Beranda / Rumah Tangga / Hasrat Yang Tertunda / BAB 1 - Menjadi Perawat

Share

Hasrat Yang Tertunda
Hasrat Yang Tertunda
Penulis: Yurika23

BAB 1 - Menjadi Perawat

Penulis: Yurika23
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-30 13:59:08

“Arlin, aku mohon padamu, bantulah nyonya Melinda, jadilah perawatnya, setidaknya jadilah teman bicaranya” ucap bu Siska sambil menggenggam kedua lengan gadis cantik berwajah lembut bernama Arlin.

“Tapi aku bukanlah perawat bu, aku hanya biasa merawat ibuku sewaktu aku masih sekolah, aku tidak yakin akan bisa juga merawat orang lain” ucap Arlin ragu dengan dirinya sendiri.

“Kau pasti bisa, bukankah kau butuh pekerjaan?. Baiklah, jika kau tidak sanggup maka tolong kerjakan saja untuk sementara waktu, jika kau sudah tidak kerasan kau boleh berhenti, tapi kumohon Arlin, datanglah dulu kesana” bu Siska memohon yang kesekian kali pada gadis itu.

Arlin terdiam sesaat, matanya tertuju ke bawah, kemudian kembali menatap bu Siska.

“Baiklah bu, aku akan coba menemuinya dan merawatnya untuk sementara waktu” ucap Arlin.

Bu Siska memeluk Arlin yang sudah dianggap sebagai anak sendiri oleh wanita paruh baya itu.

“Terimakasih sayang, kau memang yang terbaik” wanita itu mengecup kening Arlin dan menatap wajahnya dengan senyuman.

Di suatu siang yang terik,

Secarik kertas tak lepas-lepas di genggam oleh Arlin gadis cantik berwajah lembut, yang memiliki rambut kecoklatan panjang terkuncir rapih ke belakang.

Arlin berdiri terpaku di depan sebuah pagar putih yang tinggi menjulang, sambil menengadah melihat sebuah bangunan mewah di depannya yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Sebuah rumah besar ber cat putih bersih berdiri kokoh dan angkuh membuat si gadis merasa sangat kecil.

Arlin melihat lagi alamat yang tertera di kertas yang sedari tadi ia pegang.

‘Iya, ini benar alamatnya. Fuih, aku tak mengira rumahnya akan sebesar ini, ini sih istana namanya’ gumam gadis tersebut di sela keringatnya yang menetes terterpa matahari pagi menjelang siang.

Arlin memberanikan diri memencet bel yang berada di sisi tembok pagar. Tak berselang lama seorang wanita paruh baya bertubuh agak pendek dan gemuk menghampirinya.

“Ya, cari siapa ya non?” tanya wanita tersebut.

“Saya mencari nyonya Melinda bu, apa benar alamat ini disini ya bu?” Arlin memberikan secarik kertas tadi ke wanita di sebrang pagar.

“Oh ya benar, ini alamat rumah disini. Um, Apa non ini sudah ada janji dengan nyonya Melinda?” tanya wanita paruh baya lagi.

“Iya sudah bu, saya Arlin, kenalannya bu Siska, nyonya Melinda sudah kenal kok bu dengan bu Siska” ucap Arlin masih menahan panasnya udara luar.

“Ohh bu Sisika!, ya ya ... kalau bu Siska sih dulu sering kemari non, ayo masuk non” akhirnya wanita tadi membuka pintu pagar besar yang memisahkan antara Arlin dan wanita gemuk paruh baya tadi.

“Terimakasih bu” ucap Arlin.

“Jangan panggil bu, panggil aja mbok Min, saya pembantu disini non” ucap wanita yang di sapa mbok Min itu.

Arlin hanya tersenyum ramah sambil mengikuti langkah mbok Min tersebut.

Arlin tak hentinya terkagum dengan kemewahan rumah tersebut. Beberapa anak tangga ia lewati kemudian sampai di sebuah pintu besar dengan handle pintu besar berwarna keemasan.

“Silakan masuk non” mbok Min mempersilahkan Arlin untuk masuk.

Keduanya kemudian memasuki ruangan utama rumah yang benar-benar mewah. Di sana terdapat sofa berbentuk L berwarna coklat tua.

“Duduk dulu non, saya bilang nyonya dulu ya” ucap mbok Min sambil sedikit menunduk.

“Ah iya mbok, terimakasih”

Mbok Min melangkah menuju sebuah pintu kamar dengan sangat hati-hati.

