Share

Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta
Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta
Penulis: Bemine

Bab 1: Melamar

Penulis: Bemine
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-24 12:01:26

Bab 1: Melamar

Adam terduduk pasrah di kursi miliknya. Wajah berseri Adam mendadak memucat cepat, seakan darah berhenti mengalir. Tidak pernah terbayangkan di dalam benaknya selama ini, jika gadis yang ingin dipinang dan dimilikinya seumur hidup kini terhempas jauh.

Kalimat demi kalimat yang meluncur dari bibir Toke Sofyan telah meninggalkan luka yang membelah hatinya. Di dalam hidupnya yang pahit, Toke Sofyan ikut menaruh garam di atas goresan yang menganga.

Kepala Adam masih mengingat semua kalimat-kalimat tajam yang disebutkan oleh Toke Sofyan sesaat lalu, sebelum dia dan kedua pamannya yang berwatak keras kembali pulang dengan membawa malu.

“Seratus manyam!” Toke Sofyan berseru, dia memukuli meja jati dengan ukiran bunga mawar di setiap bagiannya. Indah, mewah, berkelas, dan Adam tidak bisa menebak berapa harga perabot itu.

“Se-seratus manyam, Toke?” balas Pak Wa Rajali, adik kandung dari ayah Adam yang sudah meninggalkan dunia ini sejak lama. Wajahnya serupa dengan Adam, bingung sekaligus tercengang.

“Iya, seratus manyam. Kamu kira, aku akan memberikan Azizah dengan mahar yang rendah? Mimpi kalian!” sentak Toke Sofyan lagi.

Pria bertubuh agak pendek itu melipat tangan di dada, sengaja memamerkan sederet cincin giok yang bersemayam di jari serta jam tangan bermerek yang dibelinya di Medan saban hari. Parasnya menegaskan jika dia memandang remeh pada Adam—  pemuda yang menginginkan putrinya sejak masih di bangku kuliah dulu.

Bibir Toke Sofyan tertarik ke sudut, dirinya tidak tahan terlalu lama meladeni tiga orang yang datang ke rumahnya di malam hari di saat seharusnya dia duduk dengan tenang, beristirahat sembari menonton tivi dengan sang istri. Namun, Cut Azizah— putrinya yang menawan pemberian Allah itu malah memaksa dirinya menerima Adam. Membiarkan keluarga yang menurutnya berada jauh dari dirinya duduk di sofa bernilai puluhan juta itu.

“Seratus manyam, ya atau tidak!” tegas Toke Sofyan untuk kedua kalinya. Wajahnya sudah serupa buah naga, merah menyala.

Dia semakin tidak sabar ingin mengusir tiga orang yang tercenung dengan penuturannya barusan. Membuatnya semakin beringgas, menambah kalimat-kalimat nan tajam untuk mengoyak perasaan dan harapan Adam.

“Kamu itu sudah yatim piatu, miskin, kerjaanmu cuma honorer di SMA, sekarang mau ngelamar Azizah. Kupingmu itu enggak berfungsi atau gimana, Dam? Dari jaman kalian kuliah, aku sudah larang Azizah supaya menjauh dari kamu, memang dasarnya kamu saja yang memaksa Azizah!” omelnya pada Adam.

Ocehan Toke Sofyan serupa dengan perempuan, dirinya tidak pernah bisa membiarkan kedua bibirnya itu berhenti berbicara meski hanya sesaat. Apa lagi, di depannya ada Adam, pemuda yang paling dibencinya di dunia ini karena dinilainya sangat tidak tahu diri.

“Toke, bolehlah diturunkan sedikit? Seratus manyam itu tiga ratus gram, Toke!” Pak Wa Junaidi menimpali.

Dia sendiri yang belum lama ini menggeluti bisnis jual beli emas pun tidak berani menghardik balas Toke Sofyan. Pria gempal itu baru saja meresmikan toko emasnya yang ke sepuluh. Berderet penuh di sepanjang Jalan Gudang Kota Lhokseumawe, dan Lhoksukon saat ini.

