Brice menghentikan mobilnya di depan halaman seperti kemarin. Tetapi tentu saja kali ini dia tidak akan menunggu selama satu jam lagi. Dia sudah memberi kabar kepada Austin kalau dia akan datang bersama Jennifer sebelum berangkat. Austin pun setuju saja, dia ingin membuat istrinya itu tidak terbebani oleh sesuatu yang tidak selesai. “Ayo turun,” ujar Brice dan menutup pintu. Jennifer pun menyusul dari belakang. “Brice tung –“ suaranya seketika tercekat. Matanya membelalak dengan sempurna begitu melihat sosok yang kini berdiri di depan pintu. Bella dan Austin yang sedang menggendong Arion menyambutnya. “Brice..” gumam Jennifer. Kedua tangannya mengepal dengan kuat. Bella berjalan mendekat ke arahnya, semakin Bella mendekat. Jennifer tanpa sadar mengambil langkah mundur dengan susah payah. Brice berjalan mendekati Austin. “Sepertinya kita harus memberikan mereka berdua waktu,” ucap Austin kepada Brice. “Aku setuju kak !” balas Brice. Ketiga laki-laki beda generasi itu pun berja
Akhirnya setelah penerbangan dengan first class bersama Brice selama 1 jam 40 menit, mereka tiba di Bandar Udara Schiphol Amsterdam.Jennifer menarik nafas dalam-dalam, menghirup udara segar di Kota Amsterdam yang akan menjadi tempat tinggalnya nanti.“Ayo kita langsung ke tempat tinggalmu,” ujar Brice dan di angguki oleh Jennifer.Brice yang sudah sering ke Amsterdam menghafal tiap sudut jalan di Kota Terbesar di Nedherland ini. Bahkan Amsterdam merupakan tempat menetap keduanya selain negara asalnya.Karena masing-masing hanya membawa satu koper, membuat mereka tidak perlu menunggu barang di bagasi. Dengan sama-sama menarik satu koper, Brice langsung menuju ke parkiran mobil yang sudah di siapkan oleh Zeta, asisstentnya.Bip bipBrice menekan kunci yang ia pegang sesuai dimana mobilnya terparkir sesuai yang di infokan oleh Zeta. Mobil Marcedes Bens Maybach S-560 berwarna hitam yang di bandrol dengan kisaran harga 6,5–7 Milyar.Jennifer seketika tertegun melihat mobil yang di naiki o
****Dua hari pun berlalu begitu cepat, Brice dan Jennifer benar-benar mengurus segala hal selama dua hari ini. Pembukaan hari ini pun berjalan dengan baik. Begitu banyak media yang begitu excited menerima brand mereka.“Jadi Jenni, Serry yang akan membantumu dalam mengembangkan perusahaan ini. Aku percaya padamu kalau semuanya akan berjalan dengan lancar.” Di mana Alpha menggunakan nama samaran lainnya untuk tampil di depan umum.“Terima kasih Brice, Serry. Aku benar-benar merepotkan kalian berdua.”“Tidak masalah Nona Jennifer, ini sudah tugasku.” Sahut Serry dengan ramah kepada Jennifer.Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam, Brice dan Jennifer baru saja tiba di depan unit apartment wanita cantik itu.“Hmm masuklah,” ujar Brice dan hendak berbalik.“Brice, bisakah malam ini kamu di sini bersamaku? Aku..”Brice menghela nafas pelan dan berjalan masuk ke dalam apartment dan menutup pintu.CeklekGrep!“Kemarilah!” seru Brice dan menarik Jennifer masuk ke dalam pelukannya. Jennifer
Beberapa hari berlalu, akhirnya hari ini event besar yang di selenggarakan oleh Bella memulai hari pertamanya.“Sayang, bagaimana penampilanku?” tanya Bella gugup kepada sang suami.Austin tersenyum “Tentu saja selalu sempurna sayang.”“Serius sayang?” rengek manja Bella.“Iya sayang, kamu selalu mempesona. Dan tentu saja kamu tahu apa yang paling aku sukai!” seru Austin menggoda sang istri. Dan merangkul pinggang istrinya.