“Brice, kita mau makan siang di sini?” tanya Jennifer yang melihat Brice memasuki sebuah Hotel berbintang lima.Brice tersenyum manis,”"Hmm iya, makanan di Restaurant Hotel ini sangat enak.”“Ah iya…” jawab Jennifer tersipu malu. Sudah salah paham karena Brice membawanya ke sebuah Hotel.“Tentu saja aku tidak akan membawamu ke Apartment, dan pria itu tidak akan mendapatkan infromasi apapun !” gumam Brice dalam hati dan memakirkan mobilnya.“Sekarang aku hanya harus fokus menjerat wanita ini dan lihat apa yang ia inginkan!”“Terima kasih Brice,” ucap Jennifer begitu Brice membukakan pintu mobil untuknya.“Your welcome, sayang” balasnya senatural itu membuat Jennifer melayang di udara.Brice dengan lembut meraih dan menggenggam tangan Jennifer. Sengaja memperlihatkan kepada dua pria yang kini kembali mengawasinya.“Kalian termakan umpanku, baguslah! Selamat menunggu orang yang sebantar lagi akan bercinta dengan liar.. Hahhaah!” serunya dengan senyuman licik. Yang tentu saja itu dia kata
“Ahh.. lupakan saja Brice, anggap aku tidak mengatakan apa-apa,” Ujar Jennifer berusaha tenang.“Hmm baiklah. Tapi apapun itu aku harap kamu terbuka denganku. Aku akan berusaha semampuku untuk membantumu,” jawab Brice dengan senyuman lembut.“Terima kasih Brice,” balas Jennifer.Mereka berdua pun melanjutkan makan siang mereka, dan Brice sengaja tidak membahas apa yang di katakan Jennifer.Sedangkan di sebuah mobil. Isaac terlihat begitu murka ketika asistentnya itu memperlihatkan Jennifer tengah berciuman dengan pria lain di dalam lift. Dan yang semakin membuatnya terbelalak. Pria yang tengah bercumbu dengan wanitanya itu adalah Brice. Sepupunya.“Kenapa bisa wanita jalang ini mengenal Brice ?” teriaknya dengan murka di depan asistentnya yang bernama Tobby itu.“Menurut pemantauan, pertama kali mereka bertemu di sebuah cafe Tuan. Dan setelah itu mereka akhirnya melakukan beberapa kali pertemuan di apart – “PLAKKIsaac menampar keras wajah Tobby dengan murka, “Kenapa kau tidak member
“Euhmm Ahh Brice !” lenguh yang terus lolos dari Jennifer ketika Brice terus melumat bibirnya dengan panas.Kini tubuhnya sudah di bawah kungkungan pria tampan itu.“Ahh.. Brice.. Ohh Sayang..” Ciuman Brice semakin ke bawah mencumbu tengkuk lehernya.“Ughh tubuhmu begitu wangi Jenni,” Serak Brice dan mulai menaikkan pakaian yang di kenakan Jennifer."Tu.. tunggu Brice.." seketika Jennifer mengingat sesuatu. Dia benar-benar lupa dengan kondisi tubuhnya saat ini.Brice menghentikan gerakannya dan menatap aneh ke wajah wanita yang tengah di dera nafsu itu.“Ada apa ?” tanyanya.“Ehm.. Ehm.. Apa boleh aku tidak membuka pakaian bagian atasku?” tanyanya sedikit ragu. Karena dia juga tetap ingin bercinta dengan Brice. Dia rindu akan sentuhan-sentuhan lembut dari Brice.Brice menaikkan satu alisnya. “Alasannya?”Deg !Jennifer menggigit bibir bawahnya, bingung harus mengutarakan alasannya. “Hmm tidak ada Brice.”Tentu saja Brice bukan pria yang patuh seperti itu. Melarangnya membuat pria itu