Tidak hanya sampai di situ, jika mampu menjalin hubungan dengan pria kaya itu, maka Pak Wa Junaidi bisa ketiban untung. Perhiasan-perhiasan emas dari Toke Sofyan bisa memenuhi etalase tokonya.

“Halah, seratus manyam itu cuma dua gelang, Pak Junaidi. Anakku itu bahkan seharusnya dimaharkan satu kilogram!”

“Astagfirullah!” Seseorang menyahuti.

Toke Sofyan segera menolehkan wajah, begitu pula dengan Adam dan kedua Pak Wa-nya. Dekat dengan ambang pintu, Azizah dan ibunya telah berdiri. Mereka membawakan nampan berisi cangkir serta beberapa toples kue untuk ketiga tamu.

Azizah lekas beranjak, dia meletakkan tiga toples kue di meja berukiran mawar. Matanya yang sedari tadi jernih mulai berembun, sedetik kemudian lelehan hangat mengaliri pipinya yang kenyal.

“Masuk! Masuk kamu!” Toke Sofyan berteriak nyalang. “Adam, jangan berani-beraninya kamu melihat anakku. Mau aku tusuk matamu itu, hah?!” hardiknya pada Adam.

Padahal, pria itu hanya melirik sejenak, menatap punggung dari gadis yang ingin dimilikinya seumur hidup. Dan sekarang, segalanya berubah bagaikan mimpi di siang hari.

Panas hati Adam, membayangkan uang yang harus dia kumpulkan untuk bisa meminang Azizah. Harga per gram emas saat ini menembus angka enam ratus lima puluh ribu, sedangkan uang di dalam tabungannya tidak lebih dari lima belas juta.

Jangankan bisa mencukupi seluruh kebutuhan lamaran dan pernikahan, bahkan untuk mahar saja Adam tidak punya uang. Sebab itulah, Adam menunduk, ditatapnya lantai keramik kekuningan yang berkilauan. Air matanya yang sedari tadi dia tahan terjatuh setitik, menimpa keramik mahal di rumah Toke Sofyan.

Lekas pria itu menginjaknya dengan telapak kaki, menutup jejak kesedihan dari mata Toke Sofyan. Bisa saja, pria itu akan semakin mencerca dirinya jika tahu tentang hal ini.

“Mak, bawa anakmu masuk!” Toke Sofyan terus berteriak. Dia menyentak suara hingga istrinya sendiri terkejut.

“Yah ... jangan begini. Mereka itu tamu ....”

“Tamu kalau maharnya Azizah disanggupi, kalau enggak tetap saja mereka cuma orang kampung yang tidak tahu diri!”

“Astagfirullah, Ayah!” rintih Azizah.

Gadis dengan balutan gamis biru gelap serta pashmina keabuan itu mulai menangis. Dia bergeser, mendekati kaki Toke Sofyan. Dipeluknya kedua tungkai dari pria yang telah membesarkannya selama dua puluh dua tahun itu dengan seluruh harapan agar Toke Sofyan mau melunak.

Tetapi kenyataan selalu lebih pahit, Toke Sofyan mendorong Azizah dengan tangannya sendiri hingga gadis berparas ayu itu terjengkang ke belakang. Azizah rebah di lantai keramik, disambut jerit tangis dari ibunya sendiri, serta Adam yang tercengang melihat kekejaman di hati Toke Sofyan.

“Yah! Ini anak kita!”

“Tapi dia bikin ulah, Mak. Mamak lihat apa yang sudah dia lakukan, hah? Dia bawa pemuda ke ini sini. Jangankan bisa memberi mahar seratus manyam, dua puluh saja dia enggak sanggup. Mau ditaruh di mana muka Ayah, Mak? Anak Toke Sofyan, pemilik sepuluh toko emas di Aceh Utara menikah pakai mahar seuprit? Jangan harap. Langkahi dulu mayat Ayah!”

“Astagfirullah, Yah.” Istri Toke Sofyan berucap sembari memeluk putrinya. Keduanya bertukar air mata disertai isak tangis tidak percaya.

