"A-asistent? Ahh iya, Asistent pribadi!" Jawab Morgan gelagapan. Karena sudah salah paham dengan perkataan CEO nya."Perkenalkan nama saya Cindy, mohon kerja samanya Pak!" Ucap Cindy dengan sedikit membungkuk memberi hormat kepada pria yang berperawakan manis. Pria yang kini menjadi atasannya.Tadi pagi Cindy di suruh datang oleh Max ke Orion Corporation dan menjelaskan apa yang terjadi sesuai instruksi dari Tuannya Austin. Tentu saja, Cindy shock dan tidak percaya apa yang dia dengar. Alasan Cindy di tarik ke dalam perusahaan Austin. Karena track record Cindy sangat bersih. Masalah Cindy berhubungan dengan salah satu manajer terdahulu karena ada masalah pribadi dan sudah Cindy selesaikan. Serta masalahnya bersama Nick pun tidak pernah terulang kecuali pada saat Nick mengancamnya.Austin pun melihat Steve menciumi Cindy di dari rekaman CCTV. Itulah yang memutuskan Austin menarik Cindy sebelum sekretarisnya itu ikut terjerat ke dalam permainan Steve."Salam kenal Cindy, panggil saya Mor
Di dalam sebuah kamar yang bernuansa pink dan putih. Seorang wanita sedang mencari dress yang akan dia kenakan untuk menemui seseorang."Kayaknya ini pas, manis dan seksi !" gumamnya sambil mengangkat mini dress berwarna baby pink dengan panjang di atas paha dan memiliki belahan dada yg seksi."Perfect!!" Serunya sambil mematut dirinya di depan cermin.Ringg ringggDi raihnya ponsel di atas meja rias miliknya."Ya Daniel..?" Sapanya setelah menekan tombol berwarna hijau di layar ponselnya."....""Hmm, baiklah. Aku akan segera ke kantormu!"Setelah mengucapkan itu, dirinya bergegas mengambil kunci mobil.Tidak sampai dua puluh menit wanita bertubuh seksi ini sudah tiba di kantor Daniel."Hai Sebastian," Sapanya ketika melihat Asistent Daniel."Iya Nona Giselle, silahkan.. Tuan Daniel sudah menunggu Anda di ruangannya..." Balas Sebastian seadanya kepada Giselle."Iya Sebastian.." Giselle menaiki lift bersama Sebastian ke ruangan Daniel.----Sedangkan Max yang mendapatkan titah penting
"Sayang?" Austin bergumam dengan lembut dan sudah berpindah tempat—berlutut di depan kekasihnya yang masih merajuk itu."Apa yang membuatmu bisa memaafkan aku??" Lirih Austin.Bella menatap lurus ke wajah pria tampan di depannya yang baru Bella perhatikan ternyata mata indahnya itu terlihat sembab."Jangan katakan kalau Austin habis menangis??" Batin Bella menerka-nerka yang tanpa sadar tangannya naik mengusap lembut pipi dan naik ke mata sembab kekasihnya.Tangan Austin turut memegang tangan Bella yang berada di pipinya."Berjanjilah jangan menutupi apapun dariku..?" Ucap Bella pelan.Cup!Austin mengecup punggung tangan Bella. "Aku berjanji sayang... Maaf atas kecerobohanku waktu itu.." Balas Austin menatap manik Bella menandakan keseriusannya."Aku juga minta maaf karena tidak mempercayaimu," Lirih Bella."Sssttt.. Kamu pantas marah padaku sayang, aku yang salah disini karena sudah membuatmu menangis dan bersedih..." Sela Austin menutup mulut Bella dengan jari telunjuknya menekan bi
