Natalie Sherina, gadis berusia 22 tahun yang hidup Sebatang Kara di kota besar yang berada di Italia tepatnya di ibukota Roma.
"Selamat menikmati tuan dan nyonya," ucap sang gadis yang saat ini memakai pakaian pelayan khas Cafe.Natalie merupakan seorang pelayan cafe yang berada di kota tersebut, di usianya yang masih sangat muda dirinya sudah harus menanggung beban dan juga cara bertahan hidup di kerasnya kehidupan yang berada di kota itu.Hidup seorang diri tanpa tahu dari mana asal usulnya, membuat sang gadis harus bisa hidup dengan Mandiri.Setelah seharian bekerja di cafe kini waktunya ia pulang, di depan Cafe ternyata ia telah Ditunggu oleh sahabatnya Lusi, Iya adalah satu-satunya sahabat dan sudah dianggap seperti saudara sendiri oleh Natalie. Mereka berkenalan di saat waktu kuliah dulu.Sore ini kedua wanita itu berencana untuk makan malam di sebuah restoran.Tak butuh waktu lama mereka pun telah tiba di restoran dan masuk ke dalam lalu memesan makanan."Natalie, apa kau tidak ingin bekerja di perusahaan saja. Lebih baik kau bekerja di perusahaan daripada di Cafe yang gajinya tak seberapa," ucap Lusi pada sahabatnya.Bukan tanpa alasan Lusi berkata demikian tetapi wanita itu tahu betul seperti apa kemampuan dari sahabatnya.Sementara Natalie yang mendengar perkataan dari Lusi membuat Gadis itu tersenyum, "Aku lebih nyaman bekerja di cafe dan lagi pula penghasilan yang kudapatkan sudah lebih dari cukup bagiku untuk menghidupi diriku sendiri," jawab Natalie.Lusi hanya mampu menghembuskan nafas berat ketika mendengar penuturan dari sahabatnya.Di saat sedang asyik berbincang pesanan mereka pun telah tiba dan disajikan oleh pelayan lalu mereka mulai menyantap makanan mereka masing-masing.Setelah mereka menghabiskan makanan tiba-tiba ponsel Lusi berdering Gadis itu langsung mengangkat panggilan teleponnya yang ternyata dari ibunya yang mengatakan untuk menyuruhnya segera pulang."Natalie maafkan aku karena tidak bisa mengantarmu pulang sebab Ibuku menyuruhku untuk segera pulang sekarang," ucap Lusi merasa tidak enak hati pada Natalie karena tak dapat mengantarnya pulang."Tidak apa-apa aku bisa pulang sendiri," balas Natalie.Lusi pun pergi menggunakan mobilnya dan meninggalkan Natalie di restoran itu.Setelah semuanya selesai Natalie pun memutuskan untuk pulang menggunakan angkutan umum.Tapi karena malam sudah mulai larut membuatnya ia kesusahan untuk mendapatkan angkutan umum.Jadi gadis itu memilih untuk berjalan kaki sambil menunggu angkutan umum lewat.Namun, di saat ia berjalan di tengah jalanan yang sepi tiba-tiba tak sengaja seseorang menabrak tubuhnya dan membuatnya terhuyung ke belakang."Hei! Apa kau tidak bisa melihat dengan benar saat berjalan!" sentak Natalie pada seorang pria yang baru saja menabrak tubuhnya.Sedangkan pria yang berada di hadapannya berjalan sempoyongan, bisa dipastikan bahwa pria itu sedang mabuk berat hingga tak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya sampai menabrak tubuh Natalie."Dasar pria aneh! Jika kau mabuk kenapa harus berkeliaran di tengah jalan seperti ini dan membuat orang terganggu!" gerutu Natalie dan berniat untuk melanjutkan langkahnya agar ia bisa segera pulang.Tapi saat tubuhnya melewati tubuh pria itu, tiba-tiba tangannya di cekal oleh