Bella menggigit bibir bawahnya. Bingung harus bersikap apa.Kalau seperti itu. Artinya dia akan mengkhianati Steve. Dan di sisi lain, dia mempermainkan perasaan Austin."Hey...Kamu tidak perlu memikirkan hal lain..Hmm...??" panggil Austin yang tersenyum hangat."Ta-tapi..." ragu Bella."Begini saja, kalau Steve mengabarimu hari ini tentang keterlambatan pulangnya. Kamu boleh menjauh dariku. Tapi kalau Steve tidak mengabarimu. Jangan pernah lagi melarangku..? Hmm..?" ucap Austin, yang kemudian merutuki ucapannya sendiri memberikan pilihan seperti itu."Tunggu, maksud kamu apa..? Kan bisa saja Steve sedang sibuk dan tidak sempat mengabariku.." balas Bella."Hmm..Anggap saja seperti itu..Tapi saat ini..Aku hanya ingin dirimu, Bel..." suara berat Austin yang membuat Bella kembali tersihir oleh pesonanya.Austin kembali melumat bibir Bella yang membuatnya begitu ketagihan. Tentu saja Bella membalas ciuman memabukkan dari Austin.Tiga menit berciuman membuat suhu tubuh mereka semakin panas.
Setelah melewati pagi panas hampir tiga jam. Austin dan Bella terlelap dalam dekapan masing-masing.Saling memberikan kehangatan ditubuh mereka di bawah selimut tebal berwarna putih bersih.Austin yang tidak tidur semalaman dan di lanjutkan dengan olahraga paginya bersama Bella. Membuat tidurnya begitu lelap. Apalagi tidur di dalam dekapan Bella tanpa mengenakan sehelai benang yang membatasi kulit mereka.Dipeluknya tubuh Bella dengan erat, seolah takut Bella akan pergi meninggalkan dan menjauhinya lagi."Uhmmm..." gumam Bella yang mulai terjaga. Bella merasakan sebuah lengan kekar tengah memeluknya dengan posesif.Saat Bella membuka mata. Dapat dia lihat wajah tampan Austin yang tengah tertidur tepat di depannya. Sangat damai dan hangat. Sangat berbeda dengan Austin yang dalam keadaan sadar, tengil dan menyebalkan."Pfftt.." Bella tertawa kecil mengingat candaan mereka setelah bercinta tadi pagi. Dan ucapan Austin yang membuat dirinya kembali merasakan curahan cinta, kehangatan dan p
Austin tidak lagi dapat menahan serbuan gelanyar di sekujur tubuhnya. Berciuman dengan Bella selalu berhasil membuatnya hilang kendali. Seakan dirinya tidak pernah puas menikmati tubuh Bella.Dengan satu kali hentakan. Austin berhasil membopong tubuh Bella ke atas meja makan yang luas dan kokoh.Di rebahkannya tubuh Bella yang sintal dan s-eksi."Cantik..." kagum Austin memandang tubuh Bella yang terkulai dengan posisi yang sangat erotis baginya.Ditambah wajah merona Bella dan mengigit bibir bawahnya menambah kes-eksian yang dia perlihatkan."Ka-kamu mau apa Austin..?" seru Bella ketika Austin mengangkat kedua kakinya naik ke atas meja."Aku ingin memakanmu sayang..." serak Austin yang sudah di tutup kabut gairah. Dengan cepat Austin melepaskan kain tipis yang menutupi daerah terfavoritnya.Austin melihat dengan haus cairan yang mulai membasahi kewanitaan Bella.Di tariknya kursi dan mendaratkan pantatnya yang tidak mengenakan boxer, kemudian Austin menaikkan kedua kaki Bella di atas
Setelah selesai makan, Austin pamit ke Bella untuk ke apartment sebelah untuk bertemu Max ingin melakukan penyelidikan terhadap orang yang sudah menyakiti Bella."Maafkan aku Austin, aku akan lebih berhati-hati saat ini..." gumam Bella yang kini duduk di sofa ruang tamu."Tapi kenapa Steve tidak mengabari ku sama sekali..? Apa dia sangat sibuk..?" seru bella melihat layar ponselnya.Dari dulu kalau Steve melakukan perjalanan bisnis. Dirinya tidak pernah sekalipun mencoba untuk menghubungi Steve duluan. Karena pernah suatu moment, Bella menghubunginya, tapi saat itu Steve sedang mengadakan rapat penting. Dan Steve terdengar kesal kepada nya.Dari situlah, Bella tidak ingin membuat kesalahan yang sama. Padahal waktu itu dirinya sedang demam tinggi. Dan ingin mengabari suaminya. tetapi belum dia berbicara sepatah katapun. Steve menyuruhnya untuk menghubungi kembali dengan nada kesal dan memutuskan sambungannya."Apa aku kirim pesan singkat saja..?" batin Bella.Tapi dia kembali mengingat
