“Hubby,”“Iya sayang ?” sahut Austin sambil mengusap lembut rambut istrinya yang tengah merapikan dasinya.“I’ll miss you so much – Aku akan sangat merindukanmu !” manja Bella yang mendongkakkan kepalanya menatap wajah tampan suaminya.Austin langsung saja mendekap istrinya, “I’ll miss you so badly love ! Aku akan sangat merindukanmu sayangku,”“Oh my sayang, atau kamu mau ikut saja dengan Arion ?” tawar Austin.Bella tertawa kecil, “Aku akan berusaha tahan, hanya satu sampai dua malam ‘kan sayang ?”“Iya sayang, aku akan berusaha menyelesaikannya secepatnya. Untuk dua hari ke depannya aku akan mengunjungi tiga kota sekaligus.”“Kemana saja sayang ?”“Hmm.. Wismar, Monschau, dan Quedlinburg,” jawab Austin.“Bukannya semua di bagian Utara sayang ” Ujar Bella yang kini mulai merapikan pakaian suaminya di koper.Sedangkan Austin terus berada di samping istrinya. Mengikuti kemana pun Bella melangkah.“Iya sayang, aku selesaikan dulu di bagian Utara. Wismar aku akan ke Universitasnya membe
Akhirnya Austin dan Max tiba di The Hochschule Wismar. Universitas yang sangat membanggakan fakultas sciens, teknologi dan bisnis mereka.Karena tidak ada kegiatan atau acara penyambutan dan sebagainya. Austin dan Max langsung menuju ruang rektor.Begitu tiba, Rektor dan beberapa pihak yang bertanggung jawab sudah berada di dalam ruangan. Mereka menyambut Austin dengan begitu antusias.“Selamat datang Tuan Austin Harold, kami sangat berterima kasih atas kunjungan anda di Universitas The Hochschule,” sapa Rektor sambil menjabat tangan Austin.“Terima kasih Pak, dan tidak perlu sungkan. Saya yang merasa sangat beruntung bisa ikut andil dalam hal ini.” Balas Austin sambil tersenyum hangat.Austin dan pihak universitas pun berbincang dan membahas mengenai masalah Pendidikan. Serta apa saja pencapaian pihak universitas selama ini.Rasa kagum tidak dapat Austin sembunyikan, begitu banyak anak berprestasi yang sudah di ekspos dan di support oleh pihak Kampus.“Aku sungguh bangga bisa menjadi
Bella tertawa geli melihat ekspresi suaminya, “Hahahha… Sayang, apa yang kamu pikirkan ?”“Eh ?? Hemm.. Tunggu aku tiba di Hotel, love.” Jawab Austin dengan sorotan mata penuh harap.“Yah, kelamaan sayang.”Austin mengerutkan keningnya, “Apa Bella sudah tidak tahan ingin bercinta denganku ? Ahh istriku ! Aku juga sangat merindukanmu ! Tapi sekarang ada Max.” gumamnya sambil memikirkan kata-kata agar istrinya itu bisa sabar menantinya.“Apa aku batalkan penerbangan dan menginap di Hotel terdekat ?”“Hubby??” panggil Bella dengan manja.“Max! Cari hotel terdekat, cancel penerbangan ke Monschau.” Titah Austin tanpa pikir panjang lagi.“Tunggu 20 menit lagi ya sayang, aku akan menghubungimu begitu tiba di Hotel,”Bella tersenyum dan mengangguk, “Ok sayang, kalau begitu aku juga akan siap-siap.”Austin seketika membelalakkan matanya dan meneguk kasar salivanya, “Si... siap- siap??” pikirannya sudah mulai traveling.“Damn! Kalau seperti ini, bisa-bisa aku langsung kembali malam ini!” jerita