Arlin duduk perlahan di sofa tersebut. Matanya terus menjelajah seisi ruangan yang di penuhi barang-barang mahal dan mewah.

Beberapa saat kemudian, si mbok kembali dari kamar tersebut dan menghampiri Arlin yang tengah duduk dengan sikap agak kaku di sofa.

“Non, non di panggil nyonya, mari saya antar ke kamarnya” ucap si mbok.

“Ah iya mbok”

Akhirnya mereka menuju ke kamar Melinda. Pintu kamar dibuka perlahan.

Arlin melangkah dengan hati-hati memasuki kamar mewah yang agak redup.

Entah perasaan apa yang menggelayut di dada Arlin, seperti ada sebuah kesedihan atau kesunyian di dalam kamar tersebut.

Arlin berdiri di depan pintu tak melanjutan langkahnya.

Matanya terpaku pada seorang wanita yang tengah terbaring di ranjang mewah, tertutup selimut sebatas dadanya.

Wajah wanita tersebut sangat putih, tetapi lebih mirip ke pucat, bibirnyapun tak terlihat segar. Sebenarnya tersirat kecantikan di wajahnya, tetapi seolah tersembunyi suatu penyakit yang sangat berat, hingga menjadikannya tak terawat.

Wanita tersebut menoleh kearah Arlin dan tersenyum. Wanita itu memang sedikit menyeramkan karena pucat dan kurusnya.

“Kau Arlin?” suaranya lirih dan lemah seraya menoleh kearah Arlin.

“Ah, iya nyonya, aku Arlin” gadis itu kemudian melangkah mendekati wanita yang sudah mengetahui namanya.

“Aku Melinda. Apa kabar Siska?, dia teman baikku” ucap wanita tadi.

“Dia baik nyonya. Ibu Siska yang menyuruhku kesini” ucap Arlin.

“Aku tahu. Duduklah” perintah Melinda kepada Arlin sambil menepuk pinggir ranjangnya.

“Mbok, tolong ambilkan minum untuk nona Arlin” perintah nyonya kepada si mbok.

“Baik nyah” si mbok segera keluar kamar dan meninggalkan mereka berdua.

Arlin duduk di pinggir ranjang dekat dengan Melinda.

“Aku memberitahu pada Siska bahwa aku memerlukan seorang perawat yang bisa dipercaya, dan dia tidak menemukan seorang yang kuinginkan, tetapi dia mengatakan ada seorang gadis yang baik dan bisa di percaya tetapi bukan perawat dan gadis itu sedang memerlukan pekerjaan, maka aku memintanya untuk datang kesini, dan aku rasa kau gadis yang baik” ucap Melinda dengan suara masih lemah.

“Um, ya nonya aku memang bukan perawat, tapi aku biasa merawat ibuku ketika mereka sakit, jadi sedikit banyak aku sudah terbiasa untuk merawat seseorang”

“Yah baguslah. Oya, kau lulusan apa Arlin?” tanya Melinda lagi.

“Aku Sarjana IT nyonya, tapi sekarang ini sangat sulit mencari pekerjaan, jadi aku mencari pekerjaan apa saja yang aku mampu kerjakan” ucap Arlin sopan.

“Sebenarnya sayang kemampuanmu ya, seorang Sarjana IT yang menjadi perawat. Yah, walaupun memang aku senang kalau kau bersedia merawatku disini”

Arlin tersenyum dengan sedikit canggung.

“Oya apa kau tidak keberatan jika kau tinggal disini dan tidak pulang pergi?, karena jika malam tiba terkadang aku memerlukan bantuan jika penyakitku kambuh. Mbok Min akan mengantarkanmu ke kamar nantinya”

“Ah ya nonya, bu Siska juga sempat menyampaikan padaku, ya aku bersedia tinggal disini” ucap Arlin.

Akhirnya Arlin resmi menjadi perawat di rumah Melinda. Gadis itu sangat cekatan dan rajin.

Hingga sebulan Arlin menetap di rumah besar itu, dan gaji yang diterima Arlin di luar ekspetasinya, karena gajinya sangat besar, hampir sebesar gaji di perkantoran.

Di taman belakang rumah Melinda, sebuah kolam buatan terlihat indah dengan gemericik air yang jatuh silih berganti di atas kolam.

Tetapi itu semua terasa tak berarti untuk wanita yang tengah menahan sakit dan lemah yang hanya bisa menatap keindahan taman dengan keterbatasannya.

