Beranda / Romansa / Hasrat Liar Sang Kakak Ipar / 83. Monaco: The Final Morning

Share

83. Monaco: The Final Morning

Penulis: Merspenstory
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-16 09:48:43
Lea masih setengah sadar ketika matanya perlahan terbuka. Ia mengedip beberapa kali, mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya yang temaram di kamar. Namun ada sesuatu yang terasa berbeda.

Keberadaan hangat di sampingnya.

Tangannya masih tersembunyi di bawah selimut, tetapi kehangatan asing di sampingnya terasa begitu nyata. Bukan ilusi kantuk. Bukan sekadar perasaan. Sesuatu—atau seseorang—ada di sana, membuat napasnya tercekat seketika.

Lea sontak membelalakkan mata dan menoleh perlahan. Jantungnya hampir berhenti saat mendapati Kayden berbaring di sisi lain tempat tidur sedang menatapnya dengan santai.

“Astaga!” pekiknya terkejut, lalu buru-buru bangkit duduk.

Lea menegang sambil menatap pria itu dengan tak percaya. Namun sebelum sempat membuka mulut untuk mempertanyakan keberadaan pria itu di kamarnya, Kayden lebih dulu berbicara.

“Kita pergi sebentar sebelum ke bandara,” katanya mengumumkan.

Lea masih terpaku sementara otaknya berusaha mencerna situasi. “Apa?” tanyanya dengan sediki
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   84. Jalan Buntu

    Bandara New York.Keramaian langsung menyambut begitu Lea dan Kayden melangkah keluar dari ruang kedatangan. Suasana khas bandara dengan suara pengumuman penerbangan, langkah kaki yang tergesa-gesa, dan gemuruh roda koper memenuhi telinga mereka.Lea mengeluarkan ponselnya begitu merasakan getaran dari dalam tasnya. Nama Astrid Galen terpampang jelas di layar, membuat napasnya tersendat seketika.Tangannya sedikit gemetar saat ia menerima panggilan itu. “Halo?”“Aku ingin kamu datang ke rumah sekarang,” suara Astrid terdengar tegas di seberang.Lea menelan ludah. “Tapi, aku baru saja tiba—”“Aku tidak peduli.” Nada suara wanita itu penuh tekanan. “Datang sekarang.”Sambungan langsung terputus sebelum Lea bisa mengatakan apa pun.Ia masih memegang ponselnya dengan erat dan perasaannya berkecamuk. Jantungnya berdebar tak menentu, sementara pikirannya berusaha menebak-nebak alasan Astrid memanggilnya.Kayden yang sejak tadi berdiri di sampingnya, melirik Lea sekilas sebelum berjalan menuj

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   85. Lingerie Merah dan Kehancuran Harga Diri

    Beberapa hari berlalu dan tekanan dari Astrid semakin menjadi. Setiap kali Lea berpikir ia bisa bernapas sedikit lebih lega, telepon atau pesan dari wanita itu kembali masuk dan mengingatkan tujuan yang telah ditetapkan untuknya. Keinginan Astrid agar ia segera hamil kini menjadi beban yang menekan pikirannya setiap harinya.Lea semakin sulit berkonsentrasi. Bahkan saat di tempat kerja, di mana seharusnya ia bisa mengalihkan perhatiannya, pikirannya tetap terpaku pada satu hal. Bagaimana ia bisa memenuhi tuntutan Astrid? Bagaimana ia bisa mewujudkan sesuatu yang bahkan hampir mustahil?Hari ini pun tak berbeda. Ketika Annika mengajaknya makan siang di kantin, Lea hanya mengangguk tanpa benar-benar memerhatikan saat rekannya itu berbicara.“Kamu kenapa sih?” tanya Annika setelah beberapa saat Lea hanya mengaduk makanannya tanpa benar-benar menyuapinya ke mulut.Lea tersentak dari lamunannya. “Hm? Apa?”Annika mendesah, lalu meletakkan sendoknya ke piring. “Aku sudah bicara cukup lama d

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   86. Jika Harus Hamil, Itu Harus Denganku!

