"Om, Kak Katya katanya lagi sakit ya?"Gaffandra yang baru saja keluar melalui pintu kamar, tersenyum kepada seorang anak kecil yang berdiri di depannya dengan wajah cemas. Ia mengajak anak kecil itu untuk berjalan menjauhi kamar agar Katya yang sedang terlelap tidak terganggu."Iya, benar. Tapi dia sudah minum obat dan sekarang sedang beristirahat," sahut pria itu sembari mengusap kepala Mira, anak kecil yang barusan bertanya.Tadi Mira sengaja menunggu di depan pintu kamar utama, yang ia dengar kalau Katya dibawa ke dalam sana dalam gendongan Gaffandra. Jiwa polosnya pun seketika ketakutan, beranggapan jika sesuatu yang parah terjadi pada kakaknya."Kak Katya nggak pernah sakit," guman Mira sambil tertunduk lesu, lalu tiba-tiba mengangkat wajahnya menatap Gaffandra."Apa Kak Katya akan sembuh lagi, Om?"Pria itu sedikit merasa tak nyaman saat mendengar kalimat Mira tentang Katya yang tidak pernah sakit sebelumnya, dan ia sangat yakin sekali kalau itu tidak benar. Bukan tidak pernah s
"Pagi ini Bapak sudah ditunggu meeting dengan klien dari Singapore, lalu lanjut meeting dengan bagian human capital dan produksi, Pak." Nina, sekretaris Gaffandra memberitahukan jadwal kegiatan bosnya itu yang akhir-akhir ini sangat padat dan cukup melelahkan. Ditambah lagi hampir setiap hari ia mampir ke rumah sakit, untuk menemui sang kakek yang masih belum pulih karena serangan jantung beberapa hari yang lalu.Gaffandra adalah cucu tertua keluarga Adhyatama selain adik tirinya Kayden yang masih berusia 7 tahun, dan Mahendra Adhyatama sangat menyayangi cucu pertamanya ini. Diam-diam Gaffandra mendesah pelan mendengar agenda hari ini yang selalu saja dipenuhi jadwal rapat sama seperti kemarin-kemarin.Rasanya ia lelah sekali, tapi entah kenapa akhir-akhir ini masalah di perusahaannya seolah tak ada habisnya. Gaffandra bisa saja mendelegasikan semuanya kepada bawahannya, namun beberapa hal yang krusial tak bisa ia tinggalkan begitu saja. "Baik, Nina. Terima kasih infonya." Nina
Hm... rasanya hangat dan nyaman sekali.Dengan kedua maniknya yang masih tetap terpejam rapat, Katya pun memulas secarik senyum manis di wajahnya.Katya yang biasanya tidur dengan memeluk guling jika sendirian, atau kadang bersama adik asuhnya jika mereka sedang sakit, untuk kali ini merasakan kenyamanan yang berbeda karena pelukan dari dua lengan kokoh yang melingkari tubuhnya dengan posesif.Tunggu sebentar. Lengan kokoh??Kelopak mata gadis itu pun membuka dengan tiba-tiba, menampilkan bola coklat gelap yang membelalak dengan lebar saat melihat seraut wajah tampan yang sedang terlelap dan berada begitu dekat dengan wajahnya.Kenapa Gaffandra bisa tidur di sampingnya?? Bukannya tadi...Sontak Katya memandangi sekelilingnya, dan heran karena tempat ini begitu asing. Bukannya tadi dia sedang tiduran di sofa? Kok bisa-bisanya sekarang dia malah berada di atas ranjang bersama Gaffandra?Katya bermakasud beranjak untuk bangun, namun ternyata gerakannya itu membuat pria di sampingnya iku