Melinda dengan baju hangat dan syal berwarna merah tengah duduk di kursi roda. Tubuhnya yang lemah hanya bisa bersandar di kursi roda tersebut.

Arlin mendorongnya perlahan berkeliling taman, pekerjaan itu rutin ia lakukan setiap paginya agar Melinda mendapat udara segar dan pikiran yang tenang.

Kursi roda berhenti sejenak, dan Arlin mengunci roda bawahnya.

“Nyonya, aku akan membawakan sarapan, tunggu sebentar ya” ucap Arlin sambil membenarkan syal yang melilit di leher Melinda.

“Arlin, tunggu!, aku tidak ingin sarapan” ucap Melinda yang dengan cepat memegang lengan Arlin.

“Kenapa nyonya?, anda harus sarapan” ucap Arlin memprotes penolakan Melinda.

“Bawalah kursi kesini, aku ingin bicara padamu” ucap wanita berwajah pucat itu.

“Baiklah nyonya, tapi anda tetap harus makan, aku akan bawakan cemilan dan teh hangat” ucap Arlin yang akan melangkah menuju ke pintu taman.

“Suruh saja mbok Min membawakan makanan, kau disini saja” ucap Melinda kembali.

Arlin tidak bisa lagi menolak keinginan wanita itu. Gadis itu segera memanggil mbok Min untuk membawakan makanan.

Akhirnya Arlin membawa kursi besi taman dan meletakkannya di samping Melinda.

“Ada apa nyonya?, sepertinya ada yang penting” ucap Arlin mulai serius.

“Selama sebulan disini kau tidak pernah bertanya tentang suamiku?” Melinda memulai perbincangan seriusnya.

“Um, aku tidak enak nyonya, lagipula aku juga sudah diberitahu oleh bu Siska kalau suami nyonya bekerja di luar kota”

“Ya, suamiku memang bekerja di luar kota, dan dia akan pulang besok” ucap Melinda membuat Arlin terlihat sedikit kaget.

“Besok?, tapi kenapa anda terlihat biasa saja nyonya?, maksudku apa tidak perlu mempersiapkan masakan atau penyambutan yang lain untuk kepulangan suami anda?, aku bisa memasak kalau anda minta” ujar Arlin sedikit semangat.

“Itu tidak perlu” suara Melinda terdengar datar.

Arlin menautkan keningnya.

“Kenapa begitu nyonya? Tapi suami anda besok akan pulang” tegas Arlin.

“Dia juga tidak akan memakan makanan dirumah ini, dia juga tidak perlu sambutanku” seolah ada kekecewaan dalam nada bicara Melinda.

Arlin merasa ada yang salah dengan keluarga ini, ada sesuatu yang di sembunyikan dan sesuatu yang tidak harmonis dalam hubungan Melinda dan suaminya.

Arlin diam untuk sesaat. Gadis itu masih menautkan alisnya karena heran dan tertunduk.

“Arlin, maukah kau tetap disini walau suamiku sudah pulang?” ujar Melinda sambil menatap wajah Arlin penuh harap.

"I-iya … Tentu saja nyonya” ucap Arlin yang masih tidak mengerti dengan keadaannya.

“Karena mungkin saja kau akan kaget dengan sikap suamiku yang sangat tidak ramah, dingin dan sangat menyebalkan” ujar Melinda seolah menyimpan dendam.

“Nyonya, bagaimanapun sifat suami anda, dia tetap seorang suami nyonya” ucap Arlin yang sebenarnya tidak tau menau tentang suami Melinda.

“Kau tau Arlin, kenapa aku tidak di rawat di rumah sakit?, karena dokter tidak bisa mendiagnosa penyakitku”

“Nyonya jangan putus asa, mungkin dokter di tempat lain bisa mendiagnosa penyakit anda? Anda bisa kerumah sakit lai- .. “

“Tidak, aku sudah lelah berurusan dengan rumah sakit, dan memang penyakitku sudah tidak bisa disembuhkan, selama aku masih hidup dengan suamiku”

Pernyataan Melinda spontan membuat Arlin terkejut, matanya membulat dan sejuta pertanyaan seolah ingin ia lontarkan.

“T-tapi kenapa bisa begitu nyonya?, maaf kalau aku boleh bertanya, apa anda sudah tidak mencintai suami anda?” akhirnya satu pertanyaan keluar dari bibir Arlin.

“Ya, aku sudah tidak mencintainya dari awal pernikahan, dan membenci sikapnya yang benar-benar seperti es”

Arlin tidak bisa menahan terkejutnya, mulutnya ia tutup dengan jemarinya.