“Issh! Kamu tuh ya!” cebik Bella mencubit pinggang suaminya dengan gemas.“Hahhaha… Kamu sempurna sayang, jadi percaya dirilah.” Ucap Austin lalu mengecup kening istrinya.Bella mengangguk dan tersenyum lembut, “Terima kasih sayang untuk seluruh dukungan kamu untukku.”“Sama-sama sayang, itu semua karena kamu yang luar biasa. Sudah aku katakan sebelumnya, kalau kamu memiliki potensi yang luar biasa. Aku hanya membuka jalan untukmu. Semua keberhasilan kamu saat ini dari kerja keras kamu sendiri.”Bella memeluk erat suaminya. “I love you hubby,”“Love you more istriku
“Jadi, Nyonya Bella... Aku minta pertanggung jawabanmu sekarang juga !” seru Austin dengan suara beratnya.Bella langsung menarik suaminya ke arah ranjang. Dan mendudukkan sang suami di tepi ranjang. Kemudian dia menjauh sedikit, memberikan jarak agar suaminya bisa melihat aksi nakalnya sebentar lagi.“Siap hubby?” provokasi Bella.“Always love !” seru Austin meletakkan kedua telapak tangannya di atas ranjang. Menatap lurus sang istri.Bella mengambil ponselnya dan memutar instrument. Setelah menaruh kembali ponselnya ke atas tempat tidur dan mengecup sekilas pipi Austin. Bella kembali tempatnya tadi. Berdiri tepat di hadapan suaminya.Wanita cantik nan anggun itu mulai menari dengan seksi. Mengikuti tiap lantunan music piano. Perlahan membuka gaun malamnya. Pertama diturunkannya satu tali tipis dari bahunya. Kemudian tali satunya lagi. Hingga gaun malam indah itu jatuh dengan indah.Glup !Austin terperangah melihat Bella begitu menawan dan sangat seksi. Kini istrinya memakai lingeri
Bella tersenyum dan membuka lebar kedua pahanya, sehingga memperlihatkan liang kewanitaannya yang begitu cantik dan bersih.Di balut lingerie yang seksi membuat suasana semakin panas.“Dari mana kamu mendapatkan pakaian seperti ini sayang !!”“Hem, untuk kamu aku akan mencari yang lebih dari ini sayang !” provokatif Bella.“Ohh my ! Kau !!” Austin tidak bisa lagi berkata-kata. Pria itu langsung membungkuk dan menghisap kewanitaan istrinya dengan kuat.“Akh!!!!” jerit keras Bella. Kedua tangannya meremas sprei dengan erat.“Oh sayang.. Ini sangat enak !!” racau Bella memainkan payudaranya. Meremasnya dengan keras. Hisapan dan permainan lidah suaminya membuatnya melayang. Tidak dapat lagi berpikir yang lain. Matanya berair karena rasa yang begitu kuat.Sreeett Sreeettt Srett !“Kain ini mengganggu sayang !!” seru Austin yang merobek dengan sempurna lingerie istrinya.“Ohh sayang !!!” seru Bella yang langsung membuang kain yang sudah tercabik-cabik itu dengan asal.“Damn !!” seru Austin y
Seminggu pun berlalu, semua aktifitas mulai berjalan normal kembali. Kondisi Max, Ken dan Fin sudah normal. Begitu pula dengan Austin. Sudah tidak ada lagi bekas memar yang tersisa di wajah tampannya.“Tuan, sepertinya besok kita harus mulai menghadiri acara charity yang sudah tertunda beberapa hari ini,” ujar Ethan memberikan laporan pekerjaan seperti biasa.Austin mengangguk paham, “Hmm. Kamu atur jadwalnya, dan bagikan agar Max bisa menghadiri beberapa kegiatan agar meminimalisirkan waktu.""Baik Tuan, lalu bagaimana dengan beberapa acara yang ada di luar kota dan mengharuskan Tuan sendiri yang datang sebagai perwakilan?” tanya Ethan lagi.“Bisa kamu atur seperti biasa. Ingat jadwal paling lambat satu malam. Aku tidak ingin terlalu lama di tiap kunjungan!” ujar Austin mengingatkan.“Baik Tuan, semua akan saya sesuaikan dan bicarakan kepada pihak penyelenggara.” Balas Ethan dengan sigap.“Lalu bagaimana dengan akuisisi pada perusahaan Isaac?”“Semuanya berjalan lancar Tuan, hanya ti
