"Aldrick, sungguh dunia ini sangat sempit, baru tadi aku mengatakan bahwa bagaimana jika wanita yang sudah kamu tiduri sedang mengandung anakmu," ucap lelaki itu merasa tak habis pikir dengan jalannya takdir.
"Lalu sekarang kau benar-benar dipertemukan dengannya dalam keadaan dia yang benar-benar sedang mengandung," sambungnya lagi."Jadi benar dia wanita itu?" tanya Aldrick."Ya! Dia adalah wanita yang sudah kamu renggut kesuciannya dan membuatnya mengalami sebuah luka fisik,""Namun sungguh sang pencipta merencanakan hal ini padamu sampai membuat wanita ini mengandung hasil dari perbuatan bejatmu," ujar Liam.Saat sedang asik berdebat dan beradu argumen, tiba-tiba mereka mendengar suara seseorang yang sedang melenguh.Kedua pria itu kompak menoleh ke arah brankar dan mendapati Natalie yang telah sadar."Dimana aku?" ucap Natalie karena merasa asing dengan tempat di mana ia sedang berbaring.Wanita itu memegangi kepalanya yang masih terasa berdenyut nyeri dan pusing.Natalie mencoba untuk mengubah posisinya agar dapat duduk akan tetapi ia kesusahan.Liam dengan segera membantu wanita itu untuk duduk.Deg…!!!Ketika tubuh wanita itu telah duduk, ia dibuat terkejut saat melihat keberadaan Aldrick yang sedang berdiri tak jauh dari tempatnya berada."Nona, saat ini kau sedang mengandung dan kata dokter kamu harus banyak istirahat. Untuk itulah dalam beberapa hari kedepan kamu akan menjalani perawatan intensif," ucap Liam kepada Natalie.Sementara Natali sangat syok ketika mendengar penuturan dari pria yang sedang berada di depannya."Tidak mungkin aku mengandung, hal ini pasti keliru!" ujar Natalie tak ingin percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Liam."Itu sebuah benar Nona karena dokter kandungan sendiri yang telah memeriksamu dan mengatakan bahwa kamu sedang mengandung dan usia kehamilan masih sangat muda,""Aku tidak ingin mengandung anak ini!" ujar Natalie mulai tak terima atas apa yang terjadi padanya."Aku tidak ingin ini semua terjadi padaku!""Kenapa semuanya harus terjadi padaku? Apa salahku hingga harus menanggung beban seperti ini?" lirih Natalie sangat tak menginginkan semuanya terjadi.Wanita itu kemudian memandang ke arah dimana Aldrick sedang berdiri dengan wajah datarnya dan tanpa rasa bersalah sama sekali.Akan tetapi jangan salah mengerti kan atas raut wajah yang berikan ditampilkan oleh pria itu, Karena sekarang tak seorangpun yang tahu tentang apa yang sedang ia pikirkan."Ini semua gara-gara pria brengsek sepertimu!" Natalie mengumpat dengan jari telunjuknya yang menunjuk ke arah Aldrick."Aaa!!! Aku tidak mau anak ini tumbuh di dalam rahimku! Aku tidak mau mengandung benih dari seorang pria seperti dia!" teriak Natalie sambil memukul perutnya yang masih rata.Liam dengan cepat memegang pergelangan tangan gadis itu agar ia tak lagi memukul perutnya."Hei! Nona tenangkan dirimu!" ucap Liam berusaha untuk menenangkan Natalie yang terus berteriak dan bahkan meronta."Aku tidak ingin mengandung! Tidak ingin!" Natalie kembali berteriak dan kali ini melempar semua benda yang berada di dekatnya.Pintu ruangan terbuka dan seorang dokter yang tadi menangani Natalie langsung masuk ke dalam saat mendengar suara teriakan dari gadis itu."Kenapa bisa seperti ini dokter Liam?" tanya dokter itu merasa heran dengan kondisi pasien yang terus berteriak histeris."Bukan waktunya bertanya dokter, sekarang berikan dulu ia obat penenang agar tidak terus meronta atau bahkan menyakiti dirinya," balas Liam.Sang dokter langsung memberikan suntikan penenang untuk Natalie dan tak beberapa menit. Akhirnya