Share

Bab 122.

Penulis: BayS
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-11 12:53:54

"Iya Bu. O ya, ini Mas Bimo, Bu. Tadi Fira kenalan di panti," ujar Fira senang, yang langsung memperkenalkan ibunya pada Bimo.

Ya, bagi Fira melihat sang ibunya bersedia menemui Bimo, itu adalah pertanda sang Ibu berkenan dengan Bimo.

Fira sama sekali belum tahu mengenai 'benda jahat' dan perjanjian Bimo dengan ayahnya. Dia mengira Bimo betah berlama-lama di kediamannya itu. Dan tentu saja hati Fira merasa senang sekali melihat hal itu.

"Salam Ibu, saya Bimo teman Fira," sapa Bimo sopan, seraya menghampiri Sekar dan mencium tangannya.

"Iya Bimo. Saya Sekar, ibunya Fira," sambut Sekar ramah. Simpatinya pada Bimo pun semakin besar, melihat sikap Bimo itu.

Tak lama kemudian, Renny pun tiba di lantai bawah. Dia langsung melangkah ke arah ruang tamu, untuk menemui teman adiknya itu.

Baru saja Renny tiba di ruang tamu, pandangannya pun seketika menatap ke arah Bimo, dan sebaliknya Bimo yang peka juga langsung menatap ke arah Renny. Dan keduanya pun saling tersentak kaget bersamaan..!
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 123.

    "Hahh...!!" Seruan kaget serentak orang-orang di dalam rumah Budiman, kecuali Bimo. Karena Bimo memang sudah menduga hal itu akan terjadi. "S-suara apa itu keras sekali Bimo..?!" seru Budiman dengan wajah kaget dan panik. "Tenanglah Pak. Itu suara makhluk yang hendak menghuni benda yang ditanam di taman itu. Dia menabrak pagaran yang Bimo buat di sekeliling rumah ini. Kalau dia berhasil menembus pagaran itu, tak mungkin akan terdengar bunyi tabrakkan keras seperti itu Pak," ujar Bimo, mencoba menenangkan Budiman dan semua orang di dalam rumah itu. "S-syukurlah kalau makhluk itu gagal menembus pagaranmu Bimo. L-lalu selanjutnya bagaimana Bimo..?" Sekar ikut berseru gugup, dengan wajah panik dan ketakutan. "Selanjutnya biar Bimo saja yang keluar rumah Bu. Ibu dan yang lainnya tetap di dalam rumah saja sementara ini," ujar Bimo tersenyum tenang. "B-baiklah Bimo. Hati-hati ya," ucap Sekar terbata. Sementara yang lainnya nampak mengangguk, tanda mengerti maksud Bimo. "A-ada apa seb

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 124.

    Blaph..! Sosok Ki Swaer Wisa lenyap seketika dari area itu. Ya, rupanya Ki Sawer Wisa lebih memilih kabur dari Bimo sejauh-jauhnya. Dan berniat menerima saja hukuman dari Tuannya, Ki Tapa! 'Seberat-berat hukuman Ki Tapa, dia takkan sampai memusnahkanku! Karena Ki Tapa pasti masih membutuhkanku, untuk bekerja padanya! Daripada aku musnah di tangan pemuda bedebah itu..!' Rupanya demikianlah pola pikir licik Ki Sawer Wisa itu! Sementara sukma Bimo malah tersenyum senang, melihat kaburnya Ki Sawer Wisa itu. Karena memang itu yang diharapkannya. Baginya membuntuti Ki Sawer Wisa yang lenyap melarikan diri itu adalah soal mudah. 'Dia pasti akan melaporkan hal ini pada Tuannya secepatnya', bathin Bimo menduga. Splash..! Sukma Bimo melesat lenyap ke arah langit. Sukma Bimo bermaksud mengikuti Sawer Wisa dari ketinggian yang tak terdeteksi oleh Ki Sawer Wisa. Dan nampak jelaslah kini, kemana arah Ki Sawer Wisa melesat saat itu. Dan bagi Bimo, kecepatan melesat Sawer Wisa masihlah terbi

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 125.

