"Apa dengan foto kemarin kamu tidak dapat mengambil kesimpulan?" ujar Ethan sambil mengeluarkan sebuah amplop coklat kecil dari saku jasnya."Bukankah kamu sendiri yang katakan kalau Steve saat ini berada di Kanada?" sambung Ethan."Iya, aku sendiri yang mengatur penerbangannya, dan panggil beliau dengan Pak Steve," jawab Della dan sedikit keberatan dengan panggilan Ethan yang begitu santai terhadap atasannya.Ethan tersenyum, "Dia bukan atasanku, dan dia tidak layak untuk di hormati," tukas Ethan."Dan yang menyebarkan berita tersebut adalah Steve," sambung Ethan dan menaruh amplop tersebut di atas meja."Tidak mungkin Ethan, dia saat ini ada di Kanada, dan tidak mungkin dia mau mempermalukan mantan istri yang begitu dia cintai," sanggah Della, bagaimana mungkin Steve yang begitu terperosok dan istrinya diambil oleh sahabatnya sendiri mampu melakukan hal seperti itu. Dirinya masih terlalu sulit untuk percaya.Ethan menghela nafas panjang. "Aku ada pertanyaan tapi setidaknya kamu haru
"Kamu lihat ini sayang? Dia sudah berusaha keras menahan diri di bawah sana selama berjam-jam!" keluh Austin dengan wajah sedikit cemberut, membuat Bella tertawa kecil. Kemudian bangun dari tidur."Mana aku lihat?" Bella duduk dan meraih milik Austin."Ughh!" Austin mengerang ketika Bella meraih miliknya dengan jemari-jemari lentiknya.Bella memberikan belaian lembut dan pijatan pelan dari ujung hingga ke bagian kepala kejantanan Austin. Pria itu hanya mendesis dan menggeram. Tidak lagi mengeluarkan sepatah kata pun.SlurpBella menjulurkan lidahnya dan menjilati milik Austin dengan lembut."Akh sayang..." geram Austin merasakan kepala batangnya ngilu dan geli nikmat yang luar biasa ketika ujung lidah Bella menari dan menjilat kepala miliknya."Euhm... Uhmm..." Bella memasukkan daging lunak yang mulai basah itu langsung ke dalam mulutnya.Di hisapnya dan di jilatnya di dalam mulutnya. Lidahnya bergerak memberikan permainan yang luar biasa.Austin terus menahan geraman dan eranganya. "
"Akhh... Euhmm... Ahhh..." Rose melenguh panjang dan nikmat ketika milik sang suami sudah masuk dengan sempurna ke dalam tubuhnya.Fin tersenyum melihat wajah Rose yang begitu erotis ketika mendesah. Membuat dirinya semakin bergairah dan bernafsu."Bagaimana sayang?" Fin kini bermain di puting susu istrinya, menyesapnya dan menghisapnya dengan lembut."Akhh... Enak sayang. Ini sungguh enak..." racau Rose yang terbawa oleh puncak nafsunya yang kembali naik."Ugh! Kamu memang sangat enak sayang, aku tidak akan pernah puas melahapmu!!" sahut Fin terus bergerak maju mundur mengoyak liang milik istrinya.Rose dapat merasakan ujung kepala batang suaminya menyentuh titik terdalam miliknya. Membuat dirinya terus mengerang dengan keras tanda dirinya merasakan sesuatu yang luar biasa enaknya.Rose mengalungkan tangannya di leher Fin dan meraih wajah suaminya. Di daratkan bibirnya secarang langsung di bibir suaminya. Rose mencium sang suami dengan begi
Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, Max melihat kekasihnya yang tengah menonton salah satu drama korea favoritnya lewat layar tabnya.Max berjalan menghampiri Hana yang saat ini tengah terhanyut dari salah satu scene yang begitu mengharu biru."Sayang," tegur Max membuat Hana terlonjak kaget dan menengok ke arah kekasihnya dengan mata berkaca-kaca."Iya?" jawab Hana spontan.Max tertawa kecil melihat wajah imut kekasih hatinya itu. Dengan lembut di belainya puncak kepala Hana."Maaf aku tidak bisa bawa kamu hari ini keliling Hawaii," sesal Max.Hana mengusap matanya yang agak basah dan tersenyum. "Tidak masalah sayang, lagi pula ada hal lain yang lebih mendesak dari pada sekedar jalan-jalan," ucapnya lembut yang kini memegang tangan prianya yang sudah mengusap pipinya lembut.Pria tegap itu sedikit menunduk dan mengecup kening kemudian mata hingga ke bibir Hana. "Thank you sayang."Rinng ringg ringgNada dering khus
