Kog deg-degan ya...
“Love you,”Setelah menutup sambungan. Austin segera merapikan barang-barangnya yang tidak cukup banyak. Lalu keluar dari ruangan. Max juga sudah selesai dan menunggunya di depan kamar.“Let’s go Max !”“Siap Tuan,”“Hmm Tuan..?”“Iya ?”“Ahh.. Tidak.”Austin tertawa. “Kenapa ? Mau istirahat setelah dari sini ? Boleh ! Luangkan waktumu bersama Hana dan Eleanor,”Max mengangguk, “Terima kasih Tuan.” Dan menyusul langkah Austin. Dia tidak ingin menanyakan sesuatu sebelum mendapatkan informasi yang lebih detail.“Hmm, kebetulan yang sangat luar biasa. Setelah dari sini aku akan mencari tahu.”Tap tap tap“Maaf sedikit lama, tadi aku menelpon terlebih dahulu,”“Iya tidak masalah.”“Di mana alamat anda Ibu Monica ?” Max pun bertanya sopan kepada Monica.Monica menyebutkan alamatnya. Dan Max pun langsung melaju ke alamat yang di sebutkan. Tidak sampai sepuluh menit perjalanan. Chelsea tertidur di pangkuan Austin.Sedangkan Monica hanya diam dan mengamati. Pikirannya terus berkecamuk dan mer
“Apa kamu sudah lebih baikan ?” Earnest membantu Monica untuk berdiri. Memapah adik perempuan yang begitu dia sayangi.Monica mengangguk pelan, dalam diamnya dia mengikuti langkah Earnest yang tidak melepaskannya.“Thank you kak !” suara pelan dan serak Monica begitu dirinya duduk di atas sofa.Earnest berjalan ke arah dapur dan mengambil segelas air, dan kembali di mana Monica masih duduk dalam bisu.“Minumlah,” Earnest menyodorkan air minum, kemudian Monica mengambil gelas tersebut. Meneguknya, membasahi tenggorakannya yang kering karena menangis. Dan setelah selesai, Earnest yang dengan sabar menunggu Monica selesai minum, langsung meraih gelas tersebut dan menaruh nya di atas meja.Kemudian pria berperawakan tegas itu duduk di samping Monica dengan kedua telapak tangan saling memegang.“Mon? Kenapa kau masih saja merahasiakan siapa pria dari kejadian enam tahun lalu?”Monica terdiam kemudian menghela napas pelan, “Aku bukan merahasiakannya kak, tapi aku memang tidak mengenalnya.”
“Euhm.. Uhm..” Austin kembali melahap dan melumat bibir ranum itu. Bella langsung membuka mulutnya, membalas peraduan bibir mereka berdua. Lidah mereka sudah saling melilit dan menyesap. Tangan kanan Austin sudah merengkuh di bagian tubuh istrinya. Menjajaki tiap centimeter, kulit halus selembut sutra yang begitu dia rindukan.Tubuh Bella menggeliat menerima sentuhan suaminya, darahnya berdesir hebat. Seolah sentuhan tangan suaminya mengandung tegangan tinggi. Di mana tubuhnya di sentuh di situ pula tubuhnya mengejang tak kuasa.Tanpa di komando, Austin langsung meloloskan semua gaun indah istrinya yang ternyata tidak mengenakan apapun di baliknya. “Oh my! Love..? Kamu tidak memakai dalaman.” Gumamnya dengan suara serak nan berat.Bella tersenyum menggoda, dan di detik itu pula. Austin langsung dengan luar biasanya membuka piyama yang ia kenakan. Secepat kilat, sebuah skill yang luar biasa.Dan disitu pula membuat Bella tersenyum geli, “Sayang, boamu bergerak-gerak,”Austin tersenyum d