    "Hahahaaa..! Turunlah..!" Blaaghk..! Ki Tapa tergelak geli, lalu dia menggebrak kembali lantai dihadapannya. Dan perlahan tubuh Thomas pun turun kembali ke bawah, hingga menyentuh lantai dengan aman. "Am-ampuun Kiii..!" seru pucat Thomas dengan suara gemetaran. menahan kengeriannya atas kejadian barusan. "Makanya jangan coba-coba main hati dengan Aki, Thomas..! Aki bisa merasaakan dan menebak isi hatimu..!" seru tenang namun tajam dari Ki Tapa, memperingatkan Thomas. "I-iya Ki Tapa..! Maaf..! Saya percaya Ki..!" seru gemetar Thomas. Dia kini yakin 100 persen, bahwa Ki Tapa memang orang linuwih. Blaphh..! Tiba-tiba saja muncul sosok Sawer Wisa di ruang tirakat Ki Tapa itu. Sosok yang hanya bisa dilihat oleh mata bathin Ki Tapa. Sementara Thomas, Bagyo, dan Lukas yang berada di ruangan itu sama sekali tak bisa melihat sosok Ki Sawer Wisa. Mereka hanya merasakan hawa panas, yang tiba-tiba saja menebar di ruang tirakat itu. "Hahh..! Baboo.. baboo..! Kenapa kau kembali sebelum mela

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 126.

    'Hmm..! Tunggulah saatnya nanti, sebentar lagi tawa kalian akan berubah menjadi rintihan terpedih..!' bathin Bimo. "Hei..! Apa kalian tak merasakan..? Sekarang ruangan ini terasa sejuk sekali..! Aneh..?!" seru Thomas pada kedua rekannya. "Ahh..! Iya benar..! Padahal tadi panas sekali hawanya..!" seru kedua rekannya berbarengan. Ya, mereka yang tadinya merasa hawa panas di ruangan itu, akibat kedatangan Ki Sawer Wisa, kini merasakan hawa ruangan begitu sejuk. Hal itu sebenarnya tak lain adalah hawa aura, yang memancar dari sukma Bimo. Kini sukma Bimo urung mengejar Sawer Wisa.Bimo merasa sudah cukup informasi yang didapatkannya, dari percakapan tiga orang brengsek di ruangan itu. 'Aku harus mengabarkan informasi ini pada Pak Budiman secepatnya. Karena tak lama lagi, sepertinya aku harus berhadapan dengan Tuan dari Sawer Wisa yang bernama Ki Tapa itu'. Splasph..! Sukma Bimo pun melesaat cepat sekali, dan menembus begitu saaja dinding kediaman Ki Tapa. *** Sementara di kediaman

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 127.

    Staapph..! Sebuah benda terbungkus plastik berisi kain hitam yang dirajah dengan tinta emas. Tiba-tiba saja telah tergenggam di tangan kanan Bimo yang terkembang tadi. Ya, benda itu meluncur dan muncul begitu saja dri dalam tanah. Tanpa bekas sama sekali di permukaan tanah tempat keluarnya benda jahat itu. Ajaib..! Cesshhk..! Terdengar suara bagai bara besi yang dicelupkan ke dalam air, seiring dengan mengepulnya asap hitam dari benda yang berada dalam genggaman Bimo. "Hahh..?!" "Aisshk..!!" Terdengar seruan-seruan kaget dan ngeri, dari Budiman dan keluarganya. Saat mereka menyaksikan kejadian dalam penarikkan benda jahat itu, dengan hati berdebar tegang. Akhirnya asap hitam itu pun sirna beberapa saat kemudian. Bimo langsung membawa benda hasil tarikkannya itu ke teras rumah. "Bapak, Ibu. Inilah benda jahat yang ditanam oleh tikang suruhan Lukas itu. Dan Lukas ini ternyata tak bekerja sendirian Pak Budiman. Ada dua orang lain di belakang layar selain Lukas itu," ujar Bimo te

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 128.

