แชร์

Bab 8: Ungkapan Hati Azizah

ผู้เขียน: Bemine
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2022-11-19 14:23:44

Dug Dug Dug

Adam tidak bisa menghentikan debaran nan kuat itu saat melihat wajah bersih dari pemuda yang ada di dalam gambar. Dialah anak dari toke emas lain di Aceh yang setara dengan Toke Sofyan, bahkan sepengetahuan Adam Teuku Idris sudah mulai merambah bisnis emas yang lebih milenial saat ini.

Adam pun pernah melihat pemuda ini di sekolahnya, mengantar salah satu guru dengan pajero putih hingga para siswi di sekolahnya terlena cukup lama. Ya, Teuku Idris— putra dari Bu Erna dan Toke Surya merupakan pria muda yang membuat pria lainnya seperti Adam merasa rendah diri.

Kini, dia dihadapkan dalam pertarungan langsung dengan Idris, pemuda kaya raya yang bisa memenuhi semua tuntutan dari Toke Sofyan. Adam merasa kalah sebelum bertanding. Sudah sebulan lebih berjuang, di tangannya tergenggam tidak lebih dari lima belas mayam, sedangkan Teuku Idris, bisa menyanggupi hingga satu kilogram tanpa rasa keberatan. Tragis, Adam merasa segalanya tidak adil.

Di antara semua gadis, kenapa harus Azizahnya?

Bibir Adam menyunggingkan sebuah senyum meski perasaannya bagaikan tercabik-cabik mendapati kenyataan nan rumit ini.

“Abang, kapan bisa melamar Azizah? Teuku Idris dan keluarganya, ingin segera melamar. Mereka mengaku, menyanggupi berapapun mahar untuk Azizah. Tapi, Azizah tidak bersedia kalau bukan dengan Bang Adam. Karena itu, Azizah datang dengan Naya, membicarakan hal ini secara langsung.”

Tutur Azizah mendayu di tengah hiruk pikuk para pengunjung restoran itu. Mereka yang sebagian besarnya sibuk menikmati makanan, tidak sempat memedulikan kondisi memprihatinkan di antara Adam dan Azizah.

“Abang?” Azizah kembali bersuara. Air matanya mulai menggenang di pelupuk. Sebelum sempat membasahi pipi, Azizah lebih dulu menyeka dengan sapu tangan putih yang dibawanya. “Apa masih mungkin untuk Azizah berharap?”

“Abang masih punya waktu sebulan lagi, Zizah. Abang pasti akan berusaha untuk mendapatkan sisanya.” Adam mencoba mengontrol diri.

Bibirnya dipaksakan untuk mengucapkan kata pahit nan memalukan ini. Sungguh, dia bukanlah pria sejati, hingga ingin melamar pujaan hati saja dirinya tidak punya kemampuan.

“Tapi ayah sudah tidak mau menunggu selama itu, Bang.”

“I-itu kesepakatan antara ....”

“Azizah tahu, tapi ayah tidak mau menunggu lagi. Minggu depan, orangtua Abang Idris datang ke rumah, dan Azizah akan resmi dilamar mereka. Azizah sudah menegaskan kalau lamaran dari Bang Adam tidak seharusnya ditimpa dengan lamaran yang lain, tapi bagi ayah, sebenarnya Abang Adam sudah ditolak sejak hari itu,” ujar Azizah sebelum kemudian dia menutup wajahnya.

Bibir Azizah mulai bergetar, isak tangisnya tergambarkan melalui pundak yang bergetar. Aziah tidak bisa menghentikan perasaan yang saat ini mengoyak hatinya, memecah dadanya dan menghancurkan harapannya yang hanya secuil.

Begitu pun dengan Adam. Pria itu tertegun cukup lama mendengar penuturan dari gadis yang ingin dijadikan istri.

Mereka berbagi rasa sakit dalam diam, menikmati gejolak cinta yang akan sirna karena harta. Baik Adam atau Azizah, tidak ada yang bersuara, selain deru napas, isak tangis nan pilu dan remasan jemari di atas meja yang menjadi penyuara akan luka yang mereka rasa.

“Cengeng!” Naya kemudian berceletuk lagi.

