Beranda / Romansa / Hasrat Terlarang / Bab 1 . Dunia ini Kejam

Share

Hasrat Terlarang
Hasrat Terlarang
Penulis: Gusti

Bab 1 . Dunia ini Kejam

Penulis: Gusti
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Gina Syakilla, itu namanya. Tentu saja nama yang sangat indah dan terasa sejuk ketika diucapkan. Bahkan seindah matanya yang berwarna cokelat terang, Gina berusia 20 tahun.

Masih muda, energik, kelembutan hati yang luar biasa.

Wanita itu terbiasa dipanggil dengan Sebutan 'Gin' atau 'Gina'.

Ah, parasnya yang sangat cantik mampu membuat pria manapun terpelongo bahkan ter-kaku untuk beberapa detik melihat kecantikan alaminya. Memiliki watak penuh kelembutan pun yang alami juga.

Tinggi yang pas untuk ukuran tubuhnya, 160cm.

Ada hal yang lebih penting sebenarnya, Gina telah memiliki kekasih bernama Aston Nugraha. Pria dengan karakter yang urakan, berantakan, usia yang terpaut jauh lebih tua 2 tahun dari Gina. Memiliki warna mata hitam pekat, tinggi Aston sekitar 175cm. Untuk jenis tipe pria sepertinya cukup pas memang.

Wajah yang baby face, meski memiliki tatapan mata selalu terlihat sinis dan tajam. Aston banyak diminati para wanita single, sudah menikah ataupun wanita kesepian. Tapi Aston memilih Gina untuk tetap menjadi kekasihnya tidak perduli dengan segala kekurangan Gina.

Pertemuan mereka sewaktu sekolah dahulu, sekitar 2 tahun lalu.

Aston yang terbiasa hidup bebas, bergeranjulan, sebuah takdir mempertemukan mereka di jalanan. Gina teramat mencintainya, penyebab salah satu Gina begitu memujanya karena pria itu selalu ada untuknya.

Hal menyakitkannya adalah perjalanan cinta mereka bukan seperti pasangan yang pada umumnya. Merasakan keindahan dengan waktu cukup lama, tidak. Gina jarang merasakan itu. Bahkan tidak semenurut perkiraan banyak orang kalau memiliki kekasih itu hari - hari akan mudah apalagi jika membayangkan wajahnya.

Entahlah.

Gina harus mendapat kekerasan dan kekasaran dari pria itu. Bahkan, tak sungkan Aston akan menampar bahkan terkadang mencekik Gina.

Cintanya yang kuat telah membutakan hati dan pikirannya.

Gina telah tamat sekolah dua tahun lalu, dan kini ia bekerja di sebuah Toko Roti yang cukup ternama di kota Bandung. Toko Roti yang menjual roti yang khas, juga bermacam khas Bandung.

Ini bukanlah pilihannya, karena ingin hatinya melanjutkan kuliah tapi apa daya dia pun tidak memiliki cukup dana untuk melanjutkan kuliah. Ingin hati mengejar cita- cita namun harus pupus karena ia mengubur semua angan yang tidak akan mungkin jadi kenyataan.

Kedua Orang tua nya telah meninggal, pada saat itu jika diingat hanya untuk mengisi perut mereka harus bangun pagi sekali, berjualan nasi di warung yang terkadang sepi penjualan. Ayah dan ibunya mengalami kecelakaan, mereka tidak selamat. Hanya Gina yang selamat pada waktu itu.

Saat itu usianya empat tahun, masih sangat kecil? Ya, memang. Gina harus menelan pil pahit kehidupan sedari kecil.

Tanpa kasih sayang orangtua, tanpa sentuhan hangat seorang ibu, tanpa belaian sayang khas seorang ayah. Bahkan Gina harus dirawat dan dibesarkan pada sebuah Panti Asuhan di daerah Cicendo, Jawa Barat.

Setelah ia tumbuh kembang dewasa, Gina memilih hidup sendiri meskipun hanya sekadar nge-kost.

Gina sebenarnya memiliki Saudara di daerah Bandung Barat atau lebih tepatnya Cipongkor. Namun mereka enggan mengakui, merawat apalagi mengakui Gina sebagai sanak saudara mereka.