Bella tiada hentinya tertawa dan menggoda sang suami yang akhirnya bersolo karir. Padahal niat hati hanya ingin menggoda, tetapi sekarang dia yang akhirnya harus meladeni kemesuman suaminya sendiri.Mengikuti apa yang Austin minta lewat panggilan video tersebut. Dan menjadi pengalaman baru mereka untuk bercinta. Menyentuh diri masing-masing sambil saling bersahutan hingga sama-sama mencapai puncak bersama.“Daddy mesum!” celutuk Bella yang baru saja menggulung rambut basahnya dengan handuk.“Hahahha, kamu yang membangunkan ular boamu sayang. Jadi kamu yang harus bertanggung jawab.” Balas Austin yang sedang melilitkan handuk di pinggangnya.Pasangan suami istri ini baru saja selesai mandi setelah rutinitas yang cukup panas.“Hmmm.. Hehehhe… Lebih enak mana sayang ? Buat sendiri atau di hisap langsung??”Austin menatap tajam istrinya, “Bella Sophie!!” geramnya menahan nafsu. Kata-kata istrinya benar-benar memancing boa yang sudah aman di dalam sana.“Hahahhhaha !!!!” Bella tertawa terbah
“Tuan, anda bisa istirahat sejenak sebelum acara lanjutan di mulai.” Ujar Max menghampiri Tuannya.“Hmm, kira - kira jam berapa acara di mulai ?”Max melihat jam tangannya, “Sekitar satu jam lagi,”“Ah.. Kalau begitu siapkan untuk makan siang saja di Restaurant.” Dan Max pun mengangguk.“Lalu Chelsea, kamu mau ikut Paman untuk makan siang ?” ujar Austin menawarkan anak perempuan yang sedari tadi menemaninya.Chelsea berbinar - binar dan mengangguk, “Mau..mau Paman. Eh tapi nanti Ibu datang dan mencariku bagaimana ?”Austin tersenyum, “Nanti teman Paman yang memberitahukan ke Ibu kamu ya ?”Chelsea pun mengangguk setuju dan berjalan bersama Austin.Austin pun mengirimkan foto selfienya bersama Chelsea kepada Bella. Dengan tambahan pesan, ‘Aku bertemu anak perempuan yang menggemaskan. Namanya Chelsea. Aku jadi ingin punya anak perempuan juga. Jadi, tunggu aku pulang sayang, dan kita buat anak perempuan secantik dirimu,’Dan tidak lama balasan singkat pun masuk, ‘Iya suamiku sayang, aku m
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Acara amal berjalan dengan sukses. Semua peserta begitu bahagia. Seolah mereka mendapatkan secercah harapan. Meskipun mereka memiliki kekurangan. Itu bukanlah suatu hambatan untuk menjadi sukses.Dan disinilah program yang tengah di jalankan Austin dan Asosiasi yang terlibat. Menyediakan sarana dan prasarana untuk mereka semua.Tiada hentinya ucapan terima kasih mereka layangkan kepada Austin.Dan di saat Austin hendak keluar dari Ballroom, ada tangan kecil yang menarik tangannya.“Paman.. Paman sudah mau kembali ?”“Chelseaa !! Chelseaa ! Hah Hahh !” Monica terlihat kesusahan mengejar Chelsea yang berlari cepat begitu melihat Austin hendak keluar.Gadis kecil bergegas menyusul Austin dan meninggalkan Monica.Austin seketika menoleh dan menunduk, “Chelsea ?” ia berjongkok mensejajarkan posisinya.“Ada apa princess?” tanya Austin lembut. Entah karena dia sudah memiliki seorang putra atau apa. Austin merasa nyaman berada di dekat Chel
“Love you,”Setelah menutup sambungan. Austin segera merapikan barang-barangnya yang tidak cukup banyak. Lalu keluar dari ruangan. Max juga sudah selesai dan menunggunya di depan kamar.“Let’s go Max !”“Siap Tuan,”“Hmm Tuan..?”“Iya ?”“Ahh.. Tidak.”Austin tertawa. “Kenapa ? Mau istirahat setelah dari sini ? Boleh ! Luangkan waktumu bersama Hana dan Eleanor,”Max mengangguk, “Terima kasih Tuan.” Dan menyusul langkah Austin. Dia tidak ingin menanyakan sesuatu sebelum mendapatkan informasi yang lebih detail.“Hmm, kebetulan yang sangat luar biasa. Setelah dari sini aku akan mencari tahu.”Tap tap tap“Maaf sedikit lama, tadi aku menelpon terlebih dahulu,”“Iya tidak masalah.”“Di mana alamat anda Ibu Monica ?” Max pun bertanya sopan kepada Monica.Monica menyebutkan alamatnya. Dan Max pun langsung melaju ke alamat yang di sebutkan. Tidak sampai sepuluh menit perjalanan. Chelsea tertidur di pangkuan Austin.Sedangkan Monica hanya diam dan mengamati. Pikirannya terus berkecamuk dan mer
