Share

Masa lalu datang

Penulis: Betzy viona
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Perjalanan berujung pada sebuah rumah mewah dengan gerbang berwarna emas dan penjagaan ketat di depannya. Rumah itu berwarna putih bersih, terlihat sangat terawat. Ada taman bunga dan mobil mewah yang berjejeran di garasi.

"Demi apapun aku mungkin akan nyasar kalau sampai masuk ke rumah ini," batin Renata keheranan.

Mobil itu parkir di depan anak tangga yang terlihat terbuat dari marmer berkualitas. Ada seseorang yang sigap membukakan pintu dan mengambil kunci mobil, yang satunya lagi membukakan pintu untuk Renata.

"Terima kasih Pak," sapa Renata dengan ramah.

Kedua pria penjaga itu saling bertatapan, seolah aneh dengan hal itu.

"Itu siapa sih?" tanya pria itu pada temannya.

"Yah, palingan mainan baru si Bos. Udah, ayo lanjut kerja nanti kalau ketauan kepo abis kita," timpal temannya.

Sesampainya di dalam, Renata menahan rahangnya yang ingin menganga melihat rumah yang begitu besar dengan semua perabotan yang mahal. Yang lebih membuat kaget Renata adalah ada sekitar dua belas pelayan dengan bajunya sangat rapih berdiri berbaris saat mereka masuk. Mereka semua menunduk, entah memberi hormat atau memang takut melihat muka Bosnya.

"Ambilkan P3K dan air untuk kompres," perintah Alvin.

"Baik Tuan."

Alvin mengayunkan tangannya, memerintahkan para pelayan untuk segera pergi.

"Sini kamu!" Alvin menepuk sofa di sampingnya.

"Saya Pak?" tanya Renata sambil mencari orang lain sekelilingnya.

"Iya kamu, masa guci itu! Cepat sini." Muka Alvin terlihat serius.

Renata duduk di samping Alvin. 'Rasanya ingin rebahan saja, sofa ini nyaman sekali,' pikir Renata.

Seorang pelayan berjalan cepat ke arah Alvin, kemudian berlutut. "Silahkan Tuan." Alvin mengayunkan tangannya lagi.

Sekarang di tempat itu hanya ada mereka berdua. "Bertanggung jawablah dengan perlakuanmu tadi," ujar Alvin dengan wajah kesal.

"Permisi ya Pak," Renata meminta izin sebelum menyentuh wajah Bosnya itu. Dia mulai mengompres hidung Alvin dengan perlahan, terlihat beberapa kali Alvin sedikit meringis.

"Pelan-pelan, apa kamu mau mematahkan hidung saya lagi?" bentak Alvin yang tak bisa menahan sakit di hidung.

"Maaf Pak," Renata melanjutkan kegiatannya dengan serius.

Beberapa menit setelahnya, "Tugas saya sudah selesai Pak, saya izin--" Renata berniat untuk berpamitan.

"Tunggu disini, saya ganti baju dulu." Alvin berdiri meninggalkan Renata sendirian di situ.

"Hhuuufttt.." Renata menghela nafas panjang, dia menyenderkan badannya ke sofa. Setidaknya dia sudah melewati suasana yang menjengkelkan itu.

'Sofa ini empuk sekali,' Renata mengelus-elus sofa itu. Karena kelelahan, matanya lama kelamaan mulai terpejam, dan akhirnya dia tertidur.

Alvin yang baru saja kembali dari kamarnya tersenyum melihat Renata yang tertidur di sofanya.

"Ehmm.."

Renata terkejut bangun, menyeka matanya yang berat. "Ma-maaf Pak, saya ngantuk."

"Pulanglah dan istirahat."

"Baik Pak." Renata bergegas mengambil tasnya dan berjalan ke arah pintu. Seorang pelayan sudah siap di sana untuk membuka pintu itu. Tiba-tiba, Renata balik ke arah Alvin.

"Ada apa?" tanya Alvin dengan nadanya yang dingin.

"Jas bapak." Renata melepas jas itu.

"Pakai saja, diluar dingin. Kembalikan jika kau sudah mencucinya. Pergilah, tunggu di mobil."

"Di mobil?" Renata mengerutkan alisnya.

"Iya di mobil, apa kau tuli?" bentak Alvin.

Renata mengangguk kecil, dia tidak mau membantah orang gila ini lalu berjalan menuju pintu. Sang pelayan yang tadi langsung membukakan pintu itu untuk Renata. "Terima kasih Mbak," ucap Renata dengan ramah.

Pelayan itu sangat tersentuh dengan perlakuan Renata padanya. Dia membalasnya dengan sikap membungkuk, memberi hormat pada Renata.