. “Biar aku memperbaharui tiap tanda yang ada di tubuhmu, jadi kau bisa berpikir kalau akulah yang memberikannya. Apakah boleh ? Hemm ?”“Ahh.. Brice…Euhm..” desahan demi desahan terus keluar dari mulut Jennifer. Brice benar-benar menyesap kulitnya tiap inci.Tetapi sungguh berbeda dengan sikap kasar Isaac kemarin malam. Dia benar-benar di siksa dan di banting oleh Isaac saat bercinta. Bahkan saat dirinya mulai kelelahan. Isaac mengikat tubuhnya dengan kuat dan menariknya dengan kasar agar dia kembali dalam kesadarannya.Isaac semalam benar-benar menggila karena dia ketahuan berhubungan dengan pria lain.Seketika Jennifer membelalakkan matanya, “Tunggu ! Jangan bilang Isaac sudah mengetahui kalau aku berhubungan dengan Brice ??! Ah sial ! Kenapa aku tidak kepikiran ke situ !”“Ahh Brice.. Brice.. Tunggu !”“Ini bukan sesuatu yang penting, aku harus menyuruh Brice berhenti dan menjauh sebelum Isaac mengganggunya.” Serunya dalam hati dengan panik.Tap tap tap“Brice .. Aku mohon berhent
“Siap Tuan !”Ethan pun langsung memberi kode kepada para bawahan dengan menaikkan satu tangan ke atas dan mengacungkan jari telunjuknya.Tanpa ditunggu semua bawahan yang berjaga membagi tugas dan mendatangi empat posisi dimana anak buah Isaac tengah mematai Bella.Grep !Grep !Grep !Grep !Mereka langsung di ringkus bersamaan. “Sialan ! Siapa kalian uhh ??!” seru salah satu dari mereka saat tim pengawal Austin berhasil membekap mereka dari belakang.“SSttt.. Lebih baik kalian ikut tanpa membuat keributan !”Namun ada beberapa dari mereka yang berusaha melepaskan diri. Hingga terpaksa para bawahan Austin memberikan pukulan agar mereka terdiam dan mengikuti mereka tanpa perlawanan.Tok tok tokAustin mengetuk pintu , Bella yang saat ini sedang menggambar beberapa desain pakaian seketika terkejut mendengar suara ketukan. Sedangkan Della yang tahu hanya tersenyum.Ceklek“Hubby ?” seru Bella mendapati sang suami yang datang.“Hey sayang..” Austin berjalan menghampiri istrinya.Ethan pu
Dan benar saja, ketika ketiga pria itu turun ke lobby. Terlihat istri mereka sedang tertawa bersama. Sedangkan Fin langsung menghubungkan pelacakan Isaac ke ponselnya.Ketiga pria tampan itu segera menghampiri istri mereka. Di mana mereka berjalan pasti para mata karyawan tidak lepas dari mereka. Pesona bawahan langsung Bos mereka memang tidak dapat di ragukan.“Sayang ?” seru Max yang langsung berdiri di belakang Hana sambil memegang pundaknya dengan lembut.“Honey, kamu di sini ?” Fin juga langsung mencubit gemas pipi istrinya.“Hai sayang,” ujar Ken yang langsung duduk di pegangan sofa tepat di samping istrinya.Para wanita cantik langsung tersenyum melihat suami mereka.“Apa kalian janjian ?”selidik Max bertanya kepada tiga wanita cantik itu.“Hmm, gak sayang. Tadi kita bertiga ketemu di Lobby, dan itu yang buat kita ketawa geli.” Jawab Hana.“Benar Kak Hana, seperti yang Kak Hana bilang ! Aku seperti punya feeling kalau Fin seperti memanggil-manggil aku, hahaha” sambung Rose.Sisk
“Euhmm sayang.. Ah…” lenguhan Hana terdengar memenuhi ruangan. Dirinya saat ini bagai santapan yang terhidang di atas meja. Tubuh polosnya yang putih bersih membuat Max meneguk kasar salivanya berkali-kali.Kedua kaki Hana kini terbuka lebar, memperlihatkan liang kewanitaannya yang begitu bersih. “Ayo lahap aku sayang,” seruan provokatif Hana membuat tatapan Max terlihat begitu berapa-api.“Jangan menyesal karena sudah memancingku sayang,” suara berat Max yang terdengar begitu seksi oleh Hana.Hana tersenyum menggoda dan semakin membuka kedua pahanya, bahkan kedua tangannya membuka bibir kewanitaannya. “Silahkan sayang...”Glek!Max langsung membenamkan wajahnya, Slurrp!Lidah tebal dan hangat Max langsung mengusap inti tubuh istrinya yang tengah memekar, “Akh!! Yahh Sayang… Euhm!!” lenguhan Hana merasakan kenikmatan luar biasa dari lidah suaminya.“Kamu suka aku melahapnya seperti ini sayang?”“Hmm, Ahh… Iya sayang! Aku sukah!! Ah uhm.. Ini sungguh enakk!!”Kini bukan hanya lidah yang
