Beranda / Romansa / Hasrat Terpendam Suamiku / 147. Terbangun di Sampingmu

Share

147. Terbangun di Sampingmu

Penulis: Asia July
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-01 09:00:08

Kamar bernuansa putih yang dindingnya dipenuhi oleh lukisan-lukisan itu dibanjiri cahaya matahari yang masuk melalui jendela. Di ranjang, tampak seorang perempuan tengah berbaring bergelung selimut, rambut coklatnya yang panjang tergerai di bantal, matanya yang dibingkai bulu-bulu lentik itu masih terpejam.

Suara cicit burung bernyanyi di luar, aroma khas bebungaan dan maskulin tercium familiar di hidungnya.

Perempuan itu pun tersadar dari tidurnya. Matanya bergerak-gerak pelan sampai kelopaknya perlahan membuka. Dia menggeliat, merasakan otot-otot tubuhnya melemas. Ini adalah tidur terbaik yang dia miliki setelah berhari-hari.

Kenapa, ya? Sophia merasa seperti tengah melewatkan sesuatu yang sangat penting.

Saat itulah kemudian semua ingatan itu menghantamnya keras. Matanya membelalak. Dan dia baru menyadari tangan yang melingkari perutnya posesif.

Jangan bilang … Albert?!

Jantung Sophia langsung berdetak tidak karuan. Baru saja dia b

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Hasrat Terpendam Suamiku   148. Keputusan

    Sophia terus saja terdiam menatap Albert dan tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri, sehingga Albert memanggil nama wanita itu.“Hm?” sahut Sophia.Albert lagi-lagi mengunci tatapan mereka, lalu berkata. “Aku sudah mengajukan tes DNA.”Tadinya Albert tidak berniat untuk memberitahu Sophia lebih awal. Dia ingin hasil tes itu keluar terlebih dahulu barulah hasilnya akan dia beri tahu pada Sophia. Tapi kehadiran Sophia di sini membuat Albert berubah pikiran. Dia ingin membuat Sophia tinggal lebih lama, bagaimana pun saranya.“Lalu hasilnya?” tanya Sophia, suaranya terdengar dingin.Albert menggeleng lemah. “Belum,” jawabnya. “Butuh waktu selama dua minggu paling cepat untuk mengetahui hasilnya. Tapi aku sudah meminta mereka untuk melakukannya lebih cepat dari itu.” Albert menjelaskan, tapi ekspresi di wajah Sophia tidak juga berubah membuat Albert bingung. Tapi, lagi, apa yang dia harapkan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Hasrat Terpendam Suamiku   149. Mabuk Berat

    Albert terus menatap kalung berbandul dandelion di tangannya sambil memikirkan apa maksud Sophia memberikannya benda ini. Albert selalu penasaran setiap kali melihat Sophia mengenakan kalung ini, seolah ini adalah perhiasan yang sangat berarti baginya. Dan Albert selalu merasa familiar. Di mana dia pernah melihatnya sebelum melihat Sophia mengenakan ini?Tapi Albert tidak kunjung menemukan jawabannya.Pagi tadi, Sophia pergi.Hubungan mereka belum berakhir bagi Albert, walau Sophia sudah menganggapnya begitu. Tapi sekarang, Albert tidak memiliki daya untuk menahan Sophia bersamanya jadi dia akan menghargai keputusan Sophia. Sekalipun sakit, Albert harus menerima keputusan istrinya itu.Tapi satu hal yang pasti, bahwa Albert tidak akan pernah menceraikan Sophia seperti yang Sophia inginkan.Setelah terdiam cukup lama di kamarnya tadi, Albert pergi ke kantor dan menenggelamkan dirinya dalam pekerjaan secara gila-gilaan, bahkan membuat Maurice khawati

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Hasrat Terpendam Suamiku   150. Istri Ayahnya (1)