***

Terimakasih sudah mampir ya teman-teman. Mohon bantuan dukungannya, kritik dan saran juga komennya ya...

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dewi Yuli
alur cerita yang menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Hasrat Yang Tertunda   BAB 2 - Kedatangan Tuan Arogan

    “Semua itu berawal ketika ….….….Pernikahanku dengan suamiku hanya karena perjodohan keluarga besar kami yang sangat menginginkan sebuah hubungan darah dan keluarga. Ayahku juga sangat berharap pria itu bisa menjadi suamiku, karena ia adalah tangan kanan kepercayaan ayahku.Aku dan suamiku tidak saling mencintai. Aku bahkan tidak menyukainya karena sikapnya yang dingin, arogan dan acuh terhadapku. Suamiku jarang sekali menyentuhku, apalagi memberikan nafkah batin, hampir tidak pernah, atau mungkin aku lupa hanya beberapa kali ketika awal menikah.Akhirnya kami berdua sudah sangat membenci satu sama lain, aku pernah menggugat cerai dan dia juga menginginkan perceraian, tetapi mengingat kedua keluarga besar kami sangat anti dengan yang namanya perceraian. Perceraian di keluarga besar kami adalah aib dan sangat dihindari, jadi lebih baik kami tersiksa di dalam pernikahan daripada harus bercerai, maka kami tidak mengungkapkan rencana perceraian itu pada keluarga kami.Kami bertahan den

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-30
  • Hasrat Yang Tertunda   BAB 3 - Intimidasi

    “Kau atau siapapun dirumah ini adalah pelayanku, aku pemilik rumah ini, aku bisa saja dengan mudah mengusirmu dari sini! Dan tidak ada seorangpun yang bisa membantahku, kau mengerti!” Manik mata pria itu yang hitam pekat dan garis wajah yang tegas berada di depan Arlin mencoba memberi tekanan pada gadis itu.Dengan intimidasi yang diterimanya dan ketakutan yang seolah disembunyikan, Arlin menatap balik Vardyn dengan tatapan tidak suka dan wajah terpaksa mengiyakan.“Sekarang kau yang buatkan aku teh dan bukan mbok Min, apa kau paham kata-kataku!” ujar Vardyn dengan nada menyeramkan.Arlin yang akhirnya tidak kuat dengan aura menakutkan itu akhirnya memilih mengalah dan beranjak dari hadapan Vardyn dengan diam penuh kekesalan.Gadis itu menuju kitchen set dan mulai membuat teh. Setelah selesai ia menghidangkannya di depan Vardyn tanpa berkata sepatah katapun. Teh panas yang masih mengepul, dengan aroma teh melati yang khas, sekejap membua

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-31
  • Hasrat Yang Tertunda   BAB 4 - Aku Perawat bukan Pelayan

    “Kalau aku ingin pelayan lain membereskan mejaku sudah kulakukan dari tadi”“Aku-mau-kau-yang-membereskannya!, Kau paham!” dengan kalimat sangat jelas Vardyn menjelaskan sambil menarik lengan Arlin sehingga tubuh gadis itu mendekat kearahnya dan pria itu menatap tajam mata Arlin dengan intens.Mata Arlin berbinar dan membulat menatap manik mata pria di depannya, wajah gadis itu agak mendongak keatas karena tubuhnya lebih mungil dibanding tubuh pria kekar di depannya dan tinggi kepalanya hanya sebatas leher pria itu, kini ketakutannya tidak bisa lagi disembunyikan.Arlin diam dengan ketakutan yang menyebar keseluruh tubuhnya.“Kau berada dirumahku, berarti kau juga pelayanku!” ujar Vardyn sambil melepaskan cengkraman tangannya di lengan Arlin.Dengan tangis tertahan yang hampir tumpah, Arlin beranjak ke meja kerja tanpa sepatah katapun yang keluar dari mulutnya.Dengan keterpaksaan dan kekesalan yang sangat, Arlin membereskan dok

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-01
  • Hasrat Yang Tertunda   BAB 5 - Tak Tahan