Della masih tidak paham dengan perubahan sikap Ethan yang begitu tiba-tiba setelah mereka selesai makan tadi. Sepanjang perjalanan Ethan hanya diam tanpa mengucapkan sepatah katapun.Dia pun tidak sempat melihat isi amplop yang hendak Ethan perlihatkan padanya.Kini dia menatap layar ponsel dengan nama Ethan yang tertera. Ingin menghubungi pria itu tapi untuk apa?"Argghhh! Bikin kesal saja!!" gerutu Della, menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, ingin pulang lebih awal tapi masih ada beberapa berkas yang harus dia selesaikan.Ping!Ping!Ping!Bunyi notifikasi dari grup kantor terus berbunyi. Della yang memang hanya sekedar formalitas masuk ke dalam grup tersebut mengacuhkan notifikasi yang kian ramai.Dirinya kembali menatap layar komputer di depannya. Dan lanjut menyelesaikan berkas yang tertunda tadi.Ping! Ping! Ping!Ping! Ping! Ping!"Haaaahhh!" hela nafas Della dengan kasar—terganggu dengan bunyi notifikasi tersebut. Entah kenapa dir
Della menggeram tidak percaya mendengar perkataan seperti itu keluar dari mulut Ethan, dengan sekuat tenaga dia menampar pria yang ada di depannya itu.Ethan menatap marah ke arah Della yang saat ini sedang berusaha mengatur nafasnya."Dasar kau PRIA GILA!" maki Della yang sudah tidak tahan lagi.Dia maju lebih dekat dan memukul lengan Ethan, "Dari awal kamu menuduhku yang bukan-bukan!"Bugh!"Aochh... Heyy !" seru Ethan yang merasakan lumayan sakit dengan pukulan wanita di depannya."Tadi siang kamu juga marah-marah tidak jelas denganku!! Karena apa?!! HAHHH!!"Bughh!Della kembali memukul Ethan dengan keras. Dirinya benar-benar di buat kesal oleh pria satu ini."Dan sekarang!! Apa yang kamu katakan?!! HAHHH!!" Della yang tanpa sadar mengeluarkan air matanya.Deg!Ethan langsung menangkap tangan Della, "Hey! Tenanglah!" dirinya terkejut melihat Della menangis dan meluapkan emosinya begitu saja."Tenang?? Kau menyuruhku untuk tenang setelah apa yang semua kamu tuduhkan!!? Dasar pria g
Kini Austin dan Bella sudah berada di dalam kamar presidential suit mereka.Austin menuju dapur dan membuat segelas coklat panas."Ayo.." pria itu menautkan jemarinya ke jemari Bella, menariknya dengan lembut menuju balkon.View pantai langsung ada di depan mereka, suara ombak dan pohon kelapa terlihat menari-nari begitu indah. Langit yang dipenuhi bintang menambah suasana menjadi lebih romantis.Austin menaruh cangkir di atas meja dan duduk di atas sofa santai lalu menarik lembut tangan Bella agar duduk di atas pangkuannya.Bella duduk dengan posisi menyamping dan bersandar di bahu kekasihnya. "Love you," terdengar bisikan lembut dari Austin membuat dirinya merasakan cinta sesungguhnya.Austin mengecup puncak kepala Bella sebelum memulai apa yang ingin dia sampaikan."Sayang, aku minta kamu tidak shock dengan apa yang akan aku sampaikan," ucap Austin pelan.Bella menoleh menatap wajah Austin, "Hmm, tentang Steve?!"Austin mengangguk dan tersenyum lembut. "Iya love.""Katakan sayang,"
"Enak mana?" tanya Austin modus.Bella tampak berpikir dengan serius sambil mengendus kembali bantalnya lalu menarik tangan Austin untuk mendekat ke lehernya agar bisa dia cium.SerrrrBulu kuduk Austin meremang mendapatkan hembusan nafas Bella. Berusaha menahan diri untuk tidak menerkamnya saat ini juga. Karena dia harus pergi bersama Max."Dengan segala pertimbangan, kami memilih yang langsung!" jawab Bella dengan muka serius dan sudah masuk ke dalam pelukan Austin yang masih tidak mengenakan atasan."Hahahhaha....!!" tawanya meledak. "Kenapa kamu begitu menggemaskan sayang!" gumamnya sambil mendekap erat calon istrinya itu."Ya sudah, sebentar Hana temanin kamu di sini ya sayang?" ucap Austin begitu Bella melepaskan pelukannya."Yakin gak bakal kenapa-napa? Kamu gak mual sayang?" tanya Bella khawatir."Uhmm, semoga tidak. Kalau kamu bagaimana?" Austin menangkup wajah Bella dan menatapnya.Bella mengangkat bahunya, "Kurang tahu sih.""Ya sudah, mari kita coba dulu," ujar Austin dan