Share

Bab 52.

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-01-02 20:25:03
"Ada apa Mas Bimo..?! A-apa yang Mas lihat..?!" seru Lidya dengan rasa cemas dan penasaran. Mendengar desah kaget Bimo.

"Heii..! A-apa yang sebenarnya sedang kaulakukan Bimo..?!" seru terkejut Katada, yang ikut merasa penasaran dan juga terkejut melihat reaksi Lidya.

"Ahh..! Bimo..! A-apakah kau mengetahui sesuatu tentang Yuriko..?! Katakan Bimo..!" seru Megumi, tak kalah cemas dan penasaran dengan Lidya.

Ya, sampai saat itu Katada dan Megumi masih belum paham, dengan apa yang tengah dilakukan Bimo.

Dan Bimo memaklumi hal itu, karena memang kebanyakkan orang Pangje lebih mengutamakan logika dan teknologi, ketimbang hal yang bersifat mistis dan ghaib.

"Hmm, Lidya, Tuan Katada. Saya melihat Yuriko disekap di sebuah bangunan kecil, dalam area markas sebuah gank atau clan. Letak markas itu juga sepertinya tak terlalu jauh dari sini," ujar Bimo, mengungkapkan sebagian dari apa yang dilihat mata bathinnya.

"Ada beberapa clan di kota Koytok ini Bimo. Clan yang mana yang kaumaksudkan itu.
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 53.

    "Sialan..! Begitulah Bimo. Dia selalu menutup panggilan seenaknya..!" seru marah Katada, dengan suara bergetar penuh kecemasan. Sementara Bimo masih pejamkan kedua matanya saat itu, mata bathinnya rupanya tengah dipancarkan ke markas clan Naga Besi. Nampak tiga orang yang tengah berada dalam sebuah ruangan tertutup di markas itu. Dan salah satu orang di ruangan itulah rupanya yang tengah berbicara dengan Katada saat itu. Bimo mengamati dan berusaha mengingat wajah dari ketiga orang dalam ruangan tertutup itu. Dilihatnya pria yang termuda dan mengenakan setelan jas kantoran mengangkat ponselnya. Tak lama setelah pria sangar, yang menghubungi Katada menutup panggilannya. Tutt.. Tuttt..! Ponsel Katada kembali berdering, tertera 'Kyoshi memanggil' di layar ponselnya. Tanpa ragu Katada pun langsung menerima panggilan itu. Setelah dilihatnya Bimo masih pejamkan sepasang matanya, dan dia tak mau mengganggu Bimo saat itu. Klikh! "Ya Kyoshi..!" "Malam Tuan Katada. Apakah malam ini saya

    Last Updated : 2025-01-03
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 54.

    Slaaph..! Sukma Bimo akhirnya berhasil menembus dinding ruang kamar bawah tanah, di mana Yuriko saat itu di sekap. Di depan pintu kamar itu, sukma Bimo juga melihat dua anggota yakuza yang berjaga dan tengah asik minum sake. 'Hmm. Sebuah kamar yang cukup bersih dan dilengkapi pula dengan kamar mandi dalam', bathin Bimo. Lalu dilihatnya Yuriko yang tengah rebah termenung menatap langit-langit kamar itu.Sepasang mata gadis cantik itu nampak sembab, ketakutan, dan lelah, pastinya karena terlalu lama menangis dan kurang tidur. Yuriko juga terlihat masih mengenakan pakaian kerja yang terakhir dikenakannya. Walau Yuriko telah melepas jas luarnya. Hanya kemeja putih dalamnya saja yang dikenakan, serta celana bahannya. Namun begitu, lekuk tubuh indah Yuriko nampak tercetak cukup jelas dan menggoda. Rambut hitamnya terurai sebahu, wajah oval dengan hidung mancung melancip. Di hiasi pula dengan sepasang alis alami yang cukup tebal. Bibirnya yang merekah merah terlihat lembut dan menantang.

    Last Updated : 2025-01-03
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 55.