"Kenapa kamu mengambil fotoku yang berantakan seperti itu!" protes Bella."Apa yang salah? Wanitaku terlihat begitu cantik saat mengambil bunga-bunga yang tersisa dari rumah kaca..." Jelas Austin dengan wajah jahilnya.Blush"Kamuuuu... Hahh! Sudahlah !" Bella yang tidak dapat lagi berkata-kata."By the way itu sebuah pelanggaran sudah mengambil foto orang secara diam-diam!!" Bella kembali mengajukan protes."Hmm, tentu saja. Dan rencana aku akan membayar denda tersebut seumur hidup kepada orang yang bersangkutan secara langsung...." Balas Austin dan tersenyum penuh kemenangan."Ck!" decak Bella kesal namun wajahnya kembali merona karena Austin menatapnya dengan lekat di atas tubuhnya."Kamu sangat cantik sayang, apapun keadaanmu..." Ucap Austin yang mulai membuka dress Bella dan menurunkannya melewati kaki jenjang wanitanya.Hingga kini hanya tersisa bra dan dalaman segitiga yang menutupi area sensitif Bella."Bantu aku sayang?" Ujar Austin dan tersenyum.Bella mulai membuka kancing
Ting..."Silahkan Nona Giselle," Ujar Sebastian tepat saat pintu lift terbuka."Thank you, Sebastian.." Giselle dan berjalan dengan anggun ke ruangan Daniel. Sedangkan Sebastian mengikuti dari belakang dengan memegang beberapa map ditangannya.CeklekTerlihat sosok tampan sedang serius menatap layar komputernya."Hai Daniel.." Sapa Giselle dan berjalan menuju kursi yang berada di depan meja Daniel.Daniel menoleh dan tersenyum membalas sapaan Giselle, "Hai Giselle..""Silahkan duduk..." Sambung Daniel.Giselle duduk di depan Daniel, "Ada apa Daniel..?"Sebastian pun menaruh map yang tadi dia bawa ke atas meja Daniel."Thank’s Sebas !" Ucap Daniel kepada Sebastian. Yang masih setia berdiri di sampingnya.Daniel mengambil posisi tegap dan membuka map yang paling atas."Jadi, maksud saya memanggilmu adalah untuk membahas kerja sama kita," Ujar Daniel memulai percakapan."Ah... Aku yakin kamu suka bekerja sama dengan Perusahaanku Daniel!" Balas Giselle tersenyum."Iya tentu saja Giselle.
Diparkiran mobil, Giselle memukul stir mobilnya dengan kesal atas perlakuan Daniel kepadanya."Arghh! Kenapa semuanya Bella.. Bellaa.. dan Bella!!" Seru Giselle kesal, ia meraih ponsel dari dalam tasnya.Giselle menghubungi nomor ponsel Steve.Tuut... tuutt... tuutttTapi tidak kunjung diangkat oleh Steve."Lebih baik aku langsung menuju ke kantornya!" Pikir Giselle lalu melajukan kendaraannya menuju kantor Steve.Dengan kecepatan sedang Giselle membelah padatnya lalu lintas di waktu sibuk seperti ini. Butuh waktu kurang lebih tiga puluh menit untuk tiba di kantor Steve. Giselle mematut dirinya di cermin melihat riasan dan pakaiannya.Dengan begitu elegant, Giselle jalan menuju customer service."Saya ingin bertemu dengan Pak Steve William.." Ucap Giselle kepada petugas customer service yang bertugas."Sudah buat janji Bu?" Tanya petugas dengan ramah."Iya, katakan saja Ibu Giselle ingin menemuinya," Balas Giselle.Spontan beberapa karyawan wanita sontak berbalik ke arah tamu wanita y
"Kamu sangat seksi Giselle..!!" serak suara Steve yang mulai mencumbu leher Giselle yang sudah bersandar di dadanya."Euhm, Steve..." desahan Giselle karena kedua tangan Steve sudah bermain di kedua bongkahan seksi Giselle yang sedari tadi menggodanya.SretDengan satu kali hentakan turun, payudara Giselle keluar dari balik dress mininya."Oughh, Steve ! Ahh,, yes Baby! Ah!" rengekan Giselle pada saat Steve terus memilin dan meremas kedua bongkahannya dengan keras dan menggelitik.Giselle denga cepat mengubah posisinya dan berbalik menghadap Steve dan menyerahkan pa-yu-daranya ke mulut Steve."Hisap baby !!" Seru Giselle yang sudah di kabut ga-irah. Tentu saja Steve langsung menyambut pucuk pa-yu-dara Giselle dan mengulumnya dengan kuat sambil meremas payudara yang satunya.Giselle bergelayut manja menikmati kuluman Steve dan perlahan melepaskan gesper celana Steve."Steve! Baby! Aku tidak tahan! Fuck me please!" lirih Giselle yang tidak dapat menahan kabut gairahnya.Steve tersenyum