sang pria asing.Tanpa berkata apapun pria itu langsung menggendong tubuh Natalie seperti karung beras.Sang wanita terus memberontak dan memukul punggung pria itu, tapi sih pria tak bereaksi apa-apa dan tetap melanjutkan langkahnya menggendong Natalie."Hei mau kau bawa kemana aku!" teriak Natalie ketika dirinya diseret masuk ke dalam mobil."Jalan!" ucap pria itu pada sopirnya.Membutuhkan waktu beberapa menit hingga akhirnya mobil mewah itu telah sampai di pelataran sebuah mansion yang sangat megah.Para pekerja yang berada di sana secara serentak menunduk hormat pada sang pria yang baru saja keluar dari dalam mobilnya."Selamat datang Tuan Aldrick," ucap seorang wanita paruh baya yang merupakan kepala pelayan di mansion tersebut.Pria yang bernama Aldrick tak menjawab ucapan kepala pelayan itu, lelaki itu justru melihat kepada seluruh penjaga yang berdiri di depan mansionnya."Bawa dia!" perintahnya lalu berjalan masuk memasuki mansion dengan langkah sempoyongan."Lepaskan aku!" berontak Natalie saat kedua tangannya di pegang dan di seret oleh kedua pria bertubuh besar.Natalie di bawah pada sebuah kamar dengan ukuran yang sangat besar, para penjaga yang menyeret tubuhnya memasukkan gadis itu ke dalam kamar tersebut lalu menutup pintu kamar dengan rapat.Wanita itu terus menggedor pintu dan berteriak meminta agar ia dilepaskan dan dikeluarkan dari kamar ini.Kemudian Gadis itu mendengar suara pintu kamar mandi yang terbuka dan menampakkan pria asing yang sedari tadi telah menyeretnya kemari.Lelaki itu menghampiri Natalie dan langsung menyeret wanita itu menuju ranjang lalu menghempaskan tubuh Natalie di sana.Belum sempat rasa terkejut Natalie hilang karena telah diseret ke atas ranjang, tiba-tiba pakaian gadis itu di lucuti oleh sang pria."Apa yang kau lakukan, pria gila!" hardik Natalie dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada."Hei! Mmmpphh," Natalie tak dapat melanjutkan kalimatnya karena pria yang bernama Aldrick itu membungkam mulutnya dengan ciuman panas.Setelah menikmati bibir sang gadis. Kini pria itu turun kebawah dan memberikan banyak tanda kepemilikan pada tubuh gadis yang baru saja ia temui malam ini."Jangan lakukan itu, tolong.." ucap Natalie ketika sang pria mulai membuka pakaian bawahnya.Aldrick tak mendengarkan hal itu, karena dia sudah dipenuhi oleh kabut gairah akibat mabuk.Srek!Suara kain yang di sobek menggema memenuhi seisi ruangan, lelaki itu baru saja merobek kain segitiga yang menutupi aset berharga milik Natalie.Natalie memberontak dan berusaha bangun dari posisinya lalu memukul pria itu.Sedikit lagi wanita itu akan terlepas tapi sang pria dengan cepat langsung mengikat kedua tangan Natalie lalu kembali melanjutkan aksinya.Aldrick terasa semakin bergairah ketika mencium aroma tubuh dari sang wanita yang berada di bawahnya.Setelah puas menjelajahi tubuh bagian atas wanita itu, Aldrick segera menandaskan semua pakaiannya juga yang melekat pada tubuhnya.Sekarang kedua manusia itu sudah sama-sama polos tanpa sehelai benang yang menutupi keduanya.Aldrick memposisikan batang miliknya tepat pada lubang kenikmatan milik Natalie."Tuan atau siapapun kau, kumohon untuk tidak melakukan hal itu," ucap Natalie lagi dengan memohon agar pria itu tak melakukan hal yang