“Apa kamu sudah lebih baikan ?” Earnest membantu Monica untuk berdiri. Memapah adik perempuan yang begitu dia sayangi.Monica mengangguk pelan, dalam diamnya dia mengikuti langkah Earnest yang tidak melepaskannya.“Thank you kak !” suara pelan dan serak Monica begitu dirinya duduk di atas sofa.Earnest berjalan ke arah dapur dan mengambil segelas air, dan kembali di mana Monica masih duduk dalam bisu.“Minumlah,” Earnest menyodorkan air minum, kemudian Monica mengambil gelas tersebut. Meneguknya, membasahi tenggorakannya yang kering karena menangis. Dan setelah selesai, Earnest yang dengan sabar menunggu Monica selesai minum, langsung meraih gelas tersebut dan menaruh nya di atas meja.Kemudian pria berperawakan tegas itu duduk di samping Monica dengan kedua telapak tangan saling memegang.“Mon? Kenapa kau masih saja merahasiakan siapa pria dari kejadian enam tahun lalu?”Monica terdiam kemudian menghela napas pelan, “Aku bukan merahasiakannya kak, tapi aku memang tidak mengenalnya.”
“Hai salam kenal,” sapa Elle ramah kepada Pauline.Pauline tidak menyangka kalau Ludwig terang – terangan seperti itu. “Oh hai, aku Pauline. Salam kenal. Kebetulan aku kenalan lama dari Ludwig.”Elle tersenyum, “Oh ya? Senang berkenalan denganmu Pauline. Ini aku ada bawakan sarapa untukmu. Semoga kamu menyukainya.” Ucap Elle sambil menyodorkan satu box wadah makanan kepada Pauline.Pauline menerimanya, “Terima kasih Elle, aku pasti akan menyukainya.”“Ok kalau begitu, kamu nanti bicarakan dengan kepala desa tentang apa yang ingin kamu lakukan di sini.” Ujar Ludwig kepada Pauline lalu menengok ke Elle. “Ayo sayang, mereka pasti sudah menunggu kita.” Sambung Ludwig berbicara dengan lembut kepada Elle.“Iya sayang,”“Kami duluan ya Pauline…” pamit Elle kepada Ella. Namun baru tiga langkah, Pauline memanggil Ludwig.“Lud!”Langkah kaki Ludwig dan Elle berhenti lalu menengok ke belakang.“Ya?”“Uhm, apa bisa kamu yang bimbing aku selama aku di sini?” ujar Pauline yang langsung membuat Ludw
“Ada apa?” tanyanya berusaha tenang.“Aku mau mandi, tapi tidak ada air.” Ucap Pauline sambil memegang handuknya di depan dadanya.“Oh iya maaf, aku lupa bilang. Kalau kamu mau air. Kamu harus memompa air disini.” Jelas Ludwig sambil menunjukka pompa yang ada di dekat kamar mandi. Tanpa Ludwig tahu ternyata Pauline sudah menyusulnya.Begitu Ludwing berbalik betapa terkejutnya, Pauline sudah ada di belakangnya. “Hmm, iya. Tapi apa bisa kamu ajar aku caranya memompa.”“Damn! Kenapa dia hanya mengenakan handuk seperti ini.” Seru Ludwig dalam hati.“Hmm, baiklah…” ujar Ludwig. Dan memberikan contoh cara memompa air.“Ok, biar aku coba!” seru Pauline dengan bersemangat. Wanita manis, mungil tapi menonjol di beberapa area itu terlihat begitu bersemangat mengikuti tutorial cara memompa air.Pauline kemudian memompa air seperti yang di lakukan Ludwig, tapi hal tersebut sangat berbahaya dengan jantung dan boa Ludwig. Bagaimana tidak. Setiak Pauline mengangkat tangannya, handuk tersebut akan i