Baginya itu bukan masalah. Gina memang sudah sangat kebal dan terbiasa dengan penolakan keluarganya sejak ia kecil. Sekarang prinsipnya hanya satu, ia percaya suatu saat Tuhan akan menunjukkan kebahagiaan yang sebenarnya untuk Gina.

Entah besok, atau ketika dia tidak mampu menghirup napas lagi.

Ini adalah hari yang kesekian puluhan kali ia melakukan aktivitas seperti biasa. Pagi sekali Gina sudah terbangun dari tidur nyenyaknya. Siang ini, Gina kembali bekerja di Toko Roti.

Hal menarik, dia akan memasak untuk Aston pagi ini. Mengantarkan makanan kesukaan kekasih hatinya itu. Gina sudah berkutat di dapur mini sambil memotongi daun seledri juga beberapa menu lain. Kalau diingat, teman satu kerjanya menentang hubungan ia dengan Aston.

Kekerasan pria itu memang tidak dapat dimaklumi siapapun, meski begitu bagi Gina hanya Aston yang mampu menerimanya dengan sukarela.

Awalnya ia keluar dari Panti Asuhan itu memang berat, bahkan beberapa Ibu Asuh-nya sempat melarang namun kembali lagi Gina sudah dewasa, bahkan sudah sangat mandiri menjalani harinya sendiri.

Gina sekian lama berkutat di dapur, akhirnya siap juga masakan yang telah ia ramu dengan sepenuh hati. Ia merasa bangga.

Gina mencium aroma masakan yang telah ia masak, ia memasak soup kesukaan Aston yaitu soup Ayam. Untuk menu lain yang juga telah dimasaknya, cumi sambel, dan ikan bawal semur. Aston pasti akan lahap memakan masakannya. Tentu saja, Gina sudah bisa menebak dan memperkirakan bagaimana raut wajah pria yang begitu dicintainya.

Setelah menyiapkan rantang, Gina mulai menaruh soup dengan sangat hati- hati agar tidak tertumpah juga meninggalkan jejak diseputaran rantang stainless.

Senyuman cantik dari Gina, kini terpancar alami dan menggoda mata setiap orang yang menatapnya. Aston juga sangat menyukai masakan Gina. Tidak sabar rasanya segera menikah dengan pria itu, menjalani rumah tangga yang mereka impikan dan inginkan.

Ia pun segera bergegas menuju kamar mandi, setelah menyiapkan semunya. Membersihkan dapur, juga kompor gas-nya. Ia sudah sangat tidak sabar, makan bersama Aston.

Rambut hitam panjang, tergerai lurus dan masih basah.

Berjalan sambil menyapa para tetangganya dengan lembut, Gina terus berjalan menuju halte bis. Sepanjang angan di dalam bis, Gina memikirkan mau dibawa kemana hubungan mereka yang telah terajut selama 2 tahun lamanya.

Keinginan menikah muda, adalah impiannya dan itu harus bersama Aston.

Fakta satu lagi, Aston anak yang lumayan sebenarnya tapi ia adalah pria yang pemalas untuk bekerja. Aston pengangguran, dan Mama Aston-Fitri tidak menyukai Gina. Wanita paruh baya itu melarang keras hubungan mereka. Kadangkala, Gina merasa tersudut, terkadang pun merasa bahagia.

Gina berjalan menyusuri jalan yang biasa di laluinya, jalan menuju rumah megah Aston. Ia berhenti tepat di depan rumah itu, rumah mewah yang bahkan Gina pun merasa tak pantas  untuk berlindung di dalamnya. Entah karena tante Fitri yang kejam atau menurut Fitri ia tidak pantas menjadi istri anak semata wayangnya.

Mengingat keadaan ekonomi mereka yang tidak sepadan.

Gina memberanikan diri menelphone Aston.

Tut—

"Gina?" tanya Aston santai, namun wajahnya tampak melemah.

"As, kau dirumah?"

"Hum—" gumam Aston.

Ada hal mengganjal dan aneh menurut Gina.

"Tante Fitri dirumah?"

"Keluar," jawab Aston cuek.

Lama berdiam, Aston mematikan ponselnya. Gina pun memberanikan diri memasuki rumah. Sepasang sepatu teplek merah maroon.

'Bukankah tadi Aston bilang, kalau tante Fitri sedang tidak dirumah?' desis Gina.