    Ruangan itu terasa begitu dingin entah kenapa. Albert merapatkan tubuhnya pada sesuatu yang hangat di sampingnya. Dan dia semakin mendekati sumber kehangatan itu yang terasa seperti memeluknya.Sophia? pikir Albert.“Aku merindukanmu,” bisik Millie Matthew, ibu tiri Albert, dengan Albert yang berada di dalam pelukannya. Millie membelai puncak kepala lelaki itu dengan lembut dan memejamkan matanya rapat, sementara itu Albert bersender di dadanya.Ruang keluarga yang dingin itu hanya disinari oleh lampu temaram. Perapian sengaja tidak dinyalakan oleh sang empu rumah. Bahkan para pelayan juga tidak tampak di mana pun. Karena hari sudah larut, jadi hanya ada mereka berdua di sana.“Aku rindu dipeluk olehmu seperti ini, Albert,” kata Millie lalu setelah itu mendesah pelan.“Hm,” sahut Albert, merapatkan pelukannya. “Aku juga merindukanmu, Sophie,” gumamnya lagi.Millie tertegun, tapi kemudian senyum

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Hasrat Terpendam Suamiku   151. Istri Ayahnya (2)

    “Aku sangat merindukanmu,” ucap Millie lagi. “Apakah kau tidak mau menciumku? Dan melepas rasa rindu yang begitu menyiksa ini?” godanya.“…” Albert tidak bereaksi.Berdecak pelan, Millie pun mulai melakukan lebih. Dia membelai punggung Albert, turun ke dada dan melepas jas yang tersampir longgar di tubuhnya. Setelah berhasil melepas benda itu, Millie melemparnya ke karpet perapian lalu mulai meraba kemeja putih milik Albert.Albert mengerang pelan, lalu menjauhkan tubuhnya dari Millie dan membuka matanya yang sayu.Millie tersenyum manis padanya. “Kau pasti merasa tidak nyaman menggunakan benda ini saat kita melakukannya nanti. Jadi aku akan membantumu melepasnya,” kata Millie dengan tatapan menggoda.Albert berkedip, matanya masih menatap sayu. Seiring dengan tangan Millie yang turun ke dadanya, melepas kancing kemejanya, kesadaran Albert semakin kembali ke permukaan.Menyadari itu, Mil

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Hasrat Terpendam Suamiku   152. Biarkan Dia Menemukanmu

    Plak!Satu tamparan melayang ke pipi Millie yang putih, yang kemudian langsung memerah oleh darahnya yang lantas bergejolak.“Berani-beraninya kau!” murka Adrian Raymond, suaminya, menatap Millie dengan pelototan tajam.Dalam hal mengintimidasi, Albert dan ayahnya memang hampir sama, keduanya sama-sama bisa membuat nyali lawan bicaranya menciut, seperti Millie sekarang.“A-aku tidak mengundangnya, Albert yang mendatangiku sendiri,” lirih Millie sambil terisak-isak.Adrian Raymond tertawa sampai kepalanya mendongak ke atas, wajahnya yang sudah tidak lagi muda tampak semakin mengerut. “Kau pikir aku akan percaya pada kata-kata dari wanita murahan sepertimu?!” kata Adrian dengan suaranya yang menggelegar.Millie masih menangis sesenggukan. Kemudian Adrian menyentuh dagunya dan memaksanya mendongak untuk menatapnya. “Tampaknya, kenaifanmu itu benar-benar belum hilang ya? Kupikir dengan semua uang yang te

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Hasrat Terpendam Suamiku   153. Kepergok

    Albert menatap tembok tinggi di hadapannya dengan tatapan dingin.Dua jam lalu dia telah menerima infromasi dari salah satu orang suruhannya, mengatakan bahwa mereka telah menemukan Sophia. Dan di sinilah istrinya itu sekarang, berada di dalam lingkup tembok keliling setinggi tiga meter itu. Dan dari informasi yang dia dapatkan, rumah ini adalah milik Daniel Mateo.Albert begitu terkejut dan tidak menyangka ketika pertama kali mendengarnya.Bagaimana bisa Sophia malah lari ke pelukan pria itu alih-alih pulang bersamanya? Albert tidak ingat bahwa Sopha bisa sedekat ini dengan seseorang, terlebih dengan seorang pria yang selain dirinya. Tapi Daniel Mateo, sejak awal dia memang telah mengundang perhatian Sophia. Sudah lama juga Albert cemburu karena kedekatan mereka.Dan sekarang, buktinya kekhawatiran Albert itu benar-benar terjadi.Sehingga Albert mulai menyusun sebuah rencana di kepalanya untuk masuk ke dalam dan menculik kembali istrinya untuk pul

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Hasrat Terpendam Suamiku   154. Acara Mendadak