Tubuhnya berputar, tangannya terangkat ke udara. Naya berseru di tengah kegelisahan yang melanda, “Bang, aku pesan jus jeruk dan bakso beranak, ya? Abang ini yang bayarin!” Dia menunjuk Adam.

“Oke, Siap, Dek!” balas pria dengan celemek di pinggangnya. Siapa yang peduli dengan rasa sakit dua insan ini?

Setelahnya, Naya kembali berbalik arah. Dia mengitari Azizah dan Adam bergantian melalui sorot mata, kemudian menggeleng kesal.

“Orang dewasa itu cengeng, ya? Aku kira, mereka akan lebih tegar saat menghadapi masalah. Tapi, malah enggak ada bedanya dengan siswi SMA yang putus cinta.”

Azizah merenggangkan tangannya yang sedari tadi menutup wajah, pun Adam yang mulai melirik Naya. Gadis muda itu manyun luar biasa. Dia meraih kerupuk kulit dari keranjang di depan Adam, merobek plastik dan mengunyah isinya dengan cepat.

“Kalau aku yang jadi Kak Azizah, aku pasti bantuin Pak Adam cari modal nikah, bukannya cuma duduk nuntut siang dan malam.” Naya mengomeli Azizah seraya menatap Adam. Lalu, berganti arah, dia melirik Azizah untuk membicarakan Adam . “Kalau aku jadi Pak Adam, mending aku mundur dari lama. Lagian, menikah kalau orangtuanya enggak sreg sama aku, sama saja melempar diri ke jurang. Bukannya selamat dan bahagia, yang ada mati pelan-pelan karena tersiksa.”

Naya berhenti sesaat, bibirnya komat kamit menguyah kerupuk kulit gurih dan renyah. “Kalau mau sama Pak Adam, Kak Azizah usaha juga. Ambil tabungannya, biar bisa beli emas untuk nikahan. Kalau cuma merengek begini, siswi SMA pun bisa!”

Celetukan Naya nyatanya menggores perasaan Azizah. Gadis itu buru-buru menarik tasnya dari meja, kemudian meninggalkan Naya dan Adam begitu saja.

“Zizah?”

“Enggak usah dipanggil, Pak. Memangnya Kak Zizah mau kemana? Pasti nungguin di dekat motor juga, tuh. Mending, Bapak duduk dulu, biar aku bantu cari solusinya!” Naya berkata seraya tersenyum.

Lengkungan di bibirnya memanjang saat pria muda datang membawa nampan berisi pesanannya. Satu gelas jus jeruk nan segar dan semangkuk bakso gendut yang mengepulkan asap tersaji, membuat manik mata Naya melebar cepat.

“Pak, mau dengerin aku, enggak? Aku punya cara buat Bapak dan Kak Zizah,” imbuhnya dengan senyum yang nakal.

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 9: Misi Bersama Naya

    “Kamu ngomongin apa sama Bang Adam tadi, Nay?” Azizah menelisik dari arah punggung.Dia yang diboncengi Naya sejak datang dan pulang, tidak bisa melepaskan pikiran dari Adam dan Naya. Keduanya terlibat perbincangan yang begitu serius saat dirinya keluar dari restoran karena tersinggung dengan ucapan dari Naya.Saat itu, Azizah yang terlanjur mengikuti perasaannya, hanya bisa mengintip Adam dan Naya. Membawa rasa penasaran yang dalam akan apa yang mereka bicarakan hingga Naya baru keluar dari restoran tiga puluh menit kemudian. Lebih dari itu, Azizah merasa cemburu, sebab wajah Naya menunjukkan kepuasaan yang teramat dalam.“Nay? Kalian ngomongin apa?” tuntut Azizah lagi.Dia sengaja mengintip ekspresi Naya dari spion kanan. Wajahnya yang tertutup helem bogo milik Naya malah terpatut di spion, namun dia tidak berhasil menemukan yang dicarinya.“Kak, minggirin wajahnya, spionku kehalang tahu!” sungut Naya, masih mencoba mengulur waktu untuk menjawab Azizah.“Kakak penasaran, Nay. Kalian