Ingin rasanya kembali kerumah, namun ia merasa penasaran juga bimbang.

Gina memberanikan diri memasuki rumah Aston.

"Ah, pelan- pelan dong Aston! Jangan menusuknya terlalu kuat. Rilex sedikit!" seru seorang wanita.

Gina semakin sesak, bahkan bibirnya mulai keluh. Suara wanita berteriak?

Tepat diruang tamu, Gina melihat Aston sedang berhubungan intim dengan seorang wanita dengan postur cantik, berambut pirang dan memiliki tubuh yang proposional.

Hancur dan perih hati Gina, ia melihat dengan mata kepala secara langsung. Aston yang melihatnya kaget bukan main, namun napas pria itu terembus kasar. Aston memakai kembali celana serta jeans-nya dan menatap Gina dengan tatapan sinis dan merasa tidak bersalah.

"As— Aston?" nada suara Gina bergetar.

Wanita itu memeluk Aston seolah saat ini sedang menggoda milik Gina, mata liar wanita itu semakin menyesakkan hati Gina.

"Kau cantik! tapi sayang, Aston memilihku untuk teman penghangat ranjangnya."

Gina menjatuhkan air matanya, ia menangis tidak kuasa menahan sakit hati juga keingin marahannya. Wanita itu mulai memakai pakaian yang terhempas di lantai, berserakan.

Dengan cepat, Gina menghapus air matanya dan pergi berlalu meninggalkan mereka.

Selamat datang di Novel terbaruku, di GoodNovel. Terimakasih buat yang selalu setia dengan mendukung cerita pertamaku ini. Terimakasih.

Bersambung...

Bab terkait

  • Hasrat Terlarang   Bab 2. Bekas Gambar Tangan

    Gina terus berlari keluar rumah, dan mencoba untuk meredam tangisan pecahnya."Gina!" panggil Aston berteriak.Belum sampai di gerbang rumah, Aston sudah menarik keras tangan Gina."Apalagi Aston?""Gin, wanita yang dirumah aku itu cuma wanita panggilan saja," Aston mencoba membela diri."Aston, lalu kau anggap apa aku ini?" tanya Gina serak.Aston menggeram, lalu menatap sinis, "Kau tahu kenapa aku begitu? karena kau tidak memberikan kesucianmu untukku! kau paham!?" tekan Aston."Jadi, selama kita memiliki ikatan kau hanya menginginkan itu saja? kau tidak bisa menilaiku, yang jelas sangat mencintai dan memujamu?"Plakk!!Tamparan keras di pipi Gina, bahkan meninggalkan tanda merah dan panas. Gina semakin sesak dengan perlakuan Aston, bahkan perasaannya pun kini terasa perih.Tamparan keras itu berhasil membuat napas Gina terasa memburu, juga

  • Hasrat Terlarang   Bab 3. Bukti Cinta Gina

    Aston mencari bunga mawar merah, bunga favorite Gina. Tujuannya, ingin membujuk kekasihnya itu. Aston sudah sangat paham dengan sifat kekasihnya itu. Dengan diberikan bunga mawar saja, ia akan memaafkan Aston.Kembali mencintai dan memaafkan semua kesalahan Aston.Aston sudah menunggu Gina tepat diluar Toko. Menggenggam beberapa tangkai bunga mawar merah yang dibalut susunan bucket. Senyum tampan pria itu telah terpancar, bahkan matanya tak henti menatap dalam Toko.Gina dan Alya telah selesai dari pekerjaan lelah mereka, jam juga sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Gina telah bersiap untuk segera pulang, meski hatinya masih diliputi kesedihan mengingat perlakuan Aston. Gina tampak menyemangati dirinya sendiri meski sebenarnya ia pun mengalami masa sulit.Aston memang tipe pria urakan.Mereka berdua keluar dari Toko, Alya tetap menyemangati dengan senyuman. Sesekali membahas suatu hal ter