“Sudah, tidak perlu pakai nangis segala! Sekarang, jawab kamu Adam, sanggup atau tidak?” Toke Sofyan menoleh ke arah Adam dan ketiga pamannya. Pria yang sudah bersimpuh di lantai sebab menyamakan dirinya dengan posisi Azizah saat ini hanya bisa menundukkan wajah.

Bibirnya begitu kelu, ingin menjawab iya, serasa hampir mustahil untuk dilakukan. Membalas tidak, maka dirinya akan kehilangan Azizah.

Adam bagaikan berada di tepian kawah, menanti akhir dari waktu saat dirinya terlempar ke dalam lautan lava nan mematikan itu. Adam memejamkan kedua matanya, batinnya terasa bagaikan dicabik-cabik, bukan hanya sebab cacian yang tidak ada habisnya, melainkan kenyataan yang harus segera dia hadapi nanti.

“Toke, apa tidak bisa diberi waktu?” Pak Wa Junaidi menyela.

“Waktu bagaimana, Jun? Keluarga ini sudah menghina kita!” Pa Wa Razali menyela seraya menunjuk paras bengis Toke Sofyan.

Setitik rasa iba untuk Adam membuatnya angkat bicara. Dia tidak peduli dengan posisi Toke Sofyan selaku pria kaya raya itu. Berbeda dengan adiknya— Junaidi, yang menyanggupi permintaan Adam hanya untuk menjalin hubungan dengan Toke Sofyan.

“Mau minta berapa lama? Kalian kira ini perjanjian kredit mobil, hah?”

“Beri kami waktu dua bulan, Toke!” tawar Pak Wa Junaidi, mengabaikan ucapan Pak Wa Razali. Setelahnya, dia melihat ke arah belakang kepala Adam, keponakannya yang hidup sendirian dengan begitu menyedihkan. “Tenang saja, Adam. Pak Wa akan carikan bantuan,” imbuhnya.

Sebuah senyuman tipis terbit di bibirnya yang gelap. Bagi Pak Wa Junaidi, menjadikan Adam sebagai menantu di keluarga kaya ini, akan membuat dirinya semakin untung suatu saat nanti.

“Oke! Dua bulan. Jika tidak kalian sanggupi, Azizah akan aku nikahkan dengan laki-laki lain!” Toke Sofyan memutuskan pembicaraan.

Pria gempal itu menyentakkan langkah, kemudian berlalu begitu saja tanpa berpamitan pada kedua tamunya. Toke Sofyan juga acuh pada Azizah dan sang istri yang masih berbagi sedih, dengan terus berjalan meninggalkan ruang tamunya yang mewah.

Bab terkait

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 2: Mencari Pinjaman

    Adam menghela napas. Pandangannya kian kosong meski tiga puluh siswi dan siswa dari kelas 12-A di SMA Negeri 1 itu menatap ke arahnya. Sebagian dari mereka terus berbisik, tentang betapa bingungnya Adam pagi ini. Juga tentang betapa tidak bergairahnya Adam saat ini.Pemuda yang selama ini dikenal peramah itu, mendadak saja menjadi muram. Tatapannya yang hangat berubah layu. Tidak ada lagi keramah tamahan serta kehangatan yang bisa dirasakan oleh paras siswa selama menjadi murid dari Adam.Sudah dua hari, tepatnya ... Adam berubah seratus delapan puluh derajat. Senyum dan binar yang selalu melekat di wajahnya hilang bagaikan digondol oleh maling. Adam serupa pria tanpa rasa; lemah serta lesu.“Pak!”Adam bergeming.“Pak?” ulang seorang siswi lagi.Gadis muda yang duduk di deretan terdepan, berhadapan langsung dengan meja milik Adam mencoba memanggil. Sebagian temannya sudah risih, sebab jam istirahat sudah berbunyi semenit yang lalu.“Pak Adam!” Kali ini panggilannya jauh lebih lantang

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-24
  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 3: Wak Yun

