Beranda / Romansa / Hasrat Cinta Sang Pilot / 36. Permintaan Yura

Share

36. Permintaan Yura

Penulis: IKYURA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Seolah tak cukup membuat hatinya hancur berkeping-keping, hujan yang tiba-tiba mengguyur Jakarta sore itu seolah sengaja menggarami luka di hatinya.

Yura menghela napas panjang. Wajahnya menengadah. Entah kenapa genangan air di sudut matanya mendesaknya dengan hebat. Tapi bagusnya, dia tidak perlu menutupi tangisannya.

Perempuan itu berjongkok. Dadanya mendadak terasa sesak saat perkataan Awan lagi-lagi berdengung di kepalanya. Perempuan itu menenggelamkan wajahnya di antara kedua lututnya, dia terisak di bawah guyuran air hujan.

Entah sudah berapa lama perempuan itu diam di sana. Bahkan tidak peduli jika dia kini menjadi pusat perhatian orang-orang. Setidaknya untuk kali ini saja, Yura ingin menyadari kekalahannya. Yura tahu jika dia sudah kalah telak.

Dering ponselnya yang menyala-nyala, membuat perhatian perempuan itu teralihkan. Ada beberapa pesan dari Krisna, Abhimana, dan ada panggilan dari Leon.

Saat perempuan itu hendak mengabaikan pesan dan panggilan dari semua orang. Ponseln
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   37. Kejutan Untuk Yura

    “Ra…”Yura sontak mengerjap begitu mendengar namanya dipanggil oleh ibunya. Perempuan itu lantas menoleh. “Iya, Ma?”“Anak Mama minta nikahnya dipercepat tapi kok cemberut gitu, sih? Lagi mikirin apa, Sayang?” tanya Wulan saat itu.Yura lantas menggeleng. “Nggak ada, Ma.”Wulan yang tadinya sibuk merapikan dapur, lantas melangkah menghampiri Yura yang sejak tadi diam-diam diperhatikan olehnya. Perempuan paruh baya itu lantas menarik kursi tepat di samping Yura, menatap lekat ke arah putrinya.“Kamu itu nggak pintar bohong, Sayang. Cerita sama Mama dong, Ra. Nggak lagi ada masalah sama Abang, kan?”Yura menggeleng sekali lagi. “Nggak, Ma.”“Seminggu lagi kalian bakalan menikah. Jangan aneh-aneh dong, Ra.”“Siapa juga yang aneh-aneh,” sungut Yura dengan wajahnya yang ditekuk. “Tapi, Ma…”“Hm?”“Dulu waktu Mama mau nikah sama Papa, galau nggak jelas kayak aku gini, nggak?”“Galau nggak jelas gimana maksud kamu, Ra?”Yura menghela napas. “Kayak ngerasa… benar nggak ya, ini pilihan yang te

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   38. Momen Sakral

    “Ma…”Maura yang sejak tadi memperhatikan bagaimana Disha dan tim yang lainnya membantu merias wajah Yura lantas mengulas senyuman. Perempuan paruh baya itu lantas melangkah menghampiri calon menantunya.“Cantik kan, calon menantunya Mama?” ujar Disha saat melihat penampilan Yura lewat pantulan kaca.Maura tersenyum. “Cantik banget.”Maura lantas mengusap pundak Yura dengan lembut, tatapan keduanya bertemu selama beberapa saat. “Sha, kamu sama teman-teman yang lainnya belum sempat makan siang kan tadi? Sana makan dulu, biar Yura sama Mama di sini.”“Ah, iya, Ma, hampir lupa. Ya udah, aku sama yang lainnya makan sebentar ya, Ma.”“Iya, buffet lunch-nya ada di sebelah kok. Jadi kalian nggak perlu jauh-jauh ke bawah buat menikmati makan siang.”“Oke, Ma.”Sepeninggal Disha dan teman-teman yang lainnya, Maura kembali menoleh ke arah Yura yang kini tengah duduk di kursi rias.Dengan balutan kebaya berwarna putih gading. Wajahnya yang dipoles dengan apik, serta siger yang menghiasi kepalan