  • Hasrat Terlarang   Bab 4. Dua Garis Merah

    Semenjak percintaannya dengan Aston, ia semakin memantapkan hatinya hanya untuk Aston seorang. Hari-hari Gina begitu berwarna semenjak ia menyerahkan kesuciannya dengan Aston, pria itu semakin perhatian.Tidak sekali itu saja, mereka rutin melakukan hubungan suami istri itu meski mereka belum menikah. Gina menikmati, Aston juga merasakan hal yang sama. Bercinta dengan Gina adalah suatu hal yang menyenangkan, tidak terlebih pada Gina juga.Tidak memerdulikan apapun lagi, ia tetap mengiyakan apapun yang diinginkan Aston. Ia merasakan hatinya semakin berwarna, menggebu-gebu dan selalu merindukan Aston.Pagi sekali ia telah bangun, shift mereka telah ditetapkan pagi hari. Ia membiasakan dirinya untuk bangun pagi sekali agar tidak terlambat sampai Toko Roti. Namun, belum sempat ia melakukan aktivitas mandi ia merasakan gejolak perutnya kian menjadi ia mual dan terasa pusing sekali.Ia pijit keningnya, mualnya sem

  • Hasrat Terlarang   Bab 5. Meminta Restu

    "Cepat katakan!" tegas Aston."Kita harus berbicara empat mata, As," balas Gina masih terkatung."Apa begitu penting?" tanya Aston sinis.Gina menarik napas panjang, hatinya seakan terobek sulit mengungkapkan namun harus terpaksa mengatakan kebenaran yang sebenarnya.Aston menarik keras tangan Gina, teman Aston hanya melihat aneh sambil berbisik tidak tertarik. Mereka kini berada disebuah tempat sedikit sepi."Aston, kau menarik tanganku keras!" tukas Gina merasa pergelangan tangannya sakit.Aston melepaskan cengkraman erat tangannya, ia tampak menggertakan gigi dengan geram menatap Gina seakan ia adalah tumbal sasaran empuknya yang siap dimakan."Cepat, katakan!"Gina berusaha untuk tetap kuat, ia tidak bisa menutupi jika dirinya begitu kalut bahkan tidak tahu harus berbuat apalagi sekarang."Aku, hamil."

  • Hasrat Terlarang   Bab 6. Setelah Menikah

    Pernikahan digelar.Apakah pernikahan itu membuat ia merasa bahagia juga bangga? tentu saja ia merasa banyak tanda tanya. Salah satunya, dari menyewa kebaya pengantin padahal mereka keluarga terpandang namun kembali lagi Gina harus menelan rasa pahit itu.Ia tidak membangkang, ia terima dengan lapang hati.Impiannya sejak dulu bersama Aston kini terkabulkan, dalam kenyataan menyakitkan juga keadaan yang penuh luka. Ketika ia berharap Aston akan melindungi atau sekadar memberikan ia kebahagiaan malah tangisan dan rasa perih ia dapatkan.Pernikahan tanpa resepsi, hanya pernikahan sekadar berlangsung dirmahu namun membuat ia setidaknya mendapat status.Alya memilih tidak menghadiri, ia sejak awal sudah mengatakan tidak akan pernah setuju atas pernikahan mereka. Menolak keras Aston juga menentang pernikahan mereka namun Gina tetap kekeh mempertahankannya.Hati Gina?

  • Hasrat Terlarang   Bab 7. Kehadiran Revan

    Bandara Soekarno-Hatta, pesawat kelas bisnis telah mendarat dengan sempurna.Sosok tangan kekar, guratan halus di area tangan terlihat jelas. Ia menundukan kepalanya dengan elegan menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan. Bibir memerah tanda tidak mengisap rokok terlihat jelas.Penampilan begitu memesona dan yang lebih tepat, ia sangat tampan maksimal sehingga seisi pesawat tidak menghentikan pandangan dari pria tinggi, rahang tegas menunjukan kekuasaan sebagai pria terhormat dan mapan.Tatapan begitu memukau, siapa yang tidak langsung terpesona? apalagi jika sudah melihat manik matanya yang mencolok berwarna biru.Ya, pria tampan itu ialah Revan Alexander Djayaningrat, memiliki tinggi 180 cm, rambut sedikit keemasan membuat ia semakin terlihat sexy.Revan berusia 30 tahun, meski idak lagi dikatakan muda namun wajahnya awet bak formalin dan digilai semua wanita termasuk nega