Di luar, terlihat seorang penjaga berdiri di samping mobil mewah yang sudah siap membukakan pintu mobil itu untuk Renata.

"Silahkan Nona."

"Terima kasih Pak," Renata menyambutnya dengan senyum.

Saat sudah berada di dalam mobil, Renata tersentak saat Alvin tiba-tiba masuk dan membanting pintu seperti tak memperdulikan berapa harga mobil itu.

"Hei bodoh, kenapa kamu duduk di belakang? Memangnya aku sopirmu? PINDAH KE DEPAN SEKARANG!"

Renata gelapan keluar dari mobil dan masuk kembali, duduk di samping Bosnya.

"Seat beltmu!" sindir Alvin. "Aku tidak mau hidungku berdarah lagi karena itu."

Renata dengan cepat langsung memakai seat beltnya.

Di dalam perjalanan, Renata mencoba memecahkan keheningan dengan memulai pembicaraan.

"Kenapa Bapak yang antar saya? Bukannya Bapak punya banyak sopir?" Nada Renata begitu pelan saat bertanya agar Bosnya tidak tersinggung.

Alvin hanya diam, seolah-olah dia tak mendengar pertanyaan itu. Wajahnya dingin, tanpa ekspresi.

'Apa orang ini seperti patung ya?' Renata mencuri-curi pandangan ke arah Bosnya itu.

"Mobil Bapak harum banget, pasti parfumnya mahal deh." Renata masih mencoba agar ada percakapan dalam perjalanan yang membosankan itu.

Terlihat Alvin menghela nafas panjang. Sepertinya dia tidak suka dengan percakapan apapun.

"Saya antar kamu, karena saya ada keperluan jadi sekalian saya aja yang antar. Dan soal harum di mobil ini, tadi saya memang pakai parfum dulu." Pungkas Alvin.

Renata tersenyum simpul, setidaknya ada komunikasi yang terjalin meski agak canggung.

"Pak, di depan belok kiri. Saya turun di depan rumah pagar biru ya," pinta Renata.

Mobil mewah itu kemudian parkir tepat di depan rumah itu. "Terima kasih Pak, hati-hati di jalan."

Baru saja Renata mau membuka kunci pagar rumahnya, seseorang memeluknya dari belakang. Renata langsung meronta, berusaha melepas pelukan itu.

"Kamu ngapain kesini?" Renata mendorong pria itu menjauh.

"Ren, kenapa kamu jauhin aku!" bentak pria itu dengan kasar, memaksa sambil menggenggam lengan Renata.

"Lepasain aku!" Renata berusaha melepaskan cengkraman tangan pria itu yang begitu kuat di lengannya.

"Lepasinn...sakit!" Renata meringis kesakitan, tangannya memerah.

"Aku gak bakal lepasin kamu, jelasin dulu kenapa kamu jauhin aku." Pria itu menggenggam tangan Renata semakin erat.

"Sakit... Too--" saat Renata ingin berteriak meminta pertolongan, dengan cepat Raka menamparnya keras.

Plak...!

Renata terdiam, menangis pelan, menahan pipinya yang sakit.

"Aku nggak mau kasar sama kamu Rena." Pria itu memeluknya perlahan. Renata terisak dalam pelukan itu, bukan karena dia mengiyakannya, tapi dia sadar bahwa dia tidak akan lepas dari si bajingan ini.

Renata trauma dengan hal-hal seperti ini, makanya dia menyuruh adiknya tinggal bersama keluarganya yang lain, agar tidak melihat kejadian seperti ini.

"Ugh, tolong lepasin aku, gak bisa bernafas, lepas--" Renata mencoba mengatur nafasnya yang mulai sesak. Pria itu memeluknya erat, orang ini sudah gila.

Tiba-tiba, seseorang datang menarik bahu pria dan langsung memukul pria itu sampai tersungkur.

"Pak Alvin!" Renata berlari ke arah belakang Bosnya itu, berlindung di antara lengan kekar sang Bos.