Sesaat sebelum Max bertemu Joy...Satu jam saling melepaskan hasrat dan peluh mereka. Kini Giselle sudah rapi dan bersih kembali, ia duduk di sofa menunggu Steve yang saat ini sedang meeting bersama tamunya.CeklekSuara pintu terdengar, Giselle menoleh dan melihat Steve masuk bersama sekretarisnya."Sudah selesai Baby?" Tanya Giselle ke arah Steve tidak mempedulikan Joy."Ahh? I—itu ya.." Kikuk Steve melirik ke arah Joy. Dirinya tidak sangka Giselle akan memanggilnya seperti itu di depan Joy."Kalau begitu, karena ini sudah jam pulang, saya pamit duluan Pak," Ucap Joy dan hendak berbalik."Joy, se—""Baby, come on... Kita butuh bicara saat ini!" Giselle memotong perkataan Steve."Hmm ok!" Jawab Steve singkat.Joy mengepal tangannya dan berjalan keluar ruangan tanpa menoleh lagi ke arah Steve."Jadi, apa maksud kamu kalau Bella ada affair dengan sahabatmu?" Tanya Giselle yang sangat penasaran."Iya, pria yang saat itu menemani Bella. Dia adalah sahabatku. Dia merupakan salah satu pemi
“Hai salam kenal,” sapa Elle ramah kepada Pauline.Pauline tidak menyangka kalau Ludwig terang – terangan seperti itu. “Oh hai, aku Pauline. Salam kenal. Kebetulan aku kenalan lama dari Ludwig.”Elle tersenyum, “Oh ya? Senang berkenalan denganmu Pauline. Ini aku ada bawakan sarapa untukmu. Semoga kamu menyukainya.” Ucap Elle sambil menyodorkan satu box wadah makanan kepada Pauline.Pauline menerimanya, “Terima kasih Elle, aku pasti akan menyukainya.”“Ok kalau begitu, kamu nanti bicarakan dengan kepala desa tentang apa yang ingin kamu lakukan di sini.” Ujar Ludwig kepada Pauline lalu menengok ke Elle. “Ayo sayang, mereka pasti sudah menunggu kita.” Sambung Ludwig berbicara dengan lembut kepada Elle.“Iya sayang,”“Kami duluan ya Pauline…” pamit Elle kepada Ella. Namun baru tiga langkah, Pauline memanggil Ludwig.“Lud!”Langkah kaki Ludwig dan Elle berhenti lalu menengok ke belakang.“Ya?”“Uhm, apa bisa kamu yang bimbing aku selama aku di sini?” ujar Pauline yang langsung membuat Ludw
“Ada apa?” tanyanya berusaha tenang.“Aku mau mandi, tapi tidak ada air.” Ucap Pauline sambil memegang handuknya di depan dadanya.“Oh iya maaf, aku lupa bilang. Kalau kamu mau air. Kamu harus memompa air disini.” Jelas Ludwig sambil menunjukka pompa yang ada di dekat kamar mandi. Tanpa Ludwig tahu ternyata Pauline sudah menyusulnya.Begitu Ludwing berbalik betapa terkejutnya, Pauline sudah ada di belakangnya. “Hmm, iya. Tapi apa bisa kamu ajar aku caranya memompa.”“Damn! Kenapa dia hanya mengenakan handuk seperti ini.” Seru Ludwig dalam hati.“Hmm, baiklah…” ujar Ludwig. Dan memberikan contoh cara memompa air.“Ok, biar aku coba!” seru Pauline dengan bersemangat. Wanita manis, mungil tapi menonjol di beberapa area itu terlihat begitu bersemangat mengikuti tutorial cara memompa air.Pauline kemudian memompa air seperti yang di lakukan Ludwig, tapi hal tersebut sangat berbahaya dengan jantung dan boa Ludwig. Bagaimana tidak. Setiak Pauline mengangkat tangannya, handuk tersebut akan i
