Home / Romansa / Harta, Tahta, My Anna / 2. Tuan Luis vs Tuan Gama

Share

2. Tuan Luis vs Tuan Gama

Author: Daisy
last update Last Updated: 2023-08-01 21:41:46

Kedua mata Luis menyipit dengan rasa penuh tanya melihat sosok lelaki bertubuh kekar dan berfaras dewasa sudah berdiri tegak di depannya. Keheranannya pun kian bertambah ketika Anna berlari dan bersembunyi di balik tubuh lelaki tanpa baju tersebut.

"Siapa dia, Ann? Kamu menyembunyikan lelaki di rumahmu?" tanya Luis sembari berusaha mendekat pada Anna.

Tahu bahwa perempuan yang berada di baliknya merasa takut, lelaki yang masih dipenuhi luka itu lantas menahan dada Luis agar berhenti mendekat.

"Pergilah dulu, kekasihmu sepertinya sedang takut padamu, memaksanya untuk bicara hanya akan memperkeruh keadaan."

"Dia bukan kekasihku!" sahut Anna cepat.

"Ann!" bentak Luis tak terima karena sahutan Anna sedikit banyaknya menjatuhkan harga dirinya sebagai lelaki.

"Aku mohon tahan dia untuk tidak mendekat, aku takut!" Anna berucap seraya mencengkram kuat lengan lelaki di depannya.

Dengan sedikit rintihan kecil dari luka yang sedikit terganggu, lelaki itu mengerti apa yang terjadi dan kembali melakukan perlindungan untuk Anna. Ia kembali menatap Luis yang masih menunjukan kemarahan.

"Pakai bajumu dan keluarlah dari rumah ini. Apa kamu tidak lihat dia sangat ketakutan? Kamu masih berani melecehkannya meski aku ada aku di sini?"

"Siapa kamu beraninya mengusirku, hah? Aku pemilik tanah ini dan aku bisa saja mengusir kalian sekarang juga."

Pernyataan Luis membuat sang lelaki mengulum senyum. Ia menatapnya dengan tenang, namun lebih tegas dari sebelumnya. "Kalau begitu aku juga bisa membelinya darimu detik ini juga," timpalnya tak kalah mengejutkan.

"Sebenarnya siapa kamu?" Luis bertanya seraya menatap Anna dengan senyum penuh curiga, "Apa karena ini kamu berani menolakku, Ann? Kamu tidak tertarik dengan hartaku karena sudah ada lelaki yang bisa memberikan semuanya padamu. Bagus! Seorang Anna menjadi simpanan lelaki beristri."

Tidak terima dengan ucapan yang dilontarkan oleh Luis, Anna melangkah maju dan dalam satu gerakan menamparnya sekeras mungkin.

PLAK!

"Kamu pikir aku tidak ada harganya?"

"Beraninya kamu, Ann! Das-"

BRUG!

Tubuh Luis tersungkur sebelum tangannya berhasil menyentuh Anna. "Kubilang pergilah! Memangnya apa masalahmu jika aku menjamin hidupnya? Dia kekasihku, aku berhak atas itu."

"Apa?"

Tidak hanya Luis, Anna sendiri pun terkejut dengan pernyataan itu. Ia menatap lelaki di depannya dengan rasa tak suka, namun di sisi lain, ia merasa lega karena Luis sudah benar-benar pergi meski Anna tahu bahwa kebencian mungkin sudah mendarah daging dari Luis untuknya.

"Kamu harus membayar semuanya, Ann."

Itu adalah kalimat terakhir yang diucapkan Luis sebelum benar-benar meninggalkan rumah.

"Ahhh ...." Rintihan dari mulut lelaki itu berhasil membuat Anna tersentak dan segera membantunya kembali masuk ke dalam kamar.

Dibaringkan kembali seperti sebelumnya. Anna tidak tahu apa yang membuat lelaki itu meringis, namun ia melihat bahwa tangan kanan sang lelaki sibuk memijat kepalanya sendiri.