Tubuh Hana tersentak kuat begitu dan mengerang penuh nikmat merasakan gesekan kulit penis suaminya mengaduk di dalam sana.“Euhmm yah sayang.. Ah!” racauan dan desahan terus keluar dari mulut Hana.Sedangkan di ruangan lain Ken dan Siska juga sudah berpeluh keringat. Karena tadi begitu masuk ruangan kerjanya. Ken langsung saja melucuti pakaian istrinya dan pakaiannya.Dan dengan foreplay yang liar seperti biasa. Ken meminta istrinya berpegang di sudut meja kemudian mengangkat sedikit pinggulnya. Ken langsung memasukkan jarinya dan bergerak dengan cepat, mengaduk sampai ke bagian titik g-spot istrinya.“Ough Ken.. sayang.. Ugh yah sayang.. Ahhh lebih cepat sayang !!!” mendengar desahan dan racauan istrinya, Ken langsung berlutut dan mengadahkan kepalanya, membuka bibir kewanitaan istrinya dengan lebar dan memasukkan lidahnya ke dalam.“Akh Ken! Uhmm sayang.. Oughh ini sungguh nikmat sayang!!” racauan Siska menahan tubuhnya dengan kuat menggunakan kedua tangannya. Ken benar-benar mengadu
“Hai salam kenal,” sapa Elle ramah kepada Pauline.Pauline tidak menyangka kalau Ludwig terang – terangan seperti itu. “Oh hai, aku Pauline. Salam kenal. Kebetulan aku kenalan lama dari Ludwig.”Elle tersenyum, “Oh ya? Senang berkenalan denganmu Pauline. Ini aku ada bawakan sarapa untukmu. Semoga kamu menyukainya.” Ucap Elle sambil menyodorkan satu box wadah makanan kepada Pauline.Pauline menerimanya, “Terima kasih Elle, aku pasti akan menyukainya.”“Ok kalau begitu, kamu nanti bicarakan dengan kepala desa tentang apa yang ingin kamu lakukan di sini.” Ujar Ludwig kepada Pauline lalu menengok ke Elle. “Ayo sayang, mereka pasti sudah menunggu kita.” Sambung Ludwig berbicara dengan lembut kepada Elle.“Iya sayang,”“Kami duluan ya Pauline…” pamit Elle kepada Ella. Namun baru tiga langkah, Pauline memanggil Ludwig.“Lud!”Langkah kaki Ludwig dan Elle berhenti lalu menengok ke belakang.“Ya?”“Uhm, apa bisa kamu yang bimbing aku selama aku di sini?” ujar Pauline yang langsung membuat Ludw
“Ada apa?” tanyanya berusaha tenang.“Aku mau mandi, tapi tidak ada air.” Ucap Pauline sambil memegang handuknya di depan dadanya.“Oh iya maaf, aku lupa bilang. Kalau kamu mau air. Kamu harus memompa air disini.” Jelas Ludwig sambil menunjukka pompa yang ada di dekat kamar mandi. Tanpa Ludwig tahu ternyata Pauline sudah menyusulnya.Begitu Ludwing berbalik betapa terkejutnya, Pauline sudah ada di belakangnya. “Hmm, iya. Tapi apa bisa kamu ajar aku caranya memompa.”“Damn! Kenapa dia hanya mengenakan handuk seperti ini.” Seru Ludwig dalam hati.“Hmm, baiklah…” ujar Ludwig. Dan memberikan contoh cara memompa air.“Ok, biar aku coba!” seru Pauline dengan bersemangat. Wanita manis, mungil tapi menonjol di beberapa area itu terlihat begitu bersemangat mengikuti tutorial cara memompa air.Pauline kemudian memompa air seperti yang di lakukan Ludwig, tapi hal tersebut sangat berbahaya dengan jantung dan boa Ludwig. Bagaimana tidak. Setiak Pauline mengangkat tangannya, handuk tersebut akan i