    Satu jam kemudian, Lea tiba di kediaman Easton dengan langkah lesu. Rasa lelah dan tekanan yang menumpuk seharian ini masih menggelayut di pikirannya. Begitu memasuki kamar, tanpa pikir panjang ia segera melemparkan lingerie merah itu ke atas kasur.Pandangannya tertuju pada kain tipis tersebut dan mata hazelnya dipenuhi rasa frustrasi.‘Bagaimana aku bisa melakukan ini?’ batinnya berteriak.Lea mengusap wajahnya dengan kasar, berusaha menyingkirkan segala pikiran yang berkecamuk di benaknya. Setelah beberapa saat berdiri diam, ia menghela napas panjang sebelum akhirnya melangkah menuju kamar mandi, berharap air hangat dapat mengikis rasa lelah yang menyesakkan tubuhnya.Begitu masuk, ia menyalakan pancuran dan membiarkan air hangat mengalir di kulitnya yang tegang. Butiran air jatuh, memberikan sedikit ketenangan meski pikirannya masih dipenuhi kebimbangan. Lea meremas rambutnya yang basah, lalu menutup mata sejenak, berharap ketenangan ini bisa bertahan lebih lama.Namun, saat akhir

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   87. Silence, Pain, and Obsession

    Lea semakin menegang, sementara jari-jarinya mencengkeram lingerie di tangannya dengan begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih. Napasnya tercekat saat suara langkah itu semakin mendekat.Tidak. Tidak sekarang.Pikirannya berputar liar mencari jalan keluar. Jika Noah membuka pintu dan melihatnya dalam posisi seperti ini bersama Kayden, tidak ada cara untuk menjelaskan situasinya. Bahkan jika ia mencoba, Noah tidak akan peduli.Di sisi lain, Kayden masih berdiri dengan tenang. Pria itu sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda terpengaruh oleh ancaman yang begitu nyata di depan mereka. Ia bahkan melirik sekilas ke arah pintu dengan ekspresi bosan sebelum kembali menatap Lea.“Kenapa gemetar begitu?” bisiknya pelan, suaranya terdengar mengejek dan itu menyebalkan bagi Lea.Lea menahan napas, ingin sekali mengumpat pria itu, tetapi sebelum ia sempat mengatakan apa pun, suara gagang pintu yang berputar membuatnya membeku.Seketika, jantungnya seolah berhenti berdetak dan nyawanya sepe

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   88. No Mercy, No Escape

    Beberapa saat setelah Lea memanggil dokter, seorang dokter pria memasuki ruangan dengan membawa hasil pemeriksaan Kaelyn. Wajahnya tetap tenang meskipun suasana dalam ruangan terasa begitu tegang.“Nyonya Kaelyn,” ujar dokter itu sambil menatap catatan medisnya, “hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Anda mengalami keracunan makanan.”Kaelyn mengerutkan kening, ekspresi terkejut sekaligus curiga terpancar jelas di wajahnya. “Keracunan makanan? Itu mustahil. Aku selalu makan makanan rumah dan tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.”Dokter itu hanya mengangguk sopan. “Mungkin ada kontaminasi dalam bahan makanan atau sesuatu yang dikonsumsi berbeda dari biasanya. Kami akan memberikan perawatan yang diperlukan untuk membantu pemulihan Anda.”Kaelyn tidak menjawab, dan matanya seketika beralih ke arah Lea yang berdiri tidak jauh dari ranjangnya. Tatapan yang sebelumnya tajam lantas berubah penuh kecurigaan.Saat itu juga, pintu ruangan terbuka dengan kasar. Noah masuk dengan lang

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   89. AKu Harus Membunuhnya, Suatu Hari Nanti

    Lea merasakan rasa sakit yang begitu tajam di perutnya, tetapi ia tetap memaksakan diri untuk berjalan menuju ruang observasi. Dengan langkah terseok-seok, ia memasuki ruangan tempat Kaelyn dirawat. Berusaha sekuat tenaga untuk mengabaikan rasa sakit yang semakin mendera.Setibanya di sana, Lea berhenti sejenak untuk mengatur napas. Ia mendekat ke ranjang Kaelyn yang masih terbaring dengan selang infus terpasang di tangannya.“Bu …,” suara Lea terdengar lirih, “bagaimana perasaanmu?”Kaelyn membuka matanya, lalu menatap Lea sekilas. “Aku lebih baik,” jawabnya singkat.Lea berusaha tersenyum meskipun setiap gerakan hanya menambah rasa sakit di perutnya. Wajahnya semakin pucat dan keringat dingin mulai mengalir di dahinya. “Aku akan menemani ibu di sini,” katanya pelan, suaranya hampir tak terdengar.Lea menarik kursi lebih dekat ke ranjang Kaelyn dan duduk dengan hati-hati. Rasa sakit di perutnya semakin menjadi-jadi hingga membuatnya kesulitan untuk tetap duduk tegak. Keringat dingin