    Dan tak sampai 20 menit kemudian. Markas clan Yakuza Naga Besi pun telah nampak, dari jarak 100 meteran di depan mobil yang dikemudikan Daichi. Ya, letak markas clan Yakuza Naga Besi memang berada dekat dengan sebuah rumah makan Ningyocho hamani. Bimo masih ingat dengan lokasi di sekitar markas itu, karena sukmanya tadi sempat melintasi tempat itu. "Kita masuk ke area parkir rumah makan itu saja Paman Daichi. Paman bisa menunggu Bimo di situ. Silahkan jika Paman hendak memesan sesuatu di sana," ujar Bimo tenang. "Baik Tuan Bimo. Tempat yang cocok untuk menanti Tuan Bimo," sahut Daichi senang. Karena dia bisa bersantai sejenak di restoran itu. Bimo pun turun dari mobil, lalu melangkah tenang mendekat ke arah gerbang markas clan Yakuza Naga besi, yang hanya berjarak sekitar 70 meter saja dari rumah makan itu. Suasana malam di area itu cukup sepi. Dari kejauhan Bimo hanya melihat dua orang anggota Yakuza, yang tengah berjaga di posko jaga di balik pagar teralis besi gerbang markas i

    Last Updated : 2025-01-04
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 56.

    "Arrkhss..! Bedebah kau Ki Brajangkala..!" seru Bimo memaki sukma Ki Brajangkala, yang merasuk tanpa permisi dan hendak menguasai raganya. "Hei..! K-kak Bimo..! K-kau kenapakah..?!" seru panik, takut, dan terkejut Yuriko, melihat perubahan aneh sikap Bimo yang begitu tiba-tiba. Dilihatnya sepasang bola mata Bimo yang berkilau merah membara, laksana bola api berkobar. "Yuriko kau keluarlah dari markas inI..! Arrksgh..! Di rumah makan Pa..paman Daichi menunggumu..! Cepatlah Yuriko..! A-aku berbahaya..! Arrkhs..!" Bimo berseru menggeram, menahan gejolak hasrat birahinya yang seketika meledak-ledak. Sungguh pun kepala Bimo mulai dirayapi rasa berdenyut dan nyeri tak terkira. Bahkan junior di bawah tubuhnya pun sudah mengeras, dan menegang maksimal saat itu. Namun dia tetap coba menahan semua itu, hal yang mengakibatkan rasa sakit di kepalanya semakin menggila. Dan Yuriko semakin yakin kini, bahwa Bimo memang benar-benar orang yang ingin menyelamatkannya. Karena bahkan Bimo

    Last Updated : 2025-01-05
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 57.

    Tak henti Yuriko mendesah-desah sambil menggeliatkan dadanya. Akibat makin ‘panas’nya lidah dan tangan Bimo ‘bermain’ di sana. Bimo melirik ke arah celana dalam berwarna coklat muda milik Yuriko. Di sana terlihat sudah terdapat bercak-bercak membasah. Bimo mulai bergerak turun mencium, menjilat dan menggigit bagian bawah dari dada mencuat Yuriko. Bimo terus menuruni perut, pinggang, pusar dan akhirnya bermain di sekitar pangkal paha Yuriko. Ya, Yuriko bagai menemukan apa yang selama ini tak pernah di dapatnya. Statusnya sebagai putri pengusaha besar, memang membuat para lelaki minder dan mundur teratur untuk berani mencintainya. Bagai kerasukkan sesuatu. Yuriko nampak tak henti berdesah dan memekik nikmat, seraya menolehkan wajahnya ke kanan kiri, dan terkadang mendongak ke atas. Tangannya juga gelisah tak bisa diam. Yuriko kadang mencengkram sprei ranjang dan menariknya dengan kuat, kadang memegangi buah dadanya sendiri, dan kadang merengkuh kepala seraya meremas ram

    Last Updated : 2025-01-06
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 58.