akan merusak hidupnya.Aldrick yang dasarnya seorang pemain wanita tak menghiraukan ucapan gadis itu, ia justru memasukkan benda tegang miliknya kedalam lubang surga milik Natalie."Akh!" rintih Natalie saat merasakan nyeri karena Aldrick terus memaksa masuk pada miliknya."Sial!" umpat Aldrick saat percobaan pertama ia tak dapat menerobos masuk.Pria itu kembali mencoba hingga beberapa kali, sampai akhirnya ia dapat merobek dinding pertahanan milik Natalie."Argh! sakit!" rintihan Natalie menggema dengan diiringi air matanya yang mengalir karena kesuciannya telah direnggut oleh pria asing yang baru ia temui.Sementara Aldrick menikmati sensasi berbeda pada miliknya saat baru pertama kali menyatu dengan milik Natalie.Lelaki itu kemudian memaju mundurkan tubuhnya lalu mulai mencumbu Natalie dengan gairah yang membuncah pada dirinya."Ah! Bagaimana bisa kau senikmat ini, tidak seperti wanita yang bisa menjadi teman ranjangku," rancau Aldrick di sela gempuran kenikmatan yang ia dapat.Pria itu terus meracau dan juga mengerang di sela aksinya mencumbu tubuh Natalie.Pria itu benar-benar tidak memikirkan bagaimana kondisi wanita yang saat ini berada dalam kukungannya, Aldrick melakukan hal itu tidak hanya sekali tapi lelaki itu melakukan pergulatan panasnya selama beberapa kali dan menumpahkan cairan miliknya pada rahim Natalie.Sementara Natalie saat ini sudah tak berdaya karena gempuran yang ia terima, area sensitif miliknya sudah sangat sakit dan nyeri yang luar biasa ia rasakan hingga membuatnya tak sadarkan diri.Sementara Aldrick yang baru saja melakukan aksinya di waktu yang sudah menjelang pagi, tubuh pria itu ambruk tepat di samping tubuh Natalie lalu ia pun tertidur dengan keadaan masih tak mengenakan busana.Ketika pagi menjelang kedua mata Natalie mulai mengerjap dan gadis itu membuka matanya yang terasa silau diterpa oleh cahaya mentari yang mengintip di celah tirai yang tersingkap.Gadis itu merasakan nyeri pada tubuh bagian bawahnya, lalu bayangan kejadian semalam berputar di otaknya kemudian ia menoleh ke samping dan mendapati tubuh pria yang sudah merusak masa depannya."Aku tidak akan melupakan hal ini, pria brengsek!" ucapnya lalu turun dari atas ranjang dan mengambil kemeja milik Aldrick lalu mengenakannya untuk menutupi tubuh polosnya.Natalie berjalan ke arah pintu dan berniat untuk keluar dari kamar dengan langkah tertatih menahan rasa sakit yang ia rasakan.Tapi karena rasa sakit yang teramat sangat membuat wanita itu tak dapat melanjutkan langkahnya dan juga ia merasakan kepalanya yang berdenyut hebat lalu tak sengaja tangannya menyenggol vas bunga yang berada di atas meja dan membuat benda itu pecah.Suara benda pecah mengganggu tidur Aldrick dan membuat pria itu marah besar karena tidurnya telah diganggu.Next….."Pelayan! Apa yang kalian lakukan!""Bersihkan semua kekacauan itu atau aku akan memberi kalian hukuman!" teriak Aldrick dengan mata yang masih tertutup. Bibi Elma datang dengan nafas ngos-ngosan saat mendengar teriakan dari majikannya, kepala pelayan itu masuk kedalam kamar Aldrick dan melihat Natalie yang terjatuh di atas lantai. "Astaga! Apa yang terjadi padamu, Nona," bisik Elma.Wanita paruh baya itu berjalan keluar kamar dan memanggil penjaga untuk mengangkat tubuh