Adrian terkejut dengan kekuatan perlawanan Briella, tapi dia hanya tertawa kecil. “Kau bisa melawan sekeras apa pun, Briella. Tapi kau tahu, aku tidak akan menyerah.”Briella menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian dan ketenangan. “Adrian, ini bukan tentang kau berhak atas diriku atau tidak. Ini tentang aku mengizinkanmu atau tidak. Kau tidak bisa memaksakan kehendakmu padaku seperti ini. Lagi pula aku ingin kita bercerai.”Adrian berhenti sejenak, tatapannya tetap tajam tapi ada keraguan yang muncul. “Briella, aku tidak akan pernah menceraikanmu.”Adrian tak membiarkan Briella bernegosiasi lebih jauh. Dia mengangkat rok Briella dan merobek celana dalam yang dikenakan istrinya. Briella kian panik, dia berlari ke sisi lain selagi Adrian menurunkan celana untuk membebaskan kejantanannya.“Ini tidak boleh terjadi, Adrian. Kita sedang dalam pesawat. Jangan macam-macam!”Adrian sama sekali tidak kesulitan menyudutkan Briella. Setiap kursi first class ini dirancang sebaga
Setelah sampai di New York, Briella segera tenggelam dalam jadwal padat promo filmnya. Dari wawancara media hingga penampilan di berbagai acara talk show, kesibukannya mengalihkan pikirannya dari peristiwa yang terjadi di pesawat. Namun, Adrian tidak membiarkan sang istri melupakan kehadirannya.Setiap pagi, saat Briella keluar dari kamar hotelnya, dia selalu menemukan sesuatu yang dikirimkan Adrian untuknya. Pada hari pertama, dia menerima sekotak cokelat Belgia mewah dengan catatan kecil yang berbunyi, [Nikmati ini, Briella. –Adrian.]Briella meremas catatan itu dengan frustrasi. “Apa maksudnya ini? Kenapa dia tidak bisa membiarkanku sendiri?” gumamnya, melempar kotak cokelat itu ke meja.Hari berikutnya, sebuah buket bunga mawar merah besar menunggu di lobi hotel. [Untuk mempercantik harimu. –Adrian.] Briella menghela napas panjang, merasa risih dengan perhatian yang tidak diinginkannya.Selama makan siang dengan tim promosinya di restoran mewah, pelayan mengantarkan hidangan penut
Adrian sedang duduk di ruang kerjanya ketika Ben, pelayan setianya, datang membawa kabar yang mengejutkan. “Tuan Adrian,” kata Ben dengan nada serius, “saya punya kabar penting. Tuan Hunter, Nyonya Briella, dan anak Anda akan kembali tinggal di mansion ini.”Adrian mengangkat alis, rasa bingung tercermin di wajahnya. “Apa yang kau katakan, Ben? Kenapa mereka tiba-tiba ingin tinggal di sini?”Ben mengangguk pelan, berusaha menjelaskan situasinya. “Ada seseorang yang membocorkan fakta tentang pernikahan Anda dan Nyonya Briella ke media. Itu menyebabkan kehebohan besar. Tuan Hunter menyarankan agar mereka pindah ke sini untuk mengendalikan situasi.”Adrian terdiam sejenak, memproses informasi itu. Di dalam hatinya, dia merasakan kebahagiaan yang tak bisa disembunyikan. Briella dan Fernandez, putranya, akan kembali tinggal bersamanya. Ini adalah kesempatan yang dia tunggu-tunggu, meskipun dalam situasi yang tidak terduga.“Siapa yang membocorkan informasi itu?” tanya Adrian akhirnya.Ben
Adrian tidak ingin bertengkar dengan Briella. Dia sudah berusaha memberikan segala yang terbaik bagi anak dan istrinya, meskipun hubungannya dengan Briella memburuk. Meski sulit untuk mengatasinya, Adrian ingin tetap dekat dengan Fernandez. Namun, sekarang bukan saatnya untuk memaksa. Adrian menghela napas panjang sebelum berbicara.“Terserah kau percaya atau tidak, Briella,” kata Adrian dengan nada serius tapi tenang. “Tapi aku benar-benar tidak melakukan apa-apa. Aku bahkan baru tahu kau dan Fernandez akan pindah ke sini setelah berita itu menjadi viral.”Briella menatapnya dengan tatapan penuh kecurigaan, matanya menatap waspada. “Ya, aku tidak bisa mengatakan apa pun kalau kau bersikukuh berbohong begitu, intinya ... jauhi Fernandez.”Adrian merasa sakit mendengar tuduhan itu, tapi dia tetap berusaha tenang. “Aku mengerti perasaanmu, Briella. Aku tahu hubungan kita tidak berjalan dengan baik, tapi aku tidak akan mengakui apa pun yang tidak kulakukan.”Briella menghela napas dalam,