Katya mencengkram seprai erat-erat di tangannya hingga material kain itu pun menjadi terkumpul kusut dalam genggamannga.Saat ini posisinya sedang berbaring menyamping di atas ranjang, dengan rambut coklat kemerahannya yang berserakan di atas bantal serta beberapa helai yang jatuh di lehernya.Cahaya lampu yang terang membuat kilau keringat bagaikan ribuan berlian yang membasahi tubuh Katya, menambah aura sensual dan memukau pada sosoknya.Tubuh Katya tak henti tersentak-sentak, akibat hujaman yang ia terima dari Gaffandra yang berada di belakangnya.Suara erangan lirih yang lolos dari bibirnya pun tanpa ia sadari telah membuat pria itu semakin terpicu dan terbakar dalam kobaran hasrat yang menyala-nyala.Gaffandra menyingkap sebagian rambut Katya yang menutupi lehernya, untuk mendaratkan kecupan lembut serta gigitan pelan di ceruk lembut di sana. Sensasi bibir pria itu yang berkelana dan menggelitik di kulitnya membuat Katya semakin merintih, juga membuat Gaffandra semakin merapatkan
Dua suara langkah kaki terdengar memasuki rumah megah dua lantai itu. Langkah elegan bersepatu heels hitam, serta langkah kecil bersepatu kets merah muda.Langkah dari dua orang perempuan dengan usia yang terpaut jauh berbeda. Mereka berjalan dengan santai memasuki rumah milik Gaffandra, menaiki tangga lebar yang meliuk indah dilapisi karpet tebal yang mewah. Saat akhirnya tiba di depan kamar pribadi milik sang empunya rumah, langkah keduanya pun terhenti sejenak untuk mengetuk pelan pintunya. "Nggak ada yang jawab, Mih," ucap gadis kecil berkuncir dengan sepatu kets merah muda kepada wanita yang ia panggil Mamih."Mungkin Gaffandra sedang tidur," sahut si wanita yang jauh lebih tua itu sambil menghela napas. "Kita tunggu di bawah saja."Tapi si gadis yang lebih muda itu dengan santainya dan tanpa merasa berdosa, malah membuka pintu itu. "Cia! Ampuun... nih anak bener-bener!" Wanita yang dipanggil Mamih itu pun menepuk keningnya pasrah melihat putri kecilnya yang nyelonong masuk
"Kamu serius dengan Katya?" Gaffandra ganya tersenyum kecil mendengar pertanyaan Omanya yang bernama Adelia. "Kenapa bertanya begitu?" tanyanya balik.Wanita yang sebenarnya terlihat terlalu muda untuk dipanggil 'oma' itu pun mengerjap pelan dan menghela napas."Ya~ nggak apa-apa sih, cuma dia terlihat terlalu muda saja. Dan setahuku, selama ini sepertinya kamu lebih sering menjalin hubungan dengan wanita yang lebih dewasa, kan?" Gaffandra tak serta-merta menimpali pertanyaan Oma. Saat ini mereka sedang berada di ruang santai, dan pria itu lebih memilih untuk menghirup kopinya yang hari ini terasa sangat nikmat dibanding hari-hari biasa.Dan alasan dibalik kenapa kopinya terasa lebih nikmat, adalah karena Katya. Satu sudut bibir Gaffandra melekuk naik dengan samar, hampir tak terlihat bahwa diam-diam ia sedang menyeringai senang.Setelah berhari-hari mendamba tubuh Katya seperti orang gila, akhirnya kemarin hingga pagi ini Gaffandra pun dapat memuaskan dahaganya kepada gadis itu.