    ปรับปรุงล่าสุด : 2022-12-03
  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 10: Permintaan Naya yang Tidak Masuk Akal

    Toke Jaya melipat bungkus nasi padang yang baru dibelinya. Baru sesuap kecil dan itu tidak sempat dinikmati dengan nyaman. Toke Jaya tidak bisa merasa tenang jika harus berhadapan dengan gadis kecilnya yang telah remaja— Naya. Apa lagi, di belakangnya muncul seorang pemuda rupawan yang serupa dengan lelaki impian Naya. Bentuk wajah, postur tubuh serta ekspresi, semua poin-poin yang melekat di Adam itu selalu disebutkan Naya sebagai lelaki idamannya jika akan menikah nanti.“Jadi, dia ....”“Yah, emas yang ini buat Naya!”Mata Toke Jaya seketika membeliak tidak percaya. Sergahan yang melesat dari bibir ranum anak gadisnya membuat seorang pengusaha ternama sepertinya juga bisa tercengang.Dia bisa menebak sesuatu yang ada di dalam kotak itu, namun Toke Jaya belum mampu menerka berapa harga isinya. “Berapa mayam, Nay?”“Seratus, Yah!” ungkap Naya sembari mengeluarkan untaian kalung rantai dari dala

    ปรับปรุงล่าสุด : 2022-12-04
  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 11: Mencoba Sekali Lagi

    Wajah Adam memucat saat mendapati Toke Sofyan masuk ke ruang tamu rumahnya yang megah. Dia duduk dengan cara menghempas tubuh sampai bunyi berderak terdengar.Ketidaksukaannya terhadap Adam terasa samar dibanding sebelumnya. Ekspresi Toke Sofyan kali ini jauh berbeda dengan apa yang dihadapi Adam sebulan lalu. Toke Sofyan terlihat bahagia, hingga bersenandung pelan, mendendangkan irama lagu bungong jeumpa sendirian di sofa.Tidak ada sang istri, atau Azizah. Toke Sofyan sendiri yang menyambut kehadiran dari pemuda yang ingin melamar Azizahnya untuk kali kedua. Bibirnya terus melengkung, sesekali mencebik, sesuai dengan suasana hatinya.“Duduk!” perintahnya tanpa ada kesan ramah.Melihat itu semua, Adam menghela napas. Langkah Adam mencoba menduduki sofa megah yang pernah menjadi saksi atas luka yang dirasa. Di dekatnya, Teungku Imum berbisik pelan, “Sudah sampaikan pada Azizah, Dam?”Adam mengangguk pelan. “Ta

    ปรับปรุงล่าสุด : 2022-12-05
  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 12: Bangkit, Dam!

    Toke Jaya menunggu dengan sabar. Pemuda yang baru saja kehilangan impiannya itu meringkuk tidak berdaya di atas sofa ruang kerjanya yang mulai kusam. Ekspresi Adam sudah menjelaskan semua hal yang ingin diketahui oleh Toke Jaya tanpa harus bertanya.Toke Jaya memilih menyesap lagi kopi hitamnya yang nikmat. Lalu, memandangi bergantian antara cangkir kopi dengan Adam yang diam di sofa.Di mata Toke Jaya, keduanya terlihat mirip. Bibir hitam Toke Jaya melengkung sesaat, telunjuknya mengitari bibir cangkir yang basah dengan cairan hitam beraroma pekat.“Kamu tahu, Dam ... nasibmu itu seperti kopi di mata orang yang tidak menyukai kopi.”Adam menoleh sejenak, setelah menemukan keberadaan Toke Jaya, dia kembali memejamkan mata. Ingin dirasakannya ketenangan dari apapun yang ada di sekitar, termasuk Toke Jaya sekalipun.“Kamu itu, ditolak, bukan berarti kamu buruk. Kalau orangnya tidak suka kopi, mau diceritakan nikmatnya segelas kopi p

    ปรับปรุงล่าสุด : 2022-12-06
  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 13: Pertemuan Menyakitkan