Bab terkait

  • Hasrat Terlarang Sang Bos   Intrik dalam kehidupan

    "Oh, jadi sekarang sudah jadi simpanan orang kaya ya?" Aku melihat Raka meludah, seolah jijik. Renata merasa semakin sakit hati. Tidak pernah dibayangkan kalau Raka bisa berubah sejauh ini."Tutup mulut sampahmu itu!" bentak Alvin, yang membuat Renata semakin kaget."Hei tuan, wanita itu bekasku. Aku sudah menjamah seluruh inci tubuhnya, apa kau tak jijik?""Apa--""Bajingan!"Sebelum Renata berteriak, Alvin sudah lebih dulu berteriak dan memukul pria itu.Satu pukulan melayang ke arah wajah pria itu, tubuhnya roboh ke trotoar, terlihat darah segar mengalir dari sela bibirnya."Pergi dari sini atau nanti kau akan tahu akibatnya!" nada suara Alvin membuat pria itu terlihat agak takut. Renata sontak menggenggam tangan Alvin agar tak memukuli pria itu lagi."Dasar pelacur jalanan!" umpat pria itu sambil berjalan pergi dari sana.Alvin melirik wanita yang berdiri di belakangnya, tangan Renata gemetar, matanya berkaca-kaca. Alvin membalikan tubuhnya, sekarang mereka berhadapan."Kau tidak

  • Hasrat Terlarang Sang Bos   Menjadi sekretaris

    ***Senin pertama, saat Renata menjadi sekretaris Alvin. Renata yang merasa dirinya sudah sangat rapih dan cantik, bersiap untuk ke kantor.Beep.. beep..Beberapa kali klakson mobil itu berbunyi. 'Ini tetangga, baru beli mobil apa gimana ya?' Pikir Renata heran, dia bergegas membawa tasnya dan membuka pintu rumah."Pak Johan?" mata Renata menyipit mencoba memahami keberadaan supir Bosnya di sana.Tiba-tiba jendela mobil terbuka, "Hei, cepatlah, jangan terlalu lambat!" teriak Alvin dari dalam mobil."Baik Pak", Renata bergegas mengunci pintu dan pagar rumahnya, kemudian masuk ke dalam mobil."Silahkan Nona", sopir itu membukakan pintu agar Renata duduk bersebelahan dengan Alvin."Tapi Pak, saya mau duduk di depan aja sama Bapak," pinta Renata."Hei, Idiot, cepat masuk!" pekik Alvin. Renata langsung masuk dan duduk bersebelahan dengan Bosnya. 'Sial, harusnya naik ojek saja tadi' pikirnya gelisah."Apa tidak ada baju yang lebih bagus dari ini? Kamu yakin jadi sekretarisku dengan gaya sepe

  • Hasrat Terlarang Sang Bos   Pengintai

    "Pak? Pak Johan? Ini bagus nggak?" tanya Renata pada sopir bosnya. Namun, pria paruh baya itu hanya melihat ke arah luar toko. Wajahnya tampak panik dengan dahi berkerut-kerut. Karena penasaran, Renata ikut menoleh, tapi tidak ada apapun di luar sana. Ia pun menyentuh pundak Johan untuk memanggilnya. “Pak?” "Hah? Gimana Non?" tanya Johan tak menyimak. "Pak Johan kenapa? Ada masalah?" Renata khawatir. Johan menggeleng, lalu mengalihkan topik pembicaraan. "Tidak Non, silahkan lanjutkan saja.” Renata sebenarnya masih ingin bertanya, tapi dia mengurungkan niat. Akhirnya, dia kembali memutari toko untuk mencari pakaian yang cocok untuknya. Sebenarnya semuanya bagus, tapi harganya terlalu mahal. Renata sampai beberapa kali mengembalikan pakaian itu ke rak. Namun tiba-tiba saja, Johan malah menariknya kembali dan memasukannya ke keranjang. Beberapa menit kemudian, lengan Johan sudah penuh dengan tumpukan pakaian. Renata melihat Johan tersenyum kecil. "Pak, ini terlalu banyak. Saya t

  • Hasrat Terlarang Sang Bos   Hari Pertama

    “Apa kamu buta?!”Renata Amelia terkejut mendengar bentakan wanita di sampingnya. Padahal jelas-jelas wanita itu yang menabrak bahunya ketika ia berjalan menuju meja kerjanya."Maaf, saya sungguh-sungguh tidak hati-hati," Renata mencoba mengungkapkan penyesalannya dengan nada yang rendah.Renata baru saja memulai petualangan baru di Axidira Company, tapi sudah membuat kesan tidak mengenakan untuk salah satu orang di gedung ini. Ia pun hanya diam ketika wanita itu menggelengkan kepala dengan sikap angkuh yang terpancar dari setiap gerakannya. "Lain kali, gunakan matamu dengan bijak saat masih diberi kesempatan untuk melihat!" gertaknya dengan nada yang penuh dengan keangkuhan dan kepuasan diri.Renata merasa tersinggung dengan kata-kata wanita itu, tetapi dia mencoba tetap tenang. Dia tahu bahwa dia harus menjaga sikap profesional di tempat kerja. Meskipun ia tidak tahu apakah wanita ini akan menjadi rekan kerjanya atau tidak.Wanita itu cukup glamor untuk ukuran karyawan. Lihat saja