"Bye, girls. Have fun there." Gaffandra dan Katya berdiri sambil melambaikan tangan mereka, tersenyum mengantarkan Oma Adelia dan Cia yang berada di dalam mobil yang bergerak perlahan keluar dari pintu gerbang rumah kediaman Gaffandra.Tujuan mereka adalah ke bandara, dimana Mahendra Adhyatama telah lebih dulu berada di sana untuk mengurus keberangkatan keluarganya ke Belanda malam ini juga."Haah, akhirnya duo pengganggu itu pergi juga." Suara desah penuh kelegaan yang menguar dari bibir Gaffandra membuat Katya tersenyum geli. Meskipun pria itu melabeli Oma Adelia dan Cia sebagai 'pengganggu', tapi Katya bisa merasakan kalau mereka saling menyayangi.Gadis itu merasakan tangan kekar yang tiba-tiba mendekap pundaknya dan sebuah kecupan singkat yang mendarat di puncak kepalanya."Masuk yuk? Udaranya lumayan dingin. Mungkin sebentar lagi akan hujan." Katya pun sontak mendongak, menatap ke arah langit malam tanpa bintang. Hembusan angin memang terasa agak dingin menyapa kulitnya, sepe
"Gimana, kamu suka?" Pertanyaan itu sesungguhnya telah dapat dijawab oleh manik coklat bening Katya yang sejak tadi membelalak tak berkedip memandangi sekitarnya dengan penuh kekaguman.Baru kali ini Katya menginjakkan kakinya di sebuah tempat tinggal yang super mewah selain rumah kediaman milik Gaffandra. Namun bangunan yang ia masuki kali ini posisinya terletak di lantai paling atas sebuah gedung tinggi, bukanlah rumah besar yang bertingkat.Rasanya Katya masih tak percaya, bahwa gadis yatim piatu miskin sepertinya akan pernah mengalami suatu masa dalam hidupnya untuk berkesempatan memasuki ruangan luas semewah ini. "Rasanya nggak mungkin banget kalau nggak suka, Pak. Ini terlalu indah," sahut Katya tanpa melepaskan pandangannya dari seluruh interior di dalam ruangan itu. Katya masih terpesona memandangi dinding kaca yang sangat panjang dan memperlihatkan pemandangan kota Jakarta dari ketinggian 38 lantai. Rasanya seperti sedang melayang di ketinggian. Hari ini banyak sekali ke
"Kak Kendra??" Katya menatap heran ke arah wanita bule yang berjalan dengan lesu sembari menggeret koper di belakangnya. Katya semula sedang iseng berjalan-jalan di sekitar bagian samping lobby hotel yang ternyata memiliki spot untuk bersantai, sembari menikmati beberapa lukisan serta instalasi seni yang artistik. Gadis bersurai coklat kemerahan itu duduk di salah satu sofa bulat tanpa sandaran, menunggu Gaffandra yang sedang membelikannya kopi.Kendra yang mendengar namanya disebut, serta merta menoleh. Saat menemukan sosok Katya yang datang menghampirinya, sontak saja gadis itu waspada dan menoleh ke sekelilingnya dengan wajah yang agak panik."Uhm... hai, Katya. Kamu... sendirian? Gaffandra mana?" "Dia sedang beli cemilan dan minuman," sahut Katya sambil tersenyum. Manik coklatnya melirik ke arah suitcase merah yang digeret oleh kakak tirinya itu. "Kak Kendra mau pindah hotel ya?" tebak Katya.Kendra menggeleng pelan. "Aku mau ke bandara dan kembali ke Jakarta," ungkapnya menge
Katya mengerjapkan maniknya saat melihat sorot penuh kejujuran dan ketulusan yang terpancar dari bola mata sehitam malam milik Gaffandra. Yang barusan tadi itu... apa benar pria ini sedang melamarnya??((Aku tidak mau melanjutkan hubungan kita yang sebelumnya, Katya. Karena yang aku mau adalah hubungan yang baru, yaitu kamu sebagai istriku))"Pak?" "Ya, Baby Girl?""Mmm... itu bener barusan melamar aku? Bukannya... Pak Gaffandra dulu kan pernah bilang kalau..." "Uh-hum. Kamu benar, dulu aku memang pernah mengatakan kalau tidak akan percaya pada cinta, apalagi pada pernikahan. Semua itu terlihat bullshit di mataku," cetus Gaffandra sembari menjulurkan jemarinya dan mengusap lembut bibir penuh Katya."Lalu waktu itu aku pun hanya bisa menjanjikan kesetiaan dan hubungan monogami kepadamu..." tambah pria itu lagi seiring dengan senyum kecil yang mulai terbit di wajahnya untuk Katya."Terus? Kenapa sekarang berubah?" tanya Katya dengan penuh rasa ingin tahu. "Karena aku selalu merasa g