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   39. Setelah Resepsi

    “Buru-buru amat lo, Kris. Udah nggak tahan, ya?”Krisna tergelak begitu mendengar celetukan Bayusuta dan teman-teman yang lainnya.Perhelatan acara baru saja selesai, namun masih ada beberapa teman-teman Krisna yang sengaja ingin menghabiskan malam di sana.“Lo enjoy ya, B. Pokoknya pesan apapun yang kalian mau. Kasihan Yura udah pegal katanya.”“Pegal apa pegal?” goda Arjuna dengan cepat.“Lo kayak nggak tau modus sesama buaya aja sih, J,” cibir Mahesa saat itu.“Gue kan belum nikah, Sa. Lo dulu sama Sasi begini juga, ya?” tembak Arjuna dengan cepat.“Gini nih, efek cowok brengsek yang duluin gue! Padahal kemarin gue udah senang, gue duluan yang bakalan kawin, eh di Anjing malah duluin!” sembur Bayusuta kesal. “Ya, lo lelet sih, B.” Krisna terkekeh. “Enjoy ya, Guys!”Setelah berpamitan dengan teman-temannya, Krisna lantas mengayunkan langkahnya menghampiri Yura yang sejak tadi sudah menunggunya.“Sayang… udah?”“Udah, Bang.”“Ya udah, yuk, kita balik ke kamar.”Krisna lantas menggan

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   40. May I?

    KRISNA sempat mematung di tempatnya saat Yura menjadi yang pertama menciumnya. Aroma mint yang berpadu dengan lemon seketika membuai indera penciuman Krisna.Refleks pria itu menangkup wajah Yura dengan satu tangannya. Sementara tangan lainnya melingkar ke belakang pinggang istrinya. Ciuman yang semula lembut kini berubah menjadi terburu-buru. Pun begitu dengan Yura yang langsung melingkarkan kedua tangannya ke belakang leher Krisna, balas memagutnya.Krisna semakin mempercepat gerakan bibirnya saat suara lenguhan Yura terdengar. Bersamaan dengan gerakan gelisah kaki perempuan itu yang kini masih berada di pangkuannya.Jantung Yura semakin berdebar kencang, terlebih saat satu tangan Krisna yang semula ada di wajah Yura, kini bergerak turun. Menangkup dada istrinya yang kini terlapisi lingerie dengan bulu-bulu halus yang menghalanginya. Sesekali Krisna meremasnya dan baru tersadar jika perempuan itu tidak mengenakan bra.“You don't wear a bra.”Itu bukan pertanyaan, melainkan pernyataa

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   41. Yang Semalam Kurang?

    YURA menggeliat di atas tempat tidurnya saat samar-samar cahaya matahari menyelinap masuk lewat jendela balkon kamarnya. Perempuan itu lantas menundukkan wajahnya, tangan kokoh Krisna masih melingkar di perutnya.Yura mengerjapkan perlahan, lalu mengubah posisinya menjadi menghadap Krisna yang kini tengah terlelap pulas di sampingnya. Seulas senyum terbit di wajah perempuan itu.Samar sekali ingatannya akan kejadian semalam kembali berputar di kepalanya. Bagaimana desahan mereka yang saling bersahut-sahutan terdengar memenuhi ruangan. Entah berapa kali dia mencapai klimaks, dan bagaimana suaminya membenamkan dirinya berkali-kali. Segalanya terekam jelas di kepalanya.Yura lantas mencium bibir Krisna dengan singkat, sebelum memutuskan turun dari tempat tidurnya dan bergegas membersihkan diri.“Sayang, mau ke mana?” gumam Krisna sudah lebih dulu mencegah kepergian Yura.“Abang, aku mau mandi.” Yura menoleh, masih dalam keadaannya yang masih polos, perempuan itu mengulas senyum.“Jam ber

