"Menurut informasi yang aku peroleh dari orang-orang suruhanku, memang gadis itu yang kita cari selama ini."
"Lalu, siapa pria yang bersamanya? Bukankah dia-""Leo, Leonardo Samudera Rajaya. Orang yang berhasil meruntuhan kesombongan Ferdi dan menduduki jabatan tertinggi dengan kepemilikan saham tertinggi di Perusahaan Nan-Auto. Sahamnya mencapai tujuh puluh persen dan bisa dikatakan dia adalah pemilik baru perusahaan itu."Di antara para tamu undangan, ada sepasang pria dan wanita yang sedang membicarakan dan memperhatikan Leo dan Alana. Tatapan mereka melekat pada pasangan itu dan terpatri dengan jelas. Bahkan sang wanita tampak tersenyum tipis dengan wajah yang keras dan sinis. Dari ekspresi mereka, terlihat bahwa mereka sedang membahas atau mengamati sesuatu yang menarik perhatian mereka.Ketika keduanya melihat Alana, mereka melihatnya seperti sebuah papan target yang memiliki lingkaran berlapis warna yang menarik perhatian mereka. Mereka siap melepaskan anak"Menurut Anda begitu?" Sekali lagi Leo memicingkan mata tajamnya pada Carlos."Ya." Carlos gugup.Untuk menutupi rasa gugupnya, pria itu mengalihkan pandang pada istrinya untuk mendapatkan dukungan. Dia juga berharap Tanty bisa membantunya agar tidak dijadikan ikan goreng oleh Bayu karena kesalahan yang dilakukannya."E ... Tuan." Akhirnya Tanty buka mulut. "Anda dan nona Alana memang tampak serasi. Saya yang salah mengira," ucapnya.Leo menunjukkan ekspresi wajah yang kecut ketika dia merasa kecewa dengan sikap yang ditunjukkan oleh Carlos dan Tanty. Meskipun dia tidak mengenal mereka, namun tindakan mereka terhadapnya, terlebih terhadap hubungannya dengan Alana membuat dirinya merasa terganggu. Hal ini membuat Leo menyayangkan dan kecewa karena ia tidak dapat memahami alasan di balik perilaku mereka. Perasaan tersebut tiba-tiba mengusik dan membuatnya berpikir keras tentang siapa dan apa tujuan dari Carlos dan Tanty menyapa mereka. Oleh karena itu, Leo berusaha untuk tetap tenang m
"Hai, Cantik!"Seorang pria gembul datang mendekati Alana dan mulai menggodanya."Maaf, Tuan. Tolong berlakulah sopan!" seru Alana.Alana menggeser kakinya sedikit menghindari uluran tangan nakal pria itu. Meski dia merasa takut dan ngeri, namun Alana terlihat tenang dan berusaha untuk tetap tenang."Jangan galak-galak, Cantik! Nanti kecantikanmu luntur lho kalau galak-galak," ucap pria itu lagi.Pria itu tampak mabuk karena berdiri pun terhuyung-huyung seperti pohon tertiup angin. Matanya juga merah menyalak seperti serigala hendak menerkam mangsa."Woi! Lihat gadis cantik ini!" Pria itu berteriak sembari menoleh ke arah dua pria yang sedang berbincang di seberang jalan. Sepertinya mereka adalah teman pria itu. "Lihat! Gadis ini terlihat galak!" teriaknya lagi.Alana semakin menggenggam erat tas tangannya di depan dada menutupi rasa geram, marah bercampur ngeri. Terlebih saat dua pria itu menoleh dan melihatnya, lalu berjalan mendekat.Alana merasa sangat terkejut ketika menyadari ba
"Bear, kamu cemburu?" Alana bergelayut manja pada lengan Leo. Gadis itu merajuk dan berusaha membujuk agar Leo tidak lagi memberinya wajah cemberut dan garang. Dia pikir karena suaminya itu cemburu melihat dia bersama Arga."Jangan dekati pria itu lagi, Alana! Kalau kamu bertemu lagi, maka jauhi dia!" seru Leo tidak mempedulikan wajah manja Alana. Leo memilih fokus pada jalanan dan lingkaran setir. Namun, semua sikap itu hanya semu saja, hanya untuk menutupi dan meredam rasa marah dan cemburu dalam hati. Meskipun begitu, larangan yang dikatakan pada Alana bukan main-main. Dia serius dan berharap Alana mendengar juga mematuhinya."Dia hanya membantuku. Aku juga tidak mengenalnya. Lagi pula ini salahmu! Kamu terlambat menjemput aku."Alana melepaskan tangan dari lengan Leo dan menghentakkan tubuh menjauhi Leo. Dia menjaga jarak. Kali ini dia juga merasa kesal atas sikap Leo menanggapi situasi yang hampir saja membahayakan dirinya. Namun, saat menceritakan pada L