“Hubby,”“Iya sayang ?” sahut Austin sambil mengusap lembut rambut istrinya yang tengah merapikan dasinya.“I’ll miss you so much – Aku akan sangat merindukanmu !” manja Bella yang mendongkakkan kepalanya menatap wajah tampan suaminya.Austin langsung saja mendekap istrinya, “I’ll miss you so badly love ! Aku akan sangat merindukanmu sayangku,”“Oh my sayang, atau kamu mau ikut saja dengan Arion ?” tawar Austin.Bella tertawa kecil, “Aku akan berusaha tahan, hanya satu sampai dua malam ‘kan sayang ?”“Iya sayang, aku akan berusaha menyelesaikannya secepatnya. Untuk dua hari ke depannya aku akan mengunjungi tiga kota sekaligus.”“Kemana saja sayang ?”“Hmm.. Wismar, Monschau, dan Quedlinburg,” jawab Austin.“Bukannya semua di bagian Utara sayang ” Ujar Bella yang kini mulai merapikan pakaian suaminya di koper.Sedangkan Austin terus berada di samping istrinya. Mengikuti kemana pun Bella melangkah.“Iya sayang, aku selesaikan dulu di bagian Utara. Wismar aku akan ke Universitasnya membe
“Hai salam kenal,” sapa Elle ramah kepada Pauline.Pauline tidak menyangka kalau Ludwig terang – terangan seperti itu. “Oh hai, aku Pauline. Salam kenal. Kebetulan aku kenalan lama dari Ludwig.”Elle tersenyum, “Oh ya? Senang berkenalan denganmu Pauline. Ini aku ada bawakan sarapa untukmu. Semoga kamu menyukainya.” Ucap Elle sambil menyodorkan satu box wadah makanan kepada Pauline.Pauline menerimanya, “Terima kasih Elle, aku pasti akan menyukainya.”“Ok kalau begitu, kamu nanti bicarakan dengan kepala desa tentang apa yang ingin kamu lakukan di sini.” Ujar Ludwig kepada Pauline lalu menengok ke Elle. “Ayo sayang, mereka pasti sudah menunggu kita.” Sambung Ludwig berbicara dengan lembut kepada Elle.“Iya sayang,”“Kami duluan ya Pauline…” pamit Elle kepada Ella. Namun baru tiga langkah, Pauline memanggil Ludwig.“Lud!”Langkah kaki Ludwig dan Elle berhenti lalu menengok ke belakang.“Ya?”“Uhm, apa bisa kamu yang bimbing aku selama aku di sini?” ujar Pauline yang langsung membuat Ludw
“Ada apa?” tanyanya berusaha tenang.“Aku mau mandi, tapi tidak ada air.” Ucap Pauline sambil memegang handuknya di depan dadanya.“Oh iya maaf, aku lupa bilang. Kalau kamu mau air. Kamu harus memompa air disini.” Jelas Ludwig sambil menunjukka pompa yang ada di dekat kamar mandi. Tanpa Ludwig tahu ternyata Pauline sudah menyusulnya.Begitu Ludwing berbalik betapa terkejutnya, Pauline sudah ada di belakangnya. “Hmm, iya. Tapi apa bisa kamu ajar aku caranya memompa.”“Damn! Kenapa dia hanya mengenakan handuk seperti ini.” Seru Ludwig dalam hati.“Hmm, baiklah…” ujar Ludwig. Dan memberikan contoh cara memompa air.“Ok, biar aku coba!” seru Pauline dengan bersemangat. Wanita manis, mungil tapi menonjol di beberapa area itu terlihat begitu bersemangat mengikuti tutorial cara memompa air.Pauline kemudian memompa air seperti yang di lakukan Ludwig, tapi hal tersebut sangat berbahaya dengan jantung dan boa Ludwig. Bagaimana tidak. Setiak Pauline mengangkat tangannya, handuk tersebut akan i