Natalie yang tak sadarkan diri. "Cepat bawa dia ke rumah sakit," perintah Elma saat melihat Natalie yang berlumuran darah. Setelah memerintahkan para penjaga untuk membawa Natalie ke rumah sakit, wanita itu kembali masuk kedalam kamar dan membersihkan bekas darah juga benda yang berantakan. Setelah beberapa jam Aldrick pun bangun dan segera menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Saat telah selesai mandi lelaki itu keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melingkar pada bagian bawah tubuhnya, tak senga
"Jangan membual denganku Liam," tuding Aldrick mengira sahabatnya hanya membual akan apa yang sudah dikatakan oleh Liam. Liam memandang kesal pada Aldrick, "Untuk apa aku berbohong dan harus menghajarmu jika semua yang kukatakan adalah bohong," "Aku bukan pria bodoh yang dengan berani menghajar seorang Aldrick Calvin Gregorius, itu sama saja aku menggali kuburanku sendiri," ucap Liam. Aldrick memijat pelipis memikirkan kesalahan yang telah ia lakukan, sebejat-bejatnya dia tetap saja sebelum dirinya menjadi seperti sekarang. Aldrick adalah seorang pria yang bertanggung jawab dan selalu memegang prinsipnya. Namun, kali ini karena sebuah kesalahan membuatnya harus melanggar prinsip yang telah ia buat. Setelah sebulan berlalu dari kejadian di malam naas yang dialami oleh Natalie, wanita itu memutuskan untuk pindah rumah dan juga pindah dari cafe tempat ia bekerja. Saat ini wanita itu bekerja di sebuah bar yang tak jauh dari rumah kontrakan yang ia sewa. Dan setelah kejadian itu Nata
Mobil yang ditumpangi oleh Adrick baru saja menabrak seseorang. "Apa yang kau pikirkan, Brian! Sehingga menabrak seseorang," tegur Aldrick merasa kepalanya semakin berdenyut nyeri ketika masalahnya belum selesai tapi ia kembali dihadapkan dengan masalah lain. "Maafkan saya, Tuan. Saya akan mengeceknya," balas Brian lalu keluar dari dalam mobil. Brian pun turun dari mobil dan melihat di depan ternyata ia sedang menabrak seorang wanita yang sudah tersungkur tak sadarkan diri di tengah jalan. Karena tak ingin menunggu lama Aldrick pun ikut turun dan melihat korban yang baru saja ditabrak oleh mobilnya. "Bawa dia ke rumah sakit," ucap Aldrick lalu kembali masuk ke dalam mobil tanpa melihat siapa wanita yang sudah di tabrak. Brian pun menggendong wanita itu lalu membawanya masuk ke dalam mobil tepat berada di samping kursi kemudi. Sementara Aldrick tak melihat wajah Gadis itu karena ia fokus pada pikirannya dan juga menatap ke arah luar melalui kaca jendela mobil. Dengan terpaksa B
"Aldrick, sungguh dunia ini sangat sempit, baru tadi aku mengatakan bahwa bagaimana jika wanita yang sudah kamu tiduri sedang mengandung anakmu," ucap lelaki itu merasa tak habis pikir dengan jalannya takdir. "Lalu sekarang kau benar-benar dipertemukan dengannya dalam keadaan dia yang benar-benar sedang mengandung," sambungnya lagi. "Jadi benar dia wanita itu?" tanya Aldrick. "Ya! Dia adalah wanita yang sudah kamu renggut kesuciannya dan membuatnya mengalami sebuah luka fisik," "Namun sungguh sang pencipta merencanakan hal ini padamu sampai membuat wanita ini mengandung hasil dari perbuatan bejatmu," ujar Liam. Saat sedang asik berdebat dan beradu argumen, tiba-tiba mereka mendengar suara seseorang yang sedang melenguh. Kedua pria itu kompak menoleh ke arah brankar dan mendapati Natalie yang telah sadar. "Dimana aku?" ucap Natalie karena merasa asing dengan tempat di mana ia sedang berbaring. Wanita itu memegangi kepalanya yang masih terasa berdenyut nyeri dan pusing. Natalie