wanita dapat tenang dan langsung tertidur.Liam memandang kearah Aldrick, kemudian pria itu menghampiri sahabatnya lalu bertanya sesuatu yang membuat Aldrick kembali tak dapat menjawab pertanyaan dari Liam."Apa yang akan kau lakukan, Aldrick?""Apa kau akan membiarkannya begitu? Atau kau akan menyuruhnya untuk menggugurkan kandungan itu?" ucap Liam mencerca Aldrick dengan semua pertanyaannya.Aldrick tak dapat menjawab pertanyaan yang diucapkan oleh Liam.Pria itu bingung harus menjawab apa.Setelah beberapa menit menunggu dan tak mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, Liam tak lagi berkata apa-apa.Lalu kemudian tubuh Natalie dipindahkan ke ruang rawat intensif hari juga semakin larut.Malam ini Aldrick memutuskan untuk menginap di rumah sakit dan tidur di sofa yang berada di ruang rawat Natalie.Saat tengah malam Aldrick tak dapat memejamkan matanya, lalu pria itu memutuskan untuk berjalan ke arah balkon yang berada di ruangan itu.Lelaki itu menghirup udara malam guna menghilangkan kebimbangan yang berada dalam pikirannya."Bu, apa yang harus kulakukan?" tanyanya memandang keatas langit yang bertabur bintang."Aku sudah melanggar prinsipku,Bu," sambungnya lagi.Lelaki itu larut dalam pikirannya sendiri. Hingga ia mulai merasakan kantuk dan memutuskan untuk masuk kembali ke dalam ruangan.Lalu merebahkan tubuhnya di atas sofa dan akhirnya ia terlelap.Mentari mulai menyingsingkan cahayanya dan mulai menyinari semua penduduk bumi dengan sinarnya yang menghangatkan tubuh.Aldrick bangun lebih awal ketika tadi ia mendapat sebuah telepon dari Brian sang asisten yang mengatakan mereka ada pertemuan penting.Setelah selesai menelpon pria itu menoleh ke arah ranjang yang saat ini berisikan tubuh Natalia yang masih tertidur pulas di alam mimpi.Tak berapa lama di situ pun terbangun dari tidurnya dan mulai mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang menyinari netra matanya.Natalie melihat ke sekeliling dan kembali mendapati keberadaan pria yang tidak pernah ingin lagi ia temui."Untuk apa kau berada di sini?" tanya Natalie dengan suara tinggi."Jangan pernah berbicara dengan suara tinggi ketika berhadapan denganku!" ucap Aldrick memberi peringatan."Lalu? Apakah aku harus berbicara lembut pada pria seperti dirimu?" ucap Natalie menodongkan dua pertanyaan sekaligus kepada pria yang masih duduk di atas sofa."Sekali lagi aku peringatkan untuk tidak meninggikan suaramu saat berbicara denganku! Aku memberi peringatan hanya sekali dan juga kau masih melakukannya maka jangan salahkan aku jika kau mendapatkan hukuman atas apa yang kau lakukan!" tandas Aldrick dengan suara tegas tak ingin dibantah.Perdebatan di antara kedua insan itu terus berlanjut hingga perdebatan itu berakhir saat pintu ruangan tersebut terbuka.Liam masuk ke dalam ruangan dengan seorang perawat yang ikut kepadanya."Kami akan memeriksa kondisimu, Nona," ucap Liam dan menyuruh perawat mulai memeriksa Natalie dimulai dari tekanan darahnya dan juga suhu tubuhnya."Apa yang kau rasakan saat ini?" tanya Liam dengan ramah.Natalie menggelengkan kepalanya pertanda ia sudah tidak merasakan apa-apa lagi."Apa kepalamu masih pusing?""Aku pusing karena melihat pria itu selalu berada di dekatku!" Jawab Natalie dengan ucapan menohok.Liam mengulum senyum agar tawanya tidak pecah ketika mendengar ucapan dari Natalie.Sedangkan Aldrick sendiri menggertakan gigi di dalam mulut setelah mendengar ucapan Natalie.Pria itu bukan manusia yang memiliki sifat humor yang tinggi dan juga pria yang penyabar yang bisa menerima saat ia direndahkan."Tapi Nona