  • Hasrat Terlarang   Bab 8. Bertemunya Revan dan Gina

    Revan tak henti menatap kecantikan Vero sepanjang mereka berjalan menuju Toko Roti, Vero bercerita panjang lebar pada Revan."Konsep apa untuk pertunangan kita nanti?" tanya Vero sumringah."Sederhana saja," jawab Revan."Baiklah, aku memiliki langganan tempat kue. Kita akan kesana, lalu ke butik untuk pakaian yang akan aku kenakan.""Baiklah, sesuai yang kamu mau saja sayang ...," balas Revan.Vero tersenyum dan bersikap manja, Revan pun menyetir dengan kecepatan standartd.Akhirnya mereka sampai tepat di depan Toko Roti tersebut. Vero menatap dengan mata binar, bangga ia akan memesan kue ditempat langganannya apalagi sudah cukup lama tidak kemari sehingga ia merindukan kedua wanita yang sudah menjadi temannya."Nah, itu dia."Revan mengangguk, "Baiklah, kamu lebih dulu masuk. Aku akan memarkirkan mobil," perintah Revan lembut.

  • Hasrat Terlarang   Bab 9. Malaikat Tanpa Sayap

    Malam pun menyambut, malam gelap itu membuat Gina semakin menggelap. Ia menunggu sang suami dengan perasaan hitam. Ia sudah tahu jika Aston tidak akan pernah mau datang menemuinya, ia saja yang terlalu percaya diri besar untuk berharap Aston-mencintainya.Aston pria keras, sampai kapanpun ia tidak akan mau meluluhkan hatinya termasuk menjemout atau sekadar memberikan perhatian lebih pada Gina."Menunggu Aston?" tanya Alya tidak berselera, sambil memasang jacketnya bergegas pulang."Iya, Al ... aku menunggu Aston menjemputku.""Dia bilang mau jemput kamu?"Tumben."Nggak, aku hanya berharap dia datang menjemputku. Itu saja," jawab Gina sekenanya."Gina?!" panggil seorang pria dibelakang mereka.Gina dan Alya kompak melirik, setelah melihat sosok siapa yang datang Alya membuang wajahnya. Sampai kapanpun, ia tidak akan menyukai semua sifat Aston, ia me

Bab terbaru

  • Hasrat Terlarang   Bab 34. Alinne Curiga

    Di perusahaan cabang di Indonesia, Revan tengah mengetuk pena di meja kerja dengan terletak jelas cetakan jabatan CEO perusahaan yang ia geluti sejak lama. Menunduk memikirkan suatu hal. Ya, masa waktu Revan di negara ini akan segera berakhir. Tidak terasa sebentar lagi, ia akan kembali ke New York tapi kali ini tidak pulang sendiri atau bersama Vero tapi bersama dengan Gina. Wanita berbeda dari yang ia nyatakan di hati kecil dahulu.Setelah menjalani beberapa meeting, Revan memilih kembali ke rumah. Ingin bertemu Gina, masih belum menemukan waktu yang tepat.Sembari menyetiir, Revan memikirkan bagaimana perkataan yang pantas ia katakan nanti pada Vero. Sesampai di rumah, ia menuju pantry meneguk beberapa tegukan air putih dan menetralkan pikiran berkecamuk. Ia meletak kasar gelas tersebut, ia meremat rambut sehingga teracak serta kegelisahan mulai menyerang perlahan."Tumben siangan begini sudah pulang kamu," ucap Alline mengagetkan Revan.Revan menoleh sejenak wajah Alline yang mas

  • Hasrat Terlarang   Bab 33. Keposesifan Revan pada Gina

    Pagi ini Revan menikmati sarapan pagi, tapi setelah berpikiran semalaman kalau Gina bersentuhan lagi dengan Aston-suaminya. Jujur, ia marah dan tidak rela demi apa pun membiarkan Gina berpaling darinya.Ia sudah menekankan di hati, Gina akan tetap menjadi milik Revan utuh. Tidak akan membiarkan kesakitan dihati wanita yang begitu ia cintai tersebut.Bayang-bayang percintaan panas mneyeruak dalam pikiran Revan, sentuhan yang ia berikan membuat Gina ikhlas lahir batin bahkan tidak ada kata menyesal atau mara ia ungkapkan entah karena menikmati atau sentuhan seperti inilah yang ia inginkan sesungguhnya.Revan sudah berjanji pada hati kecil, kalau Gina akan tetap menjadi wanita terbahagia. Ia sudah bertekat untuk menjalani perlahan hingga waktu tiba membawa Gina sejauh-jauhnya dari Aston. Pria iu sudah menyiakan Gina yang seharusnya ia hujani dengan penuh cinta."Ehem-- pikirin apaan? Bengong begitu, kosong pandangan." Alline nyeletuk.Revan

