GUNDIK SUAMIKU
Part 20
🌹🌹🌹
"Ya Allah, kenapa Marisa bisa setega itu." lirihku seraya mengusap bulir bening yang perlahan menetes.
Nyaris aku tak percaya dengan surat yang kubaca. Surat tersebut menyatakan bahwa aku tidaklah mandul. Namun, kenapa surat itu berada di tangan Marisa? Ada apa sebenarnya? Apa dia tega mempalsukan hasil tes seperti yang dibilang ibunya mas Ari.Ah, pikirku menjalar ke mana-mana. Akan aku kejar sampai ke manapun langkah Marisa untuk mendapatkan penjelasannya. Wanita itu benar-benar licik dan jahat, aku tak menyangka jika dia bisa melakukan tindakan seperti ini. Tok!Tok! "Masuk!" Segera kuseka air mata yang membasahi pipi. Tatkala pintu kamar yang terketuk dari luar. Itu pasti mbok Darmi mengantarkan minuman pesananku tadi. Kusembunyikan kertas yang terdapat bekas lipatan itu ke bawah bantal. Dan pura-pura tidak terjadi apa-apa. GUNDIK SUAMIKUPart 21Anakku ….Setitik bulir bening meniti di ujung mataku. Seiring lirihnya kata yang tercelos dari mulutku. Raga ini serasa tak bertenaga. Setelahnya semua gelap.*Ruangan bernuansa putih menyambutku, kukerjapkan netra beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke rentina ini. Kepalaku sangatlah berat, rasa nyeri di perut dan juga sakit pada seluruh tubuhku membuatku sulit bergerak walau hanya sekadar menoleh."Sudah bangun?" kata seseorang yang tiba-tiba ada si samping."Pa-panji …," gumamku dengan suara parau setengah serak."Kamu nggak hilang ingatan 'kan?" Lelaki berkemeja hitam itu menatapku dalam."Enggak, buktinya aku ingat kamu." Pelan-pelan aku membenarkan letak posisi berbaring.Ia tak berkata, malah senyum lebar ia suguhkan hingga tercipta dekikan lesung pipi di kedua pipinya."Anakku baik-baik saja '
GUNDIK SUAMIKUPART 22"Mbok! Lagi sibuk apa?" Aku berteriak seraya membuka pintu kamar mbok Darmi.Wanita itu gelagapan dan segera menjauhkan ponsel dari indra pendengarannya."Simbok tadi habis nelepon keluarga di kampung, Nya. Bapak Simbok, jual tanah dan uangnya dibagikan ke anak-anaknya," kata mbok Darmi menjelaskan. "ya Allah, Nya! Nyonya kenapa banyak luka begitu?!" Mbok Darmi tergesa menghampiriku yang berdiri di depan pintu."Aku kecelakaan, Mbok. Oya, tolong buatin aku teh anget ya, bawa ke kamar atas," titahku. Lantas berbalik menginggalkan kamarnya.Menaiki undak
GUNDIK SUAMIKUPart 23Apa mereka udah saling kenal?Aku lantas duduk di sofa dengan bantuan Nadif."Kalian udah kenal ya?" tanyaku pada kedua orang ini."Dia tuh pernah nabrak aku di mall. Sampai barang belanjaanku jatuh berserakan. Mana malu-maluin lagi isinya," tukas Nadif dengan gaya bicaranya yang cepat tanpa jeda."Hal sepele gitu aja kamu marah, Dif?" godaku membuat bibir Nadif mengerucut. Sedangkan Panji yang duduk di seberang meja nampak salah tingkah."Bukan hal sepele Vina! Kamu tahu isi belanjaan itu apa?!" su
GUNDIK SUAMIKUPart 24"Eh, bunyi barang apa tuh yang pacah?!" Nadif bertanya."Nggak tahu Dif, aku mau lihat dulu ya," ujarku berjalan agak cepat ke arah belakang. Meski sesekali berdesis menahan perih yang menjalar di area perutku bagian bawah."Ikut Vin!" pekik Nadif saat aku sudah menjauh.Kedua pasang netra ini menatap vas bunga yang jatuh ke lantai dengan keadaan hancur tak berbentuk."Eh, ada apa, Nya?" Mbok Darmi datang tergopoh dari arah dapur.Ternyata Panji dan Nadif ikut menyusulku ke sini.