"Ada apa?" tanya Damian setelah duduk di samping Leo.Damian melihat Leo tampak lesu dan terbebani oleh pikiran yang berat. Biasanya, setelah rapat selesai, mereka akan berbincang-bincang sejenak, namun kali ini tidak ada obrolan tersebut. Leo langsung pergi kembali ke ruang kerjanya dan duduk dengan wajah yang penuh dengan kerutan."Apakah kamu yakin anak itu memiliki nama belakang Wijaya?" tanya Leo pada Damian dengan tatapan tajam untuk memastikan kebenarannya. "Ya. Dia memiliki nama belakang Wijaya. Apa kamu mengenalnya?" Damian penasaran.Dalam hatinya, Damian merasa khawatir tentang apa yang sedang dipikirkan oleh Leo. Apakah ada sesuatu yang berhubungan dengan pemilik mobil itu sehingga Leo ingin tau dan terlihat sangat terbebani? Namun, dia tidak ingin menyimpulkan hal-hal yang belum pasti sehingga dia hanya diam dan menunggu sampai Leo membuka diri."Aku rasa tidak. Aku tidak mengenalnya. Hanya saja nama itu tidak asing bagiku," jawab Leo, namun terdengar tidak yakin. Dami
"Hai!" sapa seseorang di belakang Alana.Ketika Alana memutar kepala untuk melihat siapa yang menyapanya, suara yang terdengar asing di telinganya membuatnya merasa pernah mendengar suara itu sebelumnya. "Kamu?"Namun, rasa penasaran itu langsung berubah menjadi kejutan ketika dia melihat Arga berdiri di depannya dengan senyum lebar di wajah."Hai!" Kembali Arga menyapanya. Kali ini disertai senyum dan lambaian tangan yang ramah untuknya.Tak bisa dipungkiri, wajah tampan Arga dengan lesung pipit di pipinya berhasil menambah daya tarik dari sosok itu. Alana merasa tertegun dan sedikit kagum dengan penampilan Arga yang terlihat menawan dan manis.Meski pernah bertemu Arga dan pria itu pernah menolongnya dan bisa dikatakan dia memiliki hutang Budi, namun melihat pria itu ada di kampusnya, Alana menggerakkan kepala ke kanan dan ke kiri mengamati sekitar mereka."Kenapa? Kaget ya kita bertemu lagi?" tanya Arga.Melihat Alana seperti orang bingung, Arga pikir itu adalah reaksi dan sikap y
"Alana, biar aku antar kamu pulang!" Arga meraih tangan Alana dan menahannya saat gadis itu hendak bangkit dari duduk. Dia juga langsung berdiri dan bersiap untuk mengantar Alana pulang. Namun, Alana menolak tawarannya dengan sopan."Terima kasih, tapi tidak perlu. Aku bawa mobil sendiri," tolak Alana.Alana perlahan-lahan menggerakkan tangannya untuk menepis tangan Arga yang ada di lengannya. Meskipun bibirnya sedikit tersenyum, namun senyum itu hanya sebagai pemanis semata. Dia merasa kaget dan tidak nyaman dengan sentuhan tangan Arga yang membuatnya merasa terganggu. Alana berusaha untuk menjaga jarak dengan Arga agar tidak ada lagi sentuhan yang membuatnya tidak nyaman."Baiklah," jawab Arga pasrah.Dia lupa, saat datang ke restauran itu Alana juga menolak pergi bersama dan memilih pergi bersama Kalila menggunakan mobil sendiri."Kalau begitu, kita pergi ke luar bersama-sama," sambungnya.Tidak ada pilihan, Alana menolak diantarnya pulang. Maka, yang dilakukan Arga hanya jalan be