    "Haahh..!!" seru kaget serentak ketiga orang tamu agung itu. Tentu saja mereka kaget, karena Ki Tapa muncul begitu saja dihadapan mereka bagaikan hantu. "Kalian dengar kataku barusan..?!" sentak Ki Tapa lagi agak geram, karena ucapannya tak direspon segera oleh ketiga tamunya itu. "Ba-baik Ki Tapa..! Aku dengar..!" seru Thomas gemetar ketakutan. Dia tak ingin mengundang amarah sepuh sesat itu lagi. "I-iya Ki Tapa..!" sahut gugup Lukas dan Bagyo bersamaan. "K-kami pamit Ki..!" ucap ketiga orang itu. Lalu tanpa panjang kata lagi, mereka bertiga pun langsung keluar dari kediaman Ki Tapa. Brrmm..! Nngngg..! Terdengar suara mobil menjauh dari kediamna Ki Tapa. *** Bimo merasa dia harus tetap membicarakan perihal perbuatan Lukas pada Renny.Namun dia merasa saat itu bukanlah saat yang tepat. Untuk membicarakan hal yang bersifat sangat rahasia dan pribadi bagi Renny, di depan keluarganya. "Lukas..! Kau selama ini sudah kuanggap saudara..! Sungguh tega sekali kau.." seru Budiman ber

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 129.

    Tepat jam sembilan, Bimo telah menanti di depan gerbang Fakultas Pertanian. Terdapat sebuah halte di depan gerbang itu, dan Bimo pun menanti di sana. Ada kumpulan mahasiswa dan mahasiswi, yang nampak telah berada di sana menanti bis kampus. Ada yang berbincang, membaca buku, dan juga duduk diam seperti halnya Bimo. Diam-diam beberapa mahasiswi nampak mencuri pandang ke arah Bimo. 'Hmm. Keren juga tuh cowok', bathin beberapa mahasiswi di halte itu. "Bimo..!" seru tersenyum seorang wanita yang baru saja keluar gerbang fakultas, seraya lambaikan tangannya ke arah Bimo. "Hai Mbak Renny..!" balas Bimo tersenyum tenang. 'Ahh..! Pantas saja keren. Ternyata dia sahabatnya Kak Renny', bathin beberapa mahasiswi, yang memperhatikan Bimo tadi. Bimo dan Renny pun saling menghampiri dan bertemu di sisi halte itu, tempat dimana Bimo memarkirkan motornya. "Bimo. Kita langsung saja ke Curug Ciberlem yuk..! Nanti kita jalan-jalan dan makan dulu di sana saja ya," ujar Renny tersenyum. Entah kena

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 130.

    'Akhirnya dia bicara sendiri soal mimpi itu', bathin Bimo. "Ceritakan saja jika Mbak Renny percaya sama Bimo. Siapa tahu Bimo bisa membantu," ujar Bimo tenang. Ya, Bimo berusaha mendorong keberanian Renny, untuk mengatakan hal yang sebenarnya terjadi padanya. "Bimo. Apakah hanya melalui mimpi orang bisa melakukan apa saja pada diri kita..? Apakah ada kemampuan seperti itu di dunia ini, Bimo..?" tanya Renny pelan, dengan tatapan serius menanti jawaban Bimo. "Mbak Renny, sebaiknya Bimo buka saja sekalian disini ya. Sebenarnya sejak pertama kali Bimo melihat Mbak Renny, Bimo melihat sesosok makhluk astral yang menempel di tubuh Mbak Renny. Itulah hal yang membuat Bimo terkejut saat itu sebenarnya Mbak Renny," ungkap Bimo, membuka penjelasannya. "Lalu, kenapa Bimo tak mengatakan saja saat itu pada Renny..?" tanya Renny penasaran. "Karena pada saat itu, aku belum bisa memastikan jenis makhluk apa, yang menempel pada diri Mbak Renny," sahut Bimo. "Lho..? Berarti Bimo sekarang sudah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13

Bab terbaru

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 164.