Keesokan paginya, Earnest berhasil mendapatkan apa yang dia cari di kamar hotel milik Austin. Dia merasa dewi fortuna berpihak padanya dan Monica.Meskipun di larang oleh Monica, Earnest yang sebagai seorang kakak tidak tahan melihat ketidak adilan yang di jalani oleh adik perempuannya. Menjadi Ibu tunggal. Di mana dia harus merelakan kehidupan bangsawannya dan memilih untuk tinggal jauh dari keluarganya. Monica merasa bersalah karena kecerobohannya yang malam itu berani jalan-jalan di tepi pantai tanpa pengawasan pengawal. Dan kejadian naas itu akhirnya terjadi menimpanya.Earnest yang tidak tega melihat adiknya memilih mengasingkan diri selalu rajin mengunjunginya dan keponakannya itu. Hal itu juga yang membuat kesehatan Ibu mereka turun drastis. Keputusan yang di ambil oleh Ayahnya membuat semua orang terpukul. Begitu juga beliau sendiri yang terkejut begitu Monica menerima hukuman yang dia berikan tanpa mengelak sedikitpun.“Langsung ke rumah sakit dan berikan ini kepada dr. Phill
Max melajukan kendaraannya dan tidak sengaja melihat Chelsea dan Ibunya. “Sepertinya mereka mengarah ke sekolah.”Pria besar itu segera menepikan kendaraannya dan menghampiri mereka, “Chelsea? Pagi.. Ibu Monica,” sapanya.Chelsea menoleh dan matanya seketika berbinar, “Paman Besar !!!” serunya senang.“Hai.. Mau ke sekolah ?” tanya Max basa basi.“Iya paman, Chelsea mau sekolah,”“Hmm maaf ?” Monica menyela karena melihat sang putri akrab kepada pria asing ini.“Maaf, perkenalkan saya Max. Asistent Tuan Austin.” Sebut Max.“Oh iya, maaf kemarin lupa menanyakan nama Anda.” Balas Monica tidak enak hati.“Tidak masalah,”“Chelsea mau Paman yang antar ke sekolah ??” tawar Max yang tentu saja memiliki tujuan tersendiri.“Tidak perlu, kami tidak ingin merepotkan.”“Dimana paman ganteng ?” celutuk Chelsea yang tentu saja mencari sosok Austin.“Paman Austin sedang bekerja. Ayo, paman antar ke sekolah.”Chelsea pun langsung meraih tangan Max. Dan pria itu menyambut Chelsea sambil tersenyum dan
* Austin benar – benar tidak datang ke kantor hari ini. Dia ingin menghabiskan waktunya bersama istri dan anaknya. Hanya mereka berdualah kehidupannya. Bella pun dia larang untuk ke kantor dan mengambil istirahat. Sehingga Della lah yang bertugas untuk menggantikan dirinya hari ini di Kantor. “Love ? Apa yang kamu pikirkan sejak tadi ?” tanya Austin lembut kepada sang istri. “Ya ?? Ah maaf Hubby. Entahlah.. pikiran ku seperti sedang mengkhawatirkan sesuatu. Tapi tidak tahu apa yang aku pikirkan.” Austin meraih pinggang istrinya dan memeluknya dengan mesra, merapatkan tubuh mereka. “Apa kamu kelelahan ? Ambillah libur beberapa hari sayang. Aku juga akan mengambil libur untuk menemanimu. Kita bertiga liburan. Bagaimana ?” Bella tersenyum, “Aku mau-mau saja sayang, tapi yang aku tahu. Tuan Austin Harold saat ini sedang sibuk-sibuknya. Bagaimana bisa kamu mengambil libur di saat sibuk seperti ini sayang ?” Austin berpikir sejenak dan menghela nafas, “Aku bisa mengaturnya kembali, ki
Fin beberapa kali harus mengerutkan keningnya setiap membaca pesan yang dikirimkan oleh Max. Sungguh dia sangat ingin menceritakan hal ini kepada Ken. Tetapi sejak awal Max sudah memberikan ultimatum kalau ini adalah rahasia. Artinya hanya dia yang mengetahuinya. Meskipun Kenan tidak dapat dia beritahukan.“Untuk apa Tuan Max menyelidiki Keluarga bangsawan Teodorko?” gumam Finley dalam hati, namun enggan untuk bertanya lebih jauh. Kali ini dia cukup memberikan informasi yang dia dapatkan kepada Max sesegara mungkin.Seperti saat ini, perintah terakhir yang dia terima adalah mencari tahu kasus enam tahun yang lalu dari Keluarga Teodorko. Padahal sepertinya tidak ada media cetak atau pun elektronik yang membahas ada masalah apa yang terjadi kepada Keluarga Teodorko. Seolah hanya masalah kecil yang tidak akan cukup mempengaruhi kehidupan di masa datang.Tetapi sekarang Max memintanya untuk menggali dan mencari tahu berita yang abu-abu itu.Akhirnya Finley menyerah dan menghubungi salah sa