Satu minggu berlalu, karena orang tua Elle menggunakan pengiriman ekspress. Hari ini semua barang pesanannya tiba tanpa kekurangan. Bahkan kedua orang tua Elle memberikan perlengkapan yang mendukung untuk perkebunan nantinya.“Hufftt… Akhirnya selesai juga…” seru Elle begitu merapikan pupuk dan bibit di dalam ruang penyimpanan.Sedangkan Ludwig dan rekan - rekannya bertugas mengangkat barang - barang berat. Mereka juga di bantu oleh beberapa warga lokal.“Pak Dokter…!” seru kepala desa tiba – tiba.“Iya?”“Maaf, apa saya bisa minta waktu anda sebentar? Ada tamu yang baru saja tiba. Dan saya sedikit kesulitan untuk berkomunikasi.” Ujar Kepala Desa dengan tidak enak hati karena harus menyusahkan Ludwig kembali.“Tentu saja Pak, tunggu aku di sana. Aku akan membersihkan tangan terlebih dahulu.”“Baik Pak Dokter,” Kepala desa pun berlalu menemui tamu yang di maksud.Ludwig segera membersihkan tangannya. Menengok kiri dan kanan mencari Elle.“Hanz, kamu lihat Elle?”“Sepertinya masih di Gu
Satu bulan pun berlalu. Ludwig dan Elle sudah hidup bersama. Mereka sudah seperti selayaknya pasangan yang tidak terpisahkan. Para warga lokal juga sangat menyayangi Elle dan Ludwig.“Sayang, sudah dulu… Besok lagi kamu lanjut ya…?” ucap Ludwig lembut menghampiri Elle yang saat ini melukis hanya dengan menggunakan gaun tidur yang begitu tipis.“Hmm… dikit lagi sayang, tinggal satu arsiran lagi.” Balas Elle dengan manja.Ludwig menghampiri kekasihnya itu dan memeluknya dari belakang lalu menyandarkan dagunya di pundak Elle. Mencumbu dan menghirup aroma manis dari tubuh kekasihnya.“Sayang, geli….” Rengek manja Elle di ganggu oleh Ludwig.“Lanjut saja, aku temanin.” Ujar Ludwig.Elle mengerecutkan bibirnya, “Bagaimana bisa lanjut kalau kamu seperti ini?”Ludwig tertawa kecil. “Iyah.. iyah… Kamu lanjutkan dulu, aku siapkan air minum dan vitamin.” Sebelum keluar Ludwig mengecup puncak kepala Elle. Pria itu keluar mangambil segelas air dan vitamin untuk mereka berdua.Dan di saat Ludwig m
“Hmm, kamu benar. Takdir kembali mempertemukan kita berdua.”Ludwig mengambil tangan Elle. Menggenggamnya dengan lembut. Elle tersenyum dan ikut menggenggam tangan nya. Mereka berdua berjalan dalam diam menikmati hamparan bintang di atas langit. Hingga mereka tiba di depan rumah.Mereka berdua masuk ke dalam rumah. Ludwig mengantar Elle sampai di depan pintu kamar wanita cantik itu. Jantung Elle berdebar begitu cepat.Elle membuka pintu kamarnya, namun Ludwig masih enggan melepaskan wanita cantik itu. Rasa rindunya belum rela berpisah dengan Elle.Begitu Elle melangkah kakinya masuk, Ludwig menarik tangan Elle. “El…”Jantung Elle berdegup semakin cepat, “Ya?”Ludwig tersenyum lembut, “Bukan hanya karena takdir seperti yang kamu katakan. Aku mengatakan ini karena aku sungguh mencintaimu, sampai detik ini. Perasaanku padamu tidak pernah berkurang. Yang ada aku semakin merindukanmu di setiap helaan nafasku.”“Maukah kamu mau menjadi kekasihku El?” tanya Ludwig menatap lurus manik indah
Elle keluar dari kamarnya setelah berpakaian dan menyusul Ludwig yang ada di dapur.“Mau makan apa? Pizza, Burger, Spaghetti, atau Steak?” tanya Ludwig sambil tersenyum.Wanita berhazel itu seketika terbengong, “Apa semuanya ada di sini?” gumamnya dalam hati.“Tapi karena kamu pertama kali ke desa ini, aku akan perkenalkan kamu dengan makanan yang ada di sini.” Sambung Ludwig sambil mengeluarkan dua piring sayur lengkap dengan ubi rebus sebagai asupan karbohidrat mereka sambil tersenyum dan mengedipkan satu matanya, menggoda Elle.Elle akhirnya sadar kalau saat ini Ludwig sedang menggodanya, Kemudian wanita cantik itu berdiri dan meninggalkan Ludwig begitu saja.Ludwig dapat mendengar suara ribut – ribut dari dalam kamar Elle. Dan tidak lama kemudian Elle keluar dengan membawa beberapa kotak makanan yang cukup besar.Wanita cantik itu menatanya di atas meja dengan rapi. Elle mengeluarkan empat macam lauk yang membuat Ludwig terkejut.Elle duduk dan tersenyum, “Malam ini kita makan in