    "Hahh..! K-ki Brajangkala..?! S-siapa dia Kak Bimo..?" seru terkejut Yuriko, yang ikut bangkit dari ranjang dan buru-buru kenakan pula pakaiannya. "Yuriko, maafkan aku. Hal yang baru saja terjadi sama sekali bukanlah keinginanku. Ada makhluk astral yang merasuki diriku Yuriko, dan nama makhluk itu adalah Ki Brajangkala. Jadi semua prilakuku tadi, semuanya berada di bawah kendalinya. Ki Brajangkala itulah, makhluk astral yang merasuk dan mengendalikan tubuh serta pikiranku selama kita bercinta tadi Yuriko," ujar Bimo, mengungkapkan semua dengan apa adanya. "Ahh..! J-jadi yang bercinta denganku tadi adalah Ki Brajangkala Kak Bimo..?! B-bagaimana dia bisa mengendalikan tubuh dan pikiran Kak Bimo..?" seru Yuriko nampak bingung dan setengah tak percaya. "Aku mengerti kau pasti bingung dengan hal itu Yuriko. Tapi sebaiknya aku menjelaskannya di tempat lain yang aman dan nyaman Yuriko. Sekarang mari kita keluar dan menemui Paman Daichi di rumah makan dulu Yuriko. Karena tak lama lagi Sha

    Last Updated : 2025-01-06
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 59.

    "Aihh..! K-kak Bimo, Yuriko benar-benar tak tahu harus bagaimana. Tapi semuanya telah terjadi, Yuriko tak keberatan kehilangan keperawanan dengan Kak Bimo. Tapi Yuriko juga bukan wanita yang setuju dengan tindakkan aborsi. Jika nantinya Yuriko hamil, maka memang tak ada jalan lain selain Kak Bimo menikahi Yuriko. Tapi andai Yuriko tak hamil, maka kita anggap saja kejadian tadi tak pernah ada Kak Bimo," ujar gugup dan lirih Yuriko.Ya, ada nada sedih dalam suara Yuriko itu. Karena sesungguhnya dalam waktu yang teramat singkat, hati Yuriko telah dibuat jatuh oleh sosok Bimo dan kharismanya. Inilah kejadaian gila dan aneh, yang bahkan tak pernah dibayangkan Yuriko akan terjadi padanya. Sebab selama ini Yuriko adalah wanita yang sangat mandiri, dan juga tak acuh dengan lelaki..! Karena bagi Yuriko, lelaki hanyalah penghambat bagi kemajuan karier serta kebebasan dirinya. Itulah prinsip hidup Yuriko, yang telah dijalaninya selama puluhan tahun lamanya.Namun, prinsip itu bagai lenyap ta

    Last Updated : 2025-01-07
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 60.

    "Yurikoo..! Akhirnya kau kembali Nak..! Tsk, tsk..!" seru terisak Megumi, yang langsung bergegas menghampiri Yuriko. Sementara Yuriko juga menyambut saang ibu dengan berlari kecil. Kedua ibu dan anak itu pun akhirnya berpelukkan sambil menangis, melepaskan luapan emosi kegembiraan mereka. Sementara Lidya ikut tersenyum penuh keharuan di dekat mereka. Lidya pun menatap ke arah Bimo dengan pandangan penuh kekaguman dan rasa terimakasih. Tentu saja Lidya sangat tahu, bahwa kembalinya Yuriko adalah berkat bantuan dari Bimo. 'Kau memang pria yang luar biasa Mas Bimo. Sungguh beruntung aku mengenalmu', bathin Lidya. Dia pun melangkah ke arah Bimo, dengan senyum manis di wajahnya. Ya, secara perlahan tapi pasti. Benih-benih simpati di hati Lidya, kini sepertinya telah berkembang dan mekar. Merekah sempurna disertai aroma indah yang tak terkatakan, namun jelas bisa dirasakannya. Aroma asmara..! "Mas Bimo. Terimakasih, karena telah menyelamatkan Yuriko sahabatku dari penculikkan," ucap pe

    Last Updated : 2025-01-07

Latest chapter

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 155.