Satu minggu berlalu, karena orang tua Elle menggunakan pengiriman ekspress. Hari ini semua barang pesanannya tiba tanpa kekurangan. Bahkan kedua orang tua Elle memberikan perlengkapan yang mendukung untuk perkebunan nantinya.“Hufftt… Akhirnya selesai juga…” seru Elle begitu merapikan pupuk dan bibit di dalam ruang penyimpanan.Sedangkan Ludwig dan rekan - rekannya bertugas mengangkat barang - barang berat. Mereka juga di bantu oleh beberapa warga lokal.“Pak Dokter…!” seru kepala desa tiba – tiba.“Iya?”“Maaf, apa saya bisa minta waktu anda sebentar? Ada tamu yang baru saja tiba. Dan saya sedikit kesulitan untuk berkomunikasi.” Ujar Kepala Desa dengan tidak enak hati karena harus menyusahkan Ludwig kembali.“Tentu saja Pak, tunggu aku di sana. Aku akan membersihkan tangan terlebih dahulu.”“Baik Pak Dokter,” Kepala desa pun berlalu menemui tamu yang di maksud.Ludwig segera membersihkan tangannya. Menengok kiri dan kanan mencari Elle.“Hanz, kamu lihat Elle?”“Sepertinya masih di Gu
Satu bulan pun berlalu. Ludwig dan Elle sudah hidup bersama. Mereka sudah seperti selayaknya pasangan yang tidak terpisahkan. Para warga lokal juga sangat menyayangi Elle dan Ludwig.“Sayang, sudah dulu… Besok lagi kamu lanjut ya…?” ucap Ludwig lembut menghampiri Elle yang saat ini melukis hanya dengan menggunakan gaun tidur yang begitu tipis.“Hmm… dikit lagi sayang, tinggal satu arsiran lagi.” Balas Elle dengan manja.Ludwig menghampiri kekasihnya itu dan memeluknya dari belakang lalu menyandarkan dagunya di pundak Elle. Mencumbu dan menghirup aroma manis dari tubuh kekasihnya.“Sayang, geli….” Rengek manja Elle di ganggu oleh Ludwig.“Lanjut saja, aku temanin.” Ujar Ludwig.Elle mengerecutkan bibirnya, “Bagaimana bisa lanjut kalau kamu seperti ini?”Ludwig tertawa kecil. “Iyah.. iyah… Kamu lanjutkan dulu, aku siapkan air minum dan vitamin.” Sebelum keluar Ludwig mengecup puncak kepala Elle. Pria itu keluar mangambil segelas air dan vitamin untuk mereka berdua.Dan di saat Ludwig m
“Hmm, kamu benar. Takdir kembali mempertemukan kita berdua.”Ludwig mengambil tangan Elle. Menggenggamnya dengan lembut. Elle tersenyum dan ikut menggenggam tangan nya. Mereka berdua berjalan dalam diam menikmati hamparan bintang di atas langit. Hingga mereka tiba di depan rumah.Mereka berdua masuk ke dalam rumah. Ludwig mengantar Elle sampai di depan pintu kamar wanita cantik itu. Jantung Elle berdebar begitu cepat.Elle membuka pintu kamarnya, namun Ludwig masih enggan melepaskan wanita cantik itu. Rasa rindunya belum rela berpisah dengan Elle.Begitu Elle melangkah kakinya masuk, Ludwig menarik tangan Elle. “El…”Jantung Elle berdegup semakin cepat, “Ya?”Ludwig tersenyum lembut, “Bukan hanya karena takdir seperti yang kamu katakan. Aku mengatakan ini karena aku sungguh mencintaimu, sampai detik ini. Perasaanku padamu tidak pernah berkurang. Yang ada aku semakin merindukanmu di setiap helaan nafasku.”“Maukah kamu mau menjadi kekasihku El?” tanya Ludwig menatap lurus manik indah
Elle keluar dari kamarnya setelah berpakaian dan menyusul Ludwig yang ada di dapur.“Mau makan apa? Pizza, Burger, Spaghetti, atau Steak?” tanya Ludwig sambil tersenyum.Wanita berhazel itu seketika terbengong, “Apa semuanya ada di sini?” gumamnya dalam hati.“Tapi karena kamu pertama kali ke desa ini, aku akan perkenalkan kamu dengan makanan yang ada di sini.” Sambung Ludwig sambil mengeluarkan dua piring sayur lengkap dengan ubi rebus sebagai asupan karbohidrat mereka sambil tersenyum dan mengedipkan satu matanya, menggoda Elle.Elle akhirnya sadar kalau saat ini Ludwig sedang menggodanya, Kemudian wanita cantik itu berdiri dan meninggalkan Ludwig begitu saja.Ludwig dapat mendengar suara ribut – ribut dari dalam kamar Elle. Dan tidak lama kemudian Elle keluar dengan membawa beberapa kotak makanan yang cukup besar.Wanita cantik itu menatanya di atas meja dengan rapi. Elle mengeluarkan empat macam lauk yang membuat Ludwig terkejut.Elle duduk dan tersenyum, “Malam ini kita makan in