Satu minggu berlalu, karena orang tua Elle menggunakan pengiriman ekspress. Hari ini semua barang pesanannya tiba tanpa kekurangan. Bahkan kedua orang tua Elle memberikan perlengkapan yang mendukung untuk perkebunan nantinya.“Hufftt… Akhirnya selesai juga…” seru Elle begitu merapikan pupuk dan bibit di dalam ruang penyimpanan.Sedangkan Ludwig dan rekan - rekannya bertugas mengangkat barang - barang berat. Mereka juga di bantu oleh beberapa warga lokal.“Pak Dokter…!” seru kepala desa tiba – tiba.“Iya?”“Maaf, apa saya bisa minta waktu anda sebentar? Ada tamu yang baru saja tiba. Dan saya sedikit kesulitan untuk berkomunikasi.” Ujar Kepala Desa dengan tidak enak hati karena harus menyusahkan Ludwig kembali.“Tentu saja Pak, tunggu aku di sana. Aku akan membersihkan tangan terlebih dahulu.”“Baik Pak Dokter,” Kepala desa pun berlalu menemui tamu yang di maksud.Ludwig segera membersihkan tangannya. Menengok kiri dan kanan mencari Elle.“Hanz, kamu lihat Elle?”“Sepertinya masih di Gu
Satu bulan pun berlalu. Ludwig dan Elle sudah hidup bersama. Mereka sudah seperti selayaknya pasangan yang tidak terpisahkan. Para warga lokal juga sangat menyayangi Elle dan Ludwig.“Sayang, sudah dulu… Besok lagi kamu lanjut ya…?” ucap Ludwig lembut menghampiri Elle yang saat ini melukis hanya dengan menggunakan gaun tidur yang begitu tipis.“Hmm… dikit lagi sayang, tinggal satu arsiran lagi.” Balas Elle dengan manja.Ludwig menghampiri kekasihnya itu dan memeluknya dari belakang lalu menyandarkan dagunya di pundak Elle. Mencumbu dan menghirup aroma manis dari tubuh kekasihnya.“Sayang, geli….” Rengek manja Elle di ganggu oleh Ludwig.“Lanjut saja, aku temanin.” Ujar Ludwig.Elle mengerecutkan bibirnya, “Bagaimana bisa lanjut kalau kamu seperti ini?”Ludwig tertawa kecil. “Iyah.. iyah… Kamu lanjutkan dulu, aku siapkan air minum dan vitamin.” Sebelum keluar Ludwig mengecup puncak kepala Elle. Pria itu keluar mangambil segelas air dan vitamin untuk mereka berdua.Dan di saat Ludwig m
“Hmm, kamu benar. Takdir kembali mempertemukan kita berdua.”Ludwig mengambil tangan Elle. Menggenggamnya dengan lembut. Elle tersenyum dan ikut menggenggam tangan nya. Mereka berdua berjalan dalam diam menikmati hamparan bintang di atas langit. Hingga mereka tiba di depan rumah.Mereka berdua masuk ke dalam rumah. Ludwig mengantar Elle sampai di depan pintu kamar wanita cantik itu. Jantung Elle berdebar begitu cepat.Elle membuka pintu kamarnya, namun Ludwig masih enggan melepaskan wanita cantik itu. Rasa rindunya belum rela berpisah dengan Elle.Begitu Elle melangkah kakinya masuk, Ludwig menarik tangan Elle. “El…”Jantung Elle berdegup semakin cepat, “Ya?”Ludwig tersenyum lembut, “Bukan hanya karena takdir seperti yang kamu katakan. Aku mengatakan ini karena aku sungguh mencintaimu, sampai detik ini. Perasaanku padamu tidak pernah berkurang. Yang ada aku semakin merindukanmu di setiap helaan nafasku.”“Maukah kamu mau menjadi kekasihku El?” tanya Ludwig menatap lurus manik indah
Elle keluar dari kamarnya setelah berpakaian dan menyusul Ludwig yang ada di dapur.“Mau makan apa? Pizza, Burger, Spaghetti, atau Steak?” tanya Ludwig sambil tersenyum.Wanita berhazel itu seketika terbengong, “Apa semuanya ada di sini?” gumamnya dalam hati.“Tapi karena kamu pertama kali ke desa ini, aku akan perkenalkan kamu dengan makanan yang ada di sini.” Sambung Ludwig sambil mengeluarkan dua piring sayur lengkap dengan ubi rebus sebagai asupan karbohidrat mereka sambil tersenyum dan mengedipkan satu matanya, menggoda Elle.Elle akhirnya sadar kalau saat ini Ludwig sedang menggodanya, Kemudian wanita cantik itu berdiri dan meninggalkan Ludwig begitu saja.Ludwig dapat mendengar suara ribut – ribut dari dalam kamar Elle. Dan tidak lama kemudian Elle keluar dengan membawa beberapa kotak makanan yang cukup besar.Wanita cantik itu menatanya di atas meja dengan rapi. Elle mengeluarkan empat macam lauk yang membuat Ludwig terkejut.Elle duduk dan tersenyum, “Malam ini kita makan in