"Aku yang akan bertanggung jawab atas anak yang berada di dalam kandungannya, tapi bukan berarti ku ingin menikahinya. Setelah anak itu lahir maka dia akan menjadi milikku," seru Aldrick dengan tegas.Natalie langsung menyahut, "Aku tidak butuh tanggung jawab darimu! Karena aku tidak akan mau mengandung anak darimu!" ucap wanita itu dengan suara lantang. Suasana di dalam ruang rawat itu terasa sangat panas akibat perdebatan kedua insan yang terus beradu argumen. Natalie yang tidak ingin mengandung benih dari Aldrick membuatnya tetap kekeh untuk tidak mempertahankan kandungannya. Sementara Aldrick sendiri bukan tanpa alasan pria itu mengambil keputusan untuk bertanggung jawab penuh atas kehidupan Natalie selama wanita itu sedang mengandung anaknya. Akan tetapi pria itu memilih itu semua karena memang usianya yang sudah tidak terbilang muda, sudah seharusnya dia memiliki seorang penerus untuk meneruskan membangun dunia bisnis miliknya. "Oh God! Apa kalian berdua tidak bisa memilih
"Cari penyusup itu!" perintah Aldrick dengan suara menggelegar. Suara pecahan kaca beriringan dengan suara jeritan dari Natalie menggema di halaman depan Mansion. Aldrick langsung berbalik arah saat pria itu merasa kondisi di luar tidak aman. Para anak buahnya langsung berlarian mencari siapa pelaku yang sudah dengan berani menyerang kediaman dari seorang Aldrick. Sementara Natalie saat ini mengalami luka pada keningnya, ia terkena lemparan batu dari orang yang baru saja melempari kaca jendela. Mengalami pusing dan penglihatannya yang berkunang-kunang. Tiba-tiba kesadaran gadis itu menghilang bersamaan dengan tubuhnya yang tumbang disertai teriakan dari kepala pelayan yang memanggilnya. "Nona!" teriak Elma. Aldrick yang posisinya tak jauh dari keberadaan Natalie, langsung menangkap tubuh Natalie yang hampir saja tumbang di atas tanah. "Siapkan kamar!" Aldrick memberi perintah sambil melangkah masuk ke dalam Mansion. Para pelayan dan penjaga dibuat ketar-ketir setelah mendapat
"Dia adalah kekasih Tuan Aldrick," jawab pelayan yang sedang berdiri di samping Natalie. Seorang wanita dengan pakaian seksi berjalan memasuki Mansion.Wanita itu baru saja membuat keributan karena tidak diberi izin untuk masuk ke dalam Mansion. Melihat ke arah Natalie yang berada di atas tangga, langsung saja wanita itu menghampiri Natalie lalu tanpa permisi langsung menjambak rambut Natalie. "Akh!" ringis Natalie merasakan kulit kepalanya perih akibat di jambak. "Jadi kau jalang yang sudah merebut Aldrick dariku!" ucap wanita itu semakin menarik dengan kuat rambut Natalie. Diora dia adalah anak dari perdana menteri Italia, wanita itu semakin menarik rambut Natalie hingga membuat gadis itu mendongak. "Dengarkan aku wanita jalang! Jangan coba-coba untuk merebut Aldrick dariku," sambung Diora lalu mendorong tubuh Natalie. Andai Aldrick tidak datang tepat waktu maka bisa dipastikan bahwa tubuh Natalie sudah tersungkur di atas lantai dan hal itu bisa berdampak pada kandungannya.