    "Aihh..! A-ada apa dengan Nenek Vivian Mah..?!" Lidya tersentak kaget, mendengar isakkan ibunya di ponsel. Dia pun langsung menduga ada hal buruk yang telah terjadi, dengan sang Nenek yang disayanginya itu. "Mamah Vivian telah meninggal Lidya.." "Tidakk..! Nenek..!" Klikh..! Lidya pun langsung mematikan panggilan Helga, seraya langsung bergegas balik kembali ke arah garasinya. "Non..! A-ada apa Non Lidya..?!" seru kaget, cemas, dan panik Bi Inah. Dia melihat Lidya yang baru saja masuk ke rumah, lalu berseru keras dan langsung berlari kembali ke garasi. Brrmm..! Ngnngg..! Lidya kembali mengeluarkan audi hitamnya dari garasi, dan langsung melaju kembali di jalan raya. Bahkan tanpa dia sempat berganti pakaian kerjanya. Ya, Nenek Vivian adalah orang yang paling dekat dengan Lidya, sebelum Lidya masuk ke lingkungan bisnis ayahnya. Bahkan kedekatannya dengan sang nenek itu, melebihi kedekatannya dengan orangtuanya sendiri. 'Nenek..! M-maafkan Lily Nek..! Lily terlalu sibuk dengan

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 154.

    "Ahhskk..! T-tuan Andreww...! A-akhu sam..paihhs..! Ahhsgk..!" erangan terbata bernuansa erotis, terdengar begitu menggetarkan dari wanita muda dan cantik di bawah himpitan tubuh Andrew. Nampak mata terbeliak, regangan tubuh, dan kedutan pinggulnya yang melenting ke atas. Seolah hendak melahap habis, tonggak keras milik Andrew yang juga menghujam dalam di liang surganya. Ya, wanita itu kini tengah melayang indah, di tengah surganya dunia yang hanya bisa dirasa dan tak pernah ada yang bisa melukiskannya dalam alam nyata."Haarghks..!" geraman Andrew pun menyusul, menandakan dia juga telah tiba pada klimaks asmaranya. Namun seketika saja muncul taring di mulutnya, seiring dengan memerahnya bola mata pria tampan itu. Lalu... Craasph..! Srrrpphhs..! taring Andrew pun menancap dalam dan mengoyak pembuluh darah di leher sang wanita, disertai suara menghirup yang begitu dalam oleh Andrew. Bersamaan dengan ledakkan klimaks yang tengah dirasakannya. "Ahhsskk..!! T-tuan Andrew...!!" seru t

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 153.

    "Hmm. Baiklah Mas Bimo. Lalu bagaimana aku pergi ke Gorbo nanti Mas Bimo..?" ujar Devi agak bingung. "Kau bisa ikut dengan mobilku Devi. Dua koper roda itu saja kan bawaanmu nanti, Devi..? Itu masih bisa kok masuk bagasi mobilku," ujar Bimo menenangkan Devi. "Iya Mas Bimo," Devi akhirnya menuruti saja saran Bimo. Dia memang penuh percaya atas semua ucapan Bimo, karena dia mengetahui kemampuan Bimo. Akhirnya tak lama kemudian, Devi pun mendapat restu dan bahkan support dari Baskara dan Rini. Untuk bekerja di kantor Bimo. "Selamat bekerja di kantor Mas Bimo, Devi. Sering-seringlah pulang ke ruamh di waktu senggangmu nanti ya," ujar Rini lembut. "Baik Ibu, Ayah. Devi akan pulang jika ada waktu senggang," sahut Devi tersenyum. Kini hatinya merasa sangat lega, dan dia bisa berangkat dengan tenang serta nyaman, menuju tempat tinggal sekaligus tempat kerjanya di Gorbo. Ya, Baskara dan Rini akhirnya juga meminta maaf pada Bimo atas kesalah pahaman mereka selama ini terhadap Bimo. "Maaf

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 152.

