Home / Romansa / Hasrat Terpendam Suamiku / 143. Penyesalan dan Cinta (1)

Share

143. Penyesalan dan Cinta (1)

Author: Asia July
last update Last Updated: 2024-12-29 09:00:07

“Maafkan aku,” kata Albert.

Sophia mendelik tajam. “Berhenti katakan itu atau aku akan mencolok matamu dengan ini!” ancamnya dengan garpu yang tertuju ke depan.

Albert menghindar sembari terkekeh. “Maaf,” katanya lagi.

Sophia mengerang dengan jengah. “Albert!” serunya.

Albert merapatkan bibir sembari menahan senyum. “Habiskan makananmu,” katanya kemudian.

Sophia pun kembali fokus pada makanannya. Mereka memutuskan untuk makan siang di dalam kamar, di samping jendela yang terbuka di mana sinar matahari menembus dan membasuh keduanya ke dalam kehangatan dari rasa dingin yang dihembuskan oleh angin musim gugur.

Saat Sophia tengah fokus mengunyah, dia memusatkan pandang pada lelaki di hadapannya. Keheningan di antara mereka terasa begitu syahdu sehingga Sophia tidak berniat sedikit pun untuk menyela.

Tapi Albert justru yang membuka suara. “Hari ini aku akan pergi,” ka

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Hasrat Terpendam Suamiku   144. Penyesalan dan Cinta (2)

    Tidak lama kemudian, Dana datang merapikan semuanya lalu meninggalkan mereka lagi di kamar.“Aku akan pergi sekarang,” kata Albert sembari membuka kemejanya dengan acuh di hadapan Sophia.Sophia masih duduk di kursinya, belum beranjak sedikit pun. Dia lantas mengalihkan pandang ke luar jendela.Albert tersenyum miring, lalu pergi mengambil vitamin dan suplemen makanan untuk Sophia. Setelah memastikan istrinya meminum semua itu, barulah dia beranjak pergi dari kamar Sophia menuju kamarnya sendiri untuk bersiap-siap ke kantor.Meninggalkan Sophia yang masih melamun di tempatnya. Sophia tidak sabar untuk pergi ke tempat yang mereka bicarakan tadi. Albert dan Sophia memutuskan untuk mendiskusikannya lagi nanti. Dan mungkin, lelaki itu juga berencana untuk membuatnya menjadi kejutan.Tidak lama setelah dia pergi bersiap-siap, Albert kembali datang ke kamar Sophia untuk mengumumkan kepergiannya. Sophia hanya mengangguk dari tempatnya di jende

    Last Updated : 2024-12-29
  • Hasrat Terpendam Suamiku   145. Cinta Tidak Butuh Alasan

    “Albert, jangan pergi.”Albert menunduk, menatap wanita itu dengan tatapan dingin.Cecilia menyentuh lengan Albert, memintanya untuk tinggal.Tapi Albert tampak sama sekali tidak terpengaruh oleh itu. “Kau berbohong,” katanya.Cecilia menggeleng. “Tidak. Aku memang sakit.”“…”Cecilia memegang lengan Albert semakin erat seolah takut pria itu akan pergi darinya kapan saja. “Aku memang sakit, Albert, percayalah,” lirihnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. “Aku sakit melihatmu dengan Sophia. Apa kau masih mencintainya di saat dia bahkan sudah tidak lagi mencintaimu?” kata Cecilia, marah.Albert menjawab dengan tenang, “Aku akan terus mencintainya sampai kapan pun.”Cecilia memandang sedih, air mata jatuh ke pipinya. “Tapi dia pergi, Albert! Dia meninggalkanmu! Dia tidak berjuang untukmu! Itu artinya, dia tidak menginginkanmu lagi. J

    Last Updated : 2024-12-30
  • Hasrat Terpendam Suamiku   146. Di Mimpimu

    Setelah selesai membersihkan diri, Albert keluar dari kamar mandi hanya dengan mengenakan celana panjang hitam serta handuk putih untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Saat netranya menoleh ke atas ranjang lagi, Albert tertegun.Bayangan Sophia masih ada di sana.Albert lalu terkekeh datar, kemudian membuang handuk putih di kepalanya itu ke lantai dengan marah. Dia bergumam, “Kupikir aku harus mulai menemui Dokter. Halusinasi ini benar-benar menjadi semakin buruk.”Dia lalu terdiam, tidak mengalihkan pandanganya dari wajah Sophia. Halusinasi atau bukan, yang terpenting dia bisa melihat wanita itu.Keheningan di dalam ruangan semakin lama semakin terasa menggelitik. Albert lantas mendekati ranjang dan duduk di pinggir, menatap wajah damai wanita yang tengah tertidur itu. Suara deru napas halusnya mengganggu indera pendengaran Albert. Jantung Albert menjadi berdetak tidak karuan.“Bahkan aku bisa mendengar suara napasnya juga,&rd

