Fotonya siapa tuh kira-kira di pigura kecil?
"Kenapa kamu mengambil fotoku yang berantakan seperti itu!" protes Bella."Apa yang salah? Wanitaku terlihat begitu cantik saat mengambil bunga-bunga yang tersisa dari rumah kaca..." Jelas Austin dengan wajah jahilnya.Blush"Kamuuuu... Hahh! Sudahlah !" Bella yang tidak dapat lagi berkata-kata."By the way itu sebuah pelanggaran sudah mengambil foto orang secara diam-diam!!" Bella kembali mengajukan protes."Hmm, tentu saja. Dan rencana aku akan membayar denda tersebut seumur hidup kepada orang yang bersangkutan secara langsung...." Balas Austin dan tersenyum penuh kemenangan."Ck!" decak Bella kesal namun wajahnya kembali merona karena Austin menatapnya dengan lekat di atas tubuhnya."Kamu sangat cantik sayang, apapun keadaanmu..." Ucap Austin yang mulai membuka dress Bella dan menurunkannya melewati kaki jenjang wanitanya.Hingga kini hanya tersisa bra dan dalaman segitiga yang menutupi area sensitif Bella."Bantu aku sayang?" Ujar Austin dan tersenyum.Bella mulai membuka kancing
Ting..."Silahkan Nona Giselle," Ujar Sebastian tepat saat pintu lift terbuka."Thank you, Sebastian.." Giselle dan berjalan dengan anggun ke ruangan Daniel. Sedangkan Sebastian mengikuti dari belakang dengan memegang beberapa map ditangannya.CeklekTerlihat sosok tampan sedang serius menatap layar komputernya."Hai Daniel.." Sapa Giselle dan berjalan menuju kursi yang berada di depan meja Daniel.Daniel menoleh dan tersenyum membalas sapaan Giselle, "Hai Giselle..""Silahkan duduk..." Sambung Daniel.Giselle duduk di depan Daniel, "Ada apa Daniel..?"Sebastian pun menaruh map yang tadi dia bawa ke atas meja Daniel."Thank’s Sebas !" Ucap Daniel kepada Sebastian. Yang masih setia berdiri di sampingnya.Daniel mengambil posisi tegap dan membuka map yang paling atas."Jadi, maksud saya memanggilmu adalah untuk membahas kerja sama kita," Ujar Daniel memulai percakapan."Ah... Aku yakin kamu suka bekerja sama dengan Perusahaanku Daniel!" Balas Giselle tersenyum."Iya tentu saja Giselle.
Diparkiran mobil, Giselle memukul stir mobilnya dengan kesal atas perlakuan Daniel kepadanya."Arghh! Kenapa semuanya Bella.. Bellaa.. dan Bella!!" Seru Giselle kesal, ia meraih ponsel dari dalam tasnya.Giselle menghubungi nomor ponsel Steve.Tuut... tuutt... tuutttTapi tidak kunjung diangkat oleh Steve."Lebih baik aku langsung menuju ke kantornya!" Pikir Giselle lalu melajukan kendaraannya menuju kantor Steve.Dengan kecepatan sedang Giselle membelah padatnya lalu lintas di waktu sibuk seperti ini. Butuh waktu kurang lebih tiga puluh menit untuk tiba di kantor Steve. Giselle mematut dirinya di cermin melihat riasan dan pakaiannya.Dengan begitu elegant, Giselle jalan menuju customer service."Saya ingin bertemu dengan Pak Steve William.." Ucap Giselle kepada petugas customer service yang bertugas."Sudah buat janji Bu?" Tanya petugas dengan ramah."Iya, katakan saja Ibu Giselle ingin menemuinya," Balas Giselle.Spontan beberapa karyawan wanita sontak berbalik ke arah tamu wanita y
"Kamu sangat seksi Giselle..!!" serak suara Steve yang mulai mencumbu leher Giselle yang sudah bersandar di dadanya."Euhm, Steve..." desahan Giselle karena kedua tangan Steve sudah bermain di kedua bongkahan seksi Giselle yang sedari tadi menggodanya.SretDengan satu kali hentakan turun, payudara Giselle keluar dari balik dress mininya."Oughh, Steve ! Ahh,, yes Baby! Ah!" rengekan Giselle pada saat Steve terus memilin dan meremas kedua bongkahannya dengan keras dan menggelitik.Giselle denga cepat mengubah posisinya dan berbalik menghadap Steve dan menyerahkan pa-yu-daranya ke mulut Steve."Hisap baby !!" Seru Giselle yang sudah di kabut ga-irah. Tentu saja Steve langsung menyambut pucuk pa-yu-dara Giselle dan mengulumnya dengan kuat sambil meremas payudara yang satunya.Giselle bergelayut manja menikmati kuluman Steve dan perlahan melepaskan gesper celana Steve."Steve! Baby! Aku tidak tahan! Fuck me please!" lirih Giselle yang tidak dapat menahan kabut gairahnya.Steve tersenyum