    Hanya saja, ketika Albert berbalik hendak masuk kembali ke mobilnya, dia dikejutkan dengan kehadiran seorang wanita yang duduk di kursi roda. Di belakang wanita itu seorang gadis muda mengenakan pakaian perawat mendorong kursi rodanya.Albert terdiam di tempat, menatap wanita paruh baya yang juga tengah menatap ke arahnya. Kesiap kecil terdengar di belakang Albert dan setelah itu Sophia melangkah cepat melewatinya, mendekati si wanita di kursi roda.“Mom!” seru Sophia. “Apa yang kau lakukan di luar dalam cuaca seperti ini?” katanya, lalu beralih menatap perawat muda di belakang ibunya. Perawat itu tampak salah tingkah, tapi tidak berani mengatakan apapun.Laura menyentuh tangan putrinya, mendongak menatapnya dengan senyum menenangkan. “Kau tidak seharusnya mengatakan itu pada Melin. Aku lah yang memintanya untuk membawaku ke luar.”“Tapi di luar—““Cuaca sore ini tidak sedingin kemar

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Hasrat Terpendam Suamiku   155. Tidur di Kamarnya

    Sophia hanya diam saja saat Albert mengucapkan selamat malam pada ibunya, yang kemudian dibawa suster masuk ke kamar, meninggalkan Sophia dan Albert berdua di tengah ruangan yang sepi itu.Mereka sama-sama terdiam dalam kebisuan yang tidak pasti kapan akan disela. Albert lalu berbalik, menatap lurus ke arah wanita yang tengah menunduk di hadapannya, seolah lantai menjadi hal yang paling menarik di dunia baginya. Perlahan, Albert pun melangkah mendekati wanita itu, sembari berdoa dalam hati semoga keputusannya ini tidak membuat Sophia marah dan semakin menghindarinya.Tapi hal yang lebih buruk justru terjadi. Sophia hanya diam saja, tidak mengatakan apapun semenjak Albert mengumumkan bahwa dia akan menginap malam ini.Albert semakin mendekatinya karena melihat Sophia terus bergeming. Saat jarak di antara mereka tidak terlalu jauh lagi, barulah Sophia mengangkat kepalanya dan menatap Albert, melihat bagaimana manik keperakan itu mengobservasi sosoknya.Soph

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09

Bab terbaru

  • Hasrat Terpendam Suamiku   164. Pelan-pelan (19)

    Albert membawa Sophia ke mobil dengan susah payah, menggendong istrinya yang terus saja memberontak. Pengunjung lain yang ada di luar mulai menatap mereka aneh, bahkan salah seorang penjaga mendekati Albert dengan tatapan penuh curiga.“Dia istriku,” sahut Albert tanpa menghentikan langkahnya, si penjaga pun kembali mundur.Pintu dibuka, Albert memasukkan Sophia ke dalam dan memasangkannya safety-belt juga.“Apa yang kau lakukan?! Biarkan aku pergi!” berontak Sophia dengan tenaga yang mulai melemah.Albert tidak menghiraukannya dan segera berlari ke sisi lain mobil kemudian masuk ke dalam. Tepat ketika Albert menyalakan mesin, Sophia membuka sabuk pengamannya lalu bergerak cepat membuka pintu. Tapi gerakan Albert lebih cepat lagi, menangkap tubuh istrinya itu dan mendorongnya ke kursi, lalu tanpa peringatan menyatukan bibir mereka dalam pagutan yang dalam.Rontaan Sophia melemah, tangannya yang mencengkeram lengan Albert per

  • Hasrat Terpendam Suamiku   163. Bar

    Sophia benar-benar pergi menemui Alexander, tapi dia tidak menunggu besok melainkan melakukannya malam itu juga. Saat Sophia bertemu dengannya di lobi perusahaan, Alexander tengah dalam perjalanan untuk pulang. Dia terkejut ketika melihat Sophia berada di sana.“Sophia,” katanya.Sophia tersenyum ramah. “Halo, Alex.”Beberapa saat kemudian, keduanya telah berada di sebuah bar yang menyajikan anggur. Alexander sengaja mengatakan bahwa dia hendak mengunjungi tempat ini untuk melepas penatnya setelah seharian kerja. Sophia awalnya meminta waktu lelaki itu sejenak, tapi Alexander menolaknya mentah-mentah.“Aku pesan champagne,” kata Sophia pada si bartender yang duduk di balik meja. Dia mengangguk lalu mulai menyiapkan pesanan Sophia.“Aku juga,” kata Alexander ikut.Sophia menatapnya, dan Alex memberikannya senyum penuh arti. “Kau tahu? Sekarang setiap kali aku meminum champagne, aku selalu