    Mereka terlibat dalam pertempuran sorot mata dalam hening. Baik itu Naya atau Adam sekalipun, sibuk memandang. Naya menyoroti Adam, sedang pemuda itu menjatuhkan pandangannya pada seorang pemuda nan gagah di belakang Azizah.Pemuda yang disebut oleh Toke Sofyan sebagai orang yang paling tepat untuk Azizahnya itu, kini hanya berjarak tiga meter darinya. Dia baru saja menuruni mobil pajero yang berharga fantastis, kemudian membukakan pintu untuk wanita yang berumur namun tetap terlihat menawan dalam balutan gamis gelap serta kerudung panjangnya.Wanita itu menggenggam satu tas mungil yang berkilauan saat binar matahari menimpa. Indah, dan tentunya menjelaskan stratanya kepada siapapun yang melihat.“Pak! Syarat apa yang Bapak terima dari ayah kemarin, huh?” cerocos Naya di tengah gemuruhnya dada Adam. Gadis itu tidak mau menunggu lebih lama, mengingat jika dia merasa dikhianati oleh Toke Jaya. Seharusnya, kemarin, saat keduanya berbicara

    ปรับปรุงล่าสุด : 2022-12-07
  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 14: Syarat

    “Ayah!” Naya berseru begitu mendapati keanehan dari cara bicara Adam terhadap Toke Jaya.Gadis muda itu meringsek masuk, melewati Adam hingga berhadapan langsung dengan pria yang darahnya mengalir di dalam tubuhnya. Naya mengangkat dagu, menatap balik paras tirus dari Toke Jaya tanpa rasa gentar sedikitpun.“Ayah harus jelasin ke aku!” tuntutnya.“Jelasin apa, Naya? Kamu ini ... sekolah saja yang benar, ya? Jangan mikirin urusan orang dewasa. Kalau sudah kuliah nanti, Ayah belikan mobil yang kamu mau. Sekarang, kamu keluar dulu!” balas Toke Jaya.Pria itu memutar paksa tubuh Naya walau gadis itu meronta. Baginya, pembiaraan nan rahasia antara dirinya dan Adam tidak boleh terdengar oleh siapapun, walau hanya seekor semut. Segalanya begitu rahasia dan harus dijaga agar tidak mengundang petaka.Toke Jaya mendorong pelan tubuh anak gadisnya melewati Adam, menyebabkan kaki gadis itu menggesek lantai hingga bunyi yang

    ปรับปรุงล่าสุด : 2022-12-07
  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 15: Perasaan Dua Anak Adam

    Langit kebiruan di puncak kepala dua anak adam itu menandakan malam yang mulai menggantikan siang. Keduanya berjalan di antara selipan motor dan mobil yang berlomba-lomba mencapai sarang. Sesekali klakson beradu kencang, meminta kendaraan di depan agar terus bergerak.Naya begitu cekatan dengan tubuhnya yang terbiasa meliuk-meliuk saat meniru artis idolanya. Adam di belakang hanya memerhatikan gadis itu, memastikan Naya aman dalam jangkauan, meski pikiran Adam terus berkelana pada Azizah dan Teuku Idris. Dua insan yang akan mengikat janji suci di depan Rabbi dalam waktu dekat.Sesaat, pria itu berhenti berjalan. Meski Naya di depannya terus melangkah, Adam memutuskan untuk mengangkat wajahnya ke langit sedetik. Di atas sana, gumpalan awan berarak dalam jumlah besar, entah seluas apa jangkauannya, Adam tidak akan pernah mampu menghitung luasnya langit Sang Ilahi di atas sana. Namun, benarkah antara dirinya dan Azizah juga sejauh ini? Semuanya begitu sulit, rumit dan sak

    ปรับปรุงล่าสุด : 2022-12-08
  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 16: Sepucuk Nasihat I