    Meninggalkan rumah Pak Wa Junaidi, Adam memacu kembali motor matik menuju rumah Pak Wa Razali. Pria yang dinilai Adam punya perilaku yang baik itu mungkin juga sedang ada di rumahnya, duduk berdua dengan istri serta cucunya.Harap Adam terus menggema hingga ke langit. Seribu do’a dia panjatkan di dalam hati begitu mendapati rumah Pak Wa Razali terbuka pintunya. Sudah pasti, Pak Wa Razali atau minimal sang istri ada di dalam sana.Adam mendorong motornya hingga ke halaman, melepas helem dan menenteng lagi tas kerja menuju teras rumah Pak Wa Razali. Berbeda dengan saat mendatangi Pak Wa Junaidi, Wa Yun—istri Pak Wa Razali menyambutnya ramah.Air muka dari wanita yang berusia akhir empat puluhan itu terlihat bahagia, menyebabkan debar-debar penuh harap terpancar di paras Adam saat ini. Pemuda itu ikut tersenyum ramah saat Wak Yun memberinya kesempatan untuk berbicara dengan Pak Wa Razali. Adik dari ayahnya itu sedang duduk di meja makan, menikmati makan siangnya yang mewah hasil masakan

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-24
  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 4: Murid Gesit

    “Pak? Ngitungin duit orang itu perlu ya, Pak?” Salah satu siswi yang diajari Adam berseru dari arah belakang. Dia melirik sekali lagi brosur dari salah satu kampus yang didapatkannya beberapa hari lalu.Pertanyaan itu membuat Adam seketika menengadahkan wajah. Dia yang sedari tadi sibuk memeriksa buku PR para siswa dikejutkan dengan pertanyaan mendadak.Adam memicingkan matanya yang lelah, semalaman menghubungi ke sana ke mari demi secuil pertolongan membuat fisiknya lemah. Tetapi demi mengemban tugas yang mulia walau dengan bayaran kecil, Adam bertahan sekuat tenaga.“Pak? Malah ngehayal lagi!” tegur siswi itu.Gadis muda dengan gigi gingsul yang manis terus menautkan pandangannya pada Adam. Lalu, saat netra keduanya bertemu, Adam segera berdehem. Hatinya terusik ketika bibir merah muda muridnya tersenyum padanya, dalam arti yang diterjemahkan Adam secara berbeda. Risih dan merasa bersalah, Adam tidak bisa menjauh dari dua kata itu.“Naya, tolong antarkan buku-buku ini ke kantor Bap

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-24
  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 5: Mahar Emas

    Motor Adam meluncur cepat, keluar dari Jalan Darussalam menuju Jalan Gudang. Hatinya kini begitu menggebu dengan semangat membara meski terik matahari memayungi perjalannnya.Di kepala Adam terus terbayangkan, dua mayam selanjutnya yang akan segera berpindah tangan. Artinya, selangkah lebih dekat menuju Azizahnya yang begitu didamba.Adam menghentikan laju motor, dia memarkir kuda besinya yang mulai tua dan membiarkan tukang parkir mengambil alih. Langkahnya kian tegas menuju sebuah toko emas dengan lambang bintang. Pria bertubuh kurus dengan jam tangan kekuningan menyambut kehadiran Adam.“Toke, dua mayam!” tegas Adam seraya menunjuk deretan cincin di dalam etalase. Hatinya berdebar hebat tatkala melihat deretas emas dalam berbagai ukuran. “Sungguh bagi para Toke Emas, menyanggupi mahar seratus mayam adalah hal yang mudah,” pikirnya.Dua pembeli di sebelah Adam ikut mencuri pehatiannya. Mereka memborong dalam jumlah yang sangat besar. Dua gelang tebal dan seuntai kalung nan berat. P

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-24
  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 6: Pesan dari Azizah