Satu minggu berlalu, karena orang tua Elle menggunakan pengiriman ekspress. Hari ini semua barang pesanannya tiba tanpa kekurangan. Bahkan kedua orang tua Elle memberikan perlengkapan yang mendukung untuk perkebunan nantinya.“Hufftt… Akhirnya selesai juga…” seru Elle begitu merapikan pupuk dan bibit di dalam ruang penyimpanan.Sedangkan Ludwig dan rekan - rekannya bertugas mengangkat barang - barang berat. Mereka juga di bantu oleh beberapa warga lokal.“Pak Dokter…!” seru kepala desa tiba – tiba.“Iya?”“Maaf, apa saya bisa minta waktu anda sebentar? Ada tamu yang baru saja tiba. Dan saya sedikit kesulitan untuk berkomunikasi.” Ujar Kepala Desa dengan tidak enak hati karena harus menyusahkan Ludwig kembali.“Tentu saja Pak, tunggu aku di sana. Aku akan membersihkan tangan terlebih dahulu.”“Baik Pak Dokter,” Kepala desa pun berlalu menemui tamu yang di maksud.Ludwig segera membersihkan tangannya. Menengok kiri dan kanan mencari Elle.“Hanz, kamu lihat Elle?”“Sepertinya masih di Gu
Satu bulan pun berlalu. Ludwig dan Elle sudah hidup bersama. Mereka sudah seperti selayaknya pasangan yang tidak terpisahkan. Para warga lokal juga sangat menyayangi Elle dan Ludwig.“Sayang, sudah dulu… Besok lagi kamu lanjut ya…?” ucap Ludwig lembut menghampiri Elle yang saat ini melukis hanya dengan menggunakan gaun tidur yang begitu tipis.“Hmm… dikit lagi sayang, tinggal satu arsiran lagi.” Balas Elle dengan manja.Ludwig menghampiri kekasihnya itu dan memeluknya dari belakang lalu menyandarkan dagunya di pundak Elle. Mencumbu dan menghirup aroma manis dari tubuh kekasihnya.“Sayang, geli….” Rengek manja Elle di ganggu oleh Ludwig.“Lanjut saja, aku temanin.” Ujar Ludwig.Elle mengerecutkan bibirnya, “Bagaimana bisa lanjut kalau kamu seperti ini?”Ludwig tertawa kecil. “Iyah.. iyah… Kamu lanjutkan dulu, aku siapkan air minum dan vitamin.” Sebelum keluar Ludwig mengecup puncak kepala Elle. Pria itu keluar mangambil segelas air dan vitamin untuk mereka berdua.Dan di saat Ludwig m
“Hmm, kamu benar. Takdir kembali mempertemukan kita berdua.”Ludwig mengambil tangan Elle. Menggenggamnya dengan lembut. Elle tersenyum dan ikut menggenggam tangan nya. Mereka berdua berjalan dalam diam menikmati hamparan bintang di atas langit. Hingga mereka tiba di depan rumah.Mereka berdua masuk ke dalam rumah. Ludwig mengantar Elle sampai di depan pintu kamar wanita cantik itu. Jantung Elle berdebar begitu cepat.Elle membuka pintu kamarnya, namun Ludwig masih enggan melepaskan wanita cantik itu. Rasa rindunya belum rela berpisah dengan Elle.Begitu Elle melangkah kakinya masuk, Ludwig menarik tangan Elle. “El…”Jantung Elle berdegup semakin cepat, “Ya?”Ludwig tersenyum lembut, “Bukan hanya karena takdir seperti yang kamu katakan. Aku mengatakan ini karena aku sungguh mencintaimu, sampai detik ini. Perasaanku padamu tidak pernah berkurang. Yang ada aku semakin merindukanmu di setiap helaan nafasku.”“Maukah kamu mau menjadi kekasihku El?” tanya Ludwig menatap lurus manik indah
Elle keluar dari kamarnya setelah berpakaian dan menyusul Ludwig yang ada di dapur.“Mau makan apa? Pizza, Burger, Spaghetti, atau Steak?” tanya Ludwig sambil tersenyum.Wanita berhazel itu seketika terbengong, “Apa semuanya ada di sini?” gumamnya dalam hati.“Tapi karena kamu pertama kali ke desa ini, aku akan perkenalkan kamu dengan makanan yang ada di sini.” Sambung Ludwig sambil mengeluarkan dua piring sayur lengkap dengan ubi rebus sebagai asupan karbohidrat mereka sambil tersenyum dan mengedipkan satu matanya, menggoda Elle.Elle akhirnya sadar kalau saat ini Ludwig sedang menggodanya, Kemudian wanita cantik itu berdiri dan meninggalkan Ludwig begitu saja.Ludwig dapat mendengar suara ribut – ribut dari dalam kamar Elle. Dan tidak lama kemudian Elle keluar dengan membawa beberapa kotak makanan yang cukup besar.Wanita cantik itu menatanya di atas meja dengan rapi. Elle mengeluarkan empat macam lauk yang membuat Ludwig terkejut.Elle duduk dan tersenyum, “Malam ini kita makan in