dia itu adalah Ayah dari anak yang sedang kau kandung ini," ucap Liam dan membuat kedua bola mata Natalie terbelalak saat mengingat bahwa saat ini dia sedang mengandung anak dari lelaki yang telah merenggut paksa kesuciannya."Sudah kukatakan bahwa aku tidak ingin mengandung anak dari pria itu!" balas Natalie."Aku akan menggugurkannya dan tidak ingin memiliki seorang bayi dari pria bejat sepertinya!""Tapi Nona…"Belum sempat Liam melanjutkan ucapannya, tiba-tiba Aldrick angkat suara dan membuat semua orang terkejut ucapan dari pria itu."Aku sudah membuat keputusan,"Next….."Aku yang akan bertanggung jawab atas anak yang berada di dalam kandungannya, tapi bukan berarti ku ingin menikahinya. Setelah anak itu lahir maka dia akan menjadi milikku," seru Aldrick dengan tegas.Natalie langsung menyahut, "Aku tidak butuh tanggung jawab darimu! Karena aku tidak akan mau mengandung anak darimu!" ucap wanita itu dengan suara lantang. Suasana di dalam ruang rawat itu terasa sangat panas akibat perdebatan kedua insan yang terus beradu argumen. Natalie yang tidak ingin mengandung benih dari Aldrick membuatnya tetap kekeh untuk tidak mempertahankan kandungannya. Sementara Aldrick sendiri bukan tanpa alasan pria itu mengambil keputusan untuk bertanggung jawab penuh atas kehidupan Natalie selama wanita itu sedang mengandung anaknya. Akan tetapi pria itu memilih itu semua karena memang usianya yang sudah tidak terbilang muda, sudah seharusnya dia memiliki seorang penerus untuk meneruskan membangun dunia bisnis miliknya. "Oh God! Apa kalian berdua tidak bisa memilih
"Cari penyusup itu!" perintah Aldrick dengan suara menggelegar. Suara pecahan kaca beriringan dengan suara jeritan dari Natalie menggema di halaman depan Mansion. Aldrick langsung berbalik arah saat pria itu merasa kondisi di luar tidak aman. Para anak buahnya langsung berlarian mencari siapa pelaku yang sudah dengan berani menyerang kediaman dari seorang Aldrick. Sementara Natalie saat ini mengalami luka pada keningnya, ia terkena lemparan batu dari orang yang baru saja melempari kaca jendela. Mengalami pusing dan penglihatannya yang berkunang-kunang. Tiba-tiba kesadaran gadis itu menghilang bersamaan dengan tubuhnya yang tumbang disertai teriakan dari kepala pelayan yang memanggilnya. "Nona!" teriak Elma. Aldrick yang posisinya tak jauh dari keberadaan Natalie, langsung menangkap tubuh Natalie yang hampir saja tumbang di atas tanah. "Siapkan kamar!" Aldrick memberi perintah sambil melangkah masuk ke dalam Mansion. Para pelayan dan penjaga dibuat ketar-ketir setelah mendapat
"Dia adalah kekasih Tuan Aldrick," jawab pelayan yang sedang berdiri di samping Natalie. Seorang wanita dengan pakaian seksi berjalan memasuki Mansion.Wanita itu baru saja membuat keributan karena tidak diberi izin untuk masuk ke dalam Mansion. Melihat ke arah Natalie yang berada di atas tangga, langsung saja wanita itu menghampiri Natalie lalu tanpa permisi langsung menjambak rambut Natalie. "Akh!" ringis Natalie merasakan kulit kepalanya perih akibat di jambak. "Jadi kau jalang yang sudah merebut Aldrick dariku!" ucap wanita itu semakin menarik dengan kuat rambut Natalie. Diora dia adalah anak dari perdana menteri Italia, wanita itu semakin menarik rambut Natalie hingga membuat gadis itu mendongak. "Dengarkan aku wanita jalang! Jangan coba-coba untuk merebut Aldrick dariku," sambung Diora lalu mendorong tubuh Natalie. Andai Aldrick tidak datang tepat waktu maka bisa dipastikan bahwa tubuh Natalie sudah tersungkur di atas lantai dan hal itu bisa berdampak pada kandungannya.