GUNDIK SUAMIKUPart 25"Vin, gimana? Udah kedetek belum letak HP kamu?" tanyanya sambil mengemudi."Bentar, masih loading." Mataku tak beralih menatap layar pipih itu. "udah ketemu, Pan. Lihat." Aku menunjukan gawai ini pada Panji."Bagus! Kamu lihat aja terus titik kecil yang berjalan itu. Kalau sesuai dengan jarak yang Mbok Darmi tuju. Berarti benar, maling itu ada sangkut pautnya sama Mbok Darmi."Hebat juga aplikasi ini. Tak perlu menunggu lama, ponselku dapat diketahui keberadaannya.Mobil yang aku tumpangi bersama Panji melaju sangat pelan. Ia sengaja menjaga jar
GUNDIK SUAMIKU PART 26 "Kamu tunggu sini ya, jangan ke mana-mana. Nanti kamu ikutan kalau warga udah pada datang." Panji memintaku untuk tetap berada di dalam mobil. "Siap." Kuiyakan dan ia lantas segera pergi. Panji memilih berlari menuju pemukiman warga yang letaknya bersebelahan dengan jalan arah gudang ini. Mungkin butuh waktu beberapa menit. Apa lagi tadi sebelum ke sini, aku sempat melihat warung kopi di dekat perempatan jalan. Warung itu lumayan ramai, banyak pria berbeda umur sedang santai sambil menikmati cangkir mereka masing-masing. Aku menunggu dengan
GUNDIK SUAMIKUPART 27Aku menuliskan nama lengkap beserta alamat rumah mama mantan mertuaku."Tunggu ya, tulisan ini nanti akan di print untuk membuat surat penangkapan kepada pihak tersangka." kata pak Polisi menyerahkan secarik kertas yang kutulis pada anggota lainnya."Apa Marisa juga terlibat dengan kejahatan yang kalian perbuat?" tanyaku pada kedua orang tak tahu diri itu."Tidak, Nyonya!" Mbok Darmi menjawab lantang."Beneran nggak ikut? Mendingan jawab jujur aja deh, daripada makin berat hukumannya," tandasku agar mbok Darmi mengatakan yang sejujurnya. Aku pun
GUNDIK SUAMIKUPART 28Gegas aku dan Panji turun setelah mobil berhenti."Kalian kenapa nangis?" tanyaku panik."Kami diusir dari kontrakan, Kak." jawab mereka sambil menyeka air mata."Loh, kok bisa? Marisa mana?" Kuedarkan pandangan ke arah pintu rumah yang tengah tertutup."Nggak tahu, Kak. Dari kemarin kami nggak lihat Ibu Marisa," kata anak lelaki berkaos putih. Kuperkirakan umurnya sekitar delapan tahun."Duh, kemana ya dia?" gumamku pelan. "udah ya, kalian jangan nangis lagi. Di sini ada Kakak." Aku mencoba m
Cincin Berlian Palsu Gundik SuamikuBab 65"Duh, maaf ya, Mas. Saya nggak sengaja," ucapku segera ikut tertunduk memunguti barang-barang yang berupa makanan ringan tersebut.Aku dan orang yang tadi kutabrak menggunakan troli itu sama sama tercengang ketika saling tatap."Kamu!" ucapku tertahan. Bisa-bisanya ya, aku juga ketemu dia di sini."Bu Vina, bisa-bisanya ya kita ketemu juga di sini?" Perkataan William mewakili apa yang aku katakan dalam hati."Haduh, nggak di kantor, enggak di mall. Semua ketemunya sama kamu kamu aja Will." Aku bersungut."Lagian sih, Bu Vina kenapa na
Cincin Berlian Palsu Gundik SuamikuBab 64"Papaku meninggal Vin. Barusan aku dapat telepon dari pihak rumah sakit. Katanya mamaku yang menyuruh pihak rumah sakit buat melepaskan semua alat medis yang dipakai Papa karena kami sudah tidak mampu membayar.""Innalilahi wainnailaihi rojiun," ucapku dengan dada yang berdegup cepat. Teringat pada masanya aku pernah ditinggalkan Ibu pulang ke Rahmatullah.Isak tangis terdengar dari sambungan telepon."Jess, ini sekarang kamu lagi ada di mana? Masih ada di kontrakan 'kan? tanyaku juga panik."Iya, Vin. Aku mau ke rumah sakit tapi aku nggak punya uang buat naik ojek."Aku menghela napas. Ya Allah, tadi aku lupa nggak ninggalin uang buat Jessica."Kamu tunggu aku ya, jangan ke mana-mana. Aku akan segera ke kontrakan kamu
Cincin Berlian Palsu Gundik SuamikuBab 63Jessica langsung menutup wajah dan meletakan ponsel yang masih menyala itu di atas kasur. Aku heran dengan perangai anehnya.Lekas kulihat gawai itu dan membaca pesan di sana. Begitupun sebuah foto testpack bergaris dua yang dikirim seseorang.Nomor bernama Mama itu yang mengirimkan foto alat tes kehamilan dengan garis dua dengan pesan bertuliskan.[Jessica! Ini apa maksudnya?! Mama menemukan testpack ini di tempat sampah kamar kamu.]