"Alana, ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Tapi, tunggu aku kembali saja!" ucap Leo di seberang sana."Om? Ada apa?" Alana penasaran.Pertanyaannya tidak mendapatkan jawaban apa pun dari Leo. Namun, semakin dia mendesak, semakin Leo tidak mau memberitahunya. Tidak ada cara lain, tidak mungkin dia menyusul Leo ke luar kota hanya untuk mencari jawaban atas rasa penasarannya. "Alana, jangan berpikir keras soal ini! Hanya masalah waktu saja," ucap Leo menenangkan Alana."Tapi, Om?""Sayang, kamu percaya padaku, kan?" Suara Leo terdengar lembut menenangkan."Aku percaya padamu, Bear," jawab Alana."Kalau begitu, tunggu aku kembali! Kita akan bicarakan semuanya," ucap Leo."Semuanya? Maksudnya?" Alana semakin bingung, semakin penasaran, semakin tidak mengerti. Leo membuatnya semakin tidak tenang, tapi tidak mau memberinya jawaban. Bahkan untuk sekedar memberi klu saja, dia tidak melakukannya."Sayang, nanti aku telepon kamu lagi. Aku ada urusan penting," ucap Leo mengakhiri obrolan me
"Hei! Jangan main-main!" seru Alana dengan nada yang sangat kesal. Dia merasa sangat marah dan tidak terima saat seseorang menghubunginya tanpa memberikan sapaan atau pengenalan diri. Dalam keadaan emosi yang memuncak, Alana memegang ponselnya dengan erat di depan wajah dan menegaskan peringatan pada oknum tersebut.Setelah berakhirnya panggilan telepon tersebut, Alana melempar ponselnya ke tempat tidur dan menahan napas dalam-dalam sembari berkacak pinggang. Dia merasa sangat tersinggung dan kesal karena merasa dipermainkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Meskipun begitu, Alana berusaha mengontrol emosinya dan mengatur pola napasnya agar bisa tenang kembali.Alana kemudian berbicara kepada dirinya sendiri dengan suara pelan, "Kamu pikir aku bisa kamu permainkan!"Meskipun masih merasakan kemarahan dalam hatinya, dia mencoba untuk menenangkan diri dan tidak membiarkan emosi negatif menguasai dirinya sepenuhnya.Belum juga kemarahannya benar-benar hilang, kembali ponselnya be
"Sudah, Bear. Aku kenyang," ucap Alana.Alana menolak suapan Leo dengan menutup mulutnya menggunakan tangan. Dia juga menoleh sedikit ke samping menghindari sendok yang disodorkan Leo padanya."Satu kali lagi, Sayang. Kamu sudah mengeluarkan banyak tenaga saat melahirkan. Sekarang, kamu harus mengganti tenagamu dengan makan yang banyak," ucap Leo."Bear, sampai siang ini saja kamu sudah memintaku makan banyak makanan. Kalau tidak salah ingat, kamu sudah memberi aku makan tiga kali, dua kali makanan ringan, dua kali jus buah. Perutku rasanya seperti mau pecah karena kekenyangan," ucap Alana melakukan protes atas tindakan Leo yang terus membujukkan untuk makan.Leo tertawa mendengar keluhan dari Alana. Dia berpikir bahwa karena istrinya telah melalui perjuangan yang melelahkan untuk melahirkan putra mereka, maka dia harus memberikan makanan bergizi yang cukup agar istrinya bisa pulih dengan cepat. Namun, ternyata usahanya tersebut menimbulkan protes dari Alana. "Baiklah. Kali ini aku t
"Dokter, bagaimana?" Leo tidak sabar menunggu penjelasan hasil pemeriksaan kehamilan istrinya."Usia kehamilan istri Anda sudah cukup bulan, Tuan. Tinggal menunggu waktu lahir saja," jelas dokter.Dokter itu mengarahkan pandang pada Alana dengan senyum ramahnya."Nyonya, kelahiran seperti apa yang Anda inginkan?""Dokter, aku tidak ingin istriku kesakitan saat melahirkan. Bisakah kami ajukan untuk melakukan operasi saja?" ucap Leo cepat sebelum Alana memberi jawaban."Bear!" Alana memberi wajah protes."Sayang." Leo meraih tangan Alana dan mengenggamnya lembut. "Aku tidak mau melihatmu kesakitan."Wajah Leo tampak sedih membayangkan istrinya kesakitan saat melahirkan. Makanya, dia ingin kelahiran anak mereka melalui operasi caesar saja dengan tehnologi terbaru agar istrinya tidak merasakan sakit. Namun, niat baik Leo melindungi istrinya dari rasa sakit mendapat penolakan tegas dari Alana."Aku tidak mau, Bear. Aku mau melahirkan secara normal saja," u