"Mau kemana kau?" tanya seorang pria. Natalie dibuat tak bergeming ditempatnya saat mendengar suara seseorang. Namun, setelah beberapa saat menunggu gadis itu tak melihat seorangpun yang datang menghampirinya. Membuang nafas panjang lalu menjejakkan kakinya di atas tanah lalu mulai berjalan mengendap-endap menyusuri halaman belakang Mansion. Saat berada melewati sebuah jembatan kecil dimana terdapat kolam yang berukuran sedang, Natalie hanya dapat melihat di sekeliling hanya terdapat pepohonan dan ia sangat yakin bahwa Mansion ini berada di tengah hutan. Tak menyerah Natalie terus berjalan ditengah malam dan tengah hutan yang gelap. Terus berjalan tanpa menggunakan alas kaki, hingga ia tak sengaja menginjak rumput berduri yang berada di hutan. Meringis kesakitan tapi tidak membuatnya menyerah, gadis itu terus melangkah maju hingga ia dapat mendengar beberapa suara deru mobil, ia memastikan pasti didepan sana adalah sebuah jalan dan akan terbebas dari hutan gelap ini. Sedangkan
Mendengar bahwa Natalie, keracunan membuat Liam terkejut tapi tidak dengan Aldrick yang hanya memasang wajah tenang. Bukan tanpa alasan pria itu bersikap demikian. Tapi dia sudah mencurigai seseorang yang berbuat demikian kepada Natalie. "Lalu apakah Natalie harus dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut?" tanya Liam kepada Dokter wanita yang saat ini masih memeriksa Natalie. "Untuk saat ini mungkin beliau bisa di rawat di rumah saja, saya akan menginfus pasien agar sisa-sisa racun dari dalam tubuhnya bisa keluar. Tapi jika dalam waktu 24 jam kondisi pasien memburuk, maka sebaiknya langsung dibawa ke rumah sakit," ucap sang Dokter dan mulai memasangkan selang infus di pergelangan tangan Natalie. Setelah melakukan tugasnya Dokter wanita itu pun pamit pergi dan kini hanya ada Aldrick dan juga Liam yang saat ini memandang ke arah Natalie. "Pulanglah!" ucap Aldrick. Liam melipat kedua tangan di depan dada, "Kau mengusirku?" Aldrick mengedikkan kedua bahunya d
"Hei! Ada apa denganmu?" tanya Aldrick yang baru memasuki toilet ketika ia mendengar suara kaca pecah. Natalie, yang hampir saja terhuyung di atas lantai saat ini sedang berada dalam dekapan Aldrick. Tidak dapat menjawab karena saat ini Natalie kesulitan untuk bernafas, kesadarannya pun mulai hilang. Aldrick merogoh saku jasnya lalu mengambil ponselnya dan menelpon Maxim. "Siapkan mobil kita pulang sekarang!" perintahnya lalu langsung mematikan sambungan telepon. Aldrick, langsung menggendong Natalie dan berjalan keluar dari toilet dan menuju pintu keluar. Di depan gedung Maxim sudah menunggu dengan mobilnya, lalu dengan sigap membuka pintu mobil saat melihat kedatangan majikannya. Sementara di dalam gedung Liam, yang merasa aneh karena sudah lama Natalie ke toilet tapi belum juga kembali. Pria itu dibuat cemas dan akhirnya memutuskan untuk memeriksa ke toilet. Namun disana dia tidak menemukan keberadaan orang yang dicari. "Permisi! Apa ada yang melihat wanita memakai gaun ber
