Justin tersadar dari lamunannya. Kemudian, dia menjawab kakaknya dengan jujur, "Eh ... kami bertemu di bandara secara kebetulan dan berbincang sebentar. Kemudian, saat aku bangun, dia sudah merawatku di rumah sakit ...."Jason merasa curiga. "Apakah dia datang ke rumah sakit sendirian? Bukan kamu memintanya datang ke sini?"Justin menggelengkan kepalanya. "Bukan, saat itu aku nggak sadarkan diri. Walaupun aku ingin mencarinya, aku juga nggak bisa memberitahunya.""Lalu, bagaimana Pamela tahu bahwa kamu terluka dan berada di rumah sakit?""Dia bilang rumah sakit memeriksa pengawasan sistem transportasi. Mereka menemukan bahwa dia dan aku berbincang di bandara. Mereka mengira kami berteman, jadi mereka meneleponnya dan memintanya untuk datang."Jason mengerutkan keningnya. "Rumah sakit memeriksa pengawasan sistem transportasi?"Justin menjawab sambil menganggukkan kepalanya, "Ya!"Jason tidak bisa berkata-kata.Dia tidak tahu harus berkata apa lagi. Hanya bocah bodoh ini yang percaya pen
Anak itu sudah ketakutan karena kecelakaan itu. Dia sangat ketakutan sehingga dia tidak mendengarkan kata-kata siapa pun. Dia menangis lebih kencang dan menggelengkan kepalanya dengan kuat. "Aku ingin ibuku ... Aku ingin mencari ibuku ... Aku ingin masuk mencari Ibu ...."Perawat itu kewalahan. Dia berusaha sekuat tenaga untuk membujuk bocah itu, "Ibumu sedang diselamatkan. Sebentar lagi, dia baru bisa keluar. Anak-anak nggak boleh masuk ke ruang penyelamatan! Dengarkan Bibi. Tunggu di sini dengan tenang. Kalau kamu terus berisik, itu akan memengaruhi penyelamatan ibumu!"Gadis kecil itu terus menangis. "Bu ... Aku ingin ibu ...."Bocah itu tidak mendengarkan ucapan perawat itu. Perawat sangat khawatir sehingga dia tidak tahu bagaimana cara menghiburnya."Ada apa ini?"Pamela berjalan kemari, lalu bertanya.Perawat itu menatap Pamela, lalu menghela napas dengan tak daya, "Ada kecelakaan lalu lintas di Jalan Lingkar Ketiga. Ibu dari gadis kecil ini terluka parah karena melindunginya! He
Pamela menjawab, "Aku nggak memiliki hubungan kerabat dengan pasien. Aku lewat sini dan ingin mendonorkan darah."Dokter tertegun dan memandangnya dengan kagum. "Jarang sekali! Nggak banyak gadis yang baik hati sepertimu! Cepat, ajak orang baik ini untuk dites golongan darahnya. Kalau nggak ada masalah, langsung ambil darahnya!"Perawat itu mengangguk. "Baik, Dokter Joko."...Pamela mengikuti perawat ke ruang pengambilan darah. Karena dia khawatir gadis kecil itu menangis sendirian di pintu ruang gawat darurat, Pamela membawa gadis itu bersamanya.Sonya tahu bahwa Pamela akan mendonorkan darah kepada ibunya, jadi dia mengikutinya dengan patuh. Dia diam dan tidak menangis.Setelah perawat mengambil darah Pamela, dia mengirimkannya untuk diuji secepat mungkin agar memastikan bahwa golongan darah Pamela adalah RH negatif. Setelah itu, dia siap untuk mengambil darah.Pamela duduk di sana, menyingsingkan lengan bajunya dan mengulurkan tangannya untuk bekerja sama dengan perawat.Perawat me