  • Hasrat Terlarang   Bab 32. Jangan Memancing Kobaran Api

    Vero yang merasa hidupnya hancur berkeping tak berhenti menangis pilu, tadi itu? Ia merasa kebahagiaan itu hanya miliknya sejenak tidak selamanya. Beginikah hasil ketika mengetahui sang tunangan tak lagi mencintai sepenuh hati?Tidak bisa ia bayangkan jika ia dan Revan harus berpisah.Baru kemarin mereka bahagia, bertunangan dan kini pria berstatus tunangannya harus merenggang menyakitkan. Tanpa ia sadari, sang ibu menyadari kesedihan Vero yang tampak menutupi kalau hati sedang kalut.Sebagai ibu yang paham tentang keadaan Vero, ia berdiri di ambang pintu dan menyaksikan bagaimana Vero menahan sedih tapi ingin mencuatkan semua. Ia mencoba membaur, tersenyum kecil."Begadang sayang?" Anita memasuki kamar."Eh, Mama--" Vero langsung mengusap air mata secepat mungkin.Mencatut wajah sang putri dari cermin, ia mengusap punggug Vero. Ia yakin, melalui sentuhan ini ia sedang memberi koneksi Vero agar mengatakan tentang isi hati sebenar

  • Hasrat Terlarang   Bab 31. Pilihan Sulit Gina II

    Revan menggertakkan gigi, masih di lokasi tempat Gina dan Aston tengah berbincang seolah tidak menyadari kehadirannya. Tidak akan tinggal diam, padahal tadi dia sudah sangat gempar ingin membuat Gina mempercayai dan membawa wanita ia cintai tersebut jauh dari jangkauan orang.Baiklah, kalau memang Gina dan Aston menginginkan persaingan di mulai dengan senang hati Revan menerima dan sangat siap untuk menyerang secara halus. Segala perbuatan merebut tidak harus terangan terlihat.Hati-hati tapi mematikan.Bila perlu mematikan secara perlahan hingga ke jantung. Ia mengalah malam ini, tapi tidak dengan hari berikutnya. Akan ia balas, Revan pun menghidupkan mesin mobil dan memundurkan perlahan.Dencitan demi dencitan terdengar nyaring, ia sedikit kasar sambil membunyikkan gas-rem beberapa kali memberitahu kalau ia siap menyerang.Ia pergi meninggalkan lokasi, menjauh dari Gina beberapa saat. Gina tau, mobil yang baru saja pergi tersebut milik

  • Hasrat Terlarang   Bab 30. Pilihan Sulit Gina

    Gina menatap dengan pandangan tak berkedip sedikit pun. Mulutnya tengah terkatup setelah menyadari kalau Aston-suaminya yang memanggil."Istriku?!" Aston tersenyum bak pria iblis sedang memenangkan kehadiran."K-kau sedang apa?"Aston mengernyit, "Hubungan kita kurang baik belakangan ini, kenapa kau seperti tidak menyukai kehadiranku? Kau tergganggu?"Gina menarik napas, tatapan merah nanar. Menggeleng gelisah karena sulit mengatakan apa pun saat ini. Bukankah seharusnya bertemu Revan malam ini?Ke mana pria tersebut?"B-bukan, aku hanya kaget kau hampir tidak pernah laggi menjemputku. Hanya merasa bingung dan kaget.""Gina sayang, aku tau ... aku melakukan banyak kesalahan padamu. Aku juga ingin membuatmu tetap nyaman.""Maksud ucapanmu?""Eh, begini, aku sedang menunggumu pulang. Aku sudah menantikan jam pulangmu. Tapi, aku berkeliling dahulu tadi ke kota."Tubuh Gina mulai gemetar, apa yang baru saja Aston katakan? Ia masih tidak percaya kalau su