“Damian, ada apa?” tanya Leo dengan wajah penasaran sembari berjalan meninggalkan Alana dengan langkah hati-hati agar langkahnya tidak menimbulkan suara. “Apa Marco sudah memberitahumu?” tanya Damian di ujung sana, di balik teleponnya. Suaranya terdengar tidak biasa seperti ada sesuatu yang terjadi.“Apa?” tanya Leo semakin penasaran.“Siang tadi, Arga berusaha memberontak dengan melarikan diri dan mencoba kabur dari pengawasan. Saat mereka mengejar dan mencarinya, mungkin juga karena panik, pria itu tidak melihat jalanan. Dia juga tidak melihat ada truk yang melintas saat menyeberang jalan,” cerita Damian.Damian menceritakan tentang kecelakaan yang dialami oleh Arga saat pria itu melarikan diri dan mencoba kabur dari pengawasan mereka. Karena ceroboh dan mungkin juga panik karena takut penjaga mengejarnya, Arga tidak memperhatikan ada truk yang melintas dengan kecepatan tinggi saat dia menyeberang jalan, sehingga tubuhnya tertabrak dan terpental hingga beberapa meter.“Mereka baru
“Sayang, kamu cantik sekali menggenakan pakaian ini,” puji Leo sembari mengelus perut buncit Alana."Bear, kamu mengejutkan aku?" Alana kaget, tiba-tiba Leo memeluknya dari belakang.Sore ini Alana mengenakan pakaian daster tidak berlengan, sehingga perutnya yang besar terlihat. Bahan yang lembut dan jatuh membuat perut Alana yang membesar terlihat menonjol dan lebih seksi ditambah dengan bentuk tubuhnya yang memang indah semakin membuat Leo tidak mau melepaskan pelukannya."Kenapa berdiri di sini sendirian?" lirih Leo."Pemandangannya bagus, Bear. Lihat itu!" Alana menunjuk langit sore, di mana matahari hampir tenggelam di antara bukit-bukit hijau. Bias sinar yang mulai redup menghias langit sore tampak semburat merah keemasan memberi warna indah yang membuat mata sejuk dan hati teduh."Indah banget langitnya!" decak kagum Alana.Leo tersenyum. Peluknya semakin erat. Meski perut Alana sudah membesar, tetapi tidak menjadi penghalang untuk tetap memeluknya. Sebaliknya, perut besar Ala
"Nyonya, teh Anda."Dona mendekati Alana yang sedang duduk santai di bangku taman yang berada di dekat kolam renang belakang rumah. Kemudian, memberikan secangkir teh yang masih hangat pada Alana dengan penuh kebaikan hati."Terima kasih."Alana pun merasa sangat berterima kasih dan mengucapkan kata-kata itu dengan senyum yang manis, lalu menyeruput teh hangat sembari menunggu Dona duduk di depannya.Suasana taman sore ini terasa semakin nyaman dan tenang dengan hadirnya secangkir teh hangat tersebut."Mulai hari ini, jangan panggil aku nyonya lagi! Aku bukan nyonyamu," kata Alana sembari meletakkan cangkir di atas meja.Dona tercengang kaget."Kenapa? Apa aku telah melakukan kesalahan?" Dona merasa perlu tau alasan Alana. Dia tidak merasa melakukan kesalahan. Hubungan mereka beberapa hari ini juga baik-baik saja, tetapi tiba-tiba Alana mengatakan hal itu padanya. Jelas saja hal ini membuatnya bingung dan bertanya-tanya.Melalui ekspresi kagetnya saja, seharusnya Alana sudah mengerti