"Apa kepala tuan sakit? Biar aku lihat."

Anna mencoba memeriksa semua yang ia tahu. Luka kemerahan seperti sebuah luka benturan itu mungkin menjadi penyebabnya. "Aku akan ambilkan obat dulu." Anna beranjak dari tempatnya.

Sepeninggal Anna, lelaki yang sudah sadarkan diri itu menelaah kesetiap sudut kamar. Tidak ada hal menarik selain dinding kayu tengah mengurungnya entah sudah berapa hari lamanya. Ia juga melihat pakaian yang sempat dikenakannya sudah menggantung rapi di salah satu bagian dinding.

Tidak ada lampu tidur, meja rias, lemari besar atau meja belajar untuk usia Anna yang diperkirakan olehnya. Tidak hanya ruangan, ia juga sudah tahu ada banyak luka di tubuhnya. Rasa sakit dari luka-luka itu mengingatkannya pada kejadian terakhir.

"Berbaringlah, biar aku obati lagi," ucap Anna setelah kembali dengan sebuah nampan kecil berisi obat-obatan herbal yang baunya cukup khas.

Tidak ada bantahan, lelaki itu berbaring dan membiarkan Anna mengobati kepalanya.

"Nama tuan siapa? Apa tuan ingat sesuatu?"

"Gama."

Jawaban singkat itu cukup membuat Anna terkejut dan sejenak menghentikan aktivitasnya. "Tuan Gama. Tuan mengingatnya? Apa tuan ingat tuan dari mana?"

"Maksudmu?"

"Ah, tidak. Aku pikir tuan hilang ingatan karena sudah tidak sadarkan diri tiga hari, itu pun setelah aku menyelamatkan tuan dan membawanya kemari."

"Tiga hari? Selama itu?" Gama sontak duduk tegak karena setengah tak percaya jika dirinya pingsan selama itu.

"Di mana kamu menemukanku? Dengan siapa aku saat itu? Apa yang aku bawa dan apa yang terjadi denganku?"

Gama menodongkan banyak pertanyaan pada Anna secara bersamaan. Anna yang gugup mencoba menganggukan kepalanya perlahan seolah meminta Gama untuk lebih tenang.

"Di sana, di-"

"Di mana?" potong Gama cepat membuat Anna gelagapan.

"Di sungai."

Jawaban itu lantas menimbulkan kerutan halus di keningnya. Keheranan jelas tergambar.. Semua yang ia ingat berbeda dengan apa yang diucapan oleh perempuan bernama Anna tersebut.

"Kamu yang menolongku?"

"Iya, aku dan ibuku."

"Namamu Anna?"

"Iya. Apa tuan tidak hilang ingatan? Tuan ingat sesuatu? Tuan tidak berpikir aku pelakunya, 'kan? Aku hanya menolong saja. Demi Tuhan!"

"Aku tidak hilang ingatan. Aku ingat semuanya, tapi, aku lupa kenapa aku bisa ada di sungai."

"Jadi, tuan tidak ingat apa pun bagaimana bisa terjatuh di sungai?"

"Tidak sama sekali. Anna, bisa jawab pertanyaanku lagi? Aku ing- ahhh!"

Rasa penuh antusias itu tampaknya membuat Gama kembali membuka luka-lukanya yang masih basah. Anna dengan refleksnya menyentuh kedua bahu Gama dan perlahan membaringkannya kembali.

"Istirahatkan saja dulu. Tuan baru saja sadar, pasti masih banyak rasa sakitnya. Setelah tuan pulih, akan aku ceritakan semuanya. Sebelumnya terima kasih sudah menolongku dari tuan Luis. Jika tuan tidak menolong, entah apa yang akan terjadi. Sekali lagi terima kasih banyak."

Entah mendengarkan atau tidak, namun tampaknya Gama masih sibuk menerka-nerka yang terjadi padanya, meski sesekali meringis kesakitan.