Elle sontak menoleh ke asal suara dan blush… Wajahnya kembali memerah karena tepat di depannya ada Ludwig dengan senyuman manisnya tengah melihatnya. Jarak wajah mereka begitu dekat.“Ludwig? Kamu sudah selesai?”“Iya, dan kenapa kamu ada di sini bukannya beristirahat?” balas Ludwig lalu berdiri terlebih dahulu, sambil membantu Elle untuk berdiri dengan mengulurkan tangannya.Elle menerima bantuan Ludwig dan meraih tangan pria tampan di depannya.“Terima kasih,” Elle berdiri. Dengan sigap Ludwid mengambil lukisan yang ada di tangan Elle.“Aku kesini karena aku sempat berpikir kenapa orang yang mengatakan suka padaku tidak kunjung datang setelah aku ada di sini padahal sudah lebih 3 jam sejak dia meninggalkan aku.”“Hmm, aku jadi ragu kalau dia sungguh menyukaiku,” sambung Elle menggoda Ludwig.Ludwig seketika panik, “Bu… bukan begitu… Maaf… bukan mak – ““Hahahhaa…” Elle tertawa melihat wajah panik Ludwig.“Kamu menggodaku?”Wanita cantik berhazel biru itu mengangkat bahunya, “Hmm…”“
Ludwig langsung menghampiri Elle begitu melihat wanita pujaannya itu. Pria itu benar – benar di buat shock tapi juga bahagia.“Kamu di sini Elle?” tanya pria itu masih tidak percaya.Elle tersenyum dan mengangguk.Kepala desa bingung melihat Pak Dokter terlihat akrab dengan tamunya.“Ehm, Pak Dokter.” Imbuh Kepala Desa.“Ah iya Pak. Maaf. Lalu bagaimana Pak?” tanya Ludwig begitu sadar. Membuat Elle tertawa kecil.“Begini Pak, saya mau menjelaskan rumah tinggal untuk Nona Elle, beliau akan tinggal di rumah yang – ““Tidak perlu Pak, Nona Elle akan tinggal bersamaku.” Potong Ludwig dengan cepat.Tentu saja Elle terkejut, begitu juga dengan Kepala Desa.“Ludwig? Kenapa aku tinggal denganmu?” seru Elle.“Iya, aku sangat sibuk setiap harinya. Setidaknya kalau kamu di rumah singgahku. Aku akan merasa jauh lebih tenang menjagamu dari para kawanan serigala seperti mereka.” Jelas Ludwig sambil menunjuk ke arah tiga pria yang tengah melihat mereka dengan wajah penuh tawa.Elle menoleh ke arah
Begitu Elle tiba di rumah Cath. Wanita cantik itu mulai mengurus dokumen – dokumen yang ia perlukan untuk bisa berkeliling dengan bebas di Afrika. Setidaknya butuh waktu seminggu baru ia bisa mulai beraktifitas. Selama satu minggu ini pula Elle terlihat akrab dengan anak – anak di sekitar lingkungan tempat tinggal Cath.Elle setiap hari duduk di depan rumah dan melukis suasana yang ada di depan matanya. Baik tawa polos anak – anak yang tidak paham dengan kondisi mereka saat ini dan raut muram dari beberapa anak yang merasa kelaparan.Hal inilah yang membuat dada Elle merasa miris akan kemiskinan di negara yang ia pijak sekarang.“Huftt seandainya semua orang kaya di dunia ini menyisihkan kekayaan mereka untuk berinvestasi atau memperbaiki system kehidupan di negara ini, aku pikir mereka semua bisa berkembang.” Gumam Elle menghela nafas di suatu sore. Tapi entahlah. Apa memang ini adalah solusinya atau memang tidak ada solusi sama sekali.“Hei Elle, kamu di luar?”“Hai Cath, iya nih la