    Di dapur, Arlin mendapati mbok Min tengah membantu seorang pelayan memasak sebuah hidangan yang beda dari biasanya.“Masak apa mba?” tanya Arlin setelah beberapa saat yang lalu meletakkan pakaian kotor kedalam mesin cuci baju.“Ini non, menu spesial buat tuan Vardyn. Katanya dia mau masakan yang enak. Haduh non, kita ini kalau sudah diminta tuan untuk masak suka deg-degan, takut …” ucap pelayan yang biasa memasak di rumah tersebut yang tengah mengaduk-aduk masakannya.“Memangnya kenapa mba?, kok takut?” tanya Arlin dengan alis mengerut.“Ya soalnya kalau nda cocok sama lidah tuan, bisa-bisa kita kena damprat, hiii ngeri” ucap pelayan wanita itu sambil bergidik sendiri.“Hahaha, mba ini … ya kalau tidak enak di lidah tuan kita-kita saja yang makan” canda Arlin.“Ih non Arlin sih belum tau kelakuan tuan, tuan itu kalau sudah tidak suka maunya marah-marah”“Ya namanya juga Bos mba, wajarlah kalau sering marah-marah. Yaudah

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-01
  • Hasrat Yang Tertunda   BAB 6 - Pengganggu Lagi

    Hari terakhir di rumah Melinda sebelum kepergian Arlin,Saat itu Vardyn tengah keluar untuk menemui relasi bisnis nya. Arlin akan berpamitan pada Melinda, tapi bersamaan dengan itu, seorang pria tinggi besar dan lumayan tampan menghampiri rumah besar itu.Arlin yang sudah berada di halaman depan yang telah siap dengan koper dan tas besarnya melihat dan berpapasan dengan pria itu, kemudian pria itu juga menatap Arlin agak lama.“Apa Melinda ada?, katakan padanya aku Fedri” tanyanya pada Arlin.“Ya, ada tuan, sebentar” ucap Arlin yang kemudian melangkah lagi ke dalam rumah.“Nyonya, ada seorang pria di depan ingin bertemu anda, namanya Fedri” ucap Arlin.Paras Melinda spontan berubah.“Fedri …” seolah melihat sebuah harapan, Melinda bersemangat dengan raut wajah yang sangat senang juga menyiratkan kebingungan.“S-suruh dia masuk Arlin, Arlin … terimakasih untuk semuanya” ucap Melinda.“Baik nyonya, oya, aku sekalian pamit nyonya, aku permisi” ucap Arlin untuk terakhirnya di rumah itu.Ar

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-02
  • Hasrat Yang Tertunda   BAB 7 - Pekerjaan Lain

    "Um, apa aku harus berbicara berdiri seperti ini?" tukas Fedri.Arlin menghela nafas sesaat.“Hmm,baiklah, masuklah, tapi tolong sebentar saja ya tuan” ucap Arlin yang akhirnya mempersilahkan Fedri masuk.“Silahkan duduk” Arlin mempersilahkan Fedri duduk di sofa sederhana di rumah sewa yang juga sederhana.“Begini, apa kau tidak bisa kembali merawat nyonya Melinda?, dia sepertinya sedikit stress dengan kelakuan suaminya, sebaiknya ada seseorang yang bisa menghiburnya”Ucap Fedri dengan kedua lengan bertumpu pada lututnya.“Maaf tuan, tapi aku sudah memutuskan untuk tidak kembali kesana selama suami nyonya Melinda ada disana” ucap Arlin.“Hah?, apa itu berarti kau bermasalah dengan suami Melinda?” wajah Fedri tiba-tiba serius.“Ah, bukan, bukan seperti itu, tapi aku hanya tidak kuat dengan sikap tuan Vardyn, karenanya aku memutuskan untuk berhenti dari sana”“Benar dugaanku, ini semua pasti karena pria brengsek itu” geram Ferdi.“Tapi, ini juga tidak sepenuhnya salah tuan Vardyn, karena

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-02
  • Hasrat Yang Tertunda   BAB 8 - Dia lagi?

    Beberapa hari kemudian,“Duduklah nak. Siapa namamu tadi?” tanya seorang wanita tua, berambut coklat bercampur putih perak karena uban yang hampir merata menebar di rambutnya.“Aku Arlin nyonya” jawab gadis cantik berparas lembut itu yang tengah duduk di kursi kayu jati berukiran indah.“Ah ya, nak Arlin. Aku cuma punya tiga orang disini, supir pribadi, tukang kebun dan pelayan yang bertugas bersih-bersih. Jadi selebihnya adalah tugasmu, bagaimana nak Arlin? Apa kau sanggup dengan pekerjaan ini?” ucap wanita tua yang di kenal dengan sebutan nyonya Rubby.“Apa memasak termasuk pekerjaanku nyonya?” tanya Arlin memastikan.“Ya jika kau sanggup, karena selama ini aku hanya membeli makanan dari luar, kalau kau bisa memasak itu lebih bagus”“Baiklah, aku akan coba untuk mengerjakan sesuai kemampuanku nyonya”“Baiklah, terimakasih nak”“Oya nyonya, apa anda tinggal hanya sendirian?, maksudku apa anda memiliki keluarga yang lain?”“Suamiku sudah lama meninggal, dan aku memiliki seorang putra,