"Mau kemana kau?" tanya seorang pria. Natalie dibuat tak bergeming ditempatnya saat mendengar suara seseorang. Namun, setelah beberapa saat menunggu gadis itu tak melihat seorangpun yang datang menghampirinya. Membuang nafas panjang lalu menjejakkan kakinya di atas tanah lalu mulai berjalan mengendap-endap menyusuri halaman belakang Mansion. Saat berada melewati sebuah jembatan kecil dimana terdapat kolam yang berukuran sedang, Natalie hanya dapat melihat di sekeliling hanya terdapat pepohonan dan ia sangat yakin bahwa Mansion ini berada di tengah hutan. Tak menyerah Natalie terus berjalan ditengah malam dan tengah hutan yang gelap. Terus berjalan tanpa menggunakan alas kaki, hingga ia tak sengaja menginjak rumput berduri yang berada di hutan. Meringis kesakitan tapi tidak membuatnya menyerah, gadis itu terus melangkah maju hingga ia dapat mendengar beberapa suara deru mobil, ia memastikan pasti didepan sana adalah sebuah jalan dan akan terbebas dari hutan gelap ini. Sedangkan
"Turunkan aku!" teriak Natalie saat melihat ternyata di depan sana ia dibawa kembali pada Mansion milik Aldrick. Tiba di pelataran Mansion, ternyata kedatangannya telah ditunggu oleh para penghuni Mansion. Mobil berhenti tepat pada jalan masuk ke dalam Mansion, Maxim mematikan mesin mobil dan keluar dari dalam mobil lalu membuka pintu untuk Natalie. "Silahkan, Nona," ucap Maxim sambil membungkukkan tubuhnya. Enggan untuk turun Natalie hanya terus duduk berdiam diri di dalam mobil tanpa ada niat untuk turun. Tak berapa lama terlihat Aldrick keluar dari arah Mansion lalu langsung berjalan menuju mobil. "Keluar sendiri atau aku yang menyeretmu!" ucap Aldrick menggeram marah. "Tidak! Aku tidak ingin berada disini!" tolak Natalie dengan tegas. Seorang Natalie yang memang mempunyai watak yang keras kepala membuat wanita itu selalu menjadi pembangkang. Ia tidak tahu bahwa sikap keras kepalanya akan membawa dia kepada hukuman yang akan didapatkannya. Menggertakkan gigi saling beradu
"Ada apa, Nona?" tanya Zafa ketika mendengar suara teriakan Natalie. "Sepertinya ada tikus yang lewat di kakiku," jawab Natalie menaikkan kedua kakinya ke atas sofa. Zafa dan Bibi Elma saling pandang saat mendengar ucapan dari gadis itu. Bagaimana bisa seekor tikus bisa berada di dalam Mansion ini, sedangkan setitik debu saja tak dibiarkan untuk hinggap di Mansion ini. Lalu bagaimana bisa seekor tikus bisa hidup di dalam Mansion mewah ini. Namun, saat Bibi Elma dan Zafa memikirkan hal yang tidak mungkin itu. Tiba-tiba benar saja terdengar suara cicitan tikus lalu berjalan ke arah sofa. "Bibi! Zafa! Itu tikusnya, singkirkan hewan menjijikan itu dari hadapanku!" teriak Natalie yang memang sangat takut dan geli saat melihat seekor tikus. Elma dan Zafa bukannya mengusir tikus kecil itu, mereka justru ikut melompat naik ke atas sofa sambil berteriak ketakutan. Kehebohan terjadi akibat teriakan dari ketiga wanita itu dan membuat semua penghuni Mansion berdatangan termasuk Aldrick ya
"Natalie!" panggil Aldrick saat pintu kamar telah terbuka dan tubuh Natalie ambruk di atas lantai. Bukan tembakan yang membuat gadis itu tak bisa menopang bobot tubuhnya sehingga membuatnya ambruk. Akan tetapi gadis itu terkejut saat sebuah peluru meleset masuk melalui kaca jendela hingga membuatnya terkejut. Masih tak mampu mengucapkan kata-kata tubuh Natalie masih mematung dan berubah dingin akibat shock. "Maxim! Tangkap penembak itu!" perintahnya dengan tegas. "Elma, panggilkan Dokter Liam!" sambungnya memerintahkan kepada kepala pelayan. Setelah mengatakan hal itu, Aldrick langsung berjalan keluar sambil menggendong tubuh Natalie ala bridal style. Membawa wanita itu ke dalam kamar pribadinya, untuk pertama kalinya Aldrick membawa masuk orang yang baru dia kenal ke dalam kamarnya. Tak berapa lama Liam telah tiba di Mansion Aldrick dan langsung saja pria itu menuju kamar sahabatnya untuk memeriksa keadaan Natalie. "Apa yang terjadi?" tanya Liam di sela kegiatannya memeriksa