    “Contohnya aku! Ada aku yang suka Bapak, bahkan lebih dari Kak Azizah. Apa menurut Bapak akan ada gadis lain yang mengusahakan mahar untuk lelaki yang disukainya? Bahkan seratus mayam. Kalaupun ada, sudah pasti dia gila. Sama seperti aku, yang gila karena orang yang aku suka bodohnya sudah akut.” Naya terus meneriaki Adam tanpa henti.Saat itu, suara Azan melantun tinggi di langit. Orang-orang yang semula memerhatikan mereka, kembali sibuk mengejar waktu. Detik terus berlari dan waktu magrib semakin menipis. Tersisa Adam dan Naya di ruangan terbuka itu, terdiam untuk beberapa saat setelah Naya berteriak tentang perasaan dan kebodohan yang dipelihara oleh Adam.“Bapak jangan pernah berharap setelah hari ini aku akan bersikap baik, Pak. Aku nyesal sudah suka sama orang bodoh seperti Bapak. Sana! Kejar saja Kak Azizah sampai ayahnya memaki Bapak lagi. Perjuangkan saja cinta Bapak sendirian, di saat yang dilakukan Kak Azizah hanya pasrah dan menunggu. Harusnya, cinta itu diperjuangkan ber

    ปรับปรุงล่าสุด : 2022-12-12

บทล่าสุด

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 39: Adam Mengaku

    “Di mana?” gumam Adam. Pria yang baru pulang bekerja itu langsung berlari ke dalam kamar.Dia sudah mencari ke semua tempat, mengobrak-abrik seisi kamarnya yang sederhana dan cenderung kosong. Tidak ada, dia tidak menemukan benda yang dicarinya. “Apa aku pindahkan? Tapi ....” Adam menggigit bibir bawahnya. Dia berdiri di depan lemarinya yang sederhana dan juga goyah, sedikit miring ke kanan karena penyangganya mulai kendur.Adam berhenti untuk waktu yang lama. Pria itu bahkan mengeluarkan isi lemari untuk mengecek sekali kalau tidak ada yang dia lewatkan. Hasilnya, tetap saja sama. Apa yang dicari Adam sejak pulang dari tempat bekerja tidak terlihat di mana pun.“Ke mana? Aku tidak mungkin membawanya ke tempat lain.” Adam terus bergumam dengan dirinya sendiri.Sudah berjam-jam waktu berjalan, pukul sembilan malam datang. Adam masih memandangi lemarinya yang kosong, serta tumpukan pakaian yang kini berpindah ke atas kasur.“Kalau benar-benar hilang, dengan apa aku membayar?” lanjut Ad

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 38: Permintaan Mengejutkan

    Adam langsung mengiyakan. Dia melepaskan tas serta mengganti sepatunya dengan sandal jepit. Tidak lama Adam langsung naik ke ruangan Toke Jaya, dia mengetuk pintu, lalu bergabung ke dalam.Dia menghadap pria kaya di depannya. Perasaannya jadi tidak karuan, bukan karena perkara di pesta pernikahan Azizah kemarin, tapi lebih ke khawatir jika di tempat ini dirinya juga akan diberhentikan. Setelahnya, mencari pekerjaan akan sangat sulit karena namanya sudah melambung ke seantero kabupaten sebagai pria yang merusak kebahagiaan Toke Sofyan dan putrinya.“Duduk! Sudah makan?” Toke Jaya bertanya seraya membuka sebungkus nasi padang yang dibelikan oleh Bang Jono sesaat lalu. Lauknya rendang dan peyek udang.Aroma gurih itu menyebar kuat, menusuk hidung Adam dan menyentil lambungnya yang kosong. Dia lapar, tapi makanan seperti milik Toke Jaya akan terlalu mahal untuknya dalam kondisi begini. Dia harus berhemat, memutar otak agar kerasnya kehidupan tidak membuatnya mati kelaparan.“Sudah, Toke.”

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 37: Panggilan

    Bab 36: “Ayah, kenapa Ayah diam saja tadi? Kenapa enggak dari awal Ayah bela aku dan Pak Adam?” Gadis itu protes keras begitu mereka tiba di rumah.Wajah Naya menjadi merah. Begitu banyak amarah dan kekesalan yang menumpuk di pucuk kepalanya. Sebab, sang ayah hanya berdiri di antara para tamu undangan untuk waktu yang lama meski dirinya dan Adam berdebat tanpa henti dengan pria bengis bernama Toke Sofyan.“Naya, jangan begitu dengan Ayah!” Ibunya menasihati.Perempuan lembut itu berusaha membujuk Naya agar anak gadisnya masuk ke dalam kamar lalu berganti pakaian. Banyak hal yang terjadi hari ini, sudah pasti Naya juga merasa lelah.“Mak, sebentar ... aku masih mau ngobrol sama Ayah!” potong Naya.Gadis itu mengejar Toke Jaya hingga ke kamar orang tuanya. Dia mengekor di belakang dalam langkah yang sangat cepat hingga berhasil menyusul kemudian berdiri di ambang pintu. Ibunya yang berada di antara mereka hanya bisa berhenti di belakang sang putri, karena Naya merentangkan tangan untuk