    Last Updated : 2024-12-31
  • Hasrat Terpendam Suamiku   147. Terbangun di Sampingmu

    Kamar bernuansa putih yang dindingnya dipenuhi oleh lukisan-lukisan itu dibanjiri cahaya matahari yang masuk melalui jendela. Di ranjang, tampak seorang perempuan tengah berbaring bergelung selimut, rambut coklatnya yang panjang tergerai di bantal, matanya yang dibingkai bulu-bulu lentik itu masih terpejam.Suara cicit burung bernyanyi di luar, aroma khas bebungaan dan maskulin tercium familiar di hidungnya.Perempuan itu pun tersadar dari tidurnya. Matanya bergerak-gerak pelan sampai kelopaknya perlahan membuka. Dia menggeliat, merasakan otot-otot tubuhnya melemas. Ini adalah tidur terbaik yang dia miliki setelah berhari-hari.Kenapa, ya? Sophia merasa seperti tengah melewatkan sesuatu yang sangat penting.Saat itulah kemudian semua ingatan itu menghantamnya keras. Matanya membelalak. Dan dia baru menyadari tangan yang melingkari perutnya posesif.Jangan bilang … Albert?!Jantung Sophia langsung berdetak tidak karuan. Baru saja dia b

    Last Updated : 2025-01-01
  • Hasrat Terpendam Suamiku   148. Keputusan

    Sophia terus saja terdiam menatap Albert dan tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri, sehingga Albert memanggil nama wanita itu.“Hm?” sahut Sophia.Albert lagi-lagi mengunci tatapan mereka, lalu berkata. “Aku sudah mengajukan tes DNA.”Tadinya Albert tidak berniat untuk memberitahu Sophia lebih awal. Dia ingin hasil tes itu keluar terlebih dahulu barulah hasilnya akan dia beri tahu pada Sophia. Tapi kehadiran Sophia di sini membuat Albert berubah pikiran. Dia ingin membuat Sophia tinggal lebih lama, bagaimana pun saranya.“Lalu hasilnya?” tanya Sophia, suaranya terdengar dingin.Albert menggeleng lemah. “Belum,” jawabnya. “Butuh waktu selama dua minggu paling cepat untuk mengetahui hasilnya. Tapi aku sudah meminta mereka untuk melakukannya lebih cepat dari itu.” Albert menjelaskan, tapi ekspresi di wajah Sophia tidak juga berubah membuat Albert bingung. Tapi, lagi, apa yang dia harapkan

    Last Updated : 2025-01-02
  • Hasrat Terpendam Suamiku   149. Mabuk Berat

    Albert terus menatap kalung berbandul dandelion di tangannya sambil memikirkan apa maksud Sophia memberikannya benda ini. Albert selalu penasaran setiap kali melihat Sophia mengenakan kalung ini, seolah ini adalah perhiasan yang sangat berarti baginya. Dan Albert selalu merasa familiar. Di mana dia pernah melihatnya sebelum melihat Sophia mengenakan ini?Tapi Albert tidak kunjung menemukan jawabannya.Pagi tadi, Sophia pergi.Hubungan mereka belum berakhir bagi Albert, walau Sophia sudah menganggapnya begitu. Tapi sekarang, Albert tidak memiliki daya untuk menahan Sophia bersamanya jadi dia akan menghargai keputusan Sophia. Sekalipun sakit, Albert harus menerima keputusan istrinya itu.Tapi satu hal yang pasti, bahwa Albert tidak akan pernah menceraikan Sophia seperti yang Sophia inginkan.Setelah terdiam cukup lama di kamarnya tadi, Albert pergi ke kantor dan menenggelamkan dirinya dalam pekerjaan secara gila-gilaan, bahkan membuat Maurice khawati

    Last Updated : 2025-01-03
  • Hasrat Terpendam Suamiku   150. Istri Ayahnya (1)