'Sungai? Kenapa bisa di sungai?' Gama menatap Anna yang tengah mengobatinya, 'Apa mungkin anak ini berbohong?' Gama bergumam dalam hati.

"Aku akan keluar dulu."

"Tunggu!" Gama menahan pergelangan tangan Anna dengan cepat hingga perempuan itu tetap berada di tepatnya, "Bisa temani aku sebentar saja? Sampai aku tertidur lelap?" pinta Gama membuat Anna sedikit tersipu dan salah tingkah.

Anna menurut, ia duduk kembali dan membiarkan Gama menggenggam tangannya agar bisa terlelap. Itu bukanlah hal aneh untuk Anna, selama Gama berada dalam perawatannya, lelaki itu selalu terbiasa tertidur dengan tangan saling menggenggam. Anna menganggap bahwa itu sebuah rasa trauma berat yang dialami oleh Gama.

Tatapan Anna begitu dalam, ia melihat wajah Gama setiap lelaki itu beristirahat.

'Apa setelah pulih kamu akan pergi dari sini dan tidak akan kembali? Apa bisa kamu lupa saja semuanya dan ... dan tinggal bersamaku? Aku butuh teman, aku butuh seseorang yang bisa menjagaku darinya.' Anna bergumam dalam hati.

Related chapters

  • Harta, Tahta, My Anna   3. Aku berbahaya

    Suara ayam berkokok membuat kedua mata yang tertutup rapat itu perlahan terbuka. Gama kembali mendapati pemandangan atap sederhana di depan matanya. Namun, kesadarannya mulai terkecoh oleh obrolan kecil seseorang di luar kamar. Dalam beberapa langkah, lelaki itu sudah mendekat ke ambang pintu, mendengar lebih jelas pembicaraan perempuan bernama Anna dengan seseorang yang belum ia ketahui. Tidak ada hal buruk yang ia dengar selain kekurangan ekonomi untuk menghadapi Luis. Ya! Luis, kejadian tak terduga membuat Gama mengetahui beberapa fakta tentang Luis. "Ya, sudah. Ibu akan siapkan makanan, Anna periksalah kondisi tuan Gama." Kalimat yang terdengar samar-samar itu sontak membuat Gama terkejut ketika pintu terbuka secara tiba-tiba. Baik Anna maupun Gama menjadi tersentak satu sama lain. "Tu-tuan sudah bangun?" "Sudah." "Istirahat saja lagi, sampai tuan benar-benar pulih." Gama tidak menolak, ia berjalan kembali dan duduk di tepi ranjang. Kini lelaki itu menatap Anna yang masih

    Last Updated : 2023-08-06
  • Harta, Tahta, My Anna   4.Pulanglah

    "Makanlah yang banyak." Gama mengangguk mengiyakan permintaan perempuan baruh baya yang baru saja ia ketahui bernama Lusi tersebut. Gama menatap satu demi satu semua menu yang tersaji di hadapannya. Tidak ada satu pun yang ia ketahui, selain sayur sup di mana terlihat beberapa potong wortel, kentang dan potongan tomat segar. "Kami tidak bisa menyajikan makanan mahal. Ini makanan seadanya, maaf jika tuan tidak terbiasa memakan semua ini," seru Anna tiba-tiba. Gama tampak tidak merasa canggung, lelaki itu tersenyum, lalu memakan habis satu mangkuk kecil sup yang sudah disediakan untuknya. "Enak," pujinya singkat, lalu menatap Anna lekat-lekat, "Anak-anak jaman sekarang mudah sekali tersinggung," sambung Gama kembali dengan sedikit pelan. Anna yang mendengar hanya diam dengan sedikit lirikan mata yang tajam. "Ibu memasak semuanya?" "Bukan. Anna yang memasak semuanya setiap hari. Ibu sangat lelah, jadi biasanya akan tertidur setelah kembali dari kebun." Gama kemudian melirik Anna