    Adam berbaring di ranjang, memandangi layar gawai dan sederet pesan tadi siang. Perasaan pemuda itu semakin tidak karuan, isi chat yang dikirimkan oleh pemilik nama Azizah telah mengusik ketenangan hatinya yang rapuh.Bagi Adam, Azizah adalah perwujudan dari harapannya selama ini. Namun saat dia ingin berjuang untuk meraih mimpinya sendiri, telapak kakinya seakan menancap di tanah, begitu pula dengan orang-orang di sekitarnya yang selalu mencoba menahan langkah Adam menuju Azizah.Dielusnya dada untuk kesekian kali. Bimbang dan bingung terus merambati nadi. Pikiran Adam tidak bisa tenang meski sesaat, membayangkan bagaimana risaunya Azizah menanti perjuangannya di seberang sana.[Bang Adam, hari ini Azizah mendengar dari ayah perihal Bang Adam yang mencari pinjaman. Azizah merasa bersalah karena tidak mampu melunakkan hati ayah untuk menurunkan jumlah mahar. Azizah sendiri tidak berharap diberikan mahar sebanyak itu, karena nilainya saja sudah tidak masuk akal.

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-16
  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 7: Janji Bertemu

    Adam terlihat pilu saat menempati salah satu meja di sudut ruangan sendirian. Peluhnya membanjiri pelipis, sesekali dia seka dengan tisu yang disediakan restoran. Meski begitu, kenyataan jika hatinya gundah gulana tetap saja mengundang bulir keringat yang baru.Saat ini, Adam tidak bisa berhenti memikirkan Azizahnya. Gadis menawan yang akan datang sebentar lagi dengan sepupunya itu, ingin berbicara tentang sesuatu yang membuat perasaan Adam kian tidak karuan.Terpaksa, Adam menghela dalam napasnya kini. Sesaknya mulai terasa saat siluet dari tubuh ramping berbalut gamis biru gelap dan pashmina coklat terlihat. Di sebelahnya, ada gadis muda dengan pakaian yang lebih trendi. Kulot gelap dipadukannya dengan atasan oversize serta pashmina yang terlilit di leher.Adam segera memindahkan pandangannya, merasa berdosa begitu kedua gadis itu mendekat padanya. Merekalah yang ditunggu Adam, hingga dia duduk sendirian dengan pelipis banjir dan punggung yang basah.&l

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-18
  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 8: Ungkapan Hati Azizah

    Dug Dug DugAdam tidak bisa menghentikan debaran nan kuat itu saat melihat wajah bersih dari pemuda yang ada di dalam gambar. Dialah anak dari toke emas lain di Aceh yang setara dengan Toke Sofyan, bahkan sepengetahuan Adam Teuku Idris sudah mulai merambah bisnis emas yang lebih milenial saat ini.Adam pun pernah melihat pemuda ini di sekolahnya, mengantar salah satu guru dengan pajero putih hingga para siswi di sekolahnya terlena cukup lama. Ya, Teuku Idris— putra dari Bu Erna dan Toke Surya merupakan pria muda yang membuat pria lainnya seperti Adam merasa rendah diri.Kini, dia dihadapkan dalam pertarungan langsung dengan Idris, pemuda kaya raya yang bisa memenuhi semua tuntutan dari Toke Sofyan. Adam merasa kalah sebelum bertanding. Sudah sebulan lebih berjuang, di tangannya tergenggam tidak lebih dari lima belas mayam, sedangkan Teuku Idris, bisa menyanggupi hingga satu kilogram tanpa rasa keberatan. Tragis, Adam merasa segalanya tidak adil.Di antara semua gadis, kenapa harus Azi

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-19
  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 9: Misi Bersama Naya

    “Kamu ngomongin apa sama Bang Adam tadi, Nay?” Azizah menelisik dari arah punggung.Dia yang diboncengi Naya sejak datang dan pulang, tidak bisa melepaskan pikiran dari Adam dan Naya. Keduanya terlibat perbincangan yang begitu serius saat dirinya keluar dari restoran karena tersinggung dengan ucapan dari Naya.Saat itu, Azizah yang terlanjur mengikuti perasaannya, hanya bisa mengintip Adam dan Naya. Membawa rasa penasaran yang dalam akan apa yang mereka bicarakan hingga Naya baru keluar dari restoran tiga puluh menit kemudian. Lebih dari itu, Azizah merasa cemburu, sebab wajah Naya menunjukkan kepuasaan yang teramat dalam.“Nay? Kalian ngomongin apa?” tuntut Azizah lagi.Dia sengaja mengintip ekspresi Naya dari spion kanan. Wajahnya yang tertutup helem bogo milik Naya malah terpatut di spion, namun dia tidak berhasil menemukan yang dicarinya.“Kak, minggirin wajahnya, spionku kehalang tahu!” sungut Naya, masih mencoba mengulur waktu untuk menjawab Azizah.“Kakak penasaran, Nay. Kalian