Sedangkan, Nick yang merasa aman dengan identitasnya karena berhasil mengancam Bella. Kini dirinya bisa bergerak dengan bebas di kantor."Hai Nick.." sapa Joy dan Cindy bersamaan kepada Nick yang sedang melamun di pantry."Hai... Joy... Hai... Cindy," balas Nick tidak kalah ramah. Pria polos dan lugu masih tersemat kepada dirinya."Kemarin aku tidak berhasil mendapatkan Bella, apa aku harus mencoba dengan yang lainnya..?" batin Nick yang melihat Cindy dan Joy bergantian.Merasa ancaman yang dia pakai berhasil. Dirinya ingin kembali mencoba.Membuatnya tersenyum smirk."Kalau begitu aku duluan," pamit Nick kepada Joy dan Cindy."Hmm..Ok Nick..!" balas Joy dan Cindy bersamaan.Dan tidak lama kemudian bunyi notikasi ponsel berbunyi.Deg'Datang ke rumah kaca rooftop, aku menunggumu, kalau tidak foto ini akan tersebar di email perusahaan..'Sebelum naik, Nick menyempatkan mengambil permainan kesayangannya.Dirinya duluan masuk ke rumah kaca yang sangat sepi.Saat ini masih jam sibuk semua
Giselle tengah berbaring di atas ranjang tanpa mengenakan sehelai kain pun.Setelah mendapatkan pesan dari Owner Advertising and Creator, rekan bisnisnya. Giselle mengirimkan pesan kepada Bella untuk memberi informasi tersebut.Namun, nada dering ponselnya saat ini berbunyi. Bella menghubunginya kembali.Pada saat Giselle mau mengangkat ponselnya.CeklekPintu kamar mandi terbuka, membuat Giselle otomatis menekan tombol merah menolak panggilan Bella."Sudah selesai, Baby..?" tanya Giselle.Dengan senyuman manis Steve mengangguk."Oh iya, pekerjaan kamu sampai besok kan...?" tanya Steve."Iya,ada apa..?" tanya balik Giselle.Steve naik ke atas ranjang dan menindih tubuh Giselle."Pagi ini langsung check out dan pindah ke kamarku.." seru Steve.Giselle menaikkan alis nya tanda tidak mengerti."Aku akan menemanimu disini selama dua hari..." bisik Steve di telinga Giselle."Benarkah...???!!!" senang Giselle."Hmm... Jadi jangan cemberut lagi..Ok..?" senyum Steve mengurai rambut Giselle."
"Iya Tuan Gerald, i'm ok..!" jawab Giselle berusaha tenang.Sedangkan rekannya yang satu mendekati Giselle dan menyentuh bahu Giselle membuat darah Giselle berdesir hebat."Kau terlihat tidak baik-baik saja Nona Giselle.." seru prihatin klien Giselle yang bernama Frank.Frank dan Gerald tersenyum penuh kemenangan melihat Giselle yang mulai tidak tenang.Frank mendekati Giselle dan berbisik di telinganya,"Ingin bantuanku Nona..??" sambil mengusap palllha mulus Giselle yang masih berbalut stocking hitam."Ahhhh..." desahan Giselle keluar begitu saja."I'ts time for party Gerald...!!" seru Frank senang sambil menggosok kedua tangannya seperti akan menyantap sebuah hidangan lezat.Gerald memberikan isyarat kepada bodyguardnya untuk berjaga di depan pintu.Giselle yang masih setengah sadar berusaha menahan Gerald dan Frank."Please..!! Jangan seperti ini..!" ketir Giselle."Salahmu seksi karena selalu menolak kami...!! Dan anggap saja ini party untuk kesuksesan kerja sama kita...Setelah in
Setelah berpakaian, Austin dan Bella keluar dari Apartment."Siang Tuan dan Nyonya.." sapa Max."Siang Max.." jawab Bella ramah."Kita ke Restaurant N," seru Austin."Baik Tuan.." jawab Max, kemudian mempersilahkan Tuan dan Nyonya nya berjalan di depan.Austin tidak melepaskan tangan Bella."Austin, kalau ada yang lihat kita bagaimana..?" protes Bella."I dont care..!" jawab Austin singkat membuat Bella hanya bisa mendecak kesal.Melihat Bella seperti itu membuat Austin tambah ingin menggodanya.Ditariknya dengan lembut pinggang Bella dan memeluknya dari samping. Bella spontan menoleh ke arah Austin.Austin hanya tersenyum manis memamerkan gigi putih bersihnya.Max yang melihat Tuannya seperti itu menahan tawanya.Max sangat tahu tentang Tuan nya itu. Austin tidak pernah memperlakukan seorang wanita dengan spesial. Apalagi sampai membawanya ke Apartment pribadi yang sangat dia rahasiakan.Walaupun, Austin yang terkenal playboy. Tidak pernah ada satu pun wanita yang bisa berhasil menga