    Last Updated : 2023-08-06
  • Harta, Tahta, My Anna   5. Pulang

    Gama membuka jendela kamar di mana Anna sudah sibuk memotong kayu dengan sebilah kapak. Melihat matahari tampak sudah cukup terik, Gama bisa menerka bahwa Lusi sudah tidak berada di rumah. Untuk beberapa saat Gama memilih untuk tetap memperhatikan Anna dari balik jendela. Gurat senyumnya terlukis ketika mengingat perkataan Lusi di mana membeberkan fakta bahwa Anna jatuh hati saat dirinya tidak sadarkan diri. "Anak itu." Gama berucap dengan nada meremehkan, namun setengah merasa salah tingkah dan cukup gemas. Ia tidak menyangka akan disukai perempuan yang usianya cukup jauh di bawahnya. "Perlu bantuan, Nona kecil Anna?" godanya berhasil membuat sang empu menoleh dan segera membelakangi sumber suara. Merasa tidak puas godaannya diabaikan, Gama lantas keluar dan berdiri di samping Anna yang masih sibuk memotong kayu. Dari wajahnya sudah bisa ditebak jika perempuan berkaos polos dan rok panjang itu menahan kesal. "Biar aku bantu, Nona." Anna menepis tangan yang berniat mengambil ali

    Last Updated : 2023-08-09
  • Harta, Tahta, My Anna   6. Dasar Jal-ang!

    Gama duduk di sebuah kursi besar yang terletak tepat di depan jendela kaca kamarnya. Sudah satu minggu lebih kepergian lelaki itu dari kediaman Anna yang membawanya pulang dan lupa kembali sekedar untuk berpamitan pada sosok penolong tersebut. Rasa bahagia bertemu dengan keluarga tercinta nyatanya sedikit berbeda. Gama merasa ada sesuatu yang kurang, yang mengganjal di hatinya seperti sebuah berat hati. Ada rasa bersalah karena tidak berpamitan pada Anna dan Lusi, meski Gama tahu bahwa kepergiannya sangat diinginkan oleh Anna, namun tetap tidak mengurangi jasa dan hutang nyawa atas pertolongan Anna. Lamunan Gama mengenai kebersamaannya dengan Anna bahkan membuatnya tidak sadar jika perempuan tua sudah berjalan mendekat ke arahnya dengan raut wajah penuh tanya. "Gama, ada apa, Nak? Ibu perhatikan semenjak kamu kembali, kamu banyak melamun."Gama tersentak dan menoleh pada sosok yang ternyata adalah Dena sang ibu. Tidak ada jawaban langsung yang diberikan Gama, lelaki itu hanya diam

    Last Updated : 2023-08-16
  • Harta, Tahta, My Anna   7. Kamar mandi

    Sinar matahari menerobos masuk celah jendela kaca yang terbuka. Pantulan cahaya hangat itu perlahan membuka mata lelaki yang semula masih menutup mata rapat-rapat.Suara gorden yang terbuka tidak sedikit pun membuat lelaki bernama Gama itu terbangun, begitu pula dengan suara langkah kaki yang berirama senada seperti sebuah ketukan heels yang anggun. "Apa kamu tidak akan bangun?" Bukan sinar matahari, bukan suara gorden, tidak pula dengan suara ketukan langkah kaki, namun sentuhan lembut pada pipi membuat Gama terbangun seketika. Mata yang masih tampak berat mencoba menelaah sosok yang tengah duduk di tepi ranjang tepat di depannya. "Mona." Gama berucap seraya membenarkan posisinya hingga duduk dengan tegak. "Bagaimana keadaanmu? Aku menunggu kemarin. Ibumu bilang kamu akan datang, ternyata tidak.""Aku minta maaf, aku masih sedikit lelah. Jadi, aku memutuskan untuk beristirahat lebih lama.""Aku tahu itu. Aku senang kamu kembali, Gam," ucapnya seraya mengusap punggung tangan Gama.