  • Hasrat Terlarang   Bab 29. Pertemuan Sengit

    Vero benar-benar kalut kalau saja memang Revan memiliki wanita lain selainGina menyusun rapi roti yang baru masuk, ia tersenyum penuh raut wajah tersungging memesona. Tampilan yang memperlihatkan kalau ia akan baik saja. Mencintai Revan tanpa siapa pun yang tau. Tidak. Alya mengetahui dan apa saja tentang Gina.Revan akhirnya sampai di Toko Roti, memendarkan pandangannya dan menatap Gina dengan lembut. Seulas senyum tercetak menawan dari pahatan wajah Revan. Embusan napas tertoreh elegan dari bibir sensualnya."Hai," sapanya.Gina menoleh, susah payah menelan saliva. Ia menatap lama wajah tampan dilapisi kulit legam eksotis. Dia memang pria bule yang khas.Gina Syakilla menatap Revan sambil meletakkan kue yang hendak ia susun."Revan, kau sedang apa? K-kenapa?" Gina sedikit gugup."Bertemu denganmu," jawab Revan.Alya yang menatap mereka syok, hanya bisa termangu dan tidak menyangka kalau Revan mulai terangan b

  • Hasrat Terlarang   Bab 28. Vero Semakin Curiga

    Revan meraih kemeja putihnya, ia mengenakan ke tubuh sempurna yang banyak digilai para wanita. Ia tahu, jika tubuhnya banyak diidamkan kaum hawa termasuk Gina. Ia telah merasakan betapa nikmat ia dalam kungkungan pria tersebut.Ia ingin memutuskan bertemu Gina, ia ingin menunjukkan sikap kalau ia juga berhak memberikan perhatian terhadap Gina. Ia sisir dengan rapi rambutnya ke belakang. Ia tersenyum pulas sambil menyemprotkan cologne. Reavn begitu memukau, bak sedang ingin menyatakan cinta pada wanita yang begitu ia cintai.Revan memang bukanlah tipikal pria yang sukanya mengumbar pesona di hadapan banyak wanita. Sekali ia mencintai, ia akan mencintai satu orang wanita tanpa memikirkan syarat apa untuk sekadar mencintainya saja. Revan memiliki kelembutan luar biasa, ia akan senang membantu kaum wanita yang tertindas.Kecuali dengan Gina, ia memang membantu tapi ia jatuh cinta.Ah!

  • Hasrat Terlarang   Bab 27. Keegoisan Gina

    Gina tampak menunduk setelah percakapannya dengan Vero. Kini ia menatap kosong area dapur tempat melaksanakan makan siang bergantian dengan Alya.Hati kecilnya seolah terkikis ingin marah pada kenyataan, tapi ia memikirkan ia pun pantas mendapatkan yang sudah menjadi impiannya sejak sekian lama. Perasaan yang telah lama tersakiti, telah diberi warna oleh Revan.Pria yang sudah memberikannya banyak warna.Alya tampak membawa bekal, ia memang sudah terbiasa selalu membawa bekal ke Toko. Ia menatap Gina yang tengah melamunkan entah apa. Ia terlihat gelisah, mengembuskan napas kelelahan yang tidak berhenti.Alya tahu perasaannya."Gina," panggilnya menyentuh pundak lembut."Eh ... Alya, apa kau tidak memiliki pelanggan di depan?""Lagi kosong."Alya memberesi bekalnya, Gina hanya menatap dengan tatapan kosong.&nbs

  • Hasrat Terlarang   Bab 26. Kebersamaan Gina dan Vero

    Semenjak pengakuan Gina kemarin, Alya masih tidak menyangka bahkan perasaan mereka semakin gugup juga sulit mengungkapkan hal apapun lagi. Alya menatap Gina ragu namun ia tidak bisa menyalahkan Gina karena ia memang pantas diberi perhatian oleh pria asing.Sangat disayangkan, jika pria itu sudah dimiliki orang lain tak lain pelanggan yang mereka anggap kakak. Sulit mengartikan namun inilah kenyataan hidup yang harus Gina jalani."Gina, Re—""Gina? Alya?" Vero menyapa.Deg!Belum sempat Gina menyebut nama Revan, Vero telah hadir di antara mereka. Melihat Vero rasanya ia tidak memiliki kuasa untuk mengucapkan tentang Revan lagi, ia menatap Alya berharap merahasiakan hal ini."Hey, apa yang terjadi dengan kalian? Kalian tampak menegang sekali," ucap Vero dengan senyum tipis.Alya mempertunjukkan wajah menyimpan perasaan kaku, menegang

DMCA.com Protection Status