SUV milik Christian sudah tiba di kawasan pemukiman yang dihuni oleh Delila. Dia sengaja menyuruh sang sopir, agar berhenti tidak di depan rumah yang menjadi tempat dirinya mengurung Laura. Kendaraan itu diparkir beberapa meter dari rumah tersebut.
Christian berjalan menyusuri pinggiran jalan beraspal. Dia terlihat sangat gagah dengan kemeja putih, yang dilipat bagian lengannya hingga tiga per empat. Berhubung hari masih siang, Christian meninggalkan trench coat miliknya di mobil. Setelah tiba di depan halaman rumah, sang pemilik Lynch Company tersebut menghentikan langkah.
Tatapan Christian tertuju pada Laura, yang tengah duduk dekat jendela sambil membaca buku. Sesekali, wanit
Christian menatap heran sang sopir pribadi. “Masalah?” ulangnya tak mengerti.“Ya, Tuan. Sejak kemarin memang ada sedikit masalah dengan mobil Anda. Tadinya, hari ini aku akan melakukan pengecekan ulang. Namun, Anda mengajak kemari. Jadi ….”“Di mana mobilku sekarang?” sela Christian.“Aku sudah menghubungi mekanik dari tempat langganan Anda. Mereka sedang memeriksa kondisi mobil di tempat tadi, Tuan. Apa Anda ingin melihat ke sana?” tawar Wayne seraya menyodorkan trench coat milik sang majikan.Christian menerima mantel berwarna hitam itu sambil berdecak pelan. Tanpa memberikan jawaban, pengusaha muda tersebut langsung beranjak keluar dari rumah. Dia melangkah gagah menuju ke tempat
Pertautan terus berlangsung hingga beberapa saat. Laura yang awalnya kaku ketika mendapat perlakuan seperti itu dari Christian, makin lama makin luwes dan mulai menikmati setiap lumatan sang suami. Dia bahkan berani melingkarkan tangannya di pinggang pria tampan tersebut.Sejurus kemudian, Christian menghentikan sejenak ciumannya. Dia membuka mata, lalu menatap Laura yang masih terpejam. Seperti kecanduan, pengusaha muda itu kembali menikmati bibir sang istri yang basah terkena air dari shower. Christian bahkan menjamah beberapa bagian tubuh yang menjadi kesukaannya, setiap kali bermesraan dengan Chelsea.Chelsea?Seketika, Christian tersadar. Entah apa yang telah memengaruhi pikirannya sehingga bisa terlarut dalam suasana seperti itu. Dia yang sudah menegaskan pada Chelsea bahwa tak akan pernah te
Entah apa yang terjadi pada seorang Christian Lynch, ketika dia tertidur pulas sambil memeluk Laura di bawah selimut yang sama. Keduanya bahkan tak sempat mengenakan pakaian. Christian seakan melupakan segala hal. Termasuk pada sang kekasih, yang malam itu harus rela pergi seorang diri ke acara reuni.Kesal dan marah. Chelsea teramat kecewa atas sikap Christian. Wanita cantik tersebut tak habis pikir dengan sikap kekasihnya. Namun, Chelsea tetap berusaha menikmati acara bersama beberapa teman lama yang terdiri dari pria dan wanita.**********Matahari belum terlalu tinggi, ketika Laura membuka mata. Wanita cantik berambut pirang itu baru tersadar. Semalaman dia tidur tanpa mengenakan pakaian sehelai pun. Laura menoleh ke samping. Si pemil
Christian mengangguk. Dia kembali ke dalam kamar untuk mengambil trench coat serta ponselnya. Sebelum keluar dari sana, pria tampan itu sempat menoleh pada nampan berisi makanan. Christian tak sempat menyentuhnya. Pria itu memilih tak peduli dan segera berlalu menuju lantai satu. “Apa Anda sudah sarapan, Tuan?” tanya Delila, saat melihat Christian telah bersiap pergi. “Belum,” jawab Christian datar. “Nyonya sudah membawakan Anda sarapan ke kamar. Sebaiknya, Anda mengisi perut terlebih dulu sebelum kembali ke London,” saran Delila lembut dan teramat sopan. Christian tak langsung menanggapi. Pria itu terpaku beberapa saat. “Tolong ambilkan, Delila,” pintanya, seraya berjalan ke meja makan. Christian duduk tenang penuh wibawa di salah satu kursi kayu yang berjumlah empat buah. Belum sempat Delila kembali dari kamar, Laura lebih dulu muncul membawa beberapa tangkai bunga yang baru dia petik. Dia melangkah tenang, tanpa menghiraukan keber