"Bagaimana ini bisa terjadi padanya?" tanya Aldrick kepada semua pelayan yang berada di ruang tamu. Ketika pria itu ingin berjalan ke arah ruang makan dia melihat Natalie yang terjatuh ke atas lantai. Tapi untungnya kondisi wanita itu baik-baik saja dan juga kandungannya, tadi ketika Natalie berteriak kesakitan ternyata hal itu disebabkan karena ia terkejut sehingga membuat otot perutnya terasa tegang dan nyeri. Memberongsang marah kepada seluruh pelayan yang menurutnya tidak becus dalam membersihkan Mansion sehingga membuat Natalie terjatuh karena lantai licin setelah di pel. "Maaf Tuan, hal seperti ini tidak akan terjadi lagi, saya yang akan bertanggung jawab jika hal ini terjadi lagi," ucap Elma yang memang merupakan kepala pelayan. Wanita itu tidak ingin jika rekan kerjanya yang sudah dianggap keluarga mendapat hukuman atas insiden ini. "Aku pegang ucapanmu," balas Aldrick dengan tegas lalu langsung pergi meninggalkan ruang tamu. Setelah memastikan bahwa kondisi Natalie, su
Mendengar bahwa Natalie, keracunan membuat Liam terkejut tapi tidak dengan Aldrick yang hanya memasang wajah tenang. Bukan tanpa alasan pria itu bersikap demikian. Tapi dia sudah mencurigai seseorang yang berbuat demikian kepada Natalie. "Lalu apakah Natalie harus dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut?" tanya Liam kepada Dokter wanita yang saat ini masih memeriksa Natalie. "Untuk saat ini mungkin beliau bisa di rawat di rumah saja, saya akan menginfus pasien agar sisa-sisa racun dari dalam tubuhnya bisa keluar. Tapi jika dalam waktu 24 jam kondisi pasien memburuk, maka sebaiknya langsung dibawa ke rumah sakit," ucap sang Dokter dan mulai memasangkan selang infus di pergelangan tangan Natalie. Setelah melakukan tugasnya Dokter wanita itu pun pamit pergi dan kini hanya ada Aldrick dan juga Liam yang saat ini memandang ke arah Natalie. "Pulanglah!" ucap Aldrick. Liam melipat kedua tangan di depan dada, "Kau mengusirku?" Aldrick mengedikkan kedua bahunya d
"Hei! Ada apa denganmu?" tanya Aldrick yang baru memasuki toilet ketika ia mendengar suara kaca pecah. Natalie, yang hampir saja terhuyung di atas lantai saat ini sedang berada dalam dekapan Aldrick. Tidak dapat menjawab karena saat ini Natalie kesulitan untuk bernafas, kesadarannya pun mulai hilang. Aldrick merogoh saku jasnya lalu mengambil ponselnya dan menelpon Maxim. "Siapkan mobil kita pulang sekarang!" perintahnya lalu langsung mematikan sambungan telepon. Aldrick, langsung menggendong Natalie dan berjalan keluar dari toilet dan menuju pintu keluar. Di depan gedung Maxim sudah menunggu dengan mobilnya, lalu dengan sigap membuka pintu mobil saat melihat kedatangan majikannya. Sementara di dalam gedung Liam, yang merasa aneh karena sudah lama Natalie ke toilet tapi belum juga kembali. Pria itu dibuat cemas dan akhirnya memutuskan untuk memeriksa ke toilet. Namun disana dia tidak menemukan keberadaan orang yang dicari. "Permisi! Apa ada yang melihat wanita memakai gaun ber