“Hahh! Bisa jadi dia berpura-pura!” elak Earnest.Philip berdecak, “Ck! Buka matamu! Dan di sini tidak ada pernah sekali pun pria ini mencuri pandang ke arah Monica. Yang artinya memang pria ini tidak merasa waspada berada di dekat Monica!” Philip mulai menjelaskan dari sudut pandang ilmu psikiater.“Dan apa masuk akal ada seseorang yang berada dengan santai di samping wanita yang telah ia lakukan kesalahan fatal ??”“Alasannya hanya satu ! Dia memang tidak mengenal Monica, bahkan bisa jadi dia tidak mengingat apa yang sudah dia lakukan !”“Aku sangat mengingat kalau Monica pernah mengatakan kalau pria yang menodainya sangat berbau alcohol. That’s right ?”“Dan – ““Bullshit !!!” sergah Earnest.“Tidak masuk akal dia melupakan hal seperti itu ! Mungkin atau dengan sengaja dia menghapus dan mengubur hal bejat yang ia lakukan !” sambung Earnest.“Terserah kamu Earnest ! Aku sarankan bicarakan masalah ini pada Monica terlebih dahulu ! Sepertinya dia juga harus tahu akan hal ini !” ucap Ph
“Hai salam kenal,” sapa Elle ramah kepada Pauline.Pauline tidak menyangka kalau Ludwig terang – terangan seperti itu. “Oh hai, aku Pauline. Salam kenal. Kebetulan aku kenalan lama dari Ludwig.”Elle tersenyum, “Oh ya? Senang berkenalan denganmu Pauline. Ini aku ada bawakan sarapa untukmu. Semoga kamu menyukainya.” Ucap Elle sambil menyodorkan satu box wadah makanan kepada Pauline.Pauline menerimanya, “Terima kasih Elle, aku pasti akan menyukainya.”“Ok kalau begitu, kamu nanti bicarakan dengan kepala desa tentang apa yang ingin kamu lakukan di sini.” Ujar Ludwig kepada Pauline lalu menengok ke Elle. “Ayo sayang, mereka pasti sudah menunggu kita.” Sambung Ludwig berbicara dengan lembut kepada Elle.“Iya sayang,”“Kami duluan ya Pauline…” pamit Elle kepada Ella. Namun baru tiga langkah, Pauline memanggil Ludwig.“Lud!”Langkah kaki Ludwig dan Elle berhenti lalu menengok ke belakang.“Ya?”“Uhm, apa bisa kamu yang bimbing aku selama aku di sini?” ujar Pauline yang langsung membuat Ludw
“Ada apa?” tanyanya berusaha tenang.“Aku mau mandi, tapi tidak ada air.” Ucap Pauline sambil memegang handuknya di depan dadanya.“Oh iya maaf, aku lupa bilang. Kalau kamu mau air. Kamu harus memompa air disini.” Jelas Ludwig sambil menunjukka pompa yang ada di dekat kamar mandi. Tanpa Ludwig tahu ternyata Pauline sudah menyusulnya.Begitu Ludwing berbalik betapa terkejutnya, Pauline sudah ada di belakangnya. “Hmm, iya. Tapi apa bisa kamu ajar aku caranya memompa.”“Damn! Kenapa dia hanya mengenakan handuk seperti ini.” Seru Ludwig dalam hati.“Hmm, baiklah…” ujar Ludwig. Dan memberikan contoh cara memompa air.“Ok, biar aku coba!” seru Pauline dengan bersemangat. Wanita manis, mungil tapi menonjol di beberapa area itu terlihat begitu bersemangat mengikuti tutorial cara memompa air.Pauline kemudian memompa air seperti yang di lakukan Ludwig, tapi hal tersebut sangat berbahaya dengan jantung dan boa Ludwig. Bagaimana tidak. Setiak Pauline mengangkat tangannya, handuk tersebut akan i