    "Ahhh...!!" seruan kaget Baskara dan Rini pun terdengar bersamaan, dengan ekspresi wajah seolah tak percaya. Baskara menatap dengan mata terbelalak, sementara Rini sampai mengangkat sebelah tangan menutupi mulutnya yang ternganga. Baskara bahkan sampai mengklik profil m-banking itu, untuk memastikan apakah itu benar-benar akun Bimo. Dan dia pun menemukan fakta, bahwa itu adalah benar akun asli milik Bimo Setiawan. Ya, nilai deretan panjang angka di saldo rekening Bimo, memang sungguh berada di luar dugaan Baskara dan istrinya. Tutt.. Tutt..! Ponsel Bimo yang masih berada di tangan Baskara berdering, dia serta Rini melihat dengan jelas 'Pak Hendra Winata' tertera di layarnya. "W-winata Group..?!" seru gugup Baskara dengan bibir bergetar, seketika dia memberikan kembali ponsel itu pada Bimo dengan tangan agak gemetar. "Maaf, boleh saya menerima panggilan dulu Pak, Bu..?" ujar Bimo tersenyum tenang, seolah tak melihat keterkejutan di wajah kedua orangtua Devi. "S-silahkan Bimo,"

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 151.

    "Huhh..! Kebetulan sekali kalau begitu..! Ayo Bu, kita bicara langsung saja dengan Bimo..!" seru Baskara, seraya mengajak istrinya ikut menemui Bimo. Dan memang benar Bimolah yang datang berkunjung ke kediaman Baskara saat itu. Klekh..! "Wah..! Mas Bimo jadi juga datang ke sini. Silahkan duduk Mas," sambut Devi tersenyum gembira, melihat kedatangan Bimo. Kendati hatinya juga diliputi rasa was was akan sikap orangtuanya terhadap Bimo nanti. "Lho..! Ada tamu kok disuruh duduk di teras Devi. Persilahkan saja Bimo masuk ke ruang tamu sini. Kami juga hendak bicara dengannya," ujar Baskara dingin dari dalam pintu. Ya, Bsaskara dan Rini merasa enggan ikut keluar menyambut Bimo. Walau mereka juga agak terkejut, saat melihat Bimo datang dengan mengendarai mobil yang cukup berkelas. "Hmm..! Apakah itu mobilnya atau pinjaman ya Bu..?" bisik Baskara di dekat telinga Rini. "Entahlah Mas. Yang jelas kita tanya saja padanya, apa sebenarnya yang bisa dia tawarkan pada putri kita dengan bekerja

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 150.

    Klik.! "Ya, halo Mbak Ratri,” sahut Bimo. “Pagi Bimo. Sedang sibukkah sekarang?” tanya Ratri. “Aku baru saja mandi Mbak. Bagaimana kabarnya nih?” sahut Bimo bertanya. " O ya Bimo. Tak lama setelah kamu pergi A' Rahadian meminta bantuanku, untuk mengirim dana ke rekeningmu sebesar 5 miliar. Semoga sudah kau terima ya Bimo." Ratri mengabarkan.“Lho, darimana Mbak Ratri tahu nomor rekeningku?” tanya Bimo heran. “Bukankah saat Bimo membawa A'a Rahadian ke rumah sakit, kamu yang membayarkan biayanya Bimo? Dari situlah aku mengetahui nomor rekeningmu,” sahut Ratri tenang. “Oh iya, hehe. Kalau begitu, sampaikan terimakasihku pada Mas Rahadian ya. Tapi sebetulnya tak perlu berlebihan Ratri. Mas Rahadian seharusnya bisa menggunakan uang itu untuk pengembangan bisnisnya saja." “Tidak Bimo. Bahkan menurutku kamu pantas menerima yang lebih dari itu." “Ahh, kalian ini. O iya, bagaimana kabar si Desi kecil Mbak?” “Wahh, dia sekarang jadi fans beratmu Bimo. Dimana-mana dia bercerita soal k

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 149.