"Natalie, malam ini aku ada acara peresmian salah satu rekan kerjaku. Apakah kamu bisa menemaniku?" tanya Liam. Mendengar pertanyaan Liam membuat Natalie terkekeh, "Kenapa kamu tertawa? Apa ada yang salah dengan pertanyaanku?" Liam kembali bertanya dengan wajah bingungnya. Natalie menyahut, "Tidak ada yang salah dengan pertanyaanmu. Hanya saja kamu salah mengajak orang. Bagaimana bisa kamu mengajak wanita sepertiku untuk datang ke acara rekan kerjamu," "Memangnya apa yang salah dengan dirimu? Kamu bukan wanita cacat yang tidak berjalan, lalu apa salahnya aku mengajak dirimu," "Aku ini wanita rendah yang tidak pantas untuk kamu ajak kemana-mana, Liam," jawab Natalie merasa dirinya sangat rendah dan tidak pantas dibawa kemanapun. Malam hari pun tiba di sebuah gedung mewah saat ini diselenggarakan sebuah pesta peresmian salah satu perusahaan.Seorang pria dengan setelan tuxedo berwarna hitam, baru saja turun dari mobil bersama dengan seorang wanita memakai gaun berwarna merah yang
"Jangan tegang seperti itu. Aku hanya bercanda," ucap Liam sambil tertawa ketika melihat raut wajah terkejut Natalie. Mendengar hal itu membuat Natalie tersenyum canggung. Liam kemudian menuntun Natalie menuju dimana kamar wanita itu berada. "Ini kamarmu, kuharap kamu cocok dengan dekorasi dan nuansanya," ujar Liam tersenyum hangat. Natalie membalas senyuman pria itu, "Tidak, aku bisa tinggal dan tidur dimana saja tanpa melihat kondisi ruangan dan juga aku justru semakin merasa merepotkan," imbuh wanita itu merasa sungkan. "Sudahlah tidak perlu merasa sungkan seperti itu, anggap saja kamu tinggal di rumah sendiri," balas Liam. "Ya sudah kalau begitu aku keluar dulu. Beristirahatlah," sambungnya lagi lalu berjalan keluar dari kamar Natalie. Di pagi hari Natalie, bangun lebih awal. Wanita itu berjalan menuruni anak tangga dan menuju dapur. Di rumah ini memang Liam tidak mempekerjakan seorang asisten rumah tangga karena berpikir dia hanya tinggal sendiri dan pekerjaan rumah juga
"Tidak akan ada yang bisa keluar dari Mansion tanpa izin dariku! Apalagi orang itu adalah dirimu!" ucap Aldrick menatap dingin pada wajah Natalie. Ditatap seperti itu membuat wanita itu hanya mampu mencengkram selimut dengan sangat erat, menunduk ketakutan dengan tubuh yang mulai bergetar. Wanita itu mulai mengingat kembali penyiksaan yang dilakukan oleh pria yang sedang berdiri tak jauh dari tempat tidur. Melihat gelagak ketakutan gadis itu, Liam segera menggenggam tangan Natalie dan mulai menenangkannya. "Tenanglah, ada aku disini. Dia tidak akan berani berbuat sesuatu padamu," Liam berucap sambil menatap Natalie dengan tatapan teduhnya. "Pastikan kondisinya akan segera membaik dan dia akan aku bawa kembali ke Mansionku!" Aldrick berucap dengan tegas. "Dokter…" cicit Natalie melihat ke arah Liam. Liam sendiri hanya memberikan senyuman kepada gadis itu. "Tidak ada alasan untukmu lagi agar bisa membawanya ke tempatmu karena anak yang dikandung telah tiada. Jadi dia sudah bukan
"Jangan bertele-tele! Katakan saja apa ingin kau ucapkan!" tegur Aldrick tidak ingin berbasa-basi. Liam menarik nafas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan, kemudian pria itu menatap sahabatnya yang sedang berdiri di hadapannya. "Natalie, mengalami pendarahan yang mengakibatkan janin yang ia kandung tidak dapat kami selamatkan dan kondisinya saat ini sedang berada dalam masa kritis akibat kehabisan banyak darah. Tim medis juga akan melakukan beberapa pemeriksaan karena sepertinya pasien mempunyai penyakit yang sedang diidap," jelas Liam panjang lebar. Sedangkan Aldrick sendiri yang baru saja mendengar hal itu, wajah pria itu sama sekali tak berubah dan menampakkan wajah sedih karena baru saja kehilangan calon anaknya. Melihat reaksi sahabatnya membuat Liam merasa geram, bagaimana bisa ada seorang pria yang sama sekali tidak memiliki belas kasih pikirnya. "Maxim, akan mengurus segala sesuatu tentang wanita itu, karena besok aku harus ke Roma untuk perjalan bisnis," ucap Ald