    Segumpalan asap hitam melayang di atas gedung Winata Group, gumpalan asap hitam itu bagai menyatu dengan kegelapan malam di angkasa. Dan saat Porsche merah yang dikemudikan Lidya meluncur keluar dari gedung Winata Group. 'Hmm. Itu dia..!' bathin sukma Andrew. Dan gumpalan asap hitam pekat itu pun ikut melayang cepat di atas ketinggian, mengikuti ke mana arah Porsche merah Lidya melaju. Sementara perbincangan hangat dan santai terus berlangsung antara Bimo dan Lidya di dalam mobil. Bimo merasa senang, melihat Lidya kini telah kembali ceria dan bisa melupakan rasa dukanya. Dan saat itu Bimo memang sama sekali tak menyadari, jika mereka tengah dikuntit dari ketinggian angkasa oleh Andrew. Ya, Andrew memang telah menerapkan ilmu 'Tabir Wujud'nya saat itu, sehingga pancaran aura sukma dan energinya tak terdeteksi oleh Bimo. Sementara Bimo sendiri masih menutup mata bathinnya pada Lidya, hingga sedikit banyak hal itu mempengaruhi kepekaan bathinnya akan keberadaan Andrew. Tutt.. Tut

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 163.

    "Terimakasih Mas Bimo, Lily. Kesepakatan akhirnya berakhir saling menguntungkan bagi Winata Group. Karena 45 Triliun bukanlah jumlah yang sedikit dalam investasi itu," ujar Hendra tersenyum puas, di sofa ruang kerja pribadinya. Ya, di ruang pribadi Hendra saat itu, memang hanya ada Bimo dan Lidya yang duduk menemaninya. "Syukurlah Pak Hendra. Bimo ikut senang mendengar kelancaran lobi Winata Group hari ini," sahut Bimo tersenyum. "Pah. Apakah Papah tak merasakan hal aneh, saat tadi berjabat tangan dengan si Andrew itu..?" tanya Lidya. "Hmm. Rasanya memang agak dingin tangan si Andrew itu tadi Lidya. Seperti... seperti.. "Seperti orang yang sudah mati ya Pah..?" "Wah..! I-iya benar Lidya, seperti itulah..!" sentak terbata Hendra, membenarkan pendapat putrinya itu. "Wah..! Selain dingin, Lidya bahkan merasa ada arus listrik kecil yang seperti menarik-narik aliran darah di tubuh Lidya, Ayah..!" "Ahh..! Begitukah..? Apa artinya itu Mas Bimo..?" seru kaget Hendra, dia pun langsung

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 162.

    'Brengsek..! Powernya mampu mengimbangiku..! Siapa dia sebenarnya..?!' maki bathin Andrew lagi. Kini dirinya bertambah murka dan penasaran dengan sosok Bimo. Namun Andrew sadar misi utamanya saat itu adalah menggolkan lobi Pieter, demi kejayaan Livingstone Group. Maka dia pun menahan sementara amarahnya pada Bimo. Namun Andrew juga maklum, tak urung dirinya juga akan berhadapan dengan Bimo. Karena tak mungkin Bimo akan berdiam diri, melihat 'aksinya' terhadap Hendra di dalam ruang lobi. Satu jam sudah lobi berjalan antara Pieter dan Hendra di dalam ruangan tertutup itu. Dan seperti hal yang sudah biasa dilakukan oleh Andrew, dia pun bersiap melakukan misinya. Untuk merasuki dan mengendalikan lawan lobi Pieter, Hendra Winata..! 'Hmm. Dia mulai beraksi', bathin Bimo yang mulai merasakan pancaran power yang menguat dari Andrew. Lalu... Sshhssp..! Dan secara tak kasat mata, nampak gumpalan asap hitam yang keluar dari kepala Andrew. Lalu asap hitam itu pun berhembus masuk menembus ke

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 161.