    Bruaghhk..! Braaghk..!! Ciittt...!! Gedubraghhk..!! "Arrghk..!!" terdengar teriakkan orang-orang dalam dua kendaraan itu. Dua APV hitam itu pun langsung miring dan terguling ke arah ladang singkong di seberang jalan. Taph..! Yoga mendarat ringan di dekat kedua mobil pengangkut yang terguling itu. Dan dengan cepat dia keluarkan pistol dari balik pakaiannya. Lalu... Darr..! Darr..! ... Darr..!! Dua pengemudi mobil dan dua rekannya yang mendampingi di dalam mobil pengangkut itu. Keempatnya tewas seketika dengan kepala berlubang, diterjang timah panas yang dilepaskan Yoga dengan tanpa ampun. Cittt...!! Tiga pengendara motor segera injak rem motor mereka dengan tiba-tiba dan berseru kaget dan marah ke arah Yoga. "Heii..!! S-siapa.. Dor, dor, ... Dorr..!! Namun rentetan tembakkan dari para anak buah Yoga langsung menjawab, dan menembus tubuh ketiga pengendara motor yang mengawal mobil pengangkut itu. "Ahkss..!!" Brugh..! ... Brugh..! Ketiga security pengawal itu pun ikut tewas

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 148.

    "Hebat Mas Iwan. Kalau begitu Mas Iwan akan Lidya tempatkan di divisi pengawasan anggaran proyek saja ya. Jadi Mas Iwan bisa langsung terjun ke lapangan proyek nantinya," jelas Lidya. "Terimakasih Mbak Lidya. Saya siap ditempatkan dimanapun itu. Saya akan mencurahkan seluruh daya, kesetiaan, dan kemampuan saya pada perusahaan Mbak Lidya. Dan saya berterimakasih sekali atas bantuan dan pertolongan Mbak Lidya dan Mas Bimo. Rasanya sampai mati pun, saya tak akan bisa membalas hutang budi saya pada kalian berdua," ucap Iwan, dengan suara serak penuh rasa haru dan terimakasih. "Tak perlu terlalu dipikirkan Mas Iwan. Besok datanglah dengan membawa CV Mas Iwan ke kantor saya. Temuilah kepala personalia di sana. Ini kartu saya, perlihatkan saja pada kepala personalia. Selanjutnya Mas Iwan tinggal ikuti saja arahannya ya," ujar Lidya, ikut merasa terharu dan senang mendengar ucapan Iwan. "Benar Mas Iwan. Tak perlu terlalu dijadikan beban pikiran. Hanya saja, jika melihat orang disekitar M

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 147.

    "Hahh..! K-kamu punya perusaahaan..?!" sentak terkejut Hesti, seolah tak percaya. Ya, walau memiliki sebuah perusahaan ternama, penampilan Lidya memang terkesan biasa saja. Lidya memang tak suka menunjukkan perhiasan atau pun gemerlap pakaian, yang biasa dikenakan oleh orang-orang kelas elite. Padahal jika Hesti dan Darma berkesempatan melihat semua perhiasan yang dimiliki Lidya di lemari koleksinya. Niscaya mata mereka akan katarak dan buta seketika..!Karena saking berkilau, langka, dan banyaknya koleksi perhiasan Lidya..! "T-tapi perusahaannya harus ternama. Minimal kami mengenalnya Lidya..!" seru gagap Hesti, tak mau menyerah begitu saja. "Ayah..! Kenapa Ayah mempermalukan Tari di depan orang-orang..?! Tari bukan barang dagangan, Ayah..!" sentak Tari, yang merasa malu sekali, terhadap prilaku kedua orangtuanya. Di depan Iwan dan kedua pendampingnya itu. "Kamu diam dulu Tari..! Ini untuk kebaikkanmu sendiri, dan juga nama baik keluarga..!" hardik Darma, seraya membelalakkan mat

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status