    Last Updated : 2023-09-03
  • Harta, Tahta, My Anna   8. Ikutlah denganku

    Anna membuka matanya secara perlahan ketika mendengar suara air yang sedang diaduk dalam gelas. Tatapan Anna tertuju langsung pada sosok lelaki yang tengah duduk di samping ranjangnya, perlahan ia terkejut ketika menyadari bahwa lelaki itu adalah Gama. "Tuan Gama?" "Sudah bangun? Lama sekali tidurnya.""Tu-tuan ada di sini? Di rumahku?" "Iya, ini rumahmu, aku tidak akan mengaku."Seolah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sendiri, Anna melirik setiap sudut ruangan, lalu menatap Gama lekat-lekat.PLAK!"Shit! Apa kamu gila? Kenapa tiba-tiba menamparku, hah?" sentak Gama ketika pipinya secara tidak terduga mendapat tamparan keras dari Anna. Anna yang terkejut menutup mulutnya dan segera mengusap pipi Gama seraya meminta maaf. "Maaf, aku pikir aku hanya berhalusinasi. Sekali lagi maaf."Gama dengan cepat menepis sentuhan Anna di wajahnya, lelaki itu masih menunjukan gelagat tak suka. "Sudah jelas aku ada di depan mata, halusinasi apanya?""Maaf.""Minumlah!" titah Gama seraya me

    Last Updated : 2023-09-04
  • Harta, Tahta, My Anna   9. Jangan, Luis!

    Anna menggenggam kuat tangan sang ibu di hadapan Gama yang baru saja menjelaskan keinginannya untuk membawa mereka keluar dari desa tersebut. Tidak main-main dan tidak hanya sebatas kata, Gama bahkan sudah menyiapkan semuanya untuk menjamin tidak ada penahanan apa pun dari orang yang merasa memiliki hak atas utang piutang keluarga Lusi. "Apa tidak akan ada masalah berkepanjangan dan tidak memberatkan tuan juga?" Gama menaruh sebuah kartu berwarna hitam di atas meja. "Permasalahan kalian tentang uang, 'kan? Aku bisa melunasi semuanya. Kalian tenang saja."Lusi melirik Anna, lalu menatap Gama lekat-lekat. "Nominalnya tidak sedikit, itu pasti akan memberatkan tuan. Aku rasa tidak perlu, Tuan.""Aku bisa menangani semuanya.""Apa alasan tuan sampai sebaik ini pada kami?" Pertanyaan Lusi membuat Gama dengan spontan menatap Anna yang tampak masih ragu-ragu dan cemas. Lelaki itu pun tersenyum sembari beralih menatap Lusi. "Anggap saja ini tanda terima kasihku. Aku tahu kalian membantu dan

    Last Updated : 2023-09-04
  • Harta, Tahta, My Anna   10. Calon suami

    BRUAKK!Pintu terbuka di mana Gama tanpa basa-basi menarik tubuh Luis yang masih berbaring di atas tubuh Anna. Tidak terhitung seberapa banyak pukulan yang di daratkan oleh Gama pada Luis saat Lusi membantu Anna keluar dari dalam kamar. "Benar-benar lelaki tidak tahu malu. Beraninya melecehkan perempuan di depan ibunya sendiri. Apa pikiranmu tidak disisakan untuk menyimpan akal sehat?" hardik Gama seraya terus menghajar Luis. Meski bobot tubuhnya tidak sebanding dengan Gama, Luis tampaknya tidak ingin kalah. Ia berbalik menyerang Gama setelah berhasil mendorongnya. "Kamu yang tidak tahu malu, jika sosok tidak tahu malu sepertimu tidak datang, hubungan kami tetap seperti biasa. Tapi, apa? Kamu akan membawa calon istriku ke kotamu dengan seenaknya."Gama menyunggingkan sudut bibirnya, lalu menahan pukulan di udara saat melihat bagaimana Luis sudah setengah tak berdaya. "Aku tahu apa yang ada dalam otak lelaki sepertimu. Jadi, jangan merasa paling tersakiti. Cobalah yang lihat yang leb

