*Happy reading*"Tarik napas, sayang. Tenangin pikiran kamu dulu," ucap Bunda Reen. Saat Arletta melirik laptop lagi setelah diberi minum sebelumnya. Gadis itu terlihat beberapa kali menelan salivanya, seperti orang ketakutan.Lihatlah! Video itu baru sejenak berputar, dan hanya dengan beberapa ucapan Arnetta saja, efeknya sudah membuat Arletta hilang fokus seperti ini. Bagaimana kalau gadis itu lanjutkan? Apa ... depresinya tidak akan kambuh?Tetapi, kalau tidak di lanjut. Arletta sudah terlanjur penasaran, dan dia malah makin kepikiran jika digantung seperti ini lagi. Faktanya, pengakuannya tadi yang bilang sudah mendengar suara rekaman video Arnetta. Itu tak sepenuhnya jujur. Karena yang sebenarnya adalah, dia hanya minta Elkava menjelaskan garis besar maksud Arnetta saja.Kenapa Arletta melakukan hal itu? Karena ya inilah yang dia takutkan. Melihat dan mendengar suara Arnetta akan membuat depresinya kumat. Akan tetapi, kini sudah terlanjur di mulai, kan? Arletta tidak mungkin mun
*Happy Reading*"Segala harta kekayaan saya yang tertera pada pasal satu akan saya serahkan pada kedua putri saya. Yaitu, Arletta dan Arnetta," ucap pengacara keluarga Zavier kala itu. Setelah membacakan sederet kekayaan yang di miliki Jonathan Zavier. Ayah angkat si kembar."Adapun pembagiannya adalah, 60% untuk Arletta sebagai anak pertama dan 40% untuk Arnetta sebagai anak kedua. Dan mereka berdua berhak memiliki hak mereka itu ketika berusia 25 tahun." Pria itu melanjutkan. "Jika saat wasiat ini dibacakan kedua putrinya belum berusia seperti yang seharusnya. Maka sementara segala kekayaan akan di pegang oleh kakak saya, Jovan Zavier yang akan saya tunjuk sebagai wali kedua putri saya. Tetapi dengan catatan, harus mengembalikan semua ke pada Arletta dan Arnetta ketika usia mereka cukup tanpa mengurangi hak mereka sedikit pun. Namun jika Kak Jovan tidak bersedia menerima kewenangan ini. Maka akan di alihkan kepada adik saya, Joshua Zavier sebagai pemegang waris dan wali sementara s
*Happy Reading*Katakan Arletta gila, atau terlalu ceroboh. Akan tetapi, setelah berhasil mencerna semua yang terjadi dan mengingat tenggat waktu yang dia miliki. Dalam sela isak tangis setelah melihat isi rekaman Arnetta, Arletta memang memutuskan untuk menikah dengan Arkana secepatnya. Tidak tanggung-tanggung. Gadis itu bahkan meminta kepada Bunda Reen dan Ayah Yudis agar menyelenggarakannya esok harinya. Bukankah Ayah Yudis sendiri yang mengatakan, tinggal telepon doang kalau memang Arletta sudah setuju. Dan gadis itu akhirnya menagih ucapannya beberapa waktu lalu.Tentu saja, Ayah Yudis memang tidak keberatan. Bahkan, sangat senang dan langsung menghubungi Elkava untuk memberitahukan hal itu. Juga, kakek nenek Arletta, yang akhirnya malah meminta pernikahan di adakan di ruang rawat sang nenek. "Nak, selama ini Yang kung sudah melewatkan banyak hal tentang dirimu dan adikmu. Sudikah kiranya kamu memberi ijin Yang kung untuk menjadi wali pernikahanmu nanti. Yang Kung mohon," pinta
*Happy Reading*"Lagian aku juga gak mau sampai di pecat karena dituduh godain Mas. Karena aku ... kan hanya pembantu baru di sini." Arletta menambahkan masih dengan nada sindiran yang tak dia tutupi sama sekali.Setelahnya, dengan sengaja Arletta melepaskan cekalan tangan Arkana, kemudian melenggang santai melewati Deandra yang masih terdiam di tempatnya. "Sorry."Langkah Arletta terhenti setelah mendengar sebuah suara setelah satu langkah melewati Deandra. "Maaf, anda bilang sesuatu?" tanya Arletta melirik Deandra kembali. Gadis itu tak langsung menjawab. Dia mengigit bibir terlebih dahulu sebelum mendesah berat dan membalas tatapan Arletta. "Ya, gue minta maaf," ucapnya terlihat berat hati. "Minta maaf? Untuk?" Beo Arletta santai. "Untuk tuduhan gue kemarin. Uhm ... gue gak tahu kalau lo ternyata bukan pembantu baru di sini," jawabnya dengan mata berlarian ke sembarang arah. Tak berani menatap Arletta. "Ah, jadi lo udah tahu kalau gue bukan pembantu di sini?" ulang Arletta m