Satu minggu berlalu, karena orang tua Elle menggunakan pengiriman ekspress. Hari ini semua barang pesanannya tiba tanpa kekurangan. Bahkan kedua orang tua Elle memberikan perlengkapan yang mendukung untuk perkebunan nantinya.“Hufftt… Akhirnya selesai juga…” seru Elle begitu merapikan pupuk dan bibit di dalam ruang penyimpanan.Sedangkan Ludwig dan rekan - rekannya bertugas mengangkat barang - barang berat. Mereka juga di bantu oleh beberapa warga lokal.“Pak Dokter…!” seru kepala desa tiba – tiba.“Iya?”“Maaf, apa saya bisa minta waktu anda sebentar? Ada tamu yang baru saja tiba. Dan saya sedikit kesulitan untuk berkomunikasi.” Ujar Kepala Desa dengan tidak enak hati karena harus menyusahkan Ludwig kembali.“Tentu saja Pak, tunggu aku di sana. Aku akan membersihkan tangan terlebih dahulu.”“Baik Pak Dokter,” Kepala desa pun berlalu menemui tamu yang di maksud.Ludwig segera membersihkan tangannya. Menengok kiri dan kanan mencari Elle.“Hanz, kamu lihat Elle?”“Sepertinya masih di Gu
Satu bulan pun berlalu. Ludwig dan Elle sudah hidup bersama. Mereka sudah seperti selayaknya pasangan yang tidak terpisahkan. Para warga lokal juga sangat menyayangi Elle dan Ludwig.“Sayang, sudah dulu… Besok lagi kamu lanjut ya…?” ucap Ludwig lembut menghampiri Elle yang saat ini melukis hanya dengan menggunakan gaun tidur yang begitu tipis.“Hmm… dikit lagi sayang, tinggal satu arsiran lagi.” Balas Elle dengan manja.Ludwig menghampiri kekasihnya itu dan memeluknya dari belakang lalu menyandarkan dagunya di pundak Elle. Mencumbu dan menghirup aroma manis dari tubuh kekasihnya.“Sayang, geli….” Rengek manja Elle di ganggu oleh Ludwig.“Lanjut saja, aku temanin.” Ujar Ludwig.Elle mengerecutkan bibirnya, “Bagaimana bisa lanjut kalau kamu seperti ini?”Ludwig tertawa kecil. “Iyah.. iyah… Kamu lanjutkan dulu, aku siapkan air minum dan vitamin.” Sebelum keluar Ludwig mengecup puncak kepala Elle. Pria itu keluar mangambil segelas air dan vitamin untuk mereka berdua.Dan di saat Ludwig m
“Hmm, kamu benar. Takdir kembali mempertemukan kita berdua.”Ludwig mengambil tangan Elle. Menggenggamnya dengan lembut. Elle tersenyum dan ikut menggenggam tangan nya. Mereka berdua berjalan dalam diam menikmati hamparan bintang di atas langit. Hingga mereka tiba di depan rumah.Mereka berdua masuk ke dalam rumah. Ludwig mengantar Elle sampai di depan pintu kamar wanita cantik itu. Jantung Elle berdebar begitu cepat.Elle membuka pintu kamarnya, namun Ludwig masih enggan melepaskan wanita cantik itu. Rasa rindunya belum rela berpisah dengan Elle.Begitu Elle melangkah kakinya masuk, Ludwig menarik tangan Elle. “El…”Jantung Elle berdegup semakin cepat, “Ya?”Ludwig tersenyum lembut, “Bukan hanya karena takdir seperti yang kamu katakan. Aku mengatakan ini karena aku sungguh mencintaimu, sampai detik ini. Perasaanku padamu tidak pernah berkurang. Yang ada aku semakin merindukanmu di setiap helaan nafasku.”“Maukah kamu mau menjadi kekasihku El?” tanya Ludwig menatap lurus manik indah
Elle keluar dari kamarnya setelah berpakaian dan menyusul Ludwig yang ada di dapur.“Mau makan apa? Pizza, Burger, Spaghetti, atau Steak?” tanya Ludwig sambil tersenyum.Wanita berhazel itu seketika terbengong, “Apa semuanya ada di sini?” gumamnya dalam hati.“Tapi karena kamu pertama kali ke desa ini, aku akan perkenalkan kamu dengan makanan yang ada di sini.” Sambung Ludwig sambil mengeluarkan dua piring sayur lengkap dengan ubi rebus sebagai asupan karbohidrat mereka sambil tersenyum dan mengedipkan satu matanya, menggoda Elle.Elle akhirnya sadar kalau saat ini Ludwig sedang menggodanya, Kemudian wanita cantik itu berdiri dan meninggalkan Ludwig begitu saja.Ludwig dapat mendengar suara ribut – ribut dari dalam kamar Elle. Dan tidak lama kemudian Elle keluar dengan membawa beberapa kotak makanan yang cukup besar.Wanita cantik itu menatanya di atas meja dengan rapi. Elle mengeluarkan empat macam lauk yang membuat Ludwig terkejut.Elle duduk dan tersenyum, “Malam ini kita makan in