**BEBERAPA SAAT SEBELUMNYA**Saat private jet akhirnya mendarat darurat, Gaffandra dan Kendra pun langsung disibukkan oleh jadwal kunjungan kerja ke lokasi proyek pembangunan hotel di salah satu jalan utama di Kota Surabaya. Tak salah memang jika Andrew Harrison memberikan wewenang penuh kepada putrinya ini untuk mengambil alih jabatan CEO sementara dirinya sedang memulihkan kondisi kesehatannya, karena Kendra memang sangat menguasai hal-hal teknis dalam pekerjaan.Pasti telah lama Andrew mendidik putrinya untuk menjadi generasi penerus yang akan memimpin perusahaan.Tanpa terasa waktu terus bergulir, hingga akhirnya memasuki jam istirahat siang. Gaffandra memutuskan untuk kembali sebentar ke hotel tempatnya menginap setelah menghadiri jamuan makan siang yang telah disiapkan. Ia merasa lelah dan ingin beristirahat, sembari menelepon seseorang yang sejak tadi terus memonopoli otaknya.Seharian ini yang terbayang di pikirannya adalah wajah Katya yang tersenyum dengan sangat manis, mem
"Yakin nih kamu nggak mau ikut?" Katya tersenyum, ketika sebuah suara diikuti oleh kecupan lembut mendadak mendarat lehernya.Gadis itu sedang membuatkan kopi pagi di pantry untuk teman sarapan Gaffandra, saat pria itu tiba-tiba saja memeluknya dari belakang.Katya terkikik geli ketika Gaffandra dengan sengaja menggelitik lehernya menggunakan ujung hidung pria itu, membuatnya tak tahan namun tak bisa berkutik karena Gaffandra mencengkram pinggangnya. Pria itu baru berhenti setelah Katya berteriak-teriak minta ampun."Kamu tega banget, Katya. Gimana kalau nanti aku kangen, hm?" Gaffandra membalikkan tubuh gadis itu hingga menghadapnya, lalu meraup bibir Katya dengan kecupan gemas yang singkat namun dengan sengaja berkali-kali."Cuma satu hari kok, Pak. Aku janji akan langsung menyusul ke Surabaya kalau urusan dengan Papa Andrew selesai." Hari ini seharusnya Katya ikut bersama Gaffandra yang hendak meninjau lokasi proyek pembangunan hotel di Surabaya. Tapi Andrew meminta gadis itu unt
"Kamu nggak apa-apa, Baby Girl?"Katya menolehkan wajahnya ke arah Gaffandra, tanpa sadar memperlihatkan bayang-bayang kecemasan yang terlukis cukup jelas di sana. Meskipun ingin menyembunyikan perasaannya, namun Katya tak bisa menampik bahwa ia sesungguhnya sangat gelisah.Manik coklatnya terlihat tidak fokus dan berkaca-kaca, napasnya pun tampak tak beraturan."Hei, it's okay." Gaffandra meremas lembut jemari lentik yang ia genggam, lalu mengangkat dan menempelkannya ke bibirnya untuk dikecup. "Atau kamu mau pulang saja? Nggak apa-apa kalau memang kamu belum siap untuk bertemu dengan Andrew sekarang, Katya. Kita pulang ya?"Saat ini Katya tengah berada di dalam mobil mewah milik Gaffandra, yang melaju dengan kecepatan sedang di jalan raya. Malam ini adalah malam yang sudah ditentukan untuk pertemuan kedua antara Katya dan Andrew, tentunya dengan atas persetujuan Katya.Namun kini gadis itu justru terlihat ragu. Katya pun tak mengerti dengan apa yang ia rasakan, mengapa mendadak ras