"Ada apa Tuan?" tanya Maxim ketika dengan tiba-tiba Aldrick menyuruhnya berbalik arah kembali ke Mansion. "Tidak usah banyak tanya, kemudikan saja mobilnya dengan cepat!" jawab Aldrick yang mulai gelisah di tempat duduknya. Ketika memasuki gerbang Mansion dan mobil berhenti tepat di halaman, pria itu langsung berjalan keluar dari dengan gerakan tergesa-gesa menuju ruang bawah tanah. Ketika masuk ke dalam penjara, Aldrick dapat melihat kondisi Natalie yang sangat memprihatinkan. Tanpa mengatakan apapun, Aldrick langsung membopong tubuh Natalie dan menyuruh anak buahnya untuk menyiapkan mobil agar segera ke rumah sakit. Dalam perjalan menuju rumah sakit, tak hentinya pria itu terus memandang wajah pucat pasi dan dingin Natalie yang saat ini sedang berada di pangkuannya. "Perawat! Dokter!" teriak Aldrick ketika ia telah tiba di rumah sakit. Para tenaga medis langsung berbondong-bondong menghampiri pria itu, termasuk Liam yang saat ini ikut menghampiri sahabatnya. Ketika melihat k
"Apa kau ingin membunuhnya!" ucap Aldrick dengan tatapan dingin mengarah pada Natalie yang saat ini berada di hadapannya. Pria itu baru saja tiba Mansion dan menyaksikan tindakan brutal yang dilakukan oleh gadis itu. Melonggarkan ikatan dasi yang melilit di lehernya, pria itu kemudian langsung menyeret dengan paksa tubuh kecil Natalie. "Kau benar-benar harus diberi pelajaran agar tidak bersikap seperti wanita rendahan yang tidak berpendidikan," imbuh Aldrick terus melangkah maju menuju ruang bawah tanah. "Maafkan aku, maafkan aku. Tapi bukan aku yang lebih dulu menyerangnya tapi wanita gila itu," Natalie berusaha membela dirinya tapi pria yang sedang menyeretnya seperti seorang yang tuli tidak ingin mendengar ucapan Natalie. Masuk ke dalam penjara dan tanpa belas kasih langsung menghempaskan tubuh Natalie dan punggung wanita itu membentur tembok yang keras. Mengerang dan meringis kesakitan, wanita itu kemudian memegang perutnya yang terasa kram akibat benturan yang baru saja ter
"Bagaimana ini bisa terjadi padanya?" tanya Aldrick kepada semua pelayan yang berada di ruang tamu. Ketika pria itu ingin berjalan ke arah ruang makan dia melihat Natalie yang terjatuh ke atas lantai. Tapi untungnya kondisi wanita itu baik-baik saja dan juga kandungannya, tadi ketika Natalie berteriak kesakitan ternyata hal itu disebabkan karena ia terkejut sehingga membuat otot perutnya terasa tegang dan nyeri. Memberongsang marah kepada seluruh pelayan yang menurutnya tidak becus dalam membersihkan Mansion sehingga membuat Natalie terjatuh karena lantai licin setelah di pel. "Maaf Tuan, hal seperti ini tidak akan terjadi lagi, saya yang akan bertanggung jawab jika hal ini terjadi lagi," ucap Elma yang memang merupakan kepala pelayan. Wanita itu tidak ingin jika rekan kerjanya yang sudah dianggap keluarga mendapat hukuman atas insiden ini. "Aku pegang ucapanmu," balas Aldrick dengan tegas lalu langsung pergi meninggalkan ruang tamu. Setelah memastikan bahwa kondisi Natalie, su