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-03

Bab terbaru

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 39: Adam Mengaku

    “Di mana?” gumam Adam. Pria yang baru pulang bekerja itu langsung berlari ke dalam kamar.Dia sudah mencari ke semua tempat, mengobrak-abrik seisi kamarnya yang sederhana dan cenderung kosong. Tidak ada, dia tidak menemukan benda yang dicarinya. “Apa aku pindahkan? Tapi ....” Adam menggigit bibir bawahnya. Dia berdiri di depan lemarinya yang sederhana dan juga goyah, sedikit miring ke kanan karena penyangganya mulai kendur.Adam berhenti untuk waktu yang lama. Pria itu bahkan mengeluarkan isi lemari untuk mengecek sekali kalau tidak ada yang dia lewatkan. Hasilnya, tetap saja sama. Apa yang dicari Adam sejak pulang dari tempat bekerja tidak terlihat di mana pun.“Ke mana? Aku tidak mungkin membawanya ke tempat lain.” Adam terus bergumam dengan dirinya sendiri.Sudah berjam-jam waktu berjalan, pukul sembilan malam datang. Adam masih memandangi lemarinya yang kosong, serta tumpukan pakaian yang kini berpindah ke atas kasur.“Kalau benar-benar hilang, dengan apa aku membayar?” lanjut Ad

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 38: Permintaan Mengejutkan

    Adam langsung mengiyakan. Dia melepaskan tas serta mengganti sepatunya dengan sandal jepit. Tidak lama Adam langsung naik ke ruangan Toke Jaya, dia mengetuk pintu, lalu bergabung ke dalam.Dia menghadap pria kaya di depannya. Perasaannya jadi tidak karuan, bukan karena perkara di pesta pernikahan Azizah kemarin, tapi lebih ke khawatir jika di tempat ini dirinya juga akan diberhentikan. Setelahnya, mencari pekerjaan akan sangat sulit karena namanya sudah melambung ke seantero kabupaten sebagai pria yang merusak kebahagiaan Toke Sofyan dan putrinya.“Duduk! Sudah makan?” Toke Jaya bertanya seraya membuka sebungkus nasi padang yang dibelikan oleh Bang Jono sesaat lalu. Lauknya rendang dan peyek udang.Aroma gurih itu menyebar kuat, menusuk hidung Adam dan menyentil lambungnya yang kosong. Dia lapar, tapi makanan seperti milik Toke Jaya akan terlalu mahal untuknya dalam kondisi begini. Dia harus berhemat, memutar otak agar kerasnya kehidupan tidak membuatnya mati kelaparan.“Sudah, Toke.”

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 37: Panggilan

    Bab 36: “Ayah, kenapa Ayah diam saja tadi? Kenapa enggak dari awal Ayah bela aku dan Pak Adam?” Gadis itu protes keras begitu mereka tiba di rumah.Wajah Naya menjadi merah. Begitu banyak amarah dan kekesalan yang menumpuk di pucuk kepalanya. Sebab, sang ayah hanya berdiri di antara para tamu undangan untuk waktu yang lama meski dirinya dan Adam berdebat tanpa henti dengan pria bengis bernama Toke Sofyan.“Naya, jangan begitu dengan Ayah!” Ibunya menasihati.Perempuan lembut itu berusaha membujuk Naya agar anak gadisnya masuk ke dalam kamar lalu berganti pakaian. Banyak hal yang terjadi hari ini, sudah pasti Naya juga merasa lelah.“Mak, sebentar ... aku masih mau ngobrol sama Ayah!” potong Naya.Gadis itu mengejar Toke Jaya hingga ke kamar orang tuanya. Dia mengekor di belakang dalam langkah yang sangat cepat hingga berhasil menyusul kemudian berdiri di ambang pintu. Ibunya yang berada di antara mereka hanya bisa berhenti di belakang sang putri, karena Naya merentangkan tangan untuk