Udara kota Jakarta pagi ini yang masih terasa agak dingin setelah hujan semalam, tampaknya tak menyurutkan semangat serta niat Katya untuk berolah raga di dalam air. Penthouse yang ia tinggali ini memang memiliki kolam renang berukuran sedang dan menyatu dengan bagian balkon depannya. Pagi ini Katya terlihat manis sekali, ia mengenakan busana renang bikini two piece berwarna pink lembut yang sangat serasi dengan warna kulitnya yang juga putih bersih. Meskipun bikini, namun di bagian atas yang berbentuk draperi membuat gelombang-gelombangnya sedikit menutupi lekuk dada, sehingga membuat Katya lebih terlihat imut dan lembut. Ditambah bagian bawah bikini yang ia kenakan sebenarnya lebih pantas disebut hot pants tipis karena ukurannya yang lebih lebar hingga menutupi setengah perut dan pangkal paha. Gadis itu melangkah menuju ke balkon Penthouse bersama Gaffandra yang memeluk pinggangnya, sambil mendengarkan Katya yang asyik berceloteh dengan riang tentang apa saja. Rasanya menyenang
"Sudaah... ampuun!!" Sejak tadi Katya terus memekik dan tertawa karena tak bisa menahan geli, akibat Gaffandra yang tak hentinya menggelitik pinggang, leher serta telinganya.Gaffandra menggunakan jemarinya untuk menggelitik pinggang Katya, dan ujung lidahnya untuk menjilati kulit leher dan lekuk telinga Katya.Ia tahu Katya tidak tahan jika tiga bagian sensitif itu disentuh, dan Gaffandra memang sengaja melakukannya karena ingin menghukum Katya."Pak... please. Aku nggak tahan..." Napas gadis itu sampai terengah karena tak sanggup lagi menahan merinding."Tapi aku masih ingin menghukum kamu, Baby Girl..." goda Gaffandra yang kini telah memindahkan bibirnya dari leher Katya untuk memagut bibir gadis itu dengan kecupan yang selembut kapas."Uhm..." Katya pun mengguman pelan, saat kecupan pria itu semakin mendalam namun tanpa menanggalkan seluruh kelembutannya. Jemari Gaffandra yang semula menggelitik Katya, kini telah berubah menjadi membelai pinggang ramping gadis itu dengan gerakan
Harum.Diam-diam Katya tersenyum sambil menghirup aroma bunga mawar putih yang terbungkus kertas buket mengkilat berwarna hitam. Perpaduan yang kontras juga sekaligus terlihat mewah dan elegan. Feminin sekaligus maskulin. Bahkan kertas hitam itu seolah bukan saja membungkus bunga mawar putih yang rapuh, tapi juga menjaganya. Sangat Gaffandra sekali.Katya melirik ke arah pria yang sedang asyik melahap makanan yang ia masak dan bawa dari rumah. Gadis itu pun kembali tersenyum melihat isi lunch box yang hampir tandas oleh Gaffandra. Sebenarnya bisa saja pria ini membeli makanan mahal yang jauh lebih enak dari resto mewah dengan Chef-nya yang bertaraf Internasional. Tapi Gaffandra malah meminta Katya memasak dan membawanya ke kantor setiap hari. "Kamu nggak makan?" Pria bersurai hitam itu bertanya dengan nada heran kepada Katya yang sejak tadi hanya diam sambil menggenggam buket bunga.Katya menggeleng pelan. "Nanti saja. Aku masih kenyang," sahutnya. "Pak?""Ya, Katya?""Makasih y
"Gaffandra!!" Pria itu menoleh ke sumber suara yang memanggilnya. Tampak seorang gadis melambaikan tangan sambil tersenyum.Kendra Harrison.Sesuai dengan isi chat semalam, Gaffandra menemui Kendra di sebuah cafe yang tak begitu jauh dari kantornya. Gaffandra memang sengaja mengatur pertemuannya dengan Kendra di tempat yang netral tanpa embel-embel pekerjaan.Pria bersurai gelap itu pun melangkahkan kakinya menuju meja dimana Kendra berada, lalu ikut duduk di seberang gadis itu saat dipersilahkan."Halo Kendra, apa kabar?" Pria itu mengulurkan tangannya kepada Kendra sambil tersenyum. "Dan bagaimana dengan Andrew?" "Kabarku baik. Sedangkan Daddy... dokter menyuruhnya untuk bedrest seharian ini agar perasaannya lebih tenang," sahut Kendra.Gaffandra mengangguk mengerti. "Maaf kalau semalam aku tidak kembali lagi ke nightclub," ucapnya meminta maaf, namun ia tidak mengatakan bahwa Katya-lah yang meminta."It's okay, Gaffandra, aku mengerti. Kamu pasti mencemaskan pacarmu itu kan?" Kend