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   42. Possessive Yours

    “Gue nggak tahu kalau lo bisa secepat itu akrab sama bini gue.”Krisna lantas melingkarkan tangannya di pinggang Yura dengan posesif, menatap datar ke arah Kano yang tampak tenang sambil menyesap kopinya.“Bang, apaan, sih?”“Akrab? Perasaan lo kali, Kris. Gue cuma… nyapa bini lo doang, kok.” Kano tersenyum. “Come on, lo nggak mungkin posesif juga sama saudara sendiri, kan?”Krisna menghela napas. Alih-alih membalas perkataan Kano, Krisna lantas menggandeng tangan Yura agar menjauh dari pria itu.“Bang, apaan sih?” Yura yang bisa melihat sikap posesifnya Krisna, lantas menghentikan langkahnya dan menoleh. “Abang cemburu sama Kano? Astaga, Bang. Dia sepupunya Abang, Abang nggak lupa soal ini, kan?”“Sepupu tiri lebih tepatnya. Abang nggak suka kamu dekat-dekat sama dia.”“Siapa yang dekat sama dia, sih? Nggak usah berpikiran macam-macam deh, Bang. Kita baru menikah sehari, Abang nggak mungkin ngajak debat hanya perkara nggak penting, kan?”“Gimana Abang nggak khawatir kamu dekat-dekat

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   43. Babak Baru

    “Sayang, yang berat-berat nggak usah diangkat. Nanti biar Abang aja, okay?”“Iya, Bang. Ini nggak berat, kok.” Yura kembali tertoleh ke arah lemari pakaian Krisna. “Kalau kita pindah ke rumah, terus apartemen ini mau dijual atau gimana, Bang?”Krisna tampak berpikir sejenak. “Sebenarnya sayang kalau mau dijual, Ra. Apartemen ini jadi saksi hidup Abang waktu berjuang jadi pilot awal-awal dulu.”“Ya kalau gitu nggak usah dijual, Bang. Biar bagaimanapun tempat ini pasti menyimpan kenangan tersendiri buat Abang, kan?”Krisna mengangguk. Membenarkan hal itu. Namun tidak hanya itu saja, tapi kenangannya bersama Awan juga ada di sini. Krisna tidak ingin kembali mengingatnya karena dia sadar jika masa depannya kini sudah ada Yura dan dia tidak ingin melukai hati istrinya.“Bang, ini apa?”Lamunan Krisna tiba-tiba terbuyar, pria itu mengerjap lalu menoleh ke arah Yura yang tampak sibuk membereskan barang-barangnya.“Apa, sih?”Lalu langkah Krisna terpaku saat pandangannya tertuju pada Yura yan

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   44. Kedatangan Sahabat

    “Good morning, Sayang. Baunya enak banget, sih? Istrinya Abang masak apa, sih?”Yura yang tengah sibuk di dapur lantas menoleh dan mendapati Krisna baru saja kembali dari jogging pagi. Pria itu lantas mencium pipi Yura dengan cepat, lalu melangkah menuju lemari pendingin untuk mengambil minuman dingin di sana.“ABANG!” Yura bersungut-sungut. “Abang keringetan gitu, mandi dulu, gih.”“Kenapa? Nggak mau dicium sama suami yang keringetan, ya?”“Nggak gitu! Tapi kan—”“Apa?” Krisna dengan cepat menarik tangan Yura agar menjauh dari kompor—yang untungnya kompor itu sudah dimatikan, lalu mengurung tubuh perempuan itu dengan kedua tangannya.“Coba buktiin kalau sayang sama Abang. Cium dulu, coba?” Krisna menelengkan wajahnya, jari telunjuknya menyentuh pipinya yang masih basah karena keringat. “Buktiin dong, kalau kamu—”Namun belum Krisna melanjutkan ucapannya, perempuan dia sudah lebih dulu menangkup wajah suaminya yang basah karena keringat, lalu mulai mendekatkan wajahnya. Tapi secepat i