Elle sontak menoleh ke asal suara dan blush… Wajahnya kembali memerah karena tepat di depannya ada Ludwig dengan senyuman manisnya tengah melihatnya. Jarak wajah mereka begitu dekat.“Ludwig? Kamu sudah selesai?”“Iya, dan kenapa kamu ada di sini bukannya beristirahat?” balas Ludwig lalu berdiri terlebih dahulu, sambil membantu Elle untuk berdiri dengan mengulurkan tangannya.Elle menerima bantuan Ludwig dan meraih tangan pria tampan di depannya.“Terima kasih,” Elle berdiri. Dengan sigap Ludwid mengambil lukisan yang ada di tangan Elle.“Aku kesini karena aku sempat berpikir kenapa orang yang mengatakan suka padaku tidak kunjung datang setelah aku ada di sini padahal sudah lebih 3 jam sejak dia meninggalkan aku.”“Hmm, aku jadi ragu kalau dia sungguh menyukaiku,” sambung Elle menggoda Ludwig.Ludwig seketika panik, “Bu… bukan begitu… Maaf… bukan mak – ““Hahahhaa…” Elle tertawa melihat wajah panik Ludwig.“Kamu menggodaku?”Wanita cantik berhazel biru itu mengangkat bahunya, “Hmm…”“
Ludwig langsung menghampiri Elle begitu melihat wanita pujaannya itu. Pria itu benar – benar di buat shock tapi juga bahagia.“Kamu di sini Elle?” tanya pria itu masih tidak percaya.Elle tersenyum dan mengangguk.Kepala desa bingung melihat Pak Dokter terlihat akrab dengan tamunya.“Ehm, Pak Dokter.” Imbuh Kepala Desa.“Ah iya Pak. Maaf. Lalu bagaimana Pak?” tanya Ludwig begitu sadar. Membuat Elle tertawa kecil.“Begini Pak, saya mau menjelaskan rumah tinggal untuk Nona Elle, beliau akan tinggal di rumah yang – ““Tidak perlu Pak, Nona Elle akan tinggal bersamaku.” Potong Ludwig dengan cepat.Tentu saja Elle terkejut, begitu juga dengan Kepala Desa.“Ludwig? Kenapa aku tinggal denganmu?” seru Elle.“Iya, aku sangat sibuk setiap harinya. Setidaknya kalau kamu di rumah singgahku. Aku akan merasa jauh lebih tenang menjagamu dari para kawanan serigala seperti mereka.” Jelas Ludwig sambil menunjuk ke arah tiga pria yang tengah melihat mereka dengan wajah penuh tawa.Elle menoleh ke arah
Begitu Elle tiba di rumah Cath. Wanita cantik itu mulai mengurus dokumen – dokumen yang ia perlukan untuk bisa berkeliling dengan bebas di Afrika. Setidaknya butuh waktu seminggu baru ia bisa mulai beraktifitas. Selama satu minggu ini pula Elle terlihat akrab dengan anak – anak di sekitar lingkungan tempat tinggal Cath.Elle setiap hari duduk di depan rumah dan melukis suasana yang ada di depan matanya. Baik tawa polos anak – anak yang tidak paham dengan kondisi mereka saat ini dan raut muram dari beberapa anak yang merasa kelaparan.Hal inilah yang membuat dada Elle merasa miris akan kemiskinan di negara yang ia pijak sekarang.“Huftt seandainya semua orang kaya di dunia ini menyisihkan kekayaan mereka untuk berinvestasi atau memperbaiki system kehidupan di negara ini, aku pikir mereka semua bisa berkembang.” Gumam Elle menghela nafas di suatu sore. Tapi entahlah. Apa memang ini adalah solusinya atau memang tidak ada solusi sama sekali.“Hei Elle, kamu di luar?”“Hai Cath, iya nih la