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   90. Goyah

    Setelah menunggu beberapa jam, Lea akhirnya diperbolehkan pulang setelah dokter menyatakan kondisinya stabil dan ia sudah tidak merasakan nyeri di perutnya.“Aku akan pulang sendiri dengan taksi,” tegas Lea sebelum Kayden sempat mencoba memerintahnya untuk naik ke mobil pria itu.Kayden memandangi Lea dengan wajah kaku, jelas sekali pria itu tidak setuju dengan keputusan yang Lea buat.“Sekarang masih pukul lima pagi dan kamu ingin pulang dengan taksi? Apa kamu tidak waras?” katanya dengan nada ketus.Lea mendesah pelan, sebisa mungkin menahan rasa lelah yang sudah menggerogoti tubuhnya sejak tadi. Jika Kayden mengajaknya untuk berdebat, Lea sama sekali tidak punya cukup tenaga. Tapi, Lea tidak ingin menyerah begitu saja.“Justru karena aku masih waras, aku tidak ingin pulang bersamamu ke kediaman Easton. Apa yang akan mereka pikirkan kalau kita pulang bersama? Aku tidak ingin ada tragedi lain, Kakak Ipar,” jawabnya mantap.Kayden terdiam sejenak, tampak memikirkan tentang alasan Lea.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   91. Pengkhianatan di Balik Layar: Kayden VS Noah

    Saat ini, Noah sedang duduk di ruang ganti studio. Pria itu bersandar santai di sofa sembari menelusuri ponselnya. Jadwal pemotretan hari ini cukup melelahkan, tetapi ia tetap bersemangat karena satu hal—sebuah pekerjaan besar yang dijanjikan padanya oleh Jonathan Reid.Kampanye terbaru untuk merek fashion ternama Valmore adalah gebrakan besar yang bisa semakin mengukuhkan posisinya sebagai model papan atas. Tidak ada yang lebih pantas dari dirinya untuk menjadi wajah utama proyek ini.Namun, lamunannya buyar ketika seorang asisten masuk dengan tergesa-gesa.“Tuan Noah … Anda sudah dengar beritanya?” Asisten itu masuk dengan napas yang terengah-engah.Noah mengangkat alis, ia tidak suka dengan nada gugup yang digunakan asisten itu. “Berita apa?” tanyanya tak begitu penasaran.Asisten itu menelan ludah, wajahnya terlihat ragu. “Kampanye Valmore … mereka sudah mengumumkan model utamanya.”Senyum Noah langsung melebar. “Akhirnya mereka mengumumkannya. Sudah seharusnya, bukan? Aku harus se

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-19

Bab terbaru

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   103. Trauma Baru

    Seluruh wajah Lea basah akan keringat saat mobil berhenti di sebuah tempat sepi yang bahkan tidak dikenalnya. Gelap, sunyi, dan jauh dari keramaian. Ia bisa mendengar detak jantungnya yang berdegup kencang saat sopir itu menoleh ke arahnya dengan seringai licik.“Turun,” perintahnya dengan nada dingin sembari mengacungkan pisaunya di dekat leher Lea.Lea mengangguk pelan, berpura-pura menurut. Sementara di bawah sana, tangannya merogoh tas dengan gemetar dan berhasil menemukan botol parfum kaca yang tersembunyi di dalamnya. Saat pria itu bergerak lebih dekat, Lea segera mengayunkan botol itu sekuat tenaga hingga mengenai wajahnya dengan keras!“ARGH!” Sopir itu menjerit.Tanpa membuang waktu, Lea mendorong pintu mobil dengan keras dan langsung berlari keluar.Kakinya hampir terpeleset di atas salju, tapi ia tidak peduli. Ia hanya bisa fokus untuk berlari, menjauh sejauh mungkin dari pria itu.Dalam ketakutan dan kepanikan, Lea melihat sebuah mobil melaju ke arahnya. Tanpa berpikir pan

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   102. Dirampok

    Entah mengapa, Lea tiba-tiba panik, seperti ia baru saja tertangkap basah melakukan sesuatu yang melanggar hukum. Niatnya untuk berbalik arah langsung buyar saat sebuah suara mengudara di belakangnya. Lea terdiam di tempat.“Nyonya Lea Rose.”Suara itu berasal dari sopir pribadi Kaelyn. Lea menelan ludah dengan susah payah sebelum akhirnya berbalik perlahan. Senyum masam terbit di bibir ranumnya saat ia berusaha menyembunyikan kegelisahan yang merayapi dadanya.“Uhm ... Halo, Tuan Simmons. Kebetulan sekali kita bertemu di sini,” ujarnya dengan suara getir.Tuan Simmons melangkah mendekat, dahinya sedikit berkerut saat memperhatikan Lea yang tampak gelisah. Namun sebelum sempat mengutarakan pikirannya, dering ponsel dari dalam sakunya mengalihkan perhatiannya. Dengan cepat, ia merogoh saku celananya dan melihat nama yang tertera di layar.Kaelyn.Ekspresi Tuan Simmons berubah serius saat ia mengangkat panggilan itu. “Ya, Nyonya,” jawabnya dengan nada hormat.Lea berdiri kaku di tempatn