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 36: Mencak-Mencak

    Bab 36: “Ayah, kenapa Ayah diam saja tadi? Kenapa enggak dari awal Ayah bela aku dan Pak Adam?” Gadis itu protes keras begitu mereka tiba di rumah.Wajah Naya menjadi merah. Begitu banyak amarah dan kekesalan yang menumpuk di pucuk kepalanya. Sebab, sang ayah hanya berdiri di antara para tamu undangan untuk waktu yang lama meski dirinya dan Adam berdebat tanpa henti dengan pria bengis bernama Toke Sofyan.“Naya, jangan begitu dengan Ayah!” Ibunya menasihati.Perempuan lembut itu berusaha membujuk Naya agar anak gadisnya masuk ke dalam kamar lalu berganti pakaian. Banyak hal yang terjadi hari ini, sudah pasti Naya juga merasa lelah.“Mak, sebentar ... aku masih mau ngobrol sama Ayah!” potong Naya.Gadis itu mengejar Toke Jaya hingga ke kamar orang tuanya. Dia mengekor di belakang dalam langkah yang sangat cepat hingga berhasil menyusul kemudian berdiri di ambang pintu. Ibunya yang berada di antara mereka hanya bisa berhenti di belakang sang putri, karena Naya merentangkan tangan untuk

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 35: Hinaan

    “Bicara apa kau, Naya?” Suara Toke Sofyan kembali menggelegar. Ucapannya bak sambaran petir di siang hari, membuat setiap orang yang ada di dalam ruangan berjengit kaget. Tidak cukup dia berurusan dengan Adam karena Azizah, sekarang keponakannya ikut berulah. “Kau masih saja berusaha membela pria ini?”“Pak Adam itu calonnya, Naya. Uwak enggak berhak bicara begitu sama Pak Adam. Kenapa Naya ajak Pak Adam ke sini, ya karena itu alasannya!” cecar Naya tanpa rasa takut.Perempuan itu bahkan menatap nyalang ke arah Toke Sofyan. Manik matanya tegas, bibirnya juga sigap untuk menyahuti semua hinaan yang muncul dari bibir uwaknya sendiri. Bagi Naya, apa yang dilakukan olehnya saat ini adalah hal yang benar, mengundang Adam bukanlah dosa seperti yang terus dituduhkan Toke Sofyan.“Naya, tenanglah!” Adam berbisik. Pria itu hendak meminta Naya untuk mundur, tapi tangannya menggantung di udara. Bukan tanpa alasan, selama ini dirinya tidak bersentuhan dengan perempuan apalagi yang bukan muhrim un

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 34: Air Mata Pengantin

    “Mari kita sambut pengantin kita hari ini ... Cut Azizah!” MC menyerukan nama Azizah dengan lantang di atas panggung seluas lima belas meter itu.Seketika suara suling, keyboard dan rebana menggema. Tidak lupa tarian sambutan dari anak-anak kecil menjadi pelengkapnya. Beberapa gadis bertubuh ramping seperti Naya berjejer, mereka menjadi penyambut dari kehadiran sang ratu satu hari.Wajah Toke Sofyan, bahagia luar biasa. Mertua Azizah pun tidak kalah riangnya. Di antara mereka, yang paling berbinar saat itu adalah Teuku Idris, Cut Azizah si kembang desa telah menjadi istrinya.“Wah, cantik sekali pengantin kita ya? Cut Azizah, putri tunggal Toke Sofyan yang terkenal akan kepribadiannya yang santun, penuh budi pekerti, salihah, cantik rupawan dan berpendidikan. Cut Azizah telah dipinang oleh Teuku Idris dan kini mereka terikat dalam pernikahan yang suci. Mari kita doakan kebahagiaan untuk kedua pengantin kita hari ini.”Semua orang terus memuji keindahan paras Azizah, tubuhnya yang ramp