"Natalie, malam ini aku ada acara peresmian salah satu rekan kerjaku. Apakah kamu bisa menemaniku?" tanya Liam. Mendengar pertanyaan Liam membuat Natalie terkekeh, "Kenapa kamu tertawa? Apa ada yang salah dengan pertanyaanku?" Liam kembali bertanya dengan wajah bingungnya. Natalie menyahut, "Tidak ada yang salah dengan pertanyaanmu. Hanya saja kamu salah mengajak orang. Bagaimana bisa kamu mengajak wanita sepertiku untuk datang ke acara rekan kerjamu," "Memangnya apa yang salah dengan dirimu? Kamu bukan wanita cacat yang tidak berjalan, lalu apa salahnya aku mengajak dirimu," "Aku ini wanita rendah yang tidak pantas untuk kamu ajak kemana-mana, Liam," jawab Natalie merasa dirinya sangat rendah dan tidak pantas dibawa kemanapun. Malam hari pun tiba di sebuah gedung mewah saat ini diselenggarakan sebuah pesta peresmian salah satu perusahaan.Seorang pria dengan setelan tuxedo berwarna hitam, baru saja turun dari mobil bersama dengan seorang wanita memakai gaun berwarna merah yang
"Jangan tegang seperti itu. Aku hanya bercanda," ucap Liam sambil tertawa ketika melihat raut wajah terkejut Natalie. Mendengar hal itu membuat Natalie tersenyum canggung. Liam kemudian menuntun Natalie menuju dimana kamar wanita itu berada. "Ini kamarmu, kuharap kamu cocok dengan dekorasi dan nuansanya," ujar Liam tersenyum hangat. Natalie membalas senyuman pria itu, "Tidak, aku bisa tinggal dan tidur dimana saja tanpa melihat kondisi ruangan dan juga aku justru semakin merasa merepotkan," imbuh wanita itu merasa sungkan. "Sudahlah tidak perlu merasa sungkan seperti itu, anggap saja kamu tinggal di rumah sendiri," balas Liam. "Ya sudah kalau begitu aku keluar dulu. Beristirahatlah," sambungnya lagi lalu berjalan keluar dari kamar Natalie. Di pagi hari Natalie, bangun lebih awal. Wanita itu berjalan menuruni anak tangga dan menuju dapur. Di rumah ini memang Liam tidak mempekerjakan seorang asisten rumah tangga karena berpikir dia hanya tinggal sendiri dan pekerjaan rumah juga
"Tidak akan ada yang bisa keluar dari Mansion tanpa izin dariku! Apalagi orang itu adalah dirimu!" ucap Aldrick menatap dingin pada wajah Natalie. Ditatap seperti itu membuat wanita itu hanya mampu mencengkram selimut dengan sangat erat, menunduk ketakutan dengan tubuh yang mulai bergetar. Wanita itu mulai mengingat kembali penyiksaan yang dilakukan oleh pria yang sedang berdiri tak jauh dari tempat tidur. Melihat gelagak ketakutan gadis itu, Liam segera menggenggam tangan Natalie dan mulai menenangkannya. "Tenanglah, ada aku disini. Dia tidak akan berani berbuat sesuatu padamu," Liam berucap sambil menatap Natalie dengan tatapan teduhnya. "Pastikan kondisinya akan segera membaik dan dia akan aku bawa kembali ke Mansionku!" Aldrick berucap dengan tegas. "Dokter…" cicit Natalie melihat ke arah Liam. Liam sendiri hanya memberikan senyuman kepada gadis itu. "Tidak ada alasan untukmu lagi agar bisa membawanya ke tempatmu karena anak yang dikandung telah tiada. Jadi dia sudah bukan
"Jangan bertele-tele! Katakan saja apa ingin kau ucapkan!" tegur Aldrick tidak ingin berbasa-basi. Liam menarik nafas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan, kemudian pria itu menatap sahabatnya yang sedang berdiri di hadapannya. "Natalie, mengalami pendarahan yang mengakibatkan janin yang ia kandung tidak dapat kami selamatkan dan kondisinya saat ini sedang berada dalam masa kritis akibat kehabisan banyak darah. Tim medis juga akan melakukan beberapa pemeriksaan karena sepertinya pasien mempunyai penyakit yang sedang diidap," jelas Liam panjang lebar. Sedangkan Aldrick sendiri yang baru saja mendengar hal itu, wajah pria itu sama sekali tak berubah dan menampakkan wajah sedih karena baru saja kehilangan calon anaknya. Melihat reaksi sahabatnya membuat Liam merasa geram, bagaimana bisa ada seorang pria yang sama sekali tidak memiliki belas kasih pikirnya. "Maxim, akan mengurus segala sesuatu tentang wanita itu, karena besok aku harus ke Roma untuk perjalan bisnis," ucap Ald
