelisah tak bisa diam. Yuriko kadang mencengkram sprei ranjang dan menariknya dengan kuat, kadang memegangi buah dadanya sendiri, dan kadang merengkuh kepala seraya meremas ram
"Arrkhss..! Bedebah kau Ki Brajangkala..!" seru Bimo memaki sukma Ki Brajangkala, yang merasuk tanpa permisi dan hendak menguasai raganya. "Hei..! K-kak Bimo..! K-kau kenapakah..?!" seru panik, takut, dan terkejut Yuriko, melihat perubahan aneh sikap Bimo yang begitu tiba-tiba. Dilihatnya sepasang bola mata Bimo yang berkilau merah membara, laksana bola api berkobar. "Yuriko kau keluarlah dari markas inI..! Arrksgh..! Di rumah makan Pa..paman Daichi menunggumu..! Cepatlah Yuriko..! A-aku berbahaya..! Arrkhs..!" Bimo berseru menggeram, menahan gejolak hasrat birahinya yang seketika meledak-ledak. Sungguh pun kepala Bimo mulai dirayapi rasa berdenyut dan nyeri tak terkira. Bahkan junior di bawah tubuhnya pun sudah mengeras, dan menegang maksimal saat itu. Namun dia tetap coba menahan semua itu, hal yang mengakibatkan rasa sakit di kepalanya semakin menggila. Dan Yuriko semakin yakin kini, bahwa Bimo memang benar-benar orang yang ingin menyelamatkannya. Karena bahkan Bimo
Dan tak sampai 20 menit kemudian. Markas clan Yakuza Naga Besi pun telah nampak, dari jarak 100 meteran di depan mobil yang dikemudikan Daichi. Ya, letak markas clan Yakuza Naga Besi memang berada dekat dengan sebuah rumah makan Ningyocho hamani. Bimo masih ingat dengan lokasi di sekitar markas itu, karena sukmanya tadi sempat melintasi tempat itu. "Kita masuk ke area parkir rumah makan itu saja Paman Daichi. Paman bisa menunggu Bimo di situ. Silahkan jika Paman hendak memesan sesuatu di sana," ujar Bimo tenang. "Baik Tuan Bimo. Tempat yang cocok untuk menanti Tuan Bimo," sahut Daichi senang. Karena dia bisa bersantai sejenak di restoran itu. Bimo pun turun dari mobil, lalu melangkah tenang mendekat ke arah gerbang markas clan Yakuza Naga besi, yang hanya berjarak sekitar 70 meter saja dari rumah makan itu. Suasana malam di area itu cukup sepi. Dari kejauhan Bimo hanya melihat dua orang anggota Yakuza, yang tengah berjaga di posko jaga di balik pagar teralis besi gerbang markas i
Slaaph..! Sukma Bimo akhirnya berhasil menembus dinding ruang kamar bawah tanah, di mana Yuriko saat itu di sekap. Di depan pintu kamar itu, sukma Bimo juga melihat dua anggota yakuza yang berjaga dan tengah asik minum sake. 'Hmm. Sebuah kamar yang cukup bersih dan dilengkapi pula dengan kamar mandi dalam', bathin Bimo. Lalu dilihatnya Yuriko yang tengah rebah termenung menatap langit-langit kamar itu.Sepasang mata gadis cantik itu nampak sembab, ketakutan, dan lelah, pastinya karena terlalu lama menangis dan kurang tidur. Yuriko juga terlihat masih mengenakan pakaian kerja yang terakhir dikenakannya. Walau Yuriko telah melepas jas luarnya. Hanya kemeja putih dalamnya saja yang dikenakan, serta celana bahannya. Namun begitu, lekuk tubuh indah Yuriko nampak tercetak cukup jelas dan menggoda. Rambut hitamnya terurai sebahu, wajah oval dengan hidung mancung melancip. Di hiasi pula dengan sepasang alis alami yang cukup tebal. Bibirnya yang merekah merah terlihat lembut dan menantang.
"Sialan..! Begitulah Bimo. Dia selalu menutup panggilan seenaknya..!" seru marah Katada, dengan suara bergetar penuh kecemasan. Sementara Bimo masih pejamkan kedua matanya saat itu, mata bathinnya rupanya tengah dipancarkan ke markas clan Naga Besi. Nampak tiga orang yang tengah berada dalam sebuah ruangan tertutup di markas itu. Dan salah satu orang di ruangan itulah rupanya yang tengah berbicara dengan Katada saat itu. Bimo mengamati dan berusaha mengingat wajah dari ketiga orang dalam ruangan tertutup itu. Dilihatnya pria yang termuda dan mengenakan setelan jas kantoran mengangkat ponselnya. Tak lama setelah pria sangar, yang menghubungi Katada menutup panggilannya. Tutt.. Tuttt..! Ponsel Katada kembali berdering, tertera 'Kyoshi memanggil' di layar ponselnya. Tanpa ragu Katada pun langsung menerima panggilan itu. Setelah dilihatnya Bimo masih pejamkan sepasang matanya, dan dia tak mau mengganggu Bimo saat itu. Klikh! "Ya Kyoshi..!" "Malam Tuan Katada. Apakah malam ini saya
"Ada apa Mas Bimo..?! A-apa yang Mas lihat..?!" seru Lidya dengan rasa cemas dan penasaran. Mendengar desah kaget Bimo. "Heii..! A-apa yang sebenarnya sedang kaulakukan Bimo..?!" seru terkejut Katada, yang ikut merasa penasaran dan juga terkejut melihat reaksi Lidya. "Ahh..! Bimo..! A-apakah kau mengetahui sesuatu tentang Yuriko..?! Katakan Bimo..!" seru Megumi, tak kalah cemas dan penasaran dengan Lidya. Ya, sampai saat itu Katada dan Megumi masih belum paham, dengan apa yang tengah dilakukan Bimo.Dan Bimo memaklumi hal itu, karena memang kebanyakkan orang Pangje lebih mengutamakan logika dan teknologi, ketimbang hal yang bersifat mistis dan ghaib. "Hmm, Lidya, Tuan Katada. Saya melihat Yuriko disekap di sebuah bangunan kecil, dalam area markas sebuah gank atau clan. Letak markas itu juga sepertinya tak terlalu jauh dari sini," ujar Bimo, mengungkapkan sebagian dari apa yang dilihat mata bathinnya. "Ada beberapa clan di kota Koytok ini Bimo. Clan yang mana yang kaumaksudkan itu.
"Sasaki..! Salah satu dari kita harus tetap hidup, dan mengabarkan hal ini pada Tuan Katada!" seru berbisik Hisashi. "Kalau begitu, kau saja yang harus selamat Hisashi..! Kau adalah seniorku dan juga yang terdekat dengan Tuan Katada..!" seru Sasaki, langsung memutuskan. "Tidak Sasaki! Jika kita berdua bisa selamat kenapa tak berusaha..! Bersiaplah kita melesat keluar, dan langsung lemparkan asap peledak ke depan pintu..!Kita akan langsung melesat ke atap bangunan ini, lalu keluar lewat belakang bangunan yang menempel dengan pagar keliling markas ini..!" seru Hisashi, menolak pengorbanan Sasaki. "Baiklah kita berusaha sampai batas kita Hisashi..!" seru Sasaki akhirnya mengerti. Walau dia tahu, sangat sulit bagi mereka berdua untuk bisa keluar dengan selamat, dari kepungan super ketat para anggota yakuza itu. Dor, dor, door..!! "Keluar kalian bedebah..! Kalian harus bayar nyawa kedua teman kami..!" "Keluarlah sialan..!" Sementara letusan tembakkan dan makian keras dari para penge