    Last Updated : 2023-09-04

Latest chapter

  • Harta, Tahta, My Anna   35. Pilihan hati

    Seperti hari sebelumnya, Gama kembali bekerja ditemani Anna yang masih perlu mempelajari banyak hal tentang dunia perusahaan. Kehadiran Anna di perusahaan itu tampaknya memberi dampak baik bagi Gama, khususnya suasana hati yang juga turut dirasakan oleh para karyawan-karyawannya.Sikap dingin Gama jauh lebih memudar setiap kali sosok Anna ikut serta di sesi rumitnya pekerjaan kantor. Bahkan Gama terlihat tidak sungkan memamerkan kemesraannya pada Anna. Dia tidak peduli meski Anna menunjukkan gelagat tak nyaman setiap lelaki itu mencoba mengikis jarak."Pakaikan!" pinta Gama membuat Anna mengerutkan dahi keheranan.Bukan tanpa alasan, Anna merasa heran karena dasi berwarna hitam itu semula sudah terpakai rapi di dada kekasihnya. "Aku? Pakaikan dasi? Aku tidak bisa. Aku tidak pernah memakaikan itu.""Ya, sudah belajar sekarang."Melihat situasi lift yang kosong, Anna diam sejenak, lalu menoleh kembali pada lelaki di sampingnya. "Nanti saja kalau sudah di ruanganmu," ucapnya."Memangnya

  • Harta, Tahta, My Anna   34. Hilang kendali 21+

    "Terima kasih untuk hari ini, Ann. Maaf harus menceritakan hal kurang menyenangkan. Semoga itu tidak merubah pertemanan kita. Aku tidak terlihat berlebihan sebagai seorang lelaki, 'kan?" ucap Alex dengan sedikit nada menggoda. Anna tampak tersenyum lebar. Telapak tangannya mendarat di bahu lelaki di depannya dengan cukup keras. "Tidak sama sekali. Lagi pula itu tidak berlebihan menurutku. Aku justru senang kamu mempercayaiku untuk mendengarkan semuanya, walau pun aku tidak pandai memberi saran. Tapi, setidaknya aku senang sudah dipercaya." "Apa kalau begitu artinya aku harus terus sedih agar kamu senang mendengar ceritaku?" Pukulan Anna kian lebih keras untuk kedua kalinya. Kali ini dengan tatapan tajam setelah mendengar penuturan Alex terhadap ucapannya. "Bicara apa kamu ini. Jangan, jangan terlalu larut. Aku ada kapan pun kamu inginkan. Telingaku memiliki kapasitas luas untuk cerita-ceritamu." "Bisa saja. Belajar dari mana perempuan kecil sepertimu bisa berkata begitu, hah?" "K

  • Harta, Tahta, My Anna    33. Boleh memelukmu?

    Pagi menjelang, bukan sinar matahari yang membangunkan Anna dari tidur, tetapi suara pintu tertutup dan aroma bunga yang baru saja menyeruak ke setiap sudut kamarnya. Anna mulai bangkit dan kedua matanya langsung tertuju pada segunduk besar bunga mawar putih yang berada di atas meja. Pemandangan indah itu berhasil menciptakan senyum manis di wajah cantik Anna yang beberapa saat lalu sempat dilanda kesedihan. 'Menikahlah denganku, Anna.' Senyuman Anna kian mengembang setelah membaca isi pesan singkat yang terselip di antara bunga berwarna putih tersebut. Anna duduk cukup lama seraya menatap objek yang sama. Namun, pikirannya masih saja bergelut pada permasalahan sebelumnya. Ia sadar bahwa ibu dari Gama tidak menyetujuinya. Namun, ia sadar bahwa dirinya mencintai Gama seperti Gama memperlakukannya dengan sangat tulus. Tatapan fokus Anna pada bunga mulai teralihkan oleh sebuket bunga yang tiba-tiba mendarat di roof top kamarnya setelah terbentur jendela cukup keras. "Alex," seru An

  • Harta, Tahta, My Anna   32. Lupakan pernikahan!