Elle sontak menoleh ke asal suara dan blush… Wajahnya kembali memerah karena tepat di depannya ada Ludwig dengan senyuman manisnya tengah melihatnya. Jarak wajah mereka begitu dekat.“Ludwig? Kamu sudah selesai?”“Iya, dan kenapa kamu ada di sini bukannya beristirahat?” balas Ludwig lalu berdiri terlebih dahulu, sambil membantu Elle untuk berdiri dengan mengulurkan tangannya.Elle menerima bantuan Ludwig dan meraih tangan pria tampan di depannya.“Terima kasih,” Elle berdiri. Dengan sigap Ludwid mengambil lukisan yang ada di tangan Elle.“Aku kesini karena aku sempat berpikir kenapa orang yang mengatakan suka padaku tidak kunjung datang setelah aku ada di sini padahal sudah lebih 3 jam sejak dia meninggalkan aku.”“Hmm, aku jadi ragu kalau dia sungguh menyukaiku,” sambung Elle menggoda Ludwig.Ludwig seketika panik, “Bu… bukan begitu… Maaf… bukan mak – ““Hahahhaa…” Elle tertawa melihat wajah panik Ludwig.“Kamu menggodaku?”Wanita cantik berhazel biru itu mengangkat bahunya, “Hmm…”“
Ludwig langsung menghampiri Elle begitu melihat wanita pujaannya itu. Pria itu benar – benar di buat shock tapi juga bahagia.“Kamu di sini Elle?” tanya pria itu masih tidak percaya.Elle tersenyum dan mengangguk.Kepala desa bingung melihat Pak Dokter terlihat akrab dengan tamunya.“Ehm, Pak Dokter.” Imbuh Kepala Desa.“Ah iya Pak. Maaf. Lalu bagaimana Pak?” tanya Ludwig begitu sadar. Membuat Elle tertawa kecil.“Begini Pak, saya mau menjelaskan rumah tinggal untuk Nona Elle, beliau akan tinggal di rumah yang – ““Tidak perlu Pak, Nona Elle akan tinggal bersamaku.” Potong Ludwig dengan cepat.Tentu saja Elle terkejut, begitu juga dengan Kepala Desa.“Ludwig? Kenapa aku tinggal denganmu?” seru Elle.“Iya, aku sangat sibuk setiap harinya. Setidaknya kalau kamu di rumah singgahku. Aku akan merasa jauh lebih tenang menjagamu dari para kawanan serigala seperti mereka.” Jelas Ludwig sambil menunjuk ke arah tiga pria yang tengah melihat mereka dengan wajah penuh tawa.Elle menoleh ke arah
Begitu Elle tiba di rumah Cath. Wanita cantik itu mulai mengurus dokumen – dokumen yang ia perlukan untuk bisa berkeliling dengan bebas di Afrika. Setidaknya butuh waktu seminggu baru ia bisa mulai beraktifitas. Selama satu minggu ini pula Elle terlihat akrab dengan anak – anak di sekitar lingkungan tempat tinggal Cath.Elle setiap hari duduk di depan rumah dan melukis suasana yang ada di depan matanya. Baik tawa polos anak – anak yang tidak paham dengan kondisi mereka saat ini dan raut muram dari beberapa anak yang merasa kelaparan.Hal inilah yang membuat dada Elle merasa miris akan kemiskinan di negara yang ia pijak sekarang.“Huftt seandainya semua orang kaya di dunia ini menyisihkan kekayaan mereka untuk berinvestasi atau memperbaiki system kehidupan di negara ini, aku pikir mereka semua bisa berkembang.” Gumam Elle menghela nafas di suatu sore. Tapi entahlah. Apa memang ini adalah solusinya atau memang tidak ada solusi sama sekali.“Hei Elle, kamu di luar?”“Hai Cath, iya nih la