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 33: Ijab Qabul yang Sendu

    Bab 33: Ijab Qabul yang Sendu“Aku tidak ikut campur, Kawan. Aku balik dulu!” potong pria yang tertangkap oleh Naya bersama Adam di hari yang paling pilu itu.Otaknya yang selama ini memikirkan banyak hal, kini diberi kejutan yang lebih menggetarkan. Manik mata Naya bergeser perlahan, mencoba menerima semua yang kini hadir di depannya.“Bapak sudah gila!” serunya seraya menodongkan jemari ke wajah Adam yang sayu itu.Pria yang semalaman tidak bisa tidur dengan nyenyak tersebut hanya mampu tersenyum getir. Tidak ada penjelasan apa pun keluar dari bibirnya yang ranum. Dia sendiri tidak paham dengan perasaannya, hingga merasa tidak perlu mengucapkan apa pun.Di depannya, pria yang semalam datang untuk menemaninya itu beranjak perlahan-lahan. Dia meminta izin dari Adam agar dirinya bisa pergi dari sini secepatnya. Dia paham jika keadaan menjadi lebih rumit dari yang bisa dibayangkan.“Pak, apa Bapak sebenarnya tidak punya rasa pada Kak Azizah, huh?” Naya terus mencerca Adam hingga napasny

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 32: Upaya Naya

    Bab 32: Upaya NayaNaya menggelengkan kepalanya. Dia menarik tangan agar Toke Sofyan bersedia melepaskan. Jika mereka terlalu lama dalam posisi ini, maka akan mengundang banyak mata dan gosip jika keluarga besar Naya tidak harmonis. Mereka bertengkar bahkan di acara besar sekalipun.“Lepas dulu, Uwak!” serunya.Toke Sofyan menurut. Pria itu lekas mengantongi tangannya lagi. Ditatapnya Naya dengan sorot mata penuh keyakinan tentang alasan gadis itu meninggalkan tugas yang diembankan padanya dan datang ke parkiran dengan sebuah kunci motor.“Katakan, kau mau ke mana?” desak Toke Sofyan. Sekarang, dia bebas menyudutkan Naya karena adiknya tidak ada di sana. Para ipar juga sibuk di ruang pernikahan.“Kepo banget, sih! Aku mau jemput pacarku di sekolah.” Naya mengelak. Dia tahu jika dirinya berbicara jujur maka Toke Sofyan akan langsung menghentikan semua rencana itu. Hal paling buruk, dia dan keluarga diusir dari pernikahan Azizah.Tapi, tidak mengapa jika hal itu terjadi setelah dia berh

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 31: Adam Merasa Bersalah

    Bab 31: Adam Merasa BersalahSetelah Bang Jono pergi mengejar Naya, pria itu paham akan tugasnya untuk mengurusi toko serta penjualan mereka. Dia juga mengerti jika perihal target yang tidak tercapai berarti sebuah masalah besar untuk dirinya. Di toko Toke Jayalah dia tahu betapa berartinya tenaga dan waktu yang dikeluarkan olehnya.Selama menjadi guru honorer, penghasilannya selalu kecil. Itu juga dibayarkan tiga bulan sekali jika sekolah telah memiliki dana. Sesekali, guru-guru PNS yang menambahkan melalui uang sertifikasi mereka.Sedangkan bekerja dengan Toke Jaya, dia sudah menyimpan seratus mayam emas yang gagal diberikannya untuk Azizah. Ditambah gaji bulanan yang tetap diberikan oleh Toke Jaya serta tambahan berupa uang saku karena telah mengajari Naya.Adam hanya bisa menundukkan kepala. Dia menyadari besarnya kesalahan yang dilakukan olehnya barusan sampai Toke Jaya kehabisan kata-kata.“A-dam?” panggil Toke Jaya. Lalu, diam menyelimuti mereka berdua.Adam yang sudah berdiri

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status