    Ruangan itu terasa begitu dingin entah kenapa. Albert merapatkan tubuhnya pada sesuatu yang hangat di sampingnya. Dan dia semakin mendekati sumber kehangatan itu yang terasa seperti memeluknya.Sophia? pikir Albert.“Aku merindukanmu,” bisik Millie Matthew, ibu tiri Albert, dengan Albert yang berada di dalam pelukannya. Millie membelai puncak kepala lelaki itu dengan lembut dan memejamkan matanya rapat, sementara itu Albert bersender di dadanya.Ruang keluarga yang dingin itu hanya disinari oleh lampu temaram. Perapian sengaja tidak dinyalakan oleh sang empu rumah. Bahkan para pelayan juga tidak tampak di mana pun. Karena hari sudah larut, jadi hanya ada mereka berdua di sana.“Aku rindu dipeluk olehmu seperti ini, Albert,” kata Millie lalu setelah itu mendesah pelan.“Hm,” sahut Albert, merapatkan pelukannya. “Aku juga merindukanmu, Sophie,” gumamnya lagi.Millie tertegun, tapi kemudian senyum

    Last Updated : 2025-01-04
  • Hasrat Terpendam Suamiku   151. Istri Ayahnya (2)

    “Aku sangat merindukanmu,” ucap Millie lagi. “Apakah kau tidak mau menciumku? Dan melepas rasa rindu yang begitu menyiksa ini?” godanya.“…” Albert tidak bereaksi.Berdecak pelan, Millie pun mulai melakukan lebih. Dia membelai punggung Albert, turun ke dada dan melepas jas yang tersampir longgar di tubuhnya. Setelah berhasil melepas benda itu, Millie melemparnya ke karpet perapian lalu mulai meraba kemeja putih milik Albert.Albert mengerang pelan, lalu menjauhkan tubuhnya dari Millie dan membuka matanya yang sayu.Millie tersenyum manis padanya. “Kau pasti merasa tidak nyaman menggunakan benda ini saat kita melakukannya nanti. Jadi aku akan membantumu melepasnya,” kata Millie dengan tatapan menggoda.Albert berkedip, matanya masih menatap sayu. Seiring dengan tangan Millie yang turun ke dadanya, melepas kancing kemejanya, kesadaran Albert semakin kembali ke permukaan.Menyadari itu, Mil

    Last Updated : 2025-01-05

Latest chapter

  • Hasrat Terpendam Suamiku   164. Pelan-pelan (19)

    Albert membawa Sophia ke mobil dengan susah payah, menggendong istrinya yang terus saja memberontak. Pengunjung lain yang ada di luar mulai menatap mereka aneh, bahkan salah seorang penjaga mendekati Albert dengan tatapan penuh curiga.“Dia istriku,” sahut Albert tanpa menghentikan langkahnya, si penjaga pun kembali mundur.Pintu dibuka, Albert memasukkan Sophia ke dalam dan memasangkannya safety-belt juga.“Apa yang kau lakukan?! Biarkan aku pergi!” berontak Sophia dengan tenaga yang mulai melemah.Albert tidak menghiraukannya dan segera berlari ke sisi lain mobil kemudian masuk ke dalam. Tepat ketika Albert menyalakan mesin, Sophia membuka sabuk pengamannya lalu bergerak cepat membuka pintu. Tapi gerakan Albert lebih cepat lagi, menangkap tubuh istrinya itu dan mendorongnya ke kursi, lalu tanpa peringatan menyatukan bibir mereka dalam pagutan yang dalam.Rontaan Sophia melemah, tangannya yang mencengkeram lengan Albert per

  • Hasrat Terpendam Suamiku   163. Bar

    Sophia benar-benar pergi menemui Alexander, tapi dia tidak menunggu besok melainkan melakukannya malam itu juga. Saat Sophia bertemu dengannya di lobi perusahaan, Alexander tengah dalam perjalanan untuk pulang. Dia terkejut ketika melihat Sophia berada di sana.“Sophia,” katanya.Sophia tersenyum ramah. “Halo, Alex.”Beberapa saat kemudian, keduanya telah berada di sebuah bar yang menyajikan anggur. Alexander sengaja mengatakan bahwa dia hendak mengunjungi tempat ini untuk melepas penatnya setelah seharian kerja. Sophia awalnya meminta waktu lelaki itu sejenak, tapi Alexander menolaknya mentah-mentah.“Aku pesan champagne,” kata Sophia pada si bartender yang duduk di balik meja. Dia mengangguk lalu mulai menyiapkan pesanan Sophia.“Aku juga,” kata Alexander ikut.Sophia menatapnya, dan Alex memberikannya senyum penuh arti. “Kau tahu? Sekarang setiap kali aku meminum champagne, aku selalu

