Di saat seperti ini, Jason masih ingin berbicara dengannya?Apa lagi yang ingin dia katakan?Pamela sangat tidak ingin berdiskusi dengan jelas pada Jason.Karena Pamela telah mengetahui bahwa golongan darah Justin cocok. Dia tidak perlu membuang waktu untuk Jason.Justin jauh lebih lugu daripada Jason. Dia bersedia mendonorkan darahnya. Namun, Pamela merasa sulit untuk membuat orang cerdik seperti Jason mendonorkan darah."Pak Jason, apa pun yang ingin kamu bicarakan, kita diskusikan di lain waktu! Sekarang, aku nggak punya waktu."Pamela menolak berdiskusi dengan Jason. Dia berbalik dan buru-buru berkata kepada Justin, "Sudah hampir terlambat, ayo pergi!"Justin juga ingin pergi bersamanya, tetapi menghadapi tekanan dari mata kakaknya, dia tidak berani bergerak ....Melihat Justin membeku di sana, Pamela mengerutkan kening dan menatap Jason."Tanpa persetujuanku, dia nggak berani pergi bersamamu." Jason memandang Pamela dengan acuh tak acuh. "Nona Pamela, sekarang kamu punya dua pilih
Pamela terdiam.Cibiran menyelimuti hatinya bagaikan angin dingin yang bertiup, tetapi terasa sakit.Mengingat ekspresi menyedihkan bocah perempuan di depan ruang UGD yang terisak tanpa henti, Pamela menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Oke, aku setuju."Jason tampak sangat puas, dia menyunggingkan seulas senyum tipis dan berkata, "Baguslah kalau Nona Pamela setuju. Aku yakin kamu akan menepati janjimu. Ayo kita pergi."Pamela menganggukkan kepalanya, lalu berbalik dan berjalan dengan cepat menuju ke arah lift ....Jason mengikuti Pamela memasuki lift, menuju ke ruang pengambilan darah yang terletak di lantai bawah.Di dalam lift, hanya ada mereka berdua, sehingga suasana sangat hening."Siapa yang mengalami kecelakaan?"Jason melontarkan pertanyaan itu dengan santai untuk memecah keheningan."Aku nggak kenal," jawab Pamela acuh tak acuh dan tanpa ekspresi.Jason agak tertegun, dia menatap wanita di sampingnya dengan tatapan terkejut dan berkata, "Kamu nggak kenal? Kenapa kamu bisa
Pamela tampak bersandar di dinding ruang pengambil darah dengan malas, dia berkata dengan datar, "Kondisi tubuhku selalu baik. Lagi pula, aku tahu apa yang kulakukan. Mendonorkan sedikit darah saja bukan masalah besar. Sepulang nanti, aku bisa memakan banyak makanan bergizi. Terima kasih atas perhatian Pak Jason."Saat berbicara, samar-samar wajahnya terlihat agak pucat.Jason mengangkat alisnya, seulas senyuman meremehkan seolah melintas di wajahnya. "Nona Pamela benar-benar nggak tahu menjaga diri sendiri."Saat kata-kata "tidak tahu menjaga diri sendiri" keluar dari mulut pria itu, orang yang mendengar kata-kata itu merasa seolah sedang direndahkan.Pamela tidak peduli apakah Jason sedang menyindir dan merendahkannya atau tidak, dia berkata dengan ekspresi serius, "Pak Jason, mengenai menggugurkan kandungan, apa janji ini boleh aku tepati lain hari? Walau kondisi fisikku baik, aku baru saja mendonorkan darah. Mungkin sekarang bukan waktu yang tepat untuk melakukan operasi."Jason me
"Oke!"Pamela menggandeng bocah perempuan itu meninggalkan ruang pengambil darah, lalu pergi ke ruang UGD. Mereka menunggu ibu bocah perempuan itu selesai menerima donor darah bersama-sama.Namun, saat mereka sudah meninggalkan ruang pengambilan darah, dua orang suster intern yang sedang bertugas di dalam ruang pengambilan darah diam-diam mulai bergosip ...."Eh, baru saja kamu dengar nggak? Pria yang sangat tampan dan datang untuk mendonorkan darah tadi, sepertinya meminta Nona yang bernama Pamela itu menggugurkan kandungannya!""Ya, aku dengar! Aku mendengarnya dengan jelas! Sayang sekali, dia sangat tampan, kupikir dia adalah seorang pria yang baik! Siapa sangka ternyata seorang pria setampan itu adalah pria bajingan yang nggak bertanggung jawab!"Suster yang duduk di sebelah kiri memasang ekspresi cemberut, dia menggelengkan kepalanya seolah tidak menyetujui pendapat rekannya. "Hmm .... Aku merasa seharusnya mereka bukan sepasang kekasih, seharusnya hubungan mereka adalah hubungan