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 36: Mencak-Mencak

    Bab 36: “Ayah, kenapa Ayah diam saja tadi? Kenapa enggak dari awal Ayah bela aku dan Pak Adam?” Gadis itu protes keras begitu mereka tiba di rumah.Wajah Naya menjadi merah. Begitu banyak amarah dan kekesalan yang menumpuk di pucuk kepalanya. Sebab, sang ayah hanya berdiri di antara para tamu undangan untuk waktu yang lama meski dirinya dan Adam berdebat tanpa henti dengan pria bengis bernama Toke Sofyan.“Naya, jangan begitu dengan Ayah!” Ibunya menasihati.Perempuan lembut itu berusaha membujuk Naya agar anak gadisnya masuk ke dalam kamar lalu berganti pakaian. Banyak hal yang terjadi hari ini, sudah pasti Naya juga merasa lelah.“Mak, sebentar ... aku masih mau ngobrol sama Ayah!” potong Naya.Gadis itu mengejar Toke Jaya hingga ke kamar orang tuanya. Dia mengekor di belakang dalam langkah yang sangat cepat hingga berhasil menyusul kemudian berdiri di ambang pintu. Ibunya yang berada di antara mereka hanya bisa berhenti di belakang sang putri, karena Naya merentangkan tangan untuk

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 35: Hinaan

    “Bicara apa kau, Naya?” Suara Toke Sofyan kembali menggelegar. Ucapannya bak sambaran petir di siang hari, membuat setiap orang yang ada di dalam ruangan berjengit kaget. Tidak cukup dia berurusan dengan Adam karena Azizah, sekarang keponakannya ikut berulah. “Kau masih saja berusaha membela pria ini?”“Pak Adam itu calonnya, Naya. Uwak enggak berhak bicara begitu sama Pak Adam. Kenapa Naya ajak Pak Adam ke sini, ya karena itu alasannya!” cecar Naya tanpa rasa takut.Perempuan itu bahkan menatap nyalang ke arah Toke Sofyan. Manik matanya tegas, bibirnya juga sigap untuk menyahuti semua hinaan yang muncul dari bibir uwaknya sendiri. Bagi Naya, apa yang dilakukan olehnya saat ini adalah hal yang benar, mengundang Adam bukanlah dosa seperti yang terus dituduhkan Toke Sofyan.“Naya, tenanglah!” Adam berbisik. Pria itu hendak meminta Naya untuk mundur, tapi tangannya menggantung di udara. Bukan tanpa alasan, selama ini dirinya tidak bersentuhan dengan perempuan apalagi yang bukan muhrim un

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 34: Air Mata Pengantin

    “Mari kita sambut pengantin kita hari ini ... Cut Azizah!” MC menyerukan nama Azizah dengan lantang di atas panggung seluas lima belas meter itu.Seketika suara suling, keyboard dan rebana menggema. Tidak lupa tarian sambutan dari anak-anak kecil menjadi pelengkapnya. Beberapa gadis bertubuh ramping seperti Naya berjejer, mereka menjadi penyambut dari kehadiran sang ratu satu hari.Wajah Toke Sofyan, bahagia luar biasa. Mertua Azizah pun tidak kalah riangnya. Di antara mereka, yang paling berbinar saat itu adalah Teuku Idris, Cut Azizah si kembang desa telah menjadi istrinya.“Wah, cantik sekali pengantin kita ya? Cut Azizah, putri tunggal Toke Sofyan yang terkenal akan kepribadiannya yang santun, penuh budi pekerti, salihah, cantik rupawan dan berpendidikan. Cut Azizah telah dipinang oleh Teuku Idris dan kini mereka terikat dalam pernikahan yang suci. Mari kita doakan kebahagiaan untuk kedua pengantin kita hari ini.”Semua orang terus memuji keindahan paras Azizah, tubuhnya yang ramp

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 33: Ijab Qabul yang Sendu

    Bab 33: Ijab Qabul yang Sendu“Aku tidak ikut campur, Kawan. Aku balik dulu!” potong pria yang tertangkap oleh Naya bersama Adam di hari yang paling pilu itu.Otaknya yang selama ini memikirkan banyak hal, kini diberi kejutan yang lebih menggetarkan. Manik mata Naya bergeser perlahan, mencoba menerima semua yang kini hadir di depannya.“Bapak sudah gila!” serunya seraya menodongkan jemari ke wajah Adam yang sayu itu.Pria yang semalaman tidak bisa tidur dengan nyenyak tersebut hanya mampu tersenyum getir. Tidak ada penjelasan apa pun keluar dari bibirnya yang ranum. Dia sendiri tidak paham dengan perasaannya, hingga merasa tidak perlu mengucapkan apa pun.Di depannya, pria yang semalam datang untuk menemaninya itu beranjak perlahan-lahan. Dia meminta izin dari Adam agar dirinya bisa pergi dari sini secepatnya. Dia paham jika keadaan menjadi lebih rumit dari yang bisa dibayangkan.“Pak, apa Bapak sebenarnya tidak punya rasa pada Kak Azizah, huh?” Naya terus mencerca Adam hingga napasny

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 32: Upaya Naya

    Bab 32: Upaya NayaNaya menggelengkan kepalanya. Dia menarik tangan agar Toke Sofyan bersedia melepaskan. Jika mereka terlalu lama dalam posisi ini, maka akan mengundang banyak mata dan gosip jika keluarga besar Naya tidak harmonis. Mereka bertengkar bahkan di acara besar sekalipun.“Lepas dulu, Uwak!” serunya.Toke Sofyan menurut. Pria itu lekas mengantongi tangannya lagi. Ditatapnya Naya dengan sorot mata penuh keyakinan tentang alasan gadis itu meninggalkan tugas yang diembankan padanya dan datang ke parkiran dengan sebuah kunci motor.“Katakan, kau mau ke mana?” desak Toke Sofyan. Sekarang, dia bebas menyudutkan Naya karena adiknya tidak ada di sana. Para ipar juga sibuk di ruang pernikahan.“Kepo banget, sih! Aku mau jemput pacarku di sekolah.” Naya mengelak. Dia tahu jika dirinya berbicara jujur maka Toke Sofyan akan langsung menghentikan semua rencana itu. Hal paling buruk, dia dan keluarga diusir dari pernikahan Azizah.Tapi, tidak mengapa jika hal itu terjadi setelah dia berh

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 31: Adam Merasa Bersalah

    Bab 31: Adam Merasa BersalahSetelah Bang Jono pergi mengejar Naya, pria itu paham akan tugasnya untuk mengurusi toko serta penjualan mereka. Dia juga mengerti jika perihal target yang tidak tercapai berarti sebuah masalah besar untuk dirinya. Di toko Toke Jayalah dia tahu betapa berartinya tenaga dan waktu yang dikeluarkan olehnya.Selama menjadi guru honorer, penghasilannya selalu kecil. Itu juga dibayarkan tiga bulan sekali jika sekolah telah memiliki dana. Sesekali, guru-guru PNS yang menambahkan melalui uang sertifikasi mereka.Sedangkan bekerja dengan Toke Jaya, dia sudah menyimpan seratus mayam emas yang gagal diberikannya untuk Azizah. Ditambah gaji bulanan yang tetap diberikan oleh Toke Jaya serta tambahan berupa uang saku karena telah mengajari Naya.Adam hanya bisa menundukkan kepala. Dia menyadari besarnya kesalahan yang dilakukan olehnya barusan sampai Toke Jaya kehabisan kata-kata.“A-dam?” panggil Toke Jaya. Lalu, diam menyelimuti mereka berdua.Adam yang sudah berdiri

สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status