Bab terbaru

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   EXTRA PART 2

    Waktu sudah menunjuk angka sebelas siang saat Yura tiba di Bandara Soekarno Hatta yang terlihat ramai. Perempuan itu mengulas senyuman, entah apa yang membuatnya terlihat riang. Yura melangkah anggun menuju pintu kedatangan, menantikan kepulangan Krisna akan baru saja mendarat sempurna di Jakarta.Tiba di pintu kedatangan, Yura berdiri di tempat biasanya dia menunggu. Ingatannya kembali membawanya pada apa yang telah dilakukannya sebelum tiba di bandara tadi.“Saya hamil lagi, Dok?” Yura membelalak.“Iya, Bu Yura. Usia kandungannya baru delapan minggu.”Mendadak Yura merasa pening, pantas saja akhir-akhir ini dia sering mual. Namun, dia juga bahagia. “Apakah nggak masalah kalau saya… hamil lagi, Dok?”“Dilihat dari kesiapan rahimnya, tidak masalah, Bu. Ibu merasa lemas dan morning sickness itu karena disebabkan oleh fluktuasi hormonal. Tapi alangkah baiknya, Bu Yura tetap menjaga kondisi dengan sebaik-baiknya.”“Baik, Dok. Terima kasih banyak.”Percakapan itu masih terasa segar dalam

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   EXTRA PART 1

    “Sayang…”Suara vokal Mama Maura sontak membuat Yura menolehkan kepalanya. Perempuan itu mengulas senyuman ke arah ibu mertuanya. Dia tengah duduk di taman belakang dengan bayinya yang ada di atas pangkuan.“Ma, barusan datang, ya?” Yura baru saja hendak bangkit dari duduknya saat Maura sudah lebih dulu mencegahnya.“Eh, Ra. Udah kamu duduk di sana aja. Mama yang ke situ.”Yura tidak jadi bangkit dan kembali duduk di kursinya. Setiap pukul tujuh pagi, Yura memang rutin berjemur bersama bayinya. Mengingat bahwa terpapar sinar matahari pagi sangat baik untuk perkembangan bayi.“Mama sendirian aja? Papa nggak ikut?”Belum sempat Maura menjawabnya, Davin yang baru saja melangkah menghampirinya sudah lebih dulu menarik perhatian mereka. “Pa…”“Gimana, Ra? Kamu sehat?” Davin menepuk bahu Yura, matanya menatap ke arah cucunya yang terlihat nyenyak dalam tidurnya. “Cucunya Opa…”“Alhamdulillah, Pa. Meskipun setiap malam pasti begadangnya, sih. Untungnya ada Abang yang selalu nemenin.”“Syuku

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   92. Happily Ever After

    “KRISNA! Thank God!”Joey berhambur memeluk Krisna yang saat ini tengah terbaring di atas brankar rumah sakit, seiring dengan isakan tangisnya yang terdengar memenuhi Leanders Hospitals Bali malam itu.Krisna baru saja sadar dari reaksi obat yang diberikan dokter sebagai upaya penyelamatan pertama. Di kepalanya terlilit perban dan ada beberapa luka lainnya di sana.Setelah insiden tergelincirnya pesawat yang baru saja ditumpanginya, Krisna bersama crew dan penumpang yang mengalami luka-luka dilarikan ke rumah sakit.Joey baru saja tiba di Bali, dan langsung bergegas menuju ke Leander Hospitals untuk memastikan kondisi Krisna dan crew lainnya. Krisna mendapati luka-luka di bagian kepalanya lantaran benturan keras di bagian depan kokpit. Sementara Bima harus dioperasi mengingat bahwa kondisinya yang jauh lebih mengkhawatirkan.“Joey, Bima gimana kondisinya? Dia—”“Stay calm, Kris. Bima baik-baik saja dan operasinya berjalan lancar.” Joey menghapus jejak air matanya, lalu menatap sendu