  • Hasrat Terpendam Suamiku   162. Ayah

    Sore itu Sophia terbangun dalam keadaan linglung. Dia terdiam beberapa saat sebelum deringan di ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk dari Luke Abraham.Sophia, yang belum benar-benar mengumpulkan kesadarannya pun langsung menatap layar ponselnya dengan mata memicing. Setelah beberapa hari tidak ada kabar, baru kali ini Luke kembali menghubunginya. Dan isi pesan tersebut membuat Sophia semakin keheranan.[Pulanglah sebentar ke Kediaman Abraham, aku punya berita penting yang harus aku beri tahukan padamu.]Sophia lalu bangun dari tidurnya dan pergi bersiap-siap sembari menduga-duga berita penting apa yang hendak Luke katakan.Apa Paula atau Billie akan menikah? Atau Luke sendiri yang sudah menemukan pasangan untuk membangun rumah tangga? Apa pun itu, Sophia tetap dibuat penasaran.Dua jam kemudian Sophia sampai di Kediaman Abraham, tepat saat makan malam. Namun, saat Sophia masuk, Luke sudah menyambutnya di depan pintu.Saat So

  • Hasrat Terpendam Suamiku   161. Keputusan Egois

    Sophia keluar dari kamarnya pada waktu makan siang. Saat itu, Albert sudah pergi dengan amarah yang tidak bisa terucapkan.Sophia menunduk, menatap makanan di piringnya tanpa minat.“Sophie? Kau baik-baik saja?” tanya Laura pada putrinya yang tampak sedu itu.“Hm,” sahut Sophia.“Apa kau dan Albert sudah berbicara?” tanya Laura lagi, menatapnya penasaran.Saat sedang berada di ruang santai tadi, Albert sempat mendatanginya untuk pamit. Laura tidak menyangka kalau menantu lelakinya itu akan bersikap penuh sopan padanya dan benar-benar menganggapnya sebagai ibu. Sudah terlalu lama Laura jauh dari kehidupan Sophia sehingga terkadang dia merasa dirinya tidak pantas untuk mencampuri urusan-urusan sang putri.Tapi kali ini, Laura begitu penasaran.“Ya, Mom,” jawab Sophia, diikuti helaan napas pendek.“Ada apa denganmu? Bukankah seharusnya kau senang dia pergi?” tukas Daniel

  • Hasrat Terpendam Suamiku   160. Tidak Bisa Menjawab

    Sophia menjauh dari pintu saat Albert membukanya. Dia hendak menghindar supaya tidak ketahuan menguping, tapi selimut yang melilit tubuhnya itu terinjak sehingga Sophia terjatuh ke lantai dengan kedua tangan sebagai tumpuan.“Sophie!” seru Albert terkejut, lalu langsung berlari membantu Sophia untuk bangun. “Kau tidak apa-apa?” tanya Albert.Sophia bergeming. Dia memang tidak apa-apa, tidak ada yang sakit. Tapi menyadari bahwa dirinya baru saja hampir menyakiti sang janin di perut, membuatnya tertegun. Bagaimana kalau tadi dia tidak memiliki refleks cepat sehingga jatuh dengan perutnya yang mendarat lebih dulu? Sophia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi. Memang belum genap satu bulan dia mengetahui dirinya tengah hamil, tapi Sophia telah mengikat hubungan yang sangat erat dengan bayi di dalam perutnya dan kehilangannya adalah hal terakhir yang Sophia inginkan.Melihat tatapan kosong di mata wanita itu, Albert menjadi cemas. &ldq

  • Hasrat Terpendam Suamiku   159. Interupsi (19)