Cincin Berlian Palsu Gundik SuamikuBab 62"Di jalan Cempaka dekat dengan toko kue."Degh!Jalan Cempaka? Dekat dengan toko kue? Jangan-jangan …."Kamu kenapa Vin?""Hah, apa?!" Aku terhenyak saat Jessica mengibaskan tangan di depanku. Ah, pasti tadi aku melamun karena memikirkan nama jalan itu."Kok kamu ngelamun?" Jessica menatapku heran."Eh, enggak pa-pa kok. Oya, kamu sudah puas belum jenguk papamu? Kalau sudah ayo kita ke rumahku, soalnya udah mau malam."
Cincin Berlian Palsu Gundik SuamikuBab 61Aku menggaruk tengkuk yang tak gatal. Sebegitu tahunya Jessica tentang hidupku juga sekitarku."Vina, dosa nggak sih kalau aku menggugurkan bayi haram ini?""Astaghfirullahaladzim, Jessica!"Aku sontak beristighfar mendengar pertanyaan konyol dari Jessica. Bisa-bisanya dia berpikiran hal bodoh begitu."Katanya kamu seorang Islam. Kalau kamu muslim, pasti kamu tahu hal itu dosa apa enggak." Kucetuskan dengan tegas."Tapi aku sama sekali nggak menginginkan anak ini lahir Vin. Kamu nggak tahu gimana rasanya jadi aku." Jessica protes. Dan
Cincin Berlian Palsu Gundik SuamikuBab 60Menjalani hari-hari kami masing-masing tanpa bertutur sapa lagi seperti sebelumnya.Mataku berkaca-kaca, menatap seonggok cincin berkilau yang Panji berikan padaku. Aku akan menjaganya, sebagaimana pesan yang ia katakan sebelum pergi.Aku masih berdiri dengan tubuh kaku seolah berat untuk beranjak pergi meninggalkan bandara ini.Punggung Panji semakin jauh dan jauh. Meski samar terlihat ia menoleh ke arah sini. Itu tidak akan membuat perpisahan kami tertunda.Selamat jalan, kasih. Semoga kau segera bisa lekas sembuh dan bisa berlari lagi mengejar apa yang belum tersampaikan. Aku berdoa dalam diam. M
Cincin Berlian Palsu Gundik SuamikuBab 59Aku reflek menyentuh pelipis ini.Jika Panji sudah dibawa ke luar negeri. Itu artinya aku telah gagal menyingkap kebusukan yang selama ini mengancam keluarga Panji."Kalau ada hal yang ingin disampaikan, bisa bilang ke saya Mbak." Ibu-ibu yang sepertinya asisten rumah tangga Panji itu membuatku lekas menatapnya."Nggak ada, Bu. Terimakasih ya, saya permisi dulu." Aku berpamitan. Namun langkah ini terhenti saat terdengar ada deru mesin mobil yang melipir di depan rumah mewah Panji.Sesosok wanita muda ke luar dari sana.Mataku memincin
Cincin Berlian Palsu Gundik SuamikuBab 58"Berhenti! Saya mau ketemu Vina!" Teriakan Panji kudengar pilu. Meski ia sudah jauh, tapi para perawat yang mendorong brankar tempat ia berbaring enggan menghentikan roda bulatnya walau sebentar saja. Pun keluarga Panji yang melintasi aku semua melemparkan tatapan sinis.Aku ingin mengejarnya. Tapi ….Tapi itu jelas tak mungkin. Biarlah, toh masalahku dengan Panji telah selesai. Dia akan menikah dengan wanita pilihan ibunya. Namun jika ingat niatan busuk gadis itu mau nikah sama Panji, ada sesuatu yang mendorongku untuk ingin mencegahnya.Lalu, apa yang akan aku lakukan? Jika aku mencegahnya pun akan sia-sia. Mamanya Panji terlalu benci terhadap
Cincin Berlian Palsu Gundik SuamikuBab 57Siapa tahu video ini nanti akan berguna. Aku membatin."Heh, Vina! Kenapa kamu lama banget?!"Aku telonjak kaget. Mama menepuk pundakku hingga HP yang hampir masuk ke dalam tas itu nyaris jatuh ke lantai.Cepat kutarik Mama agak menjauh dari tempat aku menguping. Takut gadis setan dan mamanya itu melihat keberadaanku karena ulah Mama yang mengagetkan."Mama kenapa nganggetin aku sih?!" protesku sembari menautkan alis."Ya kamu sih, lama banget nebus obatnya. Papamu udah disuruh minum tuh obat sama Dokter Vina, eh kamu malah nggak balik-bali