"Ada apa Tuan?" tanya Maxim ketika dengan tiba-tiba Aldrick menyuruhnya berbalik arah kembali ke Mansion. "Tidak usah banyak tanya, kemudikan saja mobilnya dengan cepat!" jawab Aldrick yang mulai gelisah di tempat duduknya. Ketika memasuki gerbang Mansion dan mobil berhenti tepat di halaman, pria itu langsung berjalan keluar dari dengan gerakan tergesa-gesa menuju ruang bawah tanah. Ketika masuk ke dalam penjara, Aldrick dapat melihat kondisi Natalie yang sangat memprihatinkan. Tanpa mengatakan apapun, Aldrick langsung membopong tubuh Natalie dan menyuruh anak buahnya untuk menyiapkan mobil agar segera ke rumah sakit. Dalam perjalan menuju rumah sakit, tak hentinya pria itu terus memandang wajah pucat pasi dan dingin Natalie yang saat ini sedang berada di pangkuannya. "Perawat! Dokter!" teriak Aldrick ketika ia telah tiba di rumah sakit. Para tenaga medis langsung berbondong-bondong menghampiri pria itu, termasuk Liam yang saat ini ikut menghampiri sahabatnya. Ketika melihat k
"Apa kau ingin membunuhnya!" ucap Aldrick dengan tatapan dingin mengarah pada Natalie yang saat ini berada di hadapannya. Pria itu baru saja tiba Mansion dan menyaksikan tindakan brutal yang dilakukan oleh gadis itu. Melonggarkan ikatan dasi yang melilit di lehernya, pria itu kemudian langsung menyeret dengan paksa tubuh kecil Natalie. "Kau benar-benar harus diberi pelajaran agar tidak bersikap seperti wanita rendahan yang tidak berpendidikan," imbuh Aldrick terus melangkah maju menuju ruang bawah tanah. "Maafkan aku, maafkan aku. Tapi bukan aku yang lebih dulu menyerangnya tapi wanita gila itu," Natalie berusaha membela dirinya tapi pria yang sedang menyeretnya seperti seorang yang tuli tidak ingin mendengar ucapan Natalie. Masuk ke dalam penjara dan tanpa belas kasih langsung menghempaskan tubuh Natalie dan punggung wanita itu membentur tembok yang keras. Mengerang dan meringis kesakitan, wanita itu kemudian memegang perutnya yang terasa kram akibat benturan yang baru saja ter
"Bagaimana ini bisa terjadi padanya?" tanya Aldrick kepada semua pelayan yang berada di ruang tamu. Ketika pria itu ingin berjalan ke arah ruang makan dia melihat Natalie yang terjatuh ke atas lantai. Tapi untungnya kondisi wanita itu baik-baik saja dan juga kandungannya, tadi ketika Natalie berteriak kesakitan ternyata hal itu disebabkan karena ia terkejut sehingga membuat otot perutnya terasa tegang dan nyeri. Memberongsang marah kepada seluruh pelayan yang menurutnya tidak becus dalam membersihkan Mansion sehingga membuat Natalie terjatuh karena lantai licin setelah di pel. "Maaf Tuan, hal seperti ini tidak akan terjadi lagi, saya yang akan bertanggung jawab jika hal ini terjadi lagi," ucap Elma yang memang merupakan kepala pelayan. Wanita itu tidak ingin jika rekan kerjanya yang sudah dianggap keluarga mendapat hukuman atas insiden ini. "Aku pegang ucapanmu," balas Aldrick dengan tegas lalu langsung pergi meninggalkan ruang tamu. Setelah memastikan bahwa kondisi Natalie, su