Hari itu pun berlalu begitu sangat membahagiakan bagi Ezhar. Ia bisa menemani sang kekasih menjalani segala rutinitas di rumah sakit. Bahkan dalam sehari itu ia mampu membuat Maira tak menanyakan tentang Dion.
Tentu saja ini adalah kesempatan emas baginya yang tak mungkin akan di sia-siakan. Ezhar berusaha untuk menghapus nama Dion dari ingatan kekasinya itu secara perlahan. Ia yakin jika itu akan sangat mudah, karena nama lelaki brengsek itu sudah atak ada lagi di hati Maira. Melihat Maira nyaman dengannya, Ezhar pun merubah semua rencananya. Awalnya ia akan meminta bantuan Dion sepenuhnya demi kesembuhan Maira. Namun, melihat rasa nyaman di mata Maira saat bersamanya membuat Ezhar berubah pikiran.Kini ia tak perlu menyuruh lelaki brengsek itu untuk selalu berada di dekat calon istrinya itu. Ia memang masih membutuhkan Dion, tetapi sekarang tak sepenuhnya. Pukul sebelas pagi, ibu Maira sampai di rumah sakit. Ezhar pun meminta izin untuk pergiMaira termenung saat debaran aneh itu semakin terasa kala Ezhar mendekatinya. Bahkan Kalimat yang baru saja Ezhar seakan membawanya ke sebuah kenangan yang amat sangat berarti baginya. Maira berusaha mengingat kenangan apa yang yang pernah ia lalui bersama supirnya itu? Namun, kepalanya terasa sakit. Maira terlihat menahan rasa sakit itu hingga ia terjatuh.“Maira!” teriak Ezhar.Ibu Maira dan Ezhar pun berlari ke arah Maira.“Ada apa? Apa kepalamu sakit lagi?” tanya ibu Maira dan Ezhar bersamaan.Maira hanya mengangguk, karena ia masih merasakan rasa sakit itu. Ezhar pun menggendong sang kekasih untuk kembali ke ruangannya. Ezhar merebahkan tubuh Maira di ranjang, sementara ini Maira segera mengambilkan air putih.“Minumlah, Nak!” ibu Maira memberikan segelas air putih pada putrinya.Ibu Maira pun segera berlalu memanggil dokter, ia sungguh tak mau terjadi sesuatu yang buruk pada putrinya“Ap
Tiga hari sudah berlalu, pagi ini Maira dan sang ibu sedang berkemas, karena semalam dokter memberitahu jika ia sudah di perbolehkan pulang."Di mana, Ezhar, Bu?" tanya Maira yang sedang duduk menanti supir misterius nya.Ya, Maira menganggap Ezhar adalah supir misterius karena, jika di dekatnya ada sesuatu yang aneh menjalar di tubuhnya. Semakin ia menolak semakin rasa itu terasa. Ia yakin ada sesuatu di antara mereka sebelumnya, dan ia ingin mencari tahu itu."Dia sedang menyiapkan rumah, agar kamu nyaman tinggal di sana," jelas ibu."Rumah? Memangnya aku akan pulang ke mana?" tanya Maira bingung."Dion menyiapkan rumah untuk mu, Sayang. Di sana kamu akan tinggal dengan Ezhar dan, Mbok Rati.""Siapa, Mbok Rati? Dan kenapa, Ibu tak ikut?" beberapa pertanyaan pun keluar dari mulut Maira.Ibu hanya tersenyum, ia sendiri bingung bagaimana menjelaskan kebohongan yang sengaja mereka lakukan hanya demi kebaikan Maira."Sayang, dengarkan ibu. Ayah m
Ezhar berlari dan segera menggendong tubuh Maira untuk direbahkan di ranjang. Ia menggunakan segala cara agar kekasihnya itu cepat siuman.Tak lama, Maira pun membuka matanya. Ia menatap wajah Ezhar, dia paham jika ada sesuatu di antara mereka sebelumnya. Tetapi hingga detik ini ia masih belum bisa mengingatnya, dan jika ia memaksakan diri rasa sakit di kepalanya membuat ia tak berdaya.“Baiklah, aku akan mencari tahu semuanya pelan-pelan. Karena aku tahu, kau bukan hanya supir, Ezhar,” ucap Maira dalam hati.“Nyonya, Anda sudah sadar?” Ezhar bertanya dengan nada yang sangat cemas.Maira hanya mengangguk, ia semakin ingin segera mengetahui semuanya. Karena sudah sangat jelas masa lalunya dengan Ezhar sangat bahagia, jika dilihat dari perhatian supir itu.“Syukurlah, sekarang istirahatlah. Jika ada sesuatu panggil saya, Nyonya.” Ezhar berdiri dari duduknya dan hendak meninggalkan kamar Maira. Namun, tangannya dita