Di depan ruang UGD.Setelah lebih dari satu jam berlalu, akhirnya pintu ruang UGD terbuka. Staf medis mendorong pasien yang masih dalam kondisi tidak sadarkan diri keluar dari ruangan tersebut.Dokter berkata, "Nona Pamela, terima kasih bantuanmu. Sekarang pasien sudah melewati masa kritis."Pamela menganggukkan kepalanya dengan pelan dan berkata, "Syukurlah kalau pasien baik-baik saja."Bocah perempuan itu menghampiri ranjang ibunya dan menatap ibunya dengan tatapan sedih. "Ibu ...."Suster membungkukkan badannya, lalu menghibur bocah perempuan itu, "Jangan menangis lagi, ya. Sekarang ibumu perlu beristirahat dengan baik. Setelah beristirahat dengan cukup, ibumu akan bangun dan berbicara denganmu lagi. Jadi, kamu harus menjadi anak yang patuh. Jangan mengganggu ibumu beristirahat."Bocah perempuan itu menganggukkan kepalanya dengan kuat dan berkata, "Hmm, Sonya akan menjadi anak yang patuh!"Kemudian, Pamela menemani bocah perempuan itu mengantar ibunya ke dalam bangsal.Staf medis me
Melihat istrinya sudah terluka parah seperti ini, pria itu juga tidak berani bertengkar dengan istrinya lagi. Sambil menggendong putri mereka, dia duduk di tepi ranjang, meminta maaf dan mengucapkan kata-kata baik untuk menghibur istrinya.Setelah menerima informasi ini, direktur rumah sakit secara khusus mengunjungi bangsal dan menyapa mereka, "Tuan Erwin, ternyata ini adalah istri Tuan!"Irwanto bangkit dan berjabat tangan dengan direktur rumah sakit. "Terima kasih atas usaha keras rumah sakit untuk menyelamatkan istriku.""Tuan nggak perlu sungkan, ini adalah tanggung jawab kami sebagai staf medis.""Oh ya, aku dengar dari istriku ada seseorang yang bersikeras mendonorkan darah untuk istriku walau dia sendiri sedang hamil. Kalau boleh tahu, di mana penyelamat istriku ini?"Direktur rumah sakit berkata, "Saat itu, aku nggak berada di tempat. Tapi, aku juga sudah mendengar keberanian dan tindakan tanpa pamrih Nona Pamela itu. Kami juga nggak mengetahui identitasnya dengan jelas. Kami
"Ya, Nona Pamela mendonorkan darahnya kepada seorang wanita yang mengalami kecelakaan mobil dan dalam kondisi kritis.""Kenapa dia bisa berada di Kota Kesawan pada hari itu?"Ervin menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak ditemukan catatan keberadaan Nona Pamela di tempat lainnya. Tapi, pada hari itu, Tuan Muda Keluarga Yanuar juga mendonorkan darahnya kepada wanita yang mengalami kecelakaan mobil itu di rumah sakit di Kota Kesawan. Selain itu, Tuan Muda Keluarga Yanuar juga sudah mendaftarkan operasi pengguguran kandungan di Rumah Sakit Rosivan di Kota Marila. Operasi dijadwalkan pada hari ini."Agam menyipitkan matanya dan berkata, "Untuk apa Jason mendaftarkan operasi pengguguran kandungan untuknya?"Ervin berkata dengan ekspresi serius, "Tuan, Tuan Muda Keluarga Yanuar dikenal sangat menyayangi adik perempuannya. Mungkin dia beranggapan anak dalam kandungan Nona Pamela ada hubungannya dengan Tuan, jadi ...."Agam tertegun sejenak. Tiba-tiba, pupil matanya mengecil seolah-olah su
Setelah berpikir demikian, samar-samar kebencian tampak dalam sorot mata Pamela saat menatap Kalana. "Ya, kamu memang sudah menang! Tapi, kamu bukan menang dariku, kamu hanya menang karena di sisimu adalah seorang kakak yang bersedia melakukan apa saja tanpa membedakan apa yang baik dan apa yang buruk demi kamu!"Kakak ....Pamela tidak menyangka satu kata itu bisa membuat hatinya sesakit ini.Jelas-jelas Jason adalah kakak kandungnya, kakak yang lahir dari rahim seorang ibu yang sama dengannya. Namun, kakaknya malah berdiri di pihak wanita jahat yang sudah mencelakai ibu mereka, bahkan begitu menyayangi dan melindungi putri wanita jahat itu!Sepertinya kecerdasan Jason hanya tercurahkan dalam pekerjaannya. Dasar pengkhianat!Kalana tampak sangat bangga, dia berkata dengan penuh percaya diri, "Kamu iri aku punya seorang kakak yang baik? Nggak ada gunanya kamu iri, kamu nggak akan memilikinya! Nasib baik nggak bisa diperoleh dengan iri! Sekarang kamu hanya perlu masuk ke dalam ruang ope