“Apa maksudmu?” Christian menatap lekat Chelsea yang baru datang. “Kau bisa saja pulang dengan Wayne kemarin. Kenapa justru memilih menginap di Cotswolds?” protes Chelsea teramat kecewa. “Sudahlah, Chelsea. Aku sangat lelah dan sakit kepala.” Christian yang malas meladeni sang kekasih, segera membalikkan badan. Namun, Chelsea langsung menahannya. Dia tak puas dengan jawaban sang kekasih. “Kita belum selesai bicara, Christian!” . Christian mengembuskan napas berat, serayakembali menoleh pada Chelsea. “Apa lagi yang harus kita bicarakan? Mobilku bermasalah. Aku tidak bisa kembali ke London sehingga memutuskan menginap di Cotswolds,” jelas Christian, meskipun malas. “Kenapa tidak pulang bersama Wayne?” “Aku tidak suka menumpang mobil orang lain,” sahut Christian enteng, berusaha tak terpancing. “Alasanmu sangat konyol!" “Terserah kau.” Christian membalikkan badan. Namun, lagi-lagi Chelsea menahannya. “Ayolah, Chelsea. Kau sudah menguji kesabaranku.” “Kau sudah mengecewakanku, Ch
“Berita apa yang Anda bawa untukku, Detektif Mount?” tanya Christian sambil menyilangkan kaki. Seperti biasa, dia selalu menunjukkan wibawa serta kharismanya di hadapan setiap orang. “Ini tentang Nona Pearson, Tuan,” jawab Gareth sambil mengeluarkan amplop dari dalam mantelnya. “Aku sudah mengikuti Nona Emilia Patricia Pearson selama rentang waktu beberapa hari. Dalam dua hari terakhir, dia sempat menemui seseorang di sebuah apartemen pusat kota. Setelah kuselidiki, ternyata pemilik unit apartemen itu bernama Jeremy Carson. Aku tidak tahu apa hubungannya dengan pria tersebut,” tutur Gareth.“Keesokannya, aku melihat Nona Pearson menemui seorang tunawisma. Dia bahkan berbincang lama dengan tunawisma itu."“Di mana?” tanya Christian penasaran.“Tunawisma itu berada tak jauh dari Trafalgar Square. Terus terang saja, aku tidak mengira bahwa Nona Pearson memiliki hati yang sangat dermawan,” tutur Gareth lagi. “Maksud Anda?” Christian memicingkan mata,
Keesokan harinya, Emma datang seorang diri ke kediaman milik Christian. Tepat pukul sepuluh pagi, saudara kembar Laura tersebut sudah tiba dan disambut langsung oleh Alfred. Emma dipersilakan agar menunggu di ruang tamu. Tak berselang lama, Christian muncul di sana. Seperti biasa, pria itu selalu terlihat penuh kharisma, meskipun bukan dalam penampilan rapi seperti biasanya. “Apa kabar, Christian?” sapa Emma dengan senyum lebar, saat menyambut kehadiran sang pemilik kediaman mewah itu. “Baik. Kau sendiri?” Christian balik bertanya. “Sangat baik,” jawab Emma seraya duduk, setelah Christian mempersilakannya. “Aku cukup terkejut karena kau mengundangku datang kemari. Apakah ada sesuatu yang penting?” tanya saudara kembar Laura tersebut. Christian tak segera memberikan jawaban. Seulas senyuman terbit di bibir pengusaha tiga puluh lima tahun tersebut. Entah apa yang tengah direncanakannya kali ini. “Terima kasih karena kau telah meluangka
Sekuat tenaga, Chelsea menjauhkan Christian dari Emma. Setelah pria itu mundur, dia langsung menarik rambut saudara kembar Laura tersebut hingga berdiri. “Dasar jalang sialan!” maki Chelsea sambil menjambak Emma dengan beringas. “Siapa kau? Wanita tak tahu diri!” balas Emma. Dia tak tinggal diam mendapat serangan mendadak dari Chelsea. Kedua wanita itu akhirnya saling mencakar dan menjambak.Sementara Christian, awalnya hanya memperhatikan sambil menggeleng samar. Namun, pria itu akhirnya tak tinggal diam. Dia melerai kedua wanita tadi dengan sangat mudah. Terlebih karena Alfred datang ke sana, setelah mendengar keributan. “Kalian berdua sangat memalukan,” ujar Christian dingin. “Aku tidak suka melihatmu berdekatan dengan pelacur ini, Christian! Kenapa kau membawanya kemari?” Chelsea berusaha melepaskan diri dari Christian, yang memegangi kedua lengannya. Wanita yang berprofesi sebagai model tersebut belum puas menyerang Emma. “Ayo! K