Mendengar penuturan mbok Rati, Ezhar buru-buru beranjak dari kamarnya menuju ruang makan. Benar saja, saat ia sampai di sana pemandangan membuat darahnya mendidih.Dion melingkarkan tangannya di pinggang Maira, dagunya sengaja ia sandarkan di pundak Maira. Namun, ada hal yang membuatnya semakin marah. Wajah Maira terlihat tak nyaman dalam situasi itu.“Selamat pagi, Nyonya, Tuan Dion,” sapa Ezhar untuk menghentikan tingkah gila Dion.Dion dan Maira menoleh bersamaan. Binar mata Maira terlihat bahagia saat Ezhar datang. Dari sorot matanya, ia meminta agar Ezhar menolongnya. Berbeda dengan Dion, ia justru sangat menikmati momen itu. Ia pikir dengan cara itu aktingnya akan terlihat meyakinkan, tentunya ia sedikit mencari kesempatan dalam kesempitan.“Pagi, Ezhar.” Maira kembali meminta agar Ezhar menolongnya lewat matanya.“Oh ya, Tuan. Ada hal yang ingin saya bicarakan.” Beritahu Ezhar, dengan melempar tatapan taja
“Aku juga berpikir seperti itu, aku akan mengulang saat kami mengkhianati, Dion. Tapi apa menurut kalian cara ini bisa membuat, Maira bisa mengingat kembali?” karena cinta Ezhar yang cerdas berubah sangat bodoh. Memikirkan hal semacam ini pun ia masih meminta saran dari banyak orang.Roy menepuk keningnya, ia tak menyangka Maira merubah sahabatnya itu.“Broo, kalau tak di coba darimana kita tahu hasilnya?” ucap Roy bijak.“Kau benar, aku juga sudah menghubungi, Karina untuk membantu mengembalikan ingat, Maira,” tutur Ezhar.“Apa! Kau ini benar-benar bodoh! Kenapa kau ulangi lagi kesalahanku?” Roy tampak frustrasi mendengar penuturan Ezhar.Ezhar mengerutkan keningnya, ia tak mengerti apa yang dimaksud dengan mengulang kesalahan Roy?“Otak pintarku sedang tak berfungsi, jadi katakan saja langsung jangan bertele-tele,” ucap Ezhar lesu.“Kau ingat soal, Tania? Bahkan
“Nyonya, kau kenal wanita itu?” ucap Ezhar sambil menunjuk Karina.Maira menoleh. “Ezhar, dia selingkuhan, Dion.”Ezhar semakin tercengang, apa dia mimpi atau pendengarannya yang terganggu. Mengingat dirinya saja Maira tak bisa, tetapi dalam sekali lihat Maira bisa mengenali Karina.“Dari mana, Anda tahu, Nyonya?”Maira bingung bagaimana menjawab pertanyaan Ezhar, ia sendiri pun tak tahu kenapa ia bisa mengenali Karina.“Aku tak tahu,” jawab Maira yang terlihat bingung.Ezhar menoleh ke arah Karina, tak lupa ia mengacungkan jempolnya sebagai tanda jika Karina sukses dalam rencana ini. Wanita itu pun melakukan hal yang sama dengan Ezhar tanpa membuat Dion yang berada di sampingnya curiga.Senyum penuh kemenangan pun tergambar jelas di wajahnya, untuk kedua kalinya ia sukses membuat Maira merasa kalah. Tak mau Dion curiga, Karina pun mengajak sang suami untuk segera meninggalkan tempat itu
Sejak hari itu masa-masa indah mereka kembali tercipta. Tanpa rasa ragu Ezhar memberikan perhatian dan cintanya pada Maira, ia mempergunakan kesempatan emas ini untuk merebut kembali hati Maira.Tak terasa dua bulan sudah berlalu semenjak Maira amnesia. Setiap hari Ezhar melakukan hal yang sama saat ia mencoba mencuri hati Maira dulu. Dalam keadaan mengingat sebagian ingatannya terutama saat ia ingat siapa Karina membuat Maira memilih lebih dekat dengan Ezhar. Kedatangan Dion pun sama sekali tak membuatnya bahagia. Apalagi setelah ia mengklaim jika dirinya telah mencintai Ezhar. Semua perasaannya seakan hanya untuk si supir tampan itu.Ia tak memedulikan lagi ingatan masa lalunya yang masih buram itu. Yang ia tahu saat ini ia mencintai Ezhar meski semua itu masih ia pendam. Ia ingin sekali lelaki yang ia cintai itu menyatakan perasaannya, karena ia lupa bagaimana rasa bahagia saat orang yang ia cintai menyatakannya.Ezhar dapat membaca semua dari wajah Maira, ap
Ezhar spontan memencet remot yang ada di tangannya, dan musik pun berhenti seketika kala Maira mengucapkan kata maaf. Ezhar berdiri kembali, ia sangat terkejut dengan jawaban yang Maira berikan. Ia pikir wanita itu akan menerimanya, akan tetapi keadaan ini di luar pemikirannya. Bahkan ini lebih buruk dari lamarannya waktu itu.“Maaf, aku yang salah. Beraninya aku mencintai majikan ku yang sudah mempunyai pasangan. Aku memang kurang ajar,” ucapnya penuh kekecewaan.Maira hanya terdiam, ia sama sekali tak mendengarkan ucapan Ezhar karena bayangan pengkhianatan Dion dan Karina memenuhi kepalanya. Maira berpikir apakah hubungannya dengan Dion masih bisa di pertahankan?“Jika aku menerima, Ezhar itu sama saja tak ada bedanya aku dengan, Dion. Tapi ... Aku mencintai, Ezhar dan aku bahagia jika bersamanya,” ucap Maira dalam hati.“Aku tahu kau ragu, tapi aku harap kau mengikuti isi hatimu.” Imbuh Ezhar yang jelas membuat Maira