“Bear,sebenarnya kita mau ke mana?” tanya Alana bingung.Leo menoleh, lalu memberi senyum manisnya.“Bukankah kita sudah membicarakannya, Sayang? Aku akan membawamu ke tempat yang tenang dan sejuk. Kita akan ke luar kota,” jawab Leo mengingatkan Alana tentang apa yang sudah pernah mereka bicarakan.“Tapi, kenapa pakaian yang kamu bawa sangat banyak?” Alana melempar pandangnya ke arah tumpukan pakaian dalam koper yang belum tertutup.Leo pun melirik ke arah yang dikatakan istrinya. Bibirnya kembali menyunggingkan senyum.“Karena kita akan melakukan liburan dalam waktu yang lumayan cukup lama,” jawab Leo.Dia sibuk mengemas beberapa pakaian mereka dan memasukkan ke dalam koper. Ada dua koper di sana, salah satunya sudah terisi penuh dengan pakaian Leo sendiri. saat ini suami Alana itu sedang menegmas pakai Alana. Tadinya, Alana ingin membantu, tetapi Leo melarangnya dan memintanya duduk saja di tempat tidur.Setelah merasa cukup dan selesai, Leo bangkit dari tempatnya, lalu mendekati A
"Dokter, bagaimana?""Nyonya, apakah Anda merasa baik-baik saja?" tanya dokter pada Alana. Leo tampak sangat cemas menatap wajah dokter yang memeriksa kondisi kandungan istrinya. Apalagi saat dokter itu tidak segera menjawab pertanyaannya, melainkan mengarahkan pandang pada Alana dengan sorot mata yang tidak baik-baik saja. Refleks dia pun ikut mengarahkan pandangnya pada Alana, lalu meraih tangan Alana dan menggenggamnya."Dokter?" Setelah Leo menyapa dokter, dokter tersebut menghela napas panjang dengan suara yang terdengar berat saat memandang Leo. Reaksi ini membuat Leo merasa semakin cemas dan khawatir akan kondisi istrinya. Meskipun tidak diketahui secara pasti apa yang dipikirkan oleh dokter, namun dari reaksinya itu dapat diartikan bahwa ada sesuatu yang membuatnya khawatir tentang kesehatan Alana dan bayi dalam kandungannya. Hal ini tentunya menambah kekhawatiran bagi Leo dan membuatnya merasa semakin tidak tenang."Dalam kondisi kehamilan yang masih muda, seharusnya istri
"Leo-""Sstt!" Leo segera meletakkan jari telunjuknya di depan bibir ketika Damian datang dan berjalan ke arahnya sembari berbicara. Karena hal ini, Damian pun menghentikan ucapannya dan memperlambat serta memperhalus langkahnya. Sembari mendekat, matanya tertarik memperhatikan wanita yang tertidur di sofa dengan kepala di atas pangkuan Leo."Apa istrimu sakit?" tanyanya dengan suara lirih setelah duduk di depan Leo. Matanya masih memperhatikan wajah lelap Alana yang menurutnya sedikit pucat dan tampak sedikit lelah."Tidak, tapi dia tidak baik-baik saja," jawab Leo juga mengarahkan pandangnya pada wajah Alana.Damian menoleh dan memiringkan kepalanya sedikit, sedangkan matanya menyipit ketika mendengar perkataan Leo. Ia kemudian bertanya, "Ada apa?"Melihat ekspresi Damian yang penasaran, akhirnya Leo menceritakan tentang masalah yang dialami Alana. Dia bercerita tentang mimpi buruk yang membuat Alana ketakutan dan sulit tidur hingga pagi hari. Karena itu, Leo memutuskan untuk tidak
"Jangan bunuh anakku! Aku mohon," mohon Alana dalam rintih kesakitan dan tangis.Tenaganya telah habis dan suara tangisnya hampir tak terdengar lagi. Arga telah melakukan hal yang membuat dunianya runtuh dan tak berarti lagi. Meskipun ia memberontak dan menjerit, tak seorang pun yang bisa menolongnya. Hidupnya telah hancur dan kini ia berada pada titik terdalam kesedihan yang tak terbayangkan. Semua harapan dan impian yang pernah dimilikinya kini sirna, meninggalkan dirinya dalam kehancuran yang sangat menyakitkan. Alana kembali berteriak histeris sembari memberontak menggunakan sisa tenaganya. Meski merasa tidak lagi memiliki harapan karena Arga terus menghujam tubuhnya dengan maksud untuk membunuh bayi dalam perutnya, Alana, dia berharap masih memiliki harapan untuk menyelamatkan anaknya."Berhentilah melawan, Alana! Tidak ada yang bisa menyelamatkan anakmu," ujar Arga dengan bengisnya."Dasar bajingan! Aku bersumpah akan membunuhmu, Arga!" sumpah Alana.Plak!Arga kembali melayang