Elle sontak menoleh ke asal suara dan blush… Wajahnya kembali memerah karena tepat di depannya ada Ludwig dengan senyuman manisnya tengah melihatnya. Jarak wajah mereka begitu dekat.“Ludwig? Kamu sudah selesai?”“Iya, dan kenapa kamu ada di sini bukannya beristirahat?” balas Ludwig lalu berdiri terlebih dahulu, sambil membantu Elle untuk berdiri dengan mengulurkan tangannya.Elle menerima bantuan Ludwig dan meraih tangan pria tampan di depannya.“Terima kasih,” Elle berdiri. Dengan sigap Ludwid mengambil lukisan yang ada di tangan Elle.“Aku kesini karena aku sempat berpikir kenapa orang yang mengatakan suka padaku tidak kunjung datang setelah aku ada di sini padahal sudah lebih 3 jam sejak dia meninggalkan aku.”“Hmm, aku jadi ragu kalau dia sungguh menyukaiku,” sambung Elle menggoda Ludwig.Ludwig seketika panik, “Bu… bukan begitu… Maaf… bukan mak – ““Hahahhaa…” Elle tertawa melihat wajah panik Ludwig.“Kamu menggodaku?”Wanita cantik berhazel biru itu mengangkat bahunya, “Hmm…”“
Ludwig langsung menghampiri Elle begitu melihat wanita pujaannya itu. Pria itu benar – benar di buat shock tapi juga bahagia.“Kamu di sini Elle?” tanya pria itu masih tidak percaya.Elle tersenyum dan mengangguk.Kepala desa bingung melihat Pak Dokter terlihat akrab dengan tamunya.“Ehm, Pak Dokter.” Imbuh Kepala Desa.“Ah iya Pak. Maaf. Lalu bagaimana Pak?” tanya Ludwig begitu sadar. Membuat Elle tertawa kecil.“Begini Pak, saya mau menjelaskan rumah tinggal untuk Nona Elle, beliau akan tinggal di rumah yang – ““Tidak perlu Pak, Nona Elle akan tinggal bersamaku.” Potong Ludwig dengan cepat.Tentu saja Elle terkejut, begitu juga dengan Kepala Desa.“Ludwig? Kenapa aku tinggal denganmu?” seru Elle.“Iya, aku sangat sibuk setiap harinya. Setidaknya kalau kamu di rumah singgahku. Aku akan merasa jauh lebih tenang menjagamu dari para kawanan serigala seperti mereka.” Jelas Ludwig sambil menunjuk ke arah tiga pria yang tengah melihat mereka dengan wajah penuh tawa.Elle menoleh ke arah
Begitu Elle tiba di rumah Cath. Wanita cantik itu mulai mengurus dokumen – dokumen yang ia perlukan untuk bisa berkeliling dengan bebas di Afrika. Setidaknya butuh waktu seminggu baru ia bisa mulai beraktifitas. Selama satu minggu ini pula Elle terlihat akrab dengan anak – anak di sekitar lingkungan tempat tinggal Cath.Elle setiap hari duduk di depan rumah dan melukis suasana yang ada di depan matanya. Baik tawa polos anak – anak yang tidak paham dengan kondisi mereka saat ini dan raut muram dari beberapa anak yang merasa kelaparan.Hal inilah yang membuat dada Elle merasa miris akan kemiskinan di negara yang ia pijak sekarang.“Huftt seandainya semua orang kaya di dunia ini menyisihkan kekayaan mereka untuk berinvestasi atau memperbaiki system kehidupan di negara ini, aku pikir mereka semua bisa berkembang.” Gumam Elle menghela nafas di suatu sore. Tapi entahlah. Apa memang ini adalah solusinya atau memang tidak ada solusi sama sekali.“Hei Elle, kamu di luar?”“Hai Cath, iya nih la