    "Maaf semua tidak sesuai janjiku, Ann." Setelah sekian lama perjalanan tidak terdengar suara, Gama akhirnya memecah keheningan karena tidak tahan melihat kekasihnya diam seribu bahasa. Ada banyak hal yang mengusik ketenangan Anna setelah pertemuan dengan dua perempuan yang ia pikir akan memahami posisinya. "Ann?" sebut Gama lebih keras hingga Anna berhasil menoleh dan menunjukan ekspresi bingung. Gama yang paham pun ikut tersenyum tipis. "Maaf semua tidak sesuai perkataanku. Aku tidak menyangka jika ibu dan Mona bisa merendahkanmu sampai seperti itu."Anna mengangguk dengan senyum getir. "Tidak apa-apa. Itu memang fakta. Mana bisa aku marah.""Ann, kamu tidak begitu.""Benar kata ibu. Aku tahu sekarang kenapa ibu tidak setuju dengan hubungan kita.""Ann, aku mohon jangan bilang begitu. Keputusanku tidak akan berubah.""Tuan, kita jangan bicarakan ini. Aku ingin istirahat, rasanya sangat lelah," timpal Anna berusaha mengalihkan.Gama tidak lagi kukuh saat Anna berusaha menghindari se

  • Harta, Tahta, My Anna   31. Ibu?

    Hari yang telah ditunggu oleh Anna dan Gama akhirnya datang. Anna tampak cantik dengan dress yang telah dipilihkan langsung oleh Gama. Dress berwarna sage itu berhasil membuat warna kulit Anna kian cerah dan lebih terkesan ceria. Tidak terhitung seberapa rasa senang yang tengah menyelimuti Gama dan Anna, rasa cemas jauh lebih besar bagi Anna. Ia tidak bisa menyembunyikan perasaan itu dari kekasihnya yang sudah memperhatikan sikap gugupnya. "Segugup itu, Ann?" tanya Gama tiba-tiba. Anna mengangguk cepat. "Iya. Bagaimana jika aku bersikap buruk di depan keluarga tuan?" "Ann, di rumah hanya ada ibuku. Jadi, kamu tidak perlu segugup itu. Semua akan baik-baik saja." "Begitu, ya?" "Tapi, rencananya hari ini aku akan bicara juga dengan Mona. Ya ... sekaligus memperkenalkanmu padanya. Tidak apa-apa, 'kan?" lanjut Gama memberi tahu niatnya pada Anna. Anna kembali mengangguk-anggukan kepalanya. Ia hanya mengiyakan apa yang Gama rencanakan. Sepenuhnya Anna percaya pada Gama, meski kecemas

  • Harta, Tahta, My Anna   30. Menikahi Anna?

    Sepanjang perjalanan menuju rumah, Gama tidak berhenti tersenyum bahagia. Terlihat jelas bahwa lelaki itu sangat senang dengan niat yang akan dilakukan pada Anna. Ia sudah siap membawa Anna ke hadapan sang ibu untuk meminta doa restu, meski kemungkinan sangat sedikit karena hubungannya dengan Mona. Tapi, Gama sudah merencanakan tahap lain agar pernikahan itu terjadi. Di tengah rasa bahagia yang menguasai. Gama dibuat heran oleh Anna yang sibuk mengotak-atik kain di lehernya. Perempuan berbalut dress biru itu tampak risih dan sibuk sendiri. "Ada apa, Ann? Apa lehermu gatal?" Tanpa menjawab pertanyaan Gama dengan ucapan, Anna menatap tajam, lalu membuka kain yang menunjukan sebuah bekas kemerahan akibat ulah dari Gama. Gama sontak tertawa melihat raut kesal Anna terhadapnya, belum lagi tanda merah kecil yang membuat Anna menyatakan perasaan terhadapnya. "Kenapa tertawa? Apanya yang lucu. Bagaimana jika ibuku lihat? Habis aku dimarahi," dengus Anna. "Coba pakai alas bedak. Itu past

  • Harta, Tahta, My Anna   29. Menikahlah denganku!