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   101. Jalan Buntu

    “Katakan padanya, kita bisa bicara di rumah. Aku sedang makan malam, dan aku tidak ingin diganggu,” kata Kayden sebelum mengakhiri panggilan sepihak.Lea menghela napas panjang meski kegelisahan masih mengendap di dadanya. Ia menatap Kayden dengan cemas, tidak, sebenarnya wanita itu tampak ingin menangis saking cemasnya.“Dia tidak akan naik ke mari, kan?” tanyanya memastikan.Kayden menatapnya sekilas, lalu kembali menikmati makanannya dengan tenang. Tidak ada tanda-tanda ketegangan di wajahnya, seakan keberadaan Kaelyn di sini mencarinya sama sekali tidak berarti.“Ada apa? Kamu takut?” tanyanya santai, nada suaranya terdengar samar menggoda. Ia menyumpit sepotong sushi dan memasukkannya ke dalam mulut.Lea mengembuskan napas panjang, wajahnya berubah masam. “Menurutmu?” balasnya sedikit kesal. “Kenapa kamu selalu melontarkan pertanyaan yang sudah jelas jawabannya?”Tentu saja Lea takut. Bahkan, ia sangat ketakutan sekarang.Kayden hanya menatapnya sekilas sebelum kembali menyuap ma

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   100. Gema Masalah

    Lea tidak tahu harus mengatakan apa setelah mendengar hal itu. Otaknya mendadak kosong, tak mampu memproses apa pun. Bahkan tubuhnya terasa tertanam di tempat, ia tidak bisa bergerak bahkan sedikit pun.Di depannya, Kayden masih memandanginya dengan tatapan intens dan wajah yang tetap tenang. “Terlalu terkejut untuk merespons?” ucap pria itu dengan suara datar, lalu melangkah lebih dekat hingga jarak di antara mereka terkikis. “Atau kamu mulai memahami sesuatu?”Lea berusaha mengatur napasnya. “Aku hanya tidak mengerti,” gumamnya pelan.Kayden menunduk sedikit. Salah satu tangannya bergerak menyentuh dagu Lea dengan lembut. “Kamu tidak perlu mengerti, Lea Rose. Kamu hanya perlu tahu satu hal,” bisiknya, kemudian merapatkan wajahnya hingga napasnya yang hangat menyapu telinga Lea. “Aku akan membalas siapa pun yang menyakitimu.”Lea menunduk menatap lantai. “Tapi—” Ucapannya terhenti saat Kayden menarik dagunya hingga membuatnya mendongak.“Jangan pernah meragukanku lagi,” kata pria itu.

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   99. Campur Tangan Kayden?

    Ruang konferensi utama, Kantor Pusat Easton Industries – Sore Hari.Lampu kamera berkilat tanpa henti, membanjiri ruangan dengan cahaya putih yang menyilaukan. Puluhan wartawan duduk di barisan kursi. Beberapa sibuk mencatat, sementara yang lain menggenggam ponsel atau kamera, bersiap menangkap setiap gerakan dan kata yang keluar dari mulut Noah Easton.Noah duduk di belakang meja panjang dengan logo Easton Industries terpampang di latar belakang. Di sebelahnya, seorang perwakilan hukum dan kepala humas perusahaan duduk diam menunggu. Namun, semua perhatian tertuju pada Noah yang kini tengah berjuang menekan amarahnya.Mikrofon di depannya menangkap setiap tarikan napasnya yang berat. Kamera yang terfokus padanya memperlihatkan garis tegang di wajahnya, menyorot emosi yang ia coba sembunyikan sejak tadi.Setelah beberapa detik yang terasa sangat lama, Noah akhirnya berbicara.“Saya ingin menyampaikan permintaan maaf saya,” suaranya rendah namun jelas. “Atas insiden yang terjadi dan dam