    “Albert?” lirih sebuah suara.Albert langsung tersadar dan sedikit menunduk, melihat sepasang kelopak mata yang bergerak, walau dia tidak bisa melihat mata Sophia sepenuhnya, tapi Albert tahu istrinya itu telah terjaga.“Apa aku membangunkanmu?” tanya Albert kemudian. Detak jantungnya kembali melaju cepat, oleh rasa takut kalau Sophia akan tersadar dan menyudahi semuanya.“Hm,” sahut wanita itu.Dan beberapa menit berlalu, hal yang Albert khawatirkan tidak kunjung terjadi. Dia pun menunduk lagi dan melihat Sophia masih tidak bergeming.“Albert,” kata wanita itu.Tubuh Albert langsung menegang. “Ya?”“Bagaimana kabar Cecil?”“….”“Hm?” ucap Sophia lagi.“Kenapa kau bertanya?” sahut Albert.“Aku hanya penasaran. Bukankah tadi kalian saling mengirim pesan?”Sejenak, Albert

  • Hasrat Terpendam Suamiku   158. Dalam Pelukanku (19)

    Albert menekan tubuh Sophia dengan tubuhnya sendiri. Memagut bibir ranum itu, melumatnya lembut, dan merasakan perlakuan yang sama pada bibirnya.Rasanya seperti di surga; memeluk dan mencium wanita yang dicintainya ini.Tidak ada yang bisa Albert pikirkan selain luapan emosi di antara mereka, yang dia tuangkan dalam rengkuhan penuh hasrat itu.Suara cecap bibir saling bersahutan di kamar dengan suasana sunyi, menambah semangat kedua insan yang tengah saling memadu kasih. Bahkan sekali pun oksigen di paru-paru masing-masing mulai menipis, mereka masih enggan untuk menjauh.Sampai akhirnya dada Sophia semakin terasa sesak, dia pun menepuk bahu Albert dan mendorongnya, namun menyisakan jarak yang tidak cukup jauh.“Albert?” lirih Sophia dengan napas memburu.Albert menyahutinya dengan gumaman singkat, lalu beralih untuk mengecup leher istrinya itu, memeluknya kian erat, seolah takut bahwa Sophia akan berubah pikiran dan mendorongny

  • Hasrat Terpendam Suamiku   157. Biarkan Saja

    Suara dering notifikasi dari ponsel kembali membuat dua pasang mata itu terbuka. Karena nada dering yang sama, mereka sibuk mengecek ponsel masing-masing yang diletakkan di nakas.Sophia yang lebih dulu menyadari bahwa itu bukan bunyi dari ponselnya, pun kembali berbaring tidur.Saking sunyinya suasana di antara mereka, Sophia sampai bisa mendengar suara jari Albert mengetuk pada layar, mengetik sesuatu di sana. Sophia tidak tahan untuk tidak bertanya-tanya siapa yang kiranya menghubungi Albert selarut ini.Pasti wanita itu.Sophia tersenyum getir, lalu memperbaiki posisi tidurnya agar lebih nyaman.Nyaris saja Sophia lupa, bahwa ada sesuatu yang sangat serius di antara dirinya dan Albert. Lagi-lagi Sophia mengingatkan diri sendiri untuk tidak lagi terjatuh pada pesona pria itu, untuk melupakannya dan membuat kehidupan baru dengan anaknya kelak.Sedang Sophia sibuk dengan pikirannya sendiri, Albert juga sama. Dia membalas sebuah email yang b

  • Hasrat Terpendam Suamiku   156. Hasrat Yang Tersisa

    Albert duduk di samping Sophia dalam diam. Menatap udara dengan tatapan nyaris kosong. Sementara itu, Sophia sibuk mengetik sesuatu di laptopnya, yang Albert yakini pasti naskah novel yang tengah dia garap.Anehnya, keheningan di antara mereka kali ini terasa tidak menggangu. Seolah memang itulah yang mereka butuhkan. Duduk berdua, tanpa kata-kata yang akan berakhir menyakiti mereka sendiri.Albert teringat akan lima buku karya Sailendra A. di rumah yang baru-baru ini dia beli untuk memuaskan rasa rindunya pada sang istri. Albert memang baru membaca beberapa lembar saja, dia belum memiliki waktu luang untuk menghabiskan membaca semuanya.Namun, walau begitu, Albert sudah tahu bahwa Sophia adalah penulis yang hebat.Saat sedang memikirkan itu, perhatian Albert teralihkan oleh suara jari Sophia yang menari di atas keyboard-nya yang terdengar semakin keras. Ekspresi di wajah wanita itu juga tampak mengerut kesal.“Kenapa?” tanya Albert pad

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status