  • Hasrat Terlarang Sang Bos   Pertemuan Menegangkan

    "Kau sudah gila!" Velicia menatap Alvin dengan wajah tak percayaNamun, Alvin hanya menggerakkan kepala dengan tegas ke arah pintu keluar. Velicia dengan kesal mengambil tasnya dan berjalan ke arah pintu melewati Renata yang masih berdiri di sana. Matanya begitu tajam menatap Renata. Pintu ruangan itu tertutup dengan keras, meninggalkan suasana yang tegang di udara.Renata yang masih berdiri di dekat meja Alvin, merasa cemas dengan situasi yang baru saja terjadi. Dia melihat Alvin yang duduk dengan tenang, tanpa ekspresi."Dia selalu seperti itu," ucap Alvin dengan suara pelan, memecah keheningan yang terasa tegang.Renata mengangguk dengan penuh pengertian. "Saya yang salah Pak, harusnya tidak masuk."Alvin mengangkat tangannya dengan lembut, memberikan isyarat kepada Renata untuk diam. Renata menghentikan penjelasannya dan menatap Alvin dengan wajah penuh tanya."Kemari!" kata Alvin. Renata dengan perlahan berjalan menuju meja kerja Bosnya, "Saya ingin tahu kenapa bukan Arini yang

Bab terbaru

  • Hasrat Terlarang Sang Bos   Pengintai

    "Pak? Pak Johan? Ini bagus nggak?" tanya Renata pada sopir bosnya. Namun, pria paruh baya itu hanya melihat ke arah luar toko. Wajahnya tampak panik dengan dahi berkerut-kerut. Karena penasaran, Renata ikut menoleh, tapi tidak ada apapun di luar sana. Ia pun menyentuh pundak Johan untuk memanggilnya. “Pak?” "Hah? Gimana Non?" tanya Johan tak menyimak. "Pak Johan kenapa? Ada masalah?" Renata khawatir. Johan menggeleng, lalu mengalihkan topik pembicaraan. "Tidak Non, silahkan lanjutkan saja.” Renata sebenarnya masih ingin bertanya, tapi dia mengurungkan niat. Akhirnya, dia kembali memutari toko untuk mencari pakaian yang cocok untuknya. Sebenarnya semuanya bagus, tapi harganya terlalu mahal. Renata sampai beberapa kali mengembalikan pakaian itu ke rak. Namun tiba-tiba saja, Johan malah menariknya kembali dan memasukannya ke keranjang. Beberapa menit kemudian, lengan Johan sudah penuh dengan tumpukan pakaian. Renata melihat Johan tersenyum kecil. "Pak, ini terlalu banyak. Saya t

  • Hasrat Terlarang Sang Bos   Menjadi sekretaris

    ***Senin pertama, saat Renata menjadi sekretaris Alvin. Renata yang merasa dirinya sudah sangat rapih dan cantik, bersiap untuk ke kantor.Beep.. beep..Beberapa kali klakson mobil itu berbunyi. 'Ini tetangga, baru beli mobil apa gimana ya?' Pikir Renata heran, dia bergegas membawa tasnya dan membuka pintu rumah."Pak Johan?" mata Renata menyipit mencoba memahami keberadaan supir Bosnya di sana.Tiba-tiba jendela mobil terbuka, "Hei, cepatlah, jangan terlalu lambat!" teriak Alvin dari dalam mobil."Baik Pak", Renata bergegas mengunci pintu dan pagar rumahnya, kemudian masuk ke dalam mobil."Silahkan Nona", sopir itu membukakan pintu agar Renata duduk bersebelahan dengan Alvin."Tapi Pak, saya mau duduk di depan aja sama Bapak," pinta Renata."Hei, Idiot, cepat masuk!" pekik Alvin. Renata langsung masuk dan duduk bersebelahan dengan Bosnya. 'Sial, harusnya naik ojek saja tadi' pikirnya gelisah."Apa tidak ada baju yang lebih bagus dari ini? Kamu yakin jadi sekretarisku dengan gaya sepe