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   91. Kabar Buruk

    “Ra, beberapa hari lagi kamu mendekati HPL, kan? Nggak usah ke mana-mana dulu, apalagi nongkrong-nongkrong cantik.”Yura yang tadinya fokus dengan pakaian-pakaian bayinya, lantas menoleh ke arah ibunya. Beberapa hari yang lalu Krisna memborong semua perlengkapan bayi setoko-tokonya hanya untuk menyambut kehadiran bayi perempuannya.“Apaan sih, Ma. Lagian kapan coba aku nongkrong-nongkrong cantik? Orang udah lama banget aku di rumah terus.”“Beneran? Kali aja kamu mangkir waktu Abang lagi nugas, kan?” ujar Wulan tak percaya.“Dih, Ma. Sama anak sendiri kok dituduh macam-macam, sih? Aku nggak pernah keluar rumah tanpa seizin suami, ya! Lagian usia kandunganku udah gede gini, daripada aku jalan-jalan, mending aku rebahan sambil drakoran.”“Ya bagus kalau gitu. Ngomong-ngomong udah nemu nama buat anak kamu belum?”“Kenapa? Mama kepo, ya?” ujar Yura menggodai ibunya. “Ma…”“Iya, Sayang?”“Akhir-akhir ini cuaca lagi buruk, ya? Hujan lebat dan disertai angin.”“Kenapa? Kamu khawatir sama Ab

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   90. Possessive Daddy Wanna Be

    “Ra, kamu kok nekat jemput Abang ke bandara, sih? Abang kan udah bilang kalau—”Belum puas mengomel pada istrinya, Yura yang tengah berdiri di depan pintu kedatangan lantas mencium pipi suaminya dengan cepat.Rasa rindunya yang membuncah setelah ditinggal selama empat hari bertugas, membuat Yura jadi tak sabar ingin bertemu dengan suaminya.“Kangen, Bang…”“Ck! Pasti ada maunya, kan?” Mata Krisna memicing. “Nitnit lagi apa, Sayang?” Lalu pria itu membungkukan badan, dan mencium perut Yura yang kini sudah terlihat membola.“Abang! Nggak malu apa dilihatin banyak orang!”Krisna mengedikkan bahu. “Nggak. Abang kan kangen sama kesayangan Papa.”Yura mencebikkan bibir. “Jadi nggak kangen sama mamanya, ya?”“Cie, cemburu!” Krisna mengusap puncak kepala Yura dengan lembut, lalu terkekeh pelan.Usia kandungan Yura sudah menginjak bulan keempat, dan Nitnit adalah nama yang disematkan Krisna pada bayi perempuannya. Entah kenapa panggilan itu terlihat lucu, imut, dan menggemaskan seperti yang di

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   89. Kabar Bahagia

    “Kenapa muka lo kayak kurang pelepasan gitu? Kurang jatah, ya?”Suara vokal Leon yang terdengar, seketika membuyarkan keterdiaman Yura. Perempuan itu berdiri di depan lift, lalu tiba-tiba Leon berdiri di sampingnya dengan tangannya yang melingkar di bahu.“Lo baru berangkat? Nggak ada siaran pagi, ya?”“Lo lupa kalau gue pindah program? Kebanyakan mikirin apa sih, lo! Gue jadi diabaikan gitu.” Leon bersungut-sungut. “Lo kenapa lesu gini? Nggak lagi ada masalah sama laki lo, kan?”Yura menggeleng meskipun raut wajahnya sama sekali belum berubah. “Nggak ada, El. Gue cuma kepikiran sama Abang aja. Sekarang dia baru di jalan ke rumahnya Pak Reno buat nemuin ibunya.”“Ibunya? Maksudnya nyokap kandungnya Krisna?”Pintu lift yang ada di hadapannya lantas terbuka, Yura tak langsung menjawab. Keduanya melangkah masuk ke dalam lift untuk menuju lantai ruangannya.“Iya. Dua hari ini gue nggak bisa tidur nyenyak, El. Tempo hari, Abang ketemu sama ibu kandungnya. Seperti yang gue ceritain di-chat

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   88. Pertemuan Krisna dan Dinda