    'Hmm. Akhirnya aku bisa melihat kembali ceriamu Lidya..', bathin Bimo lega.Ya, walau sampai saat itu Bimo masih menutup mata bathinnya pada Lidya. Namun Bimo masih merasakan tarikkan kuat dari pesona Lidya padanya. Hal yang menandakan selimut aura hijau masih menyelimuti sosok Lidya. Dan memang Lidya saat itu telah memasukkan benda wasiat dari neneknya ke saku jasnya. Hal yang membuat dirinya merasa sejuk dan nyaman karenanya. Akhirnya Bimo dan Lidya pun berangkat dengan mengendarai Phorsche merahnya, karena audi hitam kesukaannya masih di rumah mendiang neneknya. Tak lama kemudian mereka pun tiba dan langsung masuk ke dalam gedung megah menjulang PT. Winata Group. *** Sementara di dalam sebuah limo yang tengah meluncur dan berkaca gelap, yang dikawal oleh dua mobil di depan dan tiga mobil di belakang mobil Limo itu. Tutt.. Tutt..! Klikh..! "Ya Tuan Hendra." Sahut seoarng pria paruh baya berambut blonde klimis, yang duduk di dampingi seorang pemuda tampan di sisinya yang jug

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 160.

    'Tapi sebenarnya benda apa yang ada di kantung merah itu..? Aku merasa aura hijau yang menyelimuti Lidya, berasal dari benda di dalam kantung merah itu', bathin Bimo penasaran. Akhirnya setelah sekilas mempelajari profil Pieter dan Livingstone Group di laptop, Bimo pun tidur dengan pulas di kamarnya. Pada jam 3 lewat Bimo pun kembali terbangun. Dan seperti biasanya, dia pun langsung melakukan hening di dalam kamar yang cukup luas itu. *** Pagi harinya. Entah kenapa Lidya merasa enggan mengetuk pintu kamar Bimo, untuk mengingatkannya tentang acara penting kantornya hari itu.Ya, Lidya ternyata masih merasa jengah dan risih, karena mengingat kejadian semalam bersama Bimo di kamarnya. Namun Lidya juga takut Bimo masih tertidur pulas di dalam kamar. Akhirnya, Lidya pun menyuruh Bi Inah, untuk mengetuk kamar Bimo. Tok, tok, tok..! "Mas Bimo. Non Lidya sudah menanti di meja makan," ujar Bi Inah setelah mengetuk pintu kamar Bimo. Sementara dari ruang makan. Lidya yang telah duduk di

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 159.

    "Hei..! M-mas Bimo..! K-kau kena.. Mmhhf..!... Seruan Lidya sontak langsung terbungkam, saat dengan cepat Bimo melumat bibirnya. Ya, rasa kerinduan yang aneh dan tak tertahankan, tiba-tiba saja melanda hati Bimo. Bagaikan seorang pria yang sekian lamanya tak bertemu dengan kekasihnya. Dan hal itu terjadi murni karena dorongan dari hati Bimo, dan bukan karena kutukan Ki Brajangkala. "Mmffh..! Mas B-bimo.. Hhh.. hhh..! I-ini..?!" seru lirih terbata Lidya, setelah menarik wajahnya dari lumatan bibir Bimo, hatinya sungguh tergetar tak karuan. "Kamu cantik sekali Lidya. Aku merindukanmu. Mmffh..!" Bimo bergumam lirih, seraya kembali merencah bbir merekah Lidya dalam lumatan bibirnya. 'Ada apa dengan dirimu Mas Bimo..? Mengapa tiba-tiba seperti ini..?' bathin Lidya heran dan bingung. Namun satu hal yang tak bisa dipungkirinya, dirinya juga menginginkan hal itu terjadi. "Mmhh...". dan pertahanan Lidya pun ikut lepas. Perlahan gadis cantik itu pun memejamkan matanya, pasrah meresapi se

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 158.