Pihak rumah sakit sangat serius dan bertanggung jawab. Mereka tidak menyetujui seorang wanita hamil untuk mendonorkan darahnya. Hal tersebut dapat dimaklumi.Sekarang, darahnya tidak dapat digunakan. Pamela hanya dapat membantu menemukan orang dengan golongan darah yang sama untuk mendonor lebih banyak!Alasan kenapa Pamela begitu yakin bisa menemukan sumber darah baru karena saat ini, ada dua orang yang memiliki ikatan darah dengannya di rumah sakit ini!Orang itu adalah Jason dan Justin.Terutama Jason yang merupakan saudara kandungnya. Kemungkinan besar Jason memiliki golongan darah yang sama dengan Pamela ....Setelah meninggalkan Sonya di bawah perawatan perawat untuk sementara waktu, Pamela berjalan keluar. Dia berjanji akan kembali dalam sepuluh menit....Bagian rawat inap di lantai atas.Di kamar VIP ....Jason masih menegur Justin. Dia menegur masalah sekolah dan Justin yang diam-diam meretas Internet.Justin mendengarkan dengan kepala terkulai sambil berdeham dari waktu ke w
Di saat seperti ini, Jason masih ingin berbicara dengannya?Apa lagi yang ingin dia katakan?Pamela sangat tidak ingin berdiskusi dengan jelas pada Jason.Karena Pamela telah mengetahui bahwa golongan darah Justin cocok. Dia tidak perlu membuang waktu untuk Jason.Justin jauh lebih lugu daripada Jason. Dia bersedia mendonorkan darahnya. Namun, Pamela merasa sulit untuk membuat orang cerdik seperti Jason mendonorkan darah."Pak Jason, apa pun yang ingin kamu bicarakan, kita diskusikan di lain waktu! Sekarang, aku nggak punya waktu."Pamela menolak berdiskusi dengan Jason. Dia berbalik dan buru-buru berkata kepada Justin, "Sudah hampir terlambat, ayo pergi!"Justin juga ingin pergi bersamanya, tetapi menghadapi tekanan dari mata kakaknya, dia tidak berani bergerak ....Melihat Justin membeku di sana, Pamela mengerutkan kening dan menatap Jason."Tanpa persetujuanku, dia nggak berani pergi bersamamu." Jason memandang Pamela dengan acuh tak acuh. "Nona Pamela, sekarang kamu punya dua pilih
Pamela terdiam.Cibiran menyelimuti hatinya bagaikan angin dingin yang bertiup, tetapi terasa sakit.Mengingat ekspresi menyedihkan bocah perempuan di depan ruang UGD yang terisak tanpa henti, Pamela menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Oke, aku setuju."Jason tampak sangat puas, dia menyunggingkan seulas senyum tipis dan berkata, "Baguslah kalau Nona Pamela setuju. Aku yakin kamu akan menepati janjimu. Ayo kita pergi."Pamela menganggukkan kepalanya, lalu berbalik dan berjalan dengan cepat menuju ke arah lift ....Jason mengikuti Pamela memasuki lift, menuju ke ruang pengambilan darah yang terletak di lantai bawah.Di dalam lift, hanya ada mereka berdua, sehingga suasana sangat hening."Siapa yang mengalami kecelakaan?"Jason melontarkan pertanyaan itu dengan santai untuk memecah keheningan."Aku nggak kenal," jawab Pamela acuh tak acuh dan tanpa ekspresi.Jason agak tertegun, dia menatap wanita di sampingnya dengan tatapan terkejut dan berkata, "Kamu nggak kenal? Kenapa kamu bisa
Pamela tampak bersandar di dinding ruang pengambil darah dengan malas, dia berkata dengan datar, "Kondisi tubuhku selalu baik. Lagi pula, aku tahu apa yang kulakukan. Mendonorkan sedikit darah saja bukan masalah besar. Sepulang nanti, aku bisa memakan banyak makanan bergizi. Terima kasih atas perhatian Pak Jason."Saat berbicara, samar-samar wajahnya terlihat agak pucat.Jason mengangkat alisnya, seulas senyuman meremehkan seolah melintas di wajahnya. "Nona Pamela benar-benar nggak tahu menjaga diri sendiri."Saat kata-kata "tidak tahu menjