“Tuan, aku sudah mendapatkan posisi Isaac saat ini.” Imbuh Fin tiba-tiba.“Pantau terus Fin, jangan sampai kehilangan jejaknya. Dan hati-hati pada Asistent yang selalu ada di sisinya.” Balas Austin yang kini menatap semua layar yang menampilkan Isaac tiap sisi dari semua layar yang ada di depannya.“Baik Tuan..” jawab Fin yang langsung mengambil kendali CCTV yang ada di jalanan.“Baiklah kalau begitu aku juga pergi,” imbuh Brice berpamitan.“Hmm, goodluck !” sahut Austin.“Oke.. Brice !” sahut Max, Ethan Fin dan Ken.Brice pun keluar dari ruangan tersebut. Begitu sudah cukup jauh dari Gedung tinggi tersebut. Brice memutuskan untuk langsung ke kantor Jennifer.Sedangkan di ruangan Jennifer saat ini, Meyden terlihat begitu kesal.“Jen, kenapa? Aku sangat merindukanmu. Sudah dua hari kamu mengacuhkanku!” seru Meyden.“Aku hanya lagi tidak ingin Meyden.” Jawab Jennifer.“Kenapa? Kamu tidak pernah seperti ini! Apa aku membuat kesalahan?” rajuk Meyden yang kini sudah bergelayut di tubuh Jen
“Brice, kita mau makan siang di sini?” tanya Jennifer yang melihat Brice memasuki sebuah Hotel berbintang lima.Brice tersenyum manis,”"Hmm iya, makanan di Restaurant Hotel ini sangat enak.”“Ah iya…” jawab Jennifer tersipu malu. Sudah salah paham karena Brice membawanya ke sebuah Hotel.“Tentu saja aku tidak akan membawamu ke Apartment, dan pria itu tidak akan mendapatkan infromasi apapun !” gumam Brice dalam hati dan memakirkan mobilnya.“Sekarang aku hanya harus fokus menjerat wanita ini dan lihat apa yang ia inginkan!”“Terima kasih Brice,” ucap Jennifer begitu Brice membukakan pintu mobil untuknya.“Your welcome, sayang” balasnya senatural itu membuat Jennifer melayang di udara.Brice dengan lembut meraih dan menggenggam tangan Jennifer. Sengaja memperlihatkan kepada dua pria yang kini kembali mengawasinya.“Kalian termakan umpanku, baguslah! Selamat menunggu orang yang sebantar lagi akan bercinta dengan liar.. Hahhaah!” serunya dengan senyuman licik. Yang tentu saja itu dia kata
“Ahh.. lupakan saja Brice, anggap aku tidak mengatakan apa-apa,” Ujar Jennifer berusaha tenang.“Hmm baiklah. Tapi apapun itu aku harap kamu terbuka denganku. Aku akan berusaha semampuku untuk membantumu,” jawab Brice dengan senyuman lembut.“Terima kasih Brice,” balas Jennifer.Mereka berdua pun melanjutkan makan siang mereka, dan Brice sengaja tidak membahas apa yang di katakan Jennifer.Sedangkan di sebuah mobil. Isaac terlihat begitu murka ketika asistentnya itu memperlihatkan Jennifer tengah berciuman dengan pria lain di dalam lift. Dan yang semakin membuatnya terbelalak. Pria yang tengah bercumbu dengan wanitanya itu adalah Brice. Sepupunya.“Kenapa bisa wanita jalang ini mengenal Brice ?” teriaknya dengan murka di depan asistentnya yang bernama Tobby itu.“Menurut pemantauan, pertama kali mereka bertemu di sebuah cafe Tuan. Dan setelah itu mereka akhirnya melakukan beberapa kali pertemuan di apart – “PLAKKIsaac menampar keras wajah Tobby dengan murka, “Kenapa kau tidak member
“Euhmm Ahh Brice !” lenguh yang terus lolos dari Jennifer ketika Brice terus melumat bibirnya dengan panas.Kini tubuhnya sudah di bawah kungkungan pria tampan itu.“Ahh.. Brice.. Ohh Sayang..” Ciuman Brice semakin ke bawah mencumbu tengkuk lehernya.“Ughh tubuhmu begitu wangi Jenni,” Serak Brice dan mulai menaikkan pakaian yang di kenakan Jennifer."Tu.. tunggu Brice.." seketika Jennifer mengingat sesuatu. Dia benar-benar lupa dengan kondisi tubuhnya saat ini.Brice menghentikan gerakannya dan menatap aneh ke wajah wanita yang tengah di dera nafsu itu.“Ada apa ?” tanyanya.“Ehm.. Ehm.. Apa boleh aku tidak membuka pakaian bagian atasku?” tanyanya sedikit ragu. Karena dia juga tetap ingin bercinta dengan Brice. Dia rindu akan sentuhan-sentuhan lembut dari Brice.Brice menaikkan satu alisnya. “Alasannya?”Deg !Jennifer menggigit bibir bawahnya, bingung harus mengutarakan alasannya. “Hmm tidak ada Brice.”Tentu saja Brice bukan pria yang patuh seperti itu. Melarangnya membuat pria itu
. “Biar aku memperbaharui tiap tanda yang ada di tubuhmu, jadi kau bisa berpikir kalau akulah yang memberikannya. Apakah boleh ? Hemm ?”“Ahh.. Brice…Euhm..” desahan demi desahan terus keluar dari mulut Jennifer. Brice benar-benar menyesap kulitnya tiap inci.Tetapi sungguh berbeda dengan sikap kasar Isaac kemarin malam. Dia benar-benar di siksa dan di banting oleh Isaac saat bercinta. Bahkan saat dirinya mulai kelelahan. Isaac mengikat tubuhnya dengan kuat dan menariknya dengan kasar agar dia kembali dalam kesadarannya.Isaac semalam benar-benar menggila karena dia ketahuan berhubungan dengan pria lain.Seketika Jennifer membelalakkan matanya, “Tunggu ! Jangan bilang Isaac sudah mengetahui kalau aku berhubungan dengan Brice ??! Ah sial ! Kenapa aku tidak kepikiran ke situ !”“Ahh Brice.. Brice.. Tunggu !”“Ini bukan sesuatu yang penting, aku harus menyuruh Brice berhenti dan menjauh sebelum Isaac mengganggunya.” Serunya dalam hati dengan panik.Tap tap tap“Brice .. Aku mohon berhent
“Siap Tuan !”Ethan pun langsung memberi kode kepada para bawahan dengan menaikkan satu tangan ke atas dan mengacungkan jari telunjuknya.Tanpa ditunggu semua bawahan yang berjaga membagi tugas dan mendatangi empat posisi dimana anak buah Isaac tengah mematai Bella.Grep !Grep !Grep !Grep !Mereka langsung di ringkus bersamaan. “Sialan ! Siapa kalian uhh ??!” seru salah satu dari mereka saat tim pengawal Austin berhasil membekap mereka dari belakang.“SSttt.. Lebih baik kalian ikut tanpa membuat keributan !”Namun ada beberapa dari mereka yang berusaha melepaskan diri. Hingga terpaksa para bawahan Austin memberikan pukulan agar mereka terdiam dan mengikuti mereka tanpa perlawanan.Tok tok tokAustin mengetuk pintu , Bella yang saat ini sedang menggambar beberapa desain pakaian seketika terkejut mendengar suara ketukan. Sedangkan Della yang tahu hanya tersenyum.Ceklek“Hubby ?” seru Bella mendapati sang suami yang datang.“Hey sayang..” Austin berjalan menghampiri istrinya.Ethan pu
Dan benar saja, ketika ketiga pria itu turun ke lobby. Terlihat istri mereka sedang tertawa bersama. Sedangkan Fin langsung menghubungkan pelacakan Isaac ke ponselnya.Ketiga pria tampan itu segera menghampiri istri mereka. Di mana mereka berjalan pasti para mata karyawan tidak lepas dari mereka. Pesona bawahan langsung Bos mereka memang tidak dapat di ragukan.“Sayang ?” seru Max yang langsung berdiri di belakang Hana sambil memegang pundaknya dengan lembut.“Honey, kamu di sini ?” Fin juga langsung mencubit gemas pipi istrinya.“Hai sayang,” ujar Ken yang langsung duduk di pegangan sofa tepat di samping istrinya.Para wanita cantik langsung tersenyum melihat suami mereka.“Apa kalian janjian ?”selidik Max bertanya kepada tiga wanita cantik itu.“Hmm, gak sayang. Tadi kita bertiga ketemu di Lobby, dan itu yang buat kita ketawa geli.” Jawab Hana.“Benar Kak Hana, seperti yang Kak Hana bilang ! Aku seperti punya feeling kalau Fin seperti memanggil-manggil aku, hahaha” sambung Rose.Sisk
“Euhmm sayang.. Ah…” lenguhan Hana terdengar memenuhi ruangan. Dirinya saat ini bagai santapan yang terhidang di atas meja. Tubuh polosnya yang putih bersih membuat Max meneguk kasar salivanya berkali-kali.Kedua kaki Hana kini terbuka lebar, memperlihatkan liang kewanitaannya yang begitu bersih. “Ayo lahap aku sayang,” seruan provokatif Hana membuat tatapan Max terlihat begitu berapa-api.“Jangan menyesal karena sudah memancingku sayang,” suara berat Max yang terdengar begitu seksi oleh Hana.Hana tersenyum menggoda dan semakin membuka kedua pahanya, bahkan kedua tangannya membuka bibir kewanitaannya. “Silahkan sayang...”Glek!Max langsung membenamkan wajahnya, Slurrp!Lidah tebal dan hangat Max langsung mengusap inti tubuh istrinya yang tengah memekar, “Akh!! Yahh Sayang… Euhm!!” lenguhan Hana merasakan kenikmatan luar biasa dari lidah suaminya.“Kamu suka aku melahapnya seperti ini sayang?”“Hmm, Ahh… Iya sayang! Aku sukah!! Ah uhm.. Ini sungguh enakk!!”Kini bukan hanya lidah yang
Ludwig seketika panik mendengar perkataan Elle, “Sa… sayang…”Wanita cantik itu mengulum bibirnya menahan tawa melihat wajah panik Ludwig. Sebenarnyanya sejak dua hari kedatangan Pauline, Elle sudah menaruh curiga. Setiap melihat sikap Pauline kepada Ludwig, satu yang ia percaya bahwa ada sesuatu di antara mereka berdua. Dan yang pasti, kekasihnya itu selalu menjaga jarak dan terlihat tidak ingin terlibat. Sejak penolakan frontal dari Ludwig ketika Pauline meminta kekasihnya untuk untuk membimbingnya.Sedangkan di lihat bagaimana pun penampilan Pauline, dia seperti bukan seseorang yang akan mendatangi tempat pemukiman seperti ini. Apalagi kalau bukan karena sesuatu. Dan itu terjadi tepat setelah satu minggu kedua orang tuanya mengetahui lokasinya.Dan saat itu pula dia sempat memperkenalkan kekasihnya itu kepada kedua orang tuanya. Namun dia masih ingin menepis hal tersebut dan wanita cantik itu hanya diam sambil mengawasi. Dan dia ingin tahu sampai di mana keseriusan Ludwig terhada
Ludwig menekan kepala belakang Elle, memperdalam ciumannya.“EUhm sayang.. Ah.. Uhm…” suara mereka berdua. Ludwig memeluk pinggul kekasihnya itu dengan erat merapatkan tubuh mereka berdua tanpa jarak.Merasakan tiap lekuk tubuh indah Elle. Ludwig dapat merasakan boa di bawah sana sudah semakin membengkak ingin di keluarkan. Seolah dia bisa merobek celananya di bawah sana.“Damn!”“Cium aku sayang!” suara berat Ludwig yang hanya mengusap punggung kekasih nya yang masih terbalut handuk. Sedangkan mulutnya terus menyesap bibir atas dan bawah Elle, begitu pun Elle yang memeluk erat kekasihnya itu. Memegang dada Ludwig yang bidang.“Oh my! Hahh hahh Hahh!” suara nafas Elle yang terengah – engah.Ludwig melepaskan ciumannya dan melihat mata sayu Elle. Pipi Elle yang berubaha menjadi pink kemerah – merahan. Nafas mereka saling bersahutan.“Kau tahu sayang, aku sangat mencintaimu,” ucapnya dengan suara serak.Elle tersenyum dan mengangguk. “Iya sayang, aku juga sangat mencintaimu.”Jantung L
Tiga hari berlalu begitu saja, dan selama itu pula Pauline gelisah. “Malam ini, aku harus bisa membuat Ludwig memakanku!” seru Pauline dalam hati.Dan tiga hari ini juga dia selalu saja mendatangi Ludwig di Rumah Kesehatan dengan berkilah membantu di bagian medis. Padahal dia tidak mengerti apapun.Seperti saat ini, dia hanya duduk melihat para pasien yang di obati oleh Ludwig dan rekan – rekannya.Waktu sudah mulai sore. Pauline terus berpikiruntuk mencari alasan agar Ludwig mau mengantarnya untuk pulang. Dan tiba – tiba saja di kepalanya terlintas sebuah ide yang tidak akan mungkin Ludwig dapat menolaknya.Pauline berjalan dengan tergesa – gesa sambil membawa baki peralatan hingga terdengar.Pyar…!“Aochhh!!” pekik Pauline kesakitan.Ludwig dan rekan – rekannya seketika berdiri.Ludwig dengan sigap menolong Pauline. “Hati – hati…” ujar nya pelan sambil memapah Pauline.“Ugh… Sakit… Sepertinya kaki aku terkilir Lud,” ringis Pauline kesakitan.Hanz yang ahli bagian ortopedia langsung
“Hai salam kenal,” sapa Elle ramah kepada Pauline.Pauline tidak menyangka kalau Ludwig terang – terangan seperti itu. “Oh hai, aku Pauline. Salam kenal. Kebetulan aku kenalan lama dari Ludwig.”Elle tersenyum, “Oh ya? Senang berkenalan denganmu Pauline. Ini aku ada bawakan sarapa untukmu. Semoga kamu menyukainya.” Ucap Elle sambil menyodorkan satu box wadah makanan kepada Pauline.Pauline menerimanya, “Terima kasih Elle, aku pasti akan menyukainya.”“Ok kalau begitu, kamu nanti bicarakan dengan kepala desa tentang apa yang ingin kamu lakukan di sini.” Ujar Ludwig kepada Pauline lalu menengok ke Elle. “Ayo sayang, mereka pasti sudah menunggu kita.” Sambung Ludwig berbicara dengan lembut kepada Elle.“Iya sayang,”“Kami duluan ya Pauline…” pamit Elle kepada Ella. Namun baru tiga langkah, Pauline memanggil Ludwig.“Lud!”Langkah kaki Ludwig dan Elle berhenti lalu menengok ke belakang.“Ya?”“Uhm, apa bisa kamu yang bimbing aku selama aku di sini?” ujar Pauline yang langsung membuat Ludw
“Ada apa?” tanyanya berusaha tenang.“Aku mau mandi, tapi tidak ada air.” Ucap Pauline sambil memegang handuknya di depan dadanya.“Oh iya maaf, aku lupa bilang. Kalau kamu mau air. Kamu harus memompa air disini.” Jelas Ludwig sambil menunjukka pompa yang ada di dekat kamar mandi. Tanpa Ludwig tahu ternyata Pauline sudah menyusulnya.Begitu Ludwing berbalik betapa terkejutnya, Pauline sudah ada di belakangnya. “Hmm, iya. Tapi apa bisa kamu ajar aku caranya memompa.”“Damn! Kenapa dia hanya mengenakan handuk seperti ini.” Seru Ludwig dalam hati.“Hmm, baiklah…” ujar Ludwig. Dan memberikan contoh cara memompa air.“Ok, biar aku coba!” seru Pauline dengan bersemangat. Wanita manis, mungil tapi menonjol di beberapa area itu terlihat begitu bersemangat mengikuti tutorial cara memompa air.Pauline kemudian memompa air seperti yang di lakukan Ludwig, tapi hal tersebut sangat berbahaya dengan jantung dan boa Ludwig. Bagaimana tidak. Setiak Pauline mengangkat tangannya, handuk tersebut akan i
Satu minggu berlalu, karena orang tua Elle menggunakan pengiriman ekspress. Hari ini semua barang pesanannya tiba tanpa kekurangan. Bahkan kedua orang tua Elle memberikan perlengkapan yang mendukung untuk perkebunan nantinya.“Hufftt… Akhirnya selesai juga…” seru Elle begitu merapikan pupuk dan bibit di dalam ruang penyimpanan.Sedangkan Ludwig dan rekan - rekannya bertugas mengangkat barang - barang berat. Mereka juga di bantu oleh beberapa warga lokal.“Pak Dokter…!” seru kepala desa tiba – tiba.“Iya?”“Maaf, apa saya bisa minta waktu anda sebentar? Ada tamu yang baru saja tiba. Dan saya sedikit kesulitan untuk berkomunikasi.” Ujar Kepala Desa dengan tidak enak hati karena harus menyusahkan Ludwig kembali.“Tentu saja Pak, tunggu aku di sana. Aku akan membersihkan tangan terlebih dahulu.”“Baik Pak Dokter,” Kepala desa pun berlalu menemui tamu yang di maksud.Ludwig segera membersihkan tangannya. Menengok kiri dan kanan mencari Elle.“Hanz, kamu lihat Elle?”“Sepertinya masih di Gu
Satu bulan pun berlalu. Ludwig dan Elle sudah hidup bersama. Mereka sudah seperti selayaknya pasangan yang tidak terpisahkan. Para warga lokal juga sangat menyayangi Elle dan Ludwig.“Sayang, sudah dulu… Besok lagi kamu lanjut ya…?” ucap Ludwig lembut menghampiri Elle yang saat ini melukis hanya dengan menggunakan gaun tidur yang begitu tipis.“Hmm… dikit lagi sayang, tinggal satu arsiran lagi.” Balas Elle dengan manja.Ludwig menghampiri kekasihnya itu dan memeluknya dari belakang lalu menyandarkan dagunya di pundak Elle. Mencumbu dan menghirup aroma manis dari tubuh kekasihnya.“Sayang, geli….” Rengek manja Elle di ganggu oleh Ludwig.“Lanjut saja, aku temanin.” Ujar Ludwig.Elle mengerecutkan bibirnya, “Bagaimana bisa lanjut kalau kamu seperti ini?”Ludwig tertawa kecil. “Iyah.. iyah… Kamu lanjutkan dulu, aku siapkan air minum dan vitamin.” Sebelum keluar Ludwig mengecup puncak kepala Elle. Pria itu keluar mangambil segelas air dan vitamin untuk mereka berdua.Dan di saat Ludwig m
“Hmm, kamu benar. Takdir kembali mempertemukan kita berdua.”Ludwig mengambil tangan Elle. Menggenggamnya dengan lembut. Elle tersenyum dan ikut menggenggam tangan nya. Mereka berdua berjalan dalam diam menikmati hamparan bintang di atas langit. Hingga mereka tiba di depan rumah.Mereka berdua masuk ke dalam rumah. Ludwig mengantar Elle sampai di depan pintu kamar wanita cantik itu. Jantung Elle berdebar begitu cepat.Elle membuka pintu kamarnya, namun Ludwig masih enggan melepaskan wanita cantik itu. Rasa rindunya belum rela berpisah dengan Elle.Begitu Elle melangkah kakinya masuk, Ludwig menarik tangan Elle. “El…”Jantung Elle berdegup semakin cepat, “Ya?”Ludwig tersenyum lembut, “Bukan hanya karena takdir seperti yang kamu katakan. Aku mengatakan ini karena aku sungguh mencintaimu, sampai detik ini. Perasaanku padamu tidak pernah berkurang. Yang ada aku semakin merindukanmu di setiap helaan nafasku.”“Maukah kamu mau menjadi kekasihku El?” tanya Ludwig menatap lurus manik indah
Elle keluar dari kamarnya setelah berpakaian dan menyusul Ludwig yang ada di dapur.“Mau makan apa? Pizza, Burger, Spaghetti, atau Steak?” tanya Ludwig sambil tersenyum.Wanita berhazel itu seketika terbengong, “Apa semuanya ada di sini?” gumamnya dalam hati.“Tapi karena kamu pertama kali ke desa ini, aku akan perkenalkan kamu dengan makanan yang ada di sini.” Sambung Ludwig sambil mengeluarkan dua piring sayur lengkap dengan ubi rebus sebagai asupan karbohidrat mereka sambil tersenyum dan mengedipkan satu matanya, menggoda Elle.Elle akhirnya sadar kalau saat ini Ludwig sedang menggodanya, Kemudian wanita cantik itu berdiri dan meninggalkan Ludwig begitu saja.Ludwig dapat mendengar suara ribut – ribut dari dalam kamar Elle. Dan tidak lama kemudian Elle keluar dengan membawa beberapa kotak makanan yang cukup besar.Wanita cantik itu menatanya di atas meja dengan rapi. Elle mengeluarkan empat macam lauk yang membuat Ludwig terkejut.Elle duduk dan tersenyum, “Malam ini kita makan in