Elle sontak menoleh ke asal suara dan blush… Wajahnya kembali memerah karena tepat di depannya ada Ludwig dengan senyuman manisnya tengah melihatnya. Jarak wajah mereka begitu dekat.“Ludwig? Kamu sudah selesai?”“Iya, dan kenapa kamu ada di sini bukannya beristirahat?” balas Ludwig lalu berdiri terlebih dahulu, sambil membantu Elle untuk berdiri dengan mengulurkan tangannya.Elle menerima bantuan Ludwig dan meraih tangan pria tampan di depannya.“Terima kasih,” Elle berdiri. Dengan sigap Ludwid mengambil lukisan yang ada di tangan Elle.“Aku kesini karena aku sempat berpikir kenapa orang yang mengatakan suka padaku tidak kunjung datang setelah aku ada di sini padahal sudah lebih 3 jam sejak dia meninggalkan aku.”“Hmm, aku jadi ragu kalau dia sungguh menyukaiku,” sambung Elle menggoda Ludwig.Ludwig seketika panik, “Bu… bukan begitu… Maaf… bukan mak – ““Hahahhaa…” Elle tertawa melihat wajah panik Ludwig.“Kamu menggodaku?”Wanita cantik berhazel biru itu mengangkat bahunya, “Hmm…”“
Ludwig langsung menghampiri Elle begitu melihat wanita pujaannya itu. Pria itu benar – benar di buat shock tapi juga bahagia.“Kamu di sini Elle?” tanya pria itu masih tidak percaya.Elle tersenyum dan mengangguk.Kepala desa bingung melihat Pak Dokter terlihat akrab dengan tamunya.“Ehm, Pak Dokter.” Imbuh Kepala Desa.“Ah iya Pak. Maaf. Lalu bagaimana Pak?” tanya Ludwig begitu sadar. Membuat Elle tertawa kecil.“Begini Pak, saya mau menjelaskan rumah tinggal untuk Nona Elle, beliau akan tinggal di rumah yang – ““Tidak perlu Pak, Nona Elle akan tinggal bersamaku.” Potong Ludwig dengan cepat.Tentu saja Elle terkejut, begitu juga dengan Kepala Desa.“Ludwig? Kenapa aku tinggal denganmu?” seru Elle.“Iya, aku sangat sibuk setiap harinya. Setidaknya kalau kamu di rumah singgahku. Aku akan merasa jauh lebih tenang menjagamu dari para kawanan serigala seperti mereka.” Jelas Ludwig sambil menunjuk ke arah tiga pria yang tengah melihat mereka dengan wajah penuh tawa.Elle menoleh ke arah
Begitu Elle tiba di rumah Cath. Wanita cantik itu mulai mengurus dokumen – dokumen yang ia perlukan untuk bisa berkeliling dengan bebas di Afrika. Setidaknya butuh waktu seminggu baru ia bisa mulai beraktifitas. Selama satu minggu ini pula Elle terlihat akrab dengan anak – anak di sekitar lingkungan tempat tinggal Cath.Elle setiap hari duduk di depan rumah dan melukis suasana yang ada di depan matanya. Baik tawa polos anak – anak yang tidak paham dengan kondisi mereka saat ini dan raut muram dari beberapa anak yang merasa kelaparan.Hal inilah yang membuat dada Elle merasa miris akan kemiskinan di negara yang ia pijak sekarang.“Huftt seandainya semua orang kaya di dunia ini menyisihkan kekayaan mereka untuk berinvestasi atau memperbaiki system kehidupan di negara ini, aku pikir mereka semua bisa berkembang.” Gumam Elle menghela nafas di suatu sore. Tapi entahlah. Apa memang ini adalah solusinya atau memang tidak ada solusi sama sekali.“Hei Elle, kamu di luar?”“Hai Cath, iya nih la