  • Hasrat Terlarang Sang Bos   Intrik dalam kehidupan

    "Oh, jadi sekarang sudah jadi simpanan orang kaya ya?" Aku melihat Raka meludah, seolah jijik. Renata merasa semakin sakit hati. Tidak pernah dibayangkan kalau Raka bisa berubah sejauh ini."Tutup mulut sampahmu itu!" bentak Alvin, yang membuat Renata semakin kaget."Hei tuan, wanita itu bekasku. Aku sudah menjamah seluruh inci tubuhnya, apa kau tak jijik?""Apa--""Bajingan!"Sebelum Renata berteriak, Alvin sudah lebih dulu berteriak dan memukul pria itu.Satu pukulan melayang ke arah wajah pria itu, tubuhnya roboh ke trotoar, terlihat darah segar mengalir dari sela bibirnya."Pergi dari sini atau nanti kau akan tahu akibatnya!" nada suara Alvin membuat pria itu terlihat agak takut. Renata sontak menggenggam tangan Alvin agar tak memukuli pria itu lagi."Dasar pelacur jalanan!" umpat pria itu sambil berjalan pergi dari sana.Alvin melirik wanita yang berdiri di belakangnya, tangan Renata gemetar, matanya berkaca-kaca. Alvin membalikan tubuhnya, sekarang mereka berhadapan."Kau tidak

  • Hasrat Terlarang Sang Bos   Masa lalu datang

    Perjalanan berujung pada sebuah rumah mewah dengan gerbang berwarna emas dan penjagaan ketat di depannya. Rumah itu berwarna putih bersih, terlihat sangat terawat. Ada taman bunga dan mobil mewah yang berjejeran di garasi."Demi apapun aku mungkin akan nyasar kalau sampai masuk ke rumah ini," batin Renata keheranan.Mobil itu parkir di depan anak tangga yang terlihat terbuat dari marmer berkualitas. Ada seseorang yang sigap membukakan pintu dan mengambil kunci mobil, yang satunya lagi membukakan pintu untuk Renata."Terima kasih Pak," sapa Renata dengan ramah.Kedua pria penjaga itu saling bertatapan, seolah aneh dengan hal itu."Itu siapa sih?" tanya pria itu pada temannya."Yah, palingan mainan baru si Bos. Udah, ayo lanjut kerja nanti kalau ketauan kepo abis kita," timpal temannya.Sesampainya di dalam, Renata menahan rahangnya yang ingin menganga melihat rumah yang begitu besar dengan semua perabotan yang mahal. Yang lebih membuat kaget Renata adalah ada sekitar dua belas pelayan d

  • Hasrat Terlarang Sang Bos   Pertemuan Menegangkan

    "Kau sudah gila!" Velicia menatap Alvin dengan wajah tak percayaNamun, Alvin hanya menggerakkan kepala dengan tegas ke arah pintu keluar. Velicia dengan kesal mengambil tasnya dan berjalan ke arah pintu melewati Renata yang masih berdiri di sana. Matanya begitu tajam menatap Renata. Pintu ruangan itu tertutup dengan keras, meninggalkan suasana yang tegang di udara.Renata yang masih berdiri di dekat meja Alvin, merasa cemas dengan situasi yang baru saja terjadi. Dia melihat Alvin yang duduk dengan tenang, tanpa ekspresi."Dia selalu seperti itu," ucap Alvin dengan suara pelan, memecah keheningan yang terasa tegang.Renata mengangguk dengan penuh pengertian. "Saya yang salah Pak, harusnya tidak masuk."Alvin mengangkat tangannya dengan lembut, memberikan isyarat kepada Renata untuk diam. Renata menghentikan penjelasannya dan menatap Alvin dengan wajah penuh tanya."Kemari!" kata Alvin. Renata dengan perlahan berjalan menuju meja kerja Bosnya, "Saya ingin tahu kenapa bukan Arini yang

  • Hasrat Terlarang Sang Bos   Hari Pertama

    “Apa kamu buta?!”Renata Amelia terkejut mendengar bentakan wanita di sampingnya. Padahal jelas-jelas wanita itu yang menabrak bahunya ketika ia berjalan menuju meja kerjanya."Maaf, saya sungguh-sungguh tidak hati-hati," Renata mencoba mengungkapkan penyesalannya dengan nada yang rendah.Renata baru saja memulai petualangan baru di Axidira Company, tapi sudah membuat kesan tidak mengenakan untuk salah satu orang di gedung ini. Ia pun hanya diam ketika wanita itu menggelengkan kepala dengan sikap angkuh yang terpancar dari setiap gerakannya. "Lain kali, gunakan matamu dengan bijak saat masih diberi kesempatan untuk melihat!" gertaknya dengan nada yang penuh dengan keangkuhan dan kepuasan diri.Renata merasa tersinggung dengan kata-kata wanita itu, tetapi dia mencoba tetap tenang. Dia tahu bahwa dia harus menjaga sikap profesional di tempat kerja. Meskipun ia tidak tahu apakah wanita ini akan menjadi rekan kerjanya atau tidak.Wanita itu cukup glamor untuk ukuran karyawan. Lihat saja

DMCA.com Protection Status