  • Hasrat Terpendam Suamiku   162. Ayah

    Sore itu Sophia terbangun dalam keadaan linglung. Dia terdiam beberapa saat sebelum deringan di ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk dari Luke Abraham.Sophia, yang belum benar-benar mengumpulkan kesadarannya pun langsung menatap layar ponselnya dengan mata memicing. Setelah beberapa hari tidak ada kabar, baru kali ini Luke kembali menghubunginya. Dan isi pesan tersebut membuat Sophia semakin keheranan.[Pulanglah sebentar ke Kediaman Abraham, aku punya berita penting yang harus aku beri tahukan padamu.]Sophia lalu bangun dari tidurnya dan pergi bersiap-siap sembari menduga-duga berita penting apa yang hendak Luke katakan.Apa Paula atau Billie akan menikah? Atau Luke sendiri yang sudah menemukan pasangan untuk membangun rumah tangga? Apa pun itu, Sophia tetap dibuat penasaran.Dua jam kemudian Sophia sampai di Kediaman Abraham, tepat saat makan malam. Namun, saat Sophia masuk, Luke sudah menyambutnya di depan pintu.Saat So

  • Hasrat Terpendam Suamiku   161. Keputusan Egois

    Sophia keluar dari kamarnya pada waktu makan siang. Saat itu, Albert sudah pergi dengan amarah yang tidak bisa terucapkan.Sophia menunduk, menatap makanan di piringnya tanpa minat.“Sophie? Kau baik-baik saja?” tanya Laura pada putrinya yang tampak sedu itu.“Hm,” sahut Sophia.“Apa kau dan Albert sudah berbicara?” tanya Laura lagi, menatapnya penasaran.Saat sedang berada di ruang santai tadi, Albert sempat mendatanginya untuk pamit. Laura tidak menyangka kalau menantu lelakinya itu akan bersikap penuh sopan padanya dan benar-benar menganggapnya sebagai ibu. Sudah terlalu lama Laura jauh dari kehidupan Sophia sehingga terkadang dia merasa dirinya tidak pantas untuk mencampuri urusan-urusan sang putri.Tapi kali ini, Laura begitu penasaran.“Ya, Mom,” jawab Sophia, diikuti helaan napas pendek.“Ada apa denganmu? Bukankah seharusnya kau senang dia pergi?” tukas Daniel

  • Hasrat Terpendam Suamiku   160. Tidak Bisa Menjawab

    Sophia menjauh dari pintu saat Albert membukanya. Dia hendak menghindar supaya tidak ketahuan menguping, tapi selimut yang melilit tubuhnya itu terinjak sehingga Sophia terjatuh ke lantai dengan kedua tangan sebagai tumpuan.“Sophie!” seru Albert terkejut, lalu langsung berlari membantu Sophia untuk bangun. “Kau tidak apa-apa?” tanya Albert.Sophia bergeming. Dia memang tidak apa-apa, tidak ada yang sakit. Tapi menyadari bahwa dirinya baru saja hampir menyakiti sang janin di perut, membuatnya tertegun. Bagaimana kalau tadi dia tidak memiliki refleks cepat sehingga jatuh dengan perutnya yang mendarat lebih dulu? Sophia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi. Memang belum genap satu bulan dia mengetahui dirinya tengah hamil, tapi Sophia telah mengikat hubungan yang sangat erat dengan bayi di dalam perutnya dan kehilangannya adalah hal terakhir yang Sophia inginkan.Melihat tatapan kosong di mata wanita itu, Albert menjadi cemas. &ldq

  • Hasrat Terpendam Suamiku   159. Interupsi (19)