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-03
  • Hasrat Yang Tertunda   BAB 9 - Kenapa selalu mengikutiku

    Jericho terus mencari gadis itu, sampai ia menemukannya, ternyata gadis itu sedang memberi makan kucing liar di kebun belakang, karena kebun belakang bisa di lalui dari pintu dapur.Arlin berjongkok memberi makan kucing di kebun belakang tersebut. Kemudian ia berdiri dan ketika membalik badan, jantungnya serasa copot, nafasnya seolah berhenti sejenak, matanya yang indah membulat sempurna.Seorang pria yang ia kenal, dengan sangat tiba-tiba menyergapnya sambil menutup mulut Arlin dengan telapak tangannya yang kokoh.Tangan sebelah pria itu menahan kepala Arlin dari belakang.Arlin tidak mampu berteriak. Mata gadis itu terlihat tegang membulat dan menyiratkan keterkejutan, ketika pria itu mendekatkan wajahnya ke wajah Arlin dengan mulut gadis itu yang masih tersumbat telapak tangan kokoh pria itu.“Ssst!!, jangan berisik! Aku mau kau diam!” ucap pria itu dengan suara sedikit pelan.Dengan perlahan pria itu melepaskan tangannya dari mulut Arlin.“Kita bertemu lagi -pelayan-, sekarang kau

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-03

Bab terbaru

  • Hasrat Yang Tertunda   BAB 60 - Berita mengejutkan

    Arlin diantar pulang oleh Rey. Di dalam mobil, mereka lebih banyak diam, memendam perasaan masing-masing.“Tuan Rey, besok kau tidak perlu repot untuk mengunjungiku dan menjagaku seperti ini. Aku tahu kesibukanmu” akhirnya satu kalimat terlontar dari bibir Arlin setelah sebelumnya beberapa saat hening.“Benarkah kau tidak membutuhkan aku?” tanya Rey seolah sindiran halus.Arlin hanya diam dan menunduk.Sepekan berlalu, Vardyn telah kembali ke sisi Arlin. Namun Arlin mendapati sikap Vardyn yang sedikit berubah, ia agak pendiam semenjak kepulangannya dari Luar Negeri.“Richo, kalau ada masalah mungkin kau bisa bercerita padaku” ucap Arlin di sela waktu santai mereka dan di temani suguhan teh melati hangat.“Masalah?, sepertinya tidak ada masalah. Oya, bagaimana kabar bu Siska?, kau bilang tempo hari ingin mengunjunginya?” tanya Vardyn sedikit mengalihkan pembicaraan.“Bu Siska sedang pulang kampung. Aku belum tau apa dia s

  • Hasrat Yang Tertunda   BAB 59 - Perasaan masa lalu

    “Yup, ini kediaman kecilku” jawab Rey santai.“Kecil?” gumam Arlin.Mereka duduk di sofa mewah tadi. Arlin agak canggung dengan keadaanya. Ia seperti anak desa yang berada di istana megah.“Apa kau tinggal sendirian disini tuan Rey?” tanya Arlin masih menyimpan kekaguman luar biasa pada pribadi Rey yang sedikit demi sedikit terkuak.“Aku tinggal bersama anak buahku dan, ohya … tadi aku ingin mengenalkanmu pada Big Black” Rey mengisyaratkan jarinya pada pria yang berdiri tegak di dekat dinding.Pria itu menghampiri Rey dan menunduk karena Rey berbisik sesuatu padanya. Pria itu mengangguk kemudian berlalu dari sana.Tak lama kemudian, si pria tadi membawa seekor anak macan kumbang yang berbulu hitam mengkilat. Ia di rantai di lehernya. Matanya kuning menyeramkan. Tapi anak macan kumbang tersebut sungguh menggemaskan, bagai kucing hitam yang lucu.“Nah, kenalkan, dia Big Black” Rey menggendong Big Black kemudian mengelusnya. Hewan itu sangat penurut di tangan Rey.“I-ini piaraanmu?. Dia s