    Tentu saja aura hijau itu menghilang, karena Lidya tidak sedang menggenggam tas tangannya, yang diletakkan di dalam kamarnya. Ya, Lidya memang sama sekali tak menyangka, jika benda wasiat dari neneknya itulah hal yang menyebabkan dirinya diselimuti aura hijau.Sebuah pancaran aura yang tak terlihat oleh orang awam biasa, namun sangat jelas terlihat bagi orang-orang yang mata bathinnya telah terbuka. "Mas Bimo, apakah sampai saat ini belum ada wanita yang menjadi kekasihmu..? Aku takut dia salah paham, jika dia tahu kau menemaniku malam ini," tanya Lidya hati-hati. "Ahh, Lidya mengapa kau tanyakan hal itu? Jika aku sudah memiliki kekasih, maka pastilah kau termasuk orang yang pertama mengetahuinya," sahut Bimo tersenyum tenang. "Lalu bagaimana dengan Devi..? Mas Bimo pernah bilang, tak lama lagi akan mendirikan sebuah Biro Konsultan bersamanya..?" ujar Lidya, mencoba terus menyelami hati Bimo. "Devi hanya sebatas sahabat dan rekan kerja saja Lidya, tak ada yang spesial antara hubu

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 157.

    "Bangsat..!!" Dor..! Dor..! ... Dorr..!!! Makian keraas Ponco langsung diringi letusan sepasang senjatanya ke arah dada dan wajah Yoga. Yang diikuti pula oleh tembakkan kedua orang bawahannya. Namun... Clankh..! ... Claankh..!! Kesemua peluru yang melesat itu bagai menghantam sebuah tembok baja, lalu peluru itu langsung luruh dan jatuh ke lantai markas. "Hahh..?!! K-kebal.. Seth..! Yoga pun tak menyia-nyiakan keterkejutan dan keterpakuan ketiga lawannya itu. Dia pun melesat cepat dan memutar satu persatu leher ketiga lawannya, dalam kecepatan yang tak bisa diikuti oleh mata biasa. Klaghk..! ... KraghK..!! "Kekkhsk..!!" Brughk..! ... Brukh..!! Hanya suara tersedak yang terdengar hampir bersamaan, diringi dengan ambruknya Ponco dan kedua orang kepercayaannya itu dengan leher terkulai patah..! Ya, Ponco, ketua gank Blantix dan kedua orang kepercayaannya telah tewas di tangan Yoga..! Sementara tawuran masih berlangsung dengan berat sebelah, di halaman markas Blantix itu. Saat..

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 156.

    Ngnngg...! Cit..! Slakh..! Bimo hentikan motornya di depan pagar kediaman nenek Lidya, yang saat itu penuh dengan kendaraan para pelayat yang datang. Bimo bergegas mselewati gerbang pagar rumah yang terbuka lebar, dan melangkah melewati taman menuju ke pintu utama, saat... "Mas Bimo..!" seruan dan suara yang sangat dikenalnya, sontak menghentikan langkah Bimo. Dia pun menoleh ke arah kanan, tempat asal suara tersebut. "Lidya, kau di sana," ujar Bimo, saat dilihatnya Lidya yang sedang duduk sendiri di sisi sebuah gazebo taman. Bimo pun langsung menghampiri Lidya itu. Dan... 'Ahh..! Aura hijau apa itu..?!' terkejut bathin Bimo, saat melihat selimut aura hijau yang nampak melapisi sosok Lidya malam itu.Sontak Bimo langsung pertajam mata bathinnya menatap ke arah Lidya. 'Hmm. Bukan aura yang membahayakan, bahkan kecantikkan Lidya malah tambah bersinar saja di mataku', bathin Bimo, akhirnya dia tak mempermasalahkan aura hijau pada diri Lidya. "Lidya. Yang tabah ya," ujar lembut Bim

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status