*Happy Reading*"Apa maksudnya ini?!" Tak lama setelah melihat cincin di jari manis Arletta, yang dikenalnya sebagai cincin turun temurun menantu di keluarga Hardikusuma. Ayah Deandra pun murka dan menghardik Arkana dengan keras."Jelas-jelas kamu selama ini pacaran dengan anak saya. Kenapa tiba-tiba kamu memberikan cincin itu padanya? Kamu mau mempermainkan anak saya, ya?!" tuduhnya kemudian. Sontak saja, tuduhan itu pun membuat keluarga Arkana dan keluarganya terkejut di tempatnya. Sementara Arletta sudah menatap tajam si kang photo mantan playboy."Tunggu dulu! Apa kata, Om? Pacaran? Siapa yang pacaran?" Arkana malah meminta penjelasan dari tuduhan ayah Deandra barusan. "Tentu saja kamu dan Deandra!"Hah?!"Apa, Om? Saya pacaran dan Deandra? Kapan? Saya kok gak tahu, ya?" tanya Arkana konyol. Tentu saja, ucapannya barusan menambah kemurkaan si ayah Deandra. "Apa maksud kamu? Kenapa bicara begitu? Kamu mau lari dari tanggung jawab, huh?!"Nah, sekarang tanggung jawab apalagi yan
*Happy Reading*Bugh!Arletta terkesiap saat tiba-tiba Ayah Yudis memukul wajah Arkana keras sekali. Suaminya itu bahkan sampai tersungkur di lantai akibat pukulan tadi. "Ayah sudah bilang sama kamu, Dewa. Jangan berani buat Bunda sakit lagi. Kalau tidak, ayah sendiri yang akan membunuh kamu!" ucap Ayah Yudis marah. Mencengkram kerah baju Arkana. Lalu kembali melayangkan beberapa pukulan lagi.Awalnya, Arletta ingin menolong kang photo yang kini sudah sah jadi suaminya. Akan tetapi, baru satu langkah lengannya sudah di tarik Gina. Gadis itu menggeleng, memperingatkan Arletta untuk tak ikut campur."Tapi, Gi--""Biarkan mereka, kak. Kita ke atas aja," ajak Gina kemudian, setengah menyeret Arletta agar mengikuti langkahnya. Aneh! Arletta merasa ini tidak wajar. Bagaimana mungkin hanya karena penyakit Bunda Reen yang tiba-tiba kumat. Ayah Yudis sampao semarah itu pada Arkana. Dan lagi ... apa kata ayah mertuanya tadi?"Gin, sebenarnya ada apa ini? Kenapa Ayah bisa semarah itu sama Mas
*Happy Reading*Awalnya, Arletta kira ucapan Arkana hanya sekedar canda seperti biasanya. Tahu sendiri kan, suaminya itu memang gemar berseloroh. Ternyata eh ternyata, kali ini ucapan pria itu serius.Mereka benar-benar harus LDR, karena Ayah Yudis mengusir Arkana malam itu juga. Ah, ralat. Bukan mengusir, tapi menyuruh pria itu pergi untuk segera mencari bukti untuk melawan tuduhan Deandra. Sementara Arletta, di minta tetap di rumah keluarga Hardikusima. "Ayah benar, Luv. Kamu memang sebaiknya tetap di sini menemani Bunda. Apalagi dengan kondisi Mas yang masih seperti ini. Mas belum bisa melindungi kamu, Honey," ucap Arkana. Setelah menceritakan titah Ayah Yudis paska memukulinya.Tadi Arletta sudah memeriksa semua luka di tubuh Arkana. Dan sangat bersyukur ternyata Ayah Yudis hanya memukuli wajah pria itu dan bagian-bagian yang jauh dari luka jahitan yang telah ada. "Aku bisa menjaga diriku sendiri, Mas," sahut Arletta seadanya. "Ya, tentu saja. Mas tahu, dan percaya akan hal itu
*Happy Reading*"Boleh kan, Luv. Ya? Ya? Ya?" Arkana masih membujuk dengan senyum mesumnya.Menggulir mata malas ke arah atas. Arletta pun mencubit pinggang si kang photo dengan gemas. Pria itu langsung mengaduh sambil mengusap-usap bekas cubitan Arletta. "Inget jahitan!" desis Arletta kesal. Membuat Arkana langsung manyun seperti anak kecil yang dilarang makan coklat."Pelit banget sih, Luv. Udah sah loh padahal." Pria itu mulai merajuk lebay. "Bukan pelit, ih. Tapi memang saat ini kan, kamu harus inget kondisi badan kamu sendiri.""Ya tapi--""Nanti aja kalau udah sehat. Bercinta tujuh musim pun aku ladenin," sela Arletta cepat. Membuat senyum Arkana seketika tercipta lebar."Janji, ya!" Arkana langsung antusias menanggapinya. Sayangnya, Arletta tidak memberi jawaban apa pun. Hanya menaikan bahu dan kembali meneruskan tugas yang tadi sempat terhenti. Faktanya, tadi itu Arletta hanya menjawab asal saja. Semuanya demi Arkana segera diam dan tak merajuk lagi. Lebih dari itu. Jangan