    Suasana ruangan pagi itu terasa sedikit menegang. Kemewahan ruang makan menjadi tidak ada artinya bagi Mona yang masih mencoba membeberkan semua kabar tentang hubungan Gama dan Anna di hadapan Dena. "Siapa yang memberimu kabar kalau Gama pergi ke luar untuk pekerjaan membawa perempuan bernama Anna itu?" Mona dengan cepat menaruh beberapa lembar foto di mana menunjukan kebersamaan dua sejoli di dalam sebuah minimarket, dalam mobil dan di halaman rumah milik Gama. Dena menelaah satu demi satu foto tanpa memberi ekspresi apa pun. Ia tidak tahu harus berkata apa lagi pada anaknya yang lagi lagi sulit dikendalikan. "Mereka tinggal satu atap, Bu. Apa ibu tidak tahu?" Mona menambahkan kabar yang tidak kalah mengejutkannya. "Satu atap? Maksudnya ini menjadi alasan Gama tidak pernah pulang ke rumah ini? Dia sudah hidup dengan perempuan yang usianya jauh lebih muda?""Iya, Bu.""Apa anak itu seorang pekerja dunia malam? Kenapa Gama bisa tertarik dengan seseorang yang tidak jelas bibit bobo

  • Harta, Tahta, My Anna   28. Ann, boleh?

    Selama Gama melakukan meeting, Anna hanya duduk di salah satu kursi yang tersedia untuk menunggu Gama membutuhkan bantuannya. Saat itu, Anna mulai melihat sisi lain lagi dari seorang Gama. Tidak salah jika Gama dikenal bos yang tegas dan cukup digemari. Anna yang tidak begitu paham dunia barunya itu pun dibuat kagum. Cara Gama menjelaskan proyek dan planningnya terhadap client sangat menarik dan tidak membosankan, namun sangat mudah dipahami. Cukup lama membahas untuk program kerja sama, Gama akhirnya menutup pertemuan saat melihat kekasihnya duduk dalam keadaan tertidur. "Saya rasa semua sudah cukup jelas. Kesepakatan kita sudah ada dalam kertas kerja sama. Sisanya, kita hanya tinggal survei langsung ke lapangan. Bagaimana?" tutur Gama mendapat anggukan setuju dari beberapa orang client. Uluran tangannya pun disambut hangat. "Terima kasih Pak Gama. Asisten saya akan segera mengubungi asisten ...." Lelaki paruh baya yang menjadi client Gama menggantung kalimatnya saat menyadari ba

  • Harta, Tahta, My Anna   27. Luar Kota dengan kekasih

    Hari pertama bekerja cukup berkesan bagi Anna. Ia diajak berkeliling oleh Gama, ia juga diberikan penjelasan tentang hal-hal yang perlu ia kerjakan. Ternyata, Anna hanya diperlukan saat Gama memerintah. Namun, ia juga diberikan pelajaran bagaimana mengerjakan urusan sederhana di perusahaan tersebut. Menghabiskan banyak waktu di kantor, Gama dalam perjalanan pulang bersama Anna menuju ke kediaman yang sama. Rasa lelah Anna setelah banyak berinteraksi dengan orang lain membuat perempuan itu tidur lelap dalam mobil. Gama hanya tersenyum, bahkan lelaki itu dengan sigap membopong tubuh kekasihnya menuju kamar untuk langsung beristirahat. Di dampingi Lusi, Gama membuka sepatu dan menyelimuti sebagian tubuh Anna. "Aku ke kamar dulu, Bu. Anna mungkin sedikit kelelahan hari pertama bekerja. Biarkan saja dia istirahat dulu." "Iya, Tuan," timpal Lusi seraya tersenyum hangat menatap kepergian tuan rumah itu dari hadapannya. Setelah memastikan Gama benar-benar telah turun dan ke kamarnya, Lusi

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status