Sesaat sebelum Max bertemu Joy...Satu jam saling melepaskan hasrat dan peluh mereka. Kini Giselle sudah rapi dan bersih kembali, ia duduk di sofa menunggu Steve yang saat ini sedang meeting bersama tamunya.CeklekSuara pintu terdengar, Giselle menoleh dan melihat Steve masuk bersama sekretarisnya."Sudah selesai Baby?" Tanya Giselle ke arah Steve tidak mempedulikan Joy."Ahh? I—itu ya.." Kikuk Steve melirik ke arah Joy. Dirinya tidak sangka Giselle akan memanggilnya seperti itu di depan Joy."Kalau begitu, karena ini sudah jam pulang, saya pamit duluan Pak," Ucap Joy dan hendak berbalik."Joy, se—""Baby, come on... Kita butuh bicara saat ini!" Giselle memotong perkataan Steve."Hmm ok!" Jawab Steve singkat.Joy mengepal tangannya dan berjalan keluar ruangan tanpa menoleh lagi ke arah Steve."Jadi, apa maksud kamu kalau Bella ada affair dengan sahabatmu?" Tanya Giselle yang sangat penasaran."Iya, pria yang saat itu menemani Bella. Dia adalah sahabatku. Dia merupakan salah satu pemi
"Euhmm..." Erang Bella menarik tubuhnya yang terasa begitu segar. Merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku.Dua ronde dengan durasi yang cukup panjang membuat Bella benar-benar kelelahan hingga terlelap dalam tidurnya yang cukup lama. Hingga tidak terasa, Bella melihat dari kaca besar kalau langit cerah sudah berganti malam."Austin..? Love..?" Gumam Bella mencari sosok pria yang sudah mengisi hatinya itu. Jauh dari Austin seperti ada sesuatu yang hilang.Tidak ada sahutan, Bella memaksa dirinya untuk membuka mata dan bangun dari tidurnya."Hahh?!! Hahhahha—"Terdengar sayup-sayup suara Austin yang sedang tertawa di luar sana. Bella menoleh ke kiri dan ke kanan mencari sesuatu yang bisa dia pakai untuk menutup tubuhnya.Bella tersenyum senang ketika matanya menangkap bathrobe kimono berwarna biru untuk ukuran wanita yang tergantung. Bella berjalan dengan menyeret selimut yang dia pakai untuk menutupi tubuhnya.Dan lagi-lagi terukir sebuah senyuman indah di bibir Bella. Dirinya dapa
"Bosan padamu ? Itu tidak akan pernah terjadi sayang, selama nafasku masih berhembus !" Ucap Austin dengan suara berat nan seksinya.Dirinya mengangkat tubuh wanita cantik yang berbalut kimono biru itu dengan gaya bridal."Jadi, mari kita lanjutkan untuk ronde ketiga, hmm?" lanjut Austin dengan tatapan begitu seksi dan memberikan kecupan singkat di bibir kekasihnya itu."Oh my ! Sayang !" gumam Bella yang hanya bisa tersenyum melihat wajah kekasihnya, dirinya menyandarkan kepala di dada bidang Austin dengan nyaman. Tangannya sudah memeluk dada kekar nan hangat serta mengalungkan salah satunya di leher Austin.CeklekAustin membuka pintu kamar istirahatnya dan mendorong pintu berwarna hitam itu menggunakan punggungnya yang lebar.Kaca besar yang menjadi dinding diruangan tersebut membuat suasana kamar menjadi begitu romantis dengan view yang ditampilkan di luar sana, memperlihatkan warna langit yang berkelap kelip begitu indahnya. Membentang luas tanpa ada batasan.Sedangkan ketika kita
Di Bawah LangitDitindihnya tubuh Bella dan kembali Austin memberikan lumatan yang cukup lama dan memainkan lidahnya di dalam rongga mulut Bella yang terbuka."Eugh..!"erang Bella ketika tangan Austin kini tengah memilin kedua puting payudaranya bergantian.Perlahan Austin turun dan menjilati sekujur leher Bella dan kini tengah berhadapan dengan dua bongkahan indah.Kedua tangan Austin kini memegang kedua payudara wanitanya dan meremasnya lembut kemudian, "EUhmm..Ini sangat enak sayang..." gumam Austin sambil mengulum puting berwarna coklat muda yang sudah mencuat begitu tegap.Bella dengan bebas ketika Austin terus bermain di kedua bongkahannya. Rasanya sungguh nikmat. Kenikmatan yang tidak dapat dia gambarkan dan nalarkan.Kenikmatan yang selalu membuatnya ingin lebih dan lebih."Sayang...Ini enak...!!"racau bella dan menaikkan punggungnya keatas membuat Austin semakin leluasa memainkan kedua payudara indah itu.Setelah bermain cukup lama, Austin melepaskan lumatan dan hisapannya. M