Briella mulai ketakutan. Bayangan saat Adrian marah dan terus bersikap kasar membuat traumanya kembali. Dia memeluk Fernandez lebih erat, seolah berusaha melindunginya dari bahaya yang tak terlihat. Mata Adrian berkilat tajam, tatapannya penuh kemarahan yang membara.“Briella, kau tidak bisa terus menguji kesabaranku!” Adrian berkata dengan nada dingin. “Fernandez adalah anakku, suka atau tidak suka. Kau tidak bisa menghalangiku.”Briella menggigil, tetapi berusaha tetap tegak. “Aku hanya ingin melindungi Nandy, Adrian. Kau ... kau tak ada bedanya dengan orang sinting yang temperamental dan tidak jelas!”Mendengar itu, Adrian tersinggung. Wajahnya memerah karena marah. “Apa katamu? Briella, jika kau terus menghalangi, aku akan mengambil jalur hukum! Aku akan memastikan kau kehilangan hak asuh!”Air mata mulai mengalir di pipi Briella. “Kau egois dan kejam, Adrian! Kau hanya memikirkan dirimu sendiri!”Adrian mendekat dengan marah, tangannya terulur seolah ingin menarik kasar tangan Br
Hunter dan Rosalie melaju kencang, adu cepat di atas kuda, menikmati pagi yang cerah.“Mom, apa tidak bosan cuma mengekoriku di belakang? Ayo susul aku!” Hunter tertawa mengejek.“Tunggu saja!” Rosalie memacu kudanya lebih cepat. Keduanya tertawa menikmati adrenalin yang membanjiri aliran darah.Setelah puas balapan beberapa putaran, Hunter dan Rosalie sama lelah dengan kudanya. Mereka menarik tali kekang agar laju kudanya melambat. Rosalie menyejajari Hunter.“Jadi, bagaimana kabar Fernandez?” tanya Hunter dengan nada ceria.“Apa kau sesibuk itu sampai tidak bisa pulang ke mansion?” Rosalie tertawa ringan.“Bukankah kau tahu, Mom, aku melakukan ini agar Adrian dan Briella bisa dekat.”“Bagus, ngomong-ngomong soal Fernandez, dia sangat menggemaskan! Dia semakin pintar.”Hunter tersenyum, mengarahkan kudanya sedikit lebih dekat. “Oh wow, ceritakan lebih banyak! Apa yang dia lakukan?”Rosalie melirik ke belakang dengan senyuman cerah. “Salah satu momen favoritku adalah saat dia menemuka
Briella berdiri di depan cermin besar di ruang rias yang penuh dengan aroma parfum dan kosmetik mahal. Dia menatap refleksinya dengan tatapan kosong. Hari ini, dia harus menghadiri talk show bersama Adrian, dan meskipun David menjamin semua akan baik-baik saja, Briella merasa tersiksa oleh keputusan yang diambil untuknya.Seorang penata rias memoles wajah Briella dengan lembut, sedangkan seorang penata rambut menyisir rambutnya yang baru saja ditata dengan gaya santai tapi elegan. Briella mengenakan gaun kasual berwarna biru navy yang dipadukan dengan blazer putih longgar dan sepatu hak tinggi minimalis. Penampilannya terlihat sangat memukau, tapi ekspresi wajahnya sama sekali tidak mencerminkan kecantikan yang terpancar dari luar.“Tunggu, ini tidak benar. Aku tidak bisa melanjutkannya, David,” Briella merengut pada David ketika pria itu datang ke ruang rias.David tersenyum penuh percaya diri. “Percayalah, semuanya sudah diatur dengan sempurna. Kau akan terlihat luar biasa di talk s
“Aku pikir itu bukan ide yang baik,” tolak Briella halus. “Aku tidak ingin kehidupan pribadiku menjadi konsumsi publik.” Lanjutnya lagi sedikit memberikan penekanan di mana dia tak menyukai tawaran dari sang produser.“Briella, mohon dengarkan dulu,” kata produser dengan nada sabar. “Kami benar-benar percaya ini adalah kesempatan emas untukmu.” Produser itu terlihat jelas membujuk Briella agar menyetujui tawarannya.“Aku malah menganggap ini adalah kesempatan emas untuk perusahaan kalian mengeruk keuntungan,” sahut Briella sedikit sinis.Bukannya tersinggung, sang produser malah tertawa. “Betul sekali. Dengan tingginya rating talk show hari ini, aku semakin yakin kau adalah selebriti potensial. Ini merupakan simbiosis mutualisme. Kita berdua untung, pihak sponsor mendapatkan untung dengan banyaknya penonton yang antusias menunggu kemunculan kalian.”“Tidak, aku sudah bilang tidak!” Briella menjawab dengan tegas, menatap produser dengan mata yang dipenuhi kengerian. Lebih baik nonton f