  • Hasrat Yang Tertunda   BAB 58 - Kediaman Rey

    “Apa anda tidak sibuk tuan Rey?” tanya Arlin dengan keheranan yang belum sepenuhnya hilang.“Tidak, aku tidak sesibuk Vardyn” jawab Rey entang.“Anda selalu berkata seperti itu” kata Arlin sambil memalingkan wajahnya ke arah jendela.Sesampainya di kediaman bu Siska. Mereka turun dari mobil. Tapi Arlin melihat rumah bu Siska sepi dan seolah sudah ditinggal beberapa hari yang lalu, terbukti dari debu yang menempel di lantai teras.Seorang tetangga sempat menghampiri Arlin, seorang ibu sedang menggendong anak bayinya melangkah mendekat kearah Arlin.“Cari bu Siska ya, Mba?” tanya si ibu sopan.“Ah, iya bu, apa bu Siska pergi ya?” Arlin juga menjawab sopan.“Iya, bu Siska sedang pulang kampung, sudah beberapa hari yang lalu” ujar si ibu tersebut.“Oh, gtu ya bu. Saya gak tau bu. Baik, terimakasih ya bu, permisi” kata Arlin sambil sedikit menundukan kepalanya.“Iya, Mba sama-sama” Arlin mendekat

  • Hasrat Yang Tertunda   BAB 57 - Supir pribadi

    Kemudian Vardyn mendekati istrinya dan mereka menikmati kebersamaan di malam itu.Hari kepergian Vardyn ke Luar Negeri sedikit berat untuk Arlin, walau suaminya hanya pergi untuk beberapa pekan, tapi tetapi ia akan menjalani hari-harinya dengan sendirian.Arlin menatap punggung Vardyn ketika pria itu sudah akan beranjak ke mobil sedannya setelah sebelumnya mencium dan mengucapkan kata-kata perpisahaan sementara diantara mereka.Dari dalam pintu mobil yang kecanya terbuka, Vardyn menyembulkan kepalanya sambil menoleh ke belakang dan memberi lambaian tangan pada Arlin, sambil memekik agak keras, “Rey akan datang siang ini, sayang. Kau tunggu saja ya. Dah! aku pergi!”“Hah?! tuan Rey akan kesini siang ini?” ekspresi terkejut Arlin tidak sempat di saksikan suaminya, karena sudah berlalu dari sana.Arlin yang masih berdiri di posisinya masih tercengang dengan kata-kata terakhir dari Vardyn. “Dia serius akan mengirim tuan Rey untuk menemaniku”

  • Hasrat Yang Tertunda   BAB 56 - Menjaga Arlin

    “Vardyn, aku tahu kau masih memikirkan tentang penabrak mobilmu. Bagaimana jika pelaku penabrak mobilmu ditemukan?, apa yang akan kau lakukan?” tanya Rey.“Entahlah, mungkin aku ingin pelakunya merasakan apa yang aku rasakan. Kehilangan sebuah harapan, merasakan sakit yang mendalam” ujar Vardyn terdengar geram.Rey hanya diam dengan pernyataan sepupunya itu.“Oya Rey, sebenarnya aku ingin meminta tolong padamu, tapi aku khawatir kau tidak akan bersedia”Rey mengerutkan alisnya. “Memangnya kenapa aku harus tidak bersedia?,” tanya Rey penasaran.“Pekan ini aku harus pergi ke Luar Negeri. Ada bisnis yang harus kujalani. Aku khawatir jika meninggalkan Arlin sendirian. Maukah kau menjaganya sementara aku pergi?”“Hah?, apa kau gila Vardyn?!. Dia istrimu, mana mungkin aku menjaganya disini” tolak Rey dengan wajah heran.“Nah, kan. Aku sudah tahu jawabanmu” kata Vardyn datar.“Bukan begitu maksudku. Apa kau yakin istri

  • Hasrat Yang Tertunda   BAB 55 - Kepahitan

    Entah darimana datangnya, aliran deras air mata yang tiba-tiba melucur jatuh membasahi selimut Arlin. Wanita itu sudah bisa menerka apa yang terjadi walau dokter belum menjelaskannya.“A-apa itu tentang bayiku dokter?” tanya Arlin, suaranya bergetar diiringi tangis yang mulai membuncah.“Maaf nyonya, iya benar, bayi anda tidak selamat, akibat guncangan hebat maka kandungan anda mengalami pendarahan, dan terpaksa kami harus mengangkat rahim anda karena beberapa resiko yang akan kami jelaskan nanti” jelas dokter yang membuat Arlin memecahkan tangisnya.Arlin menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Dengan segera bu Siska yang sudah mengetahui yang sebenarnya memeluk Arlin dengan erat.Tangisan Arlin tumpah dalam pelukan bu Siska, kini keduanya berduka dan menangis.“yang sabar ya sayang …” hanya itu yang mampu di ucapkan bu Siska dengan isak tangisnya dan suaranya yang bergetar hebat.Sedangkan Arlin hanya lemas dengan air mat