    Yura menggeliat di atas tempat tidurnya saat bertepatan dengan alarmnya yang berbunyi. Perempuan itu mengerjap pelan, tangannya hendak meraih ponselnya, bersamaan dengan Krisna yang sudah duduk di tepi ranjang tidurnya.“Bang…”Yura mengubah posisinya menjadi duduk. Pria itu sontak menoleh dan mengusap wajah Yura dengan lembut.“Abang nggak tidur semalaman?” tanyanya ketika kini pria itu sudah mendudukkan dirinya di sampingnya, ada perasaan cemas yang mendadak hadir di hatinya. “Udah, kok. Cuma Abang tadi bangun lebih pagi aja, Ra.”“Abang mimpi buruk lagi, ya?” Tidak heran jika perempuan itu tampak khawatir dengan keadaan suaminya. Mengingat bagaimana Krisna beberapa waktu lalu sudah berhasil membuatnya cemas.Yura tahu bahwa mimpi buruk itu selalu membayangi suaminya hampir setiap harinya. Bahkan sudah tak terhitung lagi bagaimana perempuan itu menyeka wajah Krisna yang basah karena peluh keringat atau sekadar mencoba untuk menenangkan Krisna dengan menarik tubuh pria itu ke dalam

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   87. Bujukan Maura

    “Ma, maaf udah bikin Mama pagi-pagi datang ke rumah. Semalaman Abang nggak keluar dari ruang kerjanya, Ma. Abang juga nggak mau dibujuk sama aku. Aku khawatir, Ma.”Maura yang baru saja datang, lantas mengangguk. Sejak pertemuan Krisna dan Dinda semalam, Maura tahu jika Krisna tidak akan baik-baik saja. Namun dia tidak menyangka jika dampaknya akan separah ini.“Dia udah tahu semuanya?”Yura mengangguk. “Ya, Ma. Pak Reno memberikan catatan medis milik ibu kandungnya Abang, dan karena itu juga Abang memilih mengurung diri.”“Mama akan mencoba membujuknya, Ra. Kamu nggak usah khawatir, ya?”“Aku siapin buat sarapan ya, Ma. Semoga Abang bisa dibujuk buat makan, karena sejak semalam Abang belum makan apapun, Ma.”“Iya, Sayang. Mama ke atas dulu kalau begitu.”Yura mengangguk sekali lagi, membiarkan Maura naik ke lantai dua untuk menemui Krisna yang sejak semalam mengurung diri di ruangannya. Sementara Yura melangkah menuju dapur. Dengan perasaan berkecamuk, Maura berdiri tepat di depan p

  • Hasrat Cinta Sang Pilot   86. Usaha Reno

    “Ra, lagi di mana?”Yura lantas mengangkat wajahnya saat suara Reno terdengar di seberang sana. Matanya mengedar ke sekitar, seolah tahu jika Reno tengah berada di sekitarnya dan mencari keberadaannya.“Udah di dalam ballroom, Pak. Bapak di mana?”“Krisna?”“Dia ke toilet tadi, Pak. Bapak sudah sampai?”“Oh, oke. Sebentar lagi saya masuk. Sampai ketemu di sana, ya.”Yura lantas bangkit dari duduknya, jantungnya mendadak berdebar kencang. Yura tidak bisa membayangkan bagaimana pertemuan Krisna dan ibu kandungnya kali ini. Riak wajahnya seketika berubah, kepalanya mendadak pening.“Sayang, ada apa?”Maura yang melihat perubahan raut wajah Yura, lantas bangkit dan menghampiri perempuan itu.“Ma…” Yura memang belum menceritakan hal ini kepada Maura sebelumnya. “Abang, Ma…”“Kenapa Abang, Ra? Duduk dulu.” Maura meraih segelas minuman yang ada di atas meja, lalu mengangsurkannya ke arah Yura. “Diminum dulu, Sayang.”Beruntung suasana ballroom malam itu gelap, mengingat bahwa cahaya sengaja

DMCA.com Protection Status