    “Albert?” lirih sebuah suara.Albert langsung tersadar dan sedikit menunduk, melihat sepasang kelopak mata yang bergerak, walau dia tidak bisa melihat mata Sophia sepenuhnya, tapi Albert tahu istrinya itu telah terjaga.“Apa aku membangunkanmu?” tanya Albert kemudian. Detak jantungnya kembali melaju cepat, oleh rasa takut kalau Sophia akan tersadar dan menyudahi semuanya.“Hm,” sahut wanita itu.Dan beberapa menit berlalu, hal yang Albert khawatirkan tidak kunjung terjadi. Dia pun menunduk lagi dan melihat Sophia masih tidak bergeming.“Albert,” kata wanita itu.Tubuh Albert langsung menegang. “Ya?”“Bagaimana kabar Cecil?”“….”“Hm?” ucap Sophia lagi.“Kenapa kau bertanya?” sahut Albert.“Aku hanya penasaran. Bukankah tadi kalian saling mengirim pesan?”Sejenak, Albert

  • Hasrat Terpendam Suamiku   158. Dalam Pelukanku (19)

    Albert menekan tubuh Sophia dengan tubuhnya sendiri. Memagut bibir ranum itu, melumatnya lembut, dan merasakan perlakuan yang sama pada bibirnya.Rasanya seperti di surga; memeluk dan mencium wanita yang dicintainya ini.Tidak ada yang bisa Albert pikirkan selain luapan emosi di antara mereka, yang dia tuangkan dalam rengkuhan penuh hasrat itu.Suara cecap bibir saling bersahutan di kamar dengan suasana sunyi, menambah semangat kedua insan yang tengah saling memadu kasih. Bahkan sekali pun oksigen di paru-paru masing-masing mulai menipis, mereka masih enggan untuk menjauh.Sampai akhirnya dada Sophia semakin terasa sesak, dia pun menepuk bahu Albert dan mendorongnya, namun menyisakan jarak yang tidak cukup jauh.“Albert?” lirih Sophia dengan napas memburu.Albert menyahutinya dengan gumaman singkat, lalu beralih untuk mengecup leher istrinya itu, memeluknya kian erat, seolah takut bahwa Sophia akan berubah pikiran dan mendorongny

  • Hasrat Terpendam Suamiku   157. Biarkan Saja

    Suara dering notifikasi dari ponsel kembali membuat dua pasang mata itu terbuka. Karena nada dering yang sama, mereka sibuk mengecek ponsel masing-masing yang diletakkan di nakas.Sophia yang lebih dulu menyadari bahwa itu bukan bunyi dari ponselnya, pun kembali berbaring tidur.Saking sunyinya suasana di antara mereka, Sophia sampai bisa mendengar suara jari Albert mengetuk pada layar, mengetik sesuatu di sana. Sophia tidak tahan untuk tidak bertanya-tanya siapa yang kiranya menghubungi Albert selarut ini.Pasti wanita itu.Sophia tersenyum getir, lalu memperbaiki posisi tidurnya agar lebih nyaman.Nyaris saja Sophia lupa, bahwa ada sesuatu yang sangat serius di antara dirinya dan Albert. Lagi-lagi Sophia mengingatkan diri sendiri untuk tidak lagi terjatuh pada pesona pria itu, untuk melupakannya dan membuat kehidupan baru dengan anaknya kelak.Sedang Sophia sibuk dengan pikirannya sendiri, Albert juga sama. Dia membalas sebuah email yang b

  • Hasrat Terpendam Suamiku   156. Hasrat Yang Tersisa

    Albert duduk di samping Sophia dalam diam. Menatap udara dengan tatapan nyaris kosong. Sementara itu, Sophia sibuk mengetik sesuatu di laptopnya, yang Albert yakini pasti naskah novel yang tengah dia garap.Anehnya, keheningan di antara mereka kali ini terasa tidak menggangu. Seolah memang itulah yang mereka butuhkan. Duduk berdua, tanpa kata-kata yang akan berakhir menyakiti mereka sendiri.Albert teringat akan lima buku karya Sailendra A. di rumah yang baru-baru ini dia beli untuk memuaskan rasa rindunya pada sang istri. Albert memang baru membaca beberapa lembar saja, dia belum memiliki waktu luang untuk menghabiskan membaca semuanya.Namun, walau begitu, Albert sudah tahu bahwa Sophia adalah penulis yang hebat.Saat sedang memikirkan itu, perhatian Albert teralihkan oleh suara jari Sophia yang menari di atas keyboard-nya yang terdengar semakin keras. Ekspresi di wajah wanita itu juga tampak mengerut kesal.“Kenapa?” tanya Albert pad

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status