  • Hasrat Yang Tertunda   BAB 57 - Kecelakaan

    “Arlin!, jangan-jangan kau hamil!” Vardyn mengeraskan suaranya menandakan semangatnya.“Hamil?” ucap Arlin yang masih menahan mualnya.“Ayo bergegas, kita ke rumah sakit!” ucap Vardyn sambil melangkah cepat ke kamar untuk mengganti pakaian.“Benarkah dok?!, istriku hamil?” wajah kegembiraan Vardyn tak bisa di sembunyikan, ia sangat bahagia mendengar Arlin hamil, karena memang selama ini ia ingin sekali memiliki keturunan.“Ya pak, usia kandungan istri bapak baru berjalan satu minggu lebih, hampir dua minggu” jelas Dokter yang memeriksa Arlin.Arlin dan Vardyn saling memandang sambil tersenyum bahagia. Hari demi hari yang mereka lalui seolah semua sempurna. Arlin juga sangat beruntung karena Vardyn mencintainya sepenuh hati. Sikap pria itu kini sangat berbeda dengan ketika pertama kali ia bertemu.Usia kandungan Arlinpun semakin membesar, sudah tiga bulan wanita cantik itu mengandung benih Vardyn.“Sayang, bukankah ini terlalu cepat, pakaian bayi bisa kita beli ketika usia kandunganku

  • Hasrat Yang Tertunda   BAB 56 - Pernikahan

    Arlin sedikit mendongak, ia menatap wajah Rey tanpa berkata apa-apa. Tanpa disadari mereka berdua mendekat.Rey memiringkan sedikit wajahnya, jemarinya memegang lembut leher belakang Arlin, mereka berdua menautkan bibir dalam sebuah rasa yang sama walau tak bisa bersatu.Arlin seolah tidak ingin saat itu berakhir, namun semua harus diakhiri.“Jaga dirimu baik-baik Arlin” Rey kembali mengecup kening Arlin dengan lembut. Karena bisa jadi setelah ini mereka tidak akan bertemu untuk waktu yang cukup lama.“Tuan Rey, aku…aku sangat mengagumimu” ucap Arlin lembut.“Aku juga … kau adalah wanita yang spesial untuk pria manapun” Rey mengelus pipi Arlin.“Apa kita akan bertemu lagi tuan Rey?” ucap Arlin lirih.“Aku harap begitu dan aku pasti selalu menginginkannya ” Rey menghela nafas.“Baiklah mari kita kembali ke dalam, mungkin Vardyn mencari kita” ujar Rey sambil berlalu dari hadapan Arlin, mungkin tak sanggup menatap lama gadis yang dicintainya itu.Arlin menatap punggung pria itu seolah ti

  • Hasrat Yang Tertunda   BAB 55 - Maaf ...

    Vardyn yang datang dari arah belakang Arlin langsung menghampiri Rey. Mereka saling berpelukan. Rey mencoba menguatkan Vardyn dan memintanya untuk bersabar.“Bibi Rubby adalah wanita terbaik yang pernah kutemui” ujar Rey pada Vardyn sambil menepuk-nepuk punggung sepupunya.“Yah, kita semua kehilangan” ucap Vardyn.“Dia tidak bisa menghadiri pernikahan yang sangat diinginkannya, mama sangat ingin memiliki menantu Arlin, andaikata aku lebih awal mengenal Arlin”“Hey, tidak ada yang sia-sia, semua pasti sudah diatur seperti itu” ujar Rey “Jadi kapan pernikahanmu?”“Bulan depan semua sudah siap, Hey jangan bilang kau akan kembali ke luar negeri” ucap Vardyn sambil merangkul sepupunya.“Sayangnya, itu benar, aku harus kembali secepatnya” ucap Rey sambil menunduk kemudian melihat kearah Vardyn.“Ck!, kau sok sibuk!, apa tidak bisa sehari saja disini hadir di pernikahanku” decak Vardyn.“Hey, aku memang orang sibuk bun

DMCA.com Protection Status