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   98. Citra yang Hancur

    Pagi itu, suasana di lobi terasa lebih ramai dari biasanya. Lea melangkah masuk dan sengaja memperlambat langkahnya saat mendengar bisikan-bisikan di antara para karyawan yang berkumpul di depan lift. Beberapa dari mereka sibuk menatap layar ponsel, sementara yang lain berbisik dengan ekspresi penuh antusiasme.Lea berhenti di belakang kerumunan. Namun saat pintu lift terbuka dan ia melangkah masuk, suara-suara itu terdengar semakin jelas.“Kamu sudah lihat berita tadi malam?” Suara seorang wanita terdengar di belakangnya.“Ya, aku tidak menyangka skandal sebesar itu akan muncul,” sahut yang lain.Lea berusaha mengabaikan percakapan itu, tetapi rasa tidak nyaman mulai merayap di dadanya. Ia tahu pasti apa yang sedang dibicarakan, tidak lain adalah skandal Noah. Beberapa karyawan memilih diam, tetapi yang lain tak segan mengecam dengan kata-kata tajam yang menusuk telinga.Meski tak satu pun dari mereka mengetahui kebenaran di balik status pernikahannya dengan pria itu, Lea tetap meras

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   97. Neraka Kehancuran

    Tiga hari setelah insiden di ruang ganti, nama Noah Easton menjadi trending di seluruh media sosial. Bukan karena kontrak barunya dengan brand paling berpengaruh atau prestasi yang ia raih, melainkan sebuah skandal yang menghancurkan citranya dalam semalam.Sebuah video bocor ke publik—rekaman yang menunjukkan Noah dengan jelas meninju asistennya hingga tersungkur. Ekspresi marah, sorot mata liar, dan dentuman keras benda yang dibanting memenuhi latar rekaman itu. Video tersebut diunggah oleh akun anonim, tetapi dengan cepat menyebar bak api yang membakar reputasinya dalam sekejap.#CancelNoahEaston dan #JusticeForAssistant menjadi topik utama di berbagai platform. Wajahnya yang selama ini terpampang di billboard mewah, kini bersanding dengan berita buruk yang menyudutkannya. Media mulai menggali lebih dalam, dan dalam hitungan jam, berbagai artikel bermunculan dengan judul-judul tajam.Sisi Gelap Noah Easton: Arogansi Seorang Model Ternama yang Terungkap.Noah Easton di Ambang Kehanc

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   96. Awal Dari Kejatuhan Noah?

    Noah duduk di ruang ganti dengan ekspresi gelisah. Ia baru saja menerima kabar yang sama sekali tidak ia duga—stylist pribadinya, Miranda Coen, tidak lagi bekerja untuknya sejak hari ini. Wanita itu adalah sosok yang memastikan setiap penampilannya selalu sempurna di depan kamera. Namun ketika Noah menghubunginya, ia hanya mendapat jawaban singkat bahwa kontraknya dengan Easton Media tidak lagi diperpanjang.“Apa maksudnya tidak diperpanjang?” geram Noah, jarinya yang kurus menggenggam ponselnya lebih erat.“Maaf, Noah. Aku tidak tahu detailnya. Ini kebijakan dari atas,” suara Miranda terdengar menyesal sebelum panggilan berakhir.Noah melemparkan ponselnya ke meja dengan kasar. Selama ini, hanya Miranda yang bisa memuaskannya dengan penampilannya. Ia mencoba menghubungi manajernya, tetapi sebelum sempat mendapat jawaban, seorang asisten masuk ke ruang ganti dengan raut wajah canggung.“Tuan Noah, ada sesuatu yang perlu Anda lihat.”Noah menatap asisten pribadinya itu dengan tajam seb

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   95. Neraka Paling Indah

    Kayden tidak menunggu jawaban. Dalam satu gerakan cepat, lengannya melingkari pinggang Lea dan mengangkat wanita itu dengan mudah ke dalam gendongannya.“Hei—” Lea tersentak kaget dan refleks meraih bahu Kayden. Ia menggigit bibir bawahnya sedikit kuat, menahan suara agar tidak membangunkan orang-orang di lantai bawah.“Tutup mulutmu dan diam,” potong Kayden tegas.Langkah Kayden mantap saat membawa Lea menuju kamarnya. Begitu tiba, ia langsung membaringkan wanita itu di atas ranjangnya dengan gerakan yang tak terduga—lembut dan hati-hati.Lea hendak bangun, tetapi Kayden menekan bahunya dengan pelan, membuatnya tetap terbaring di ranjang.“Malam ini, tidur di sini,” ucapnya singkat.Lea membuka mulut, ingin membantah, tetapi Kayden lebih dulu melanjutkan, “Lagi pula, Noah tidak pernah tidur bersamamu.”Lea mengepalkan selimut di sampingnya, tetapi tidak mengatakan apa pun. Kata-kata Kayden sebelumnya sudah cukup membungkamnya.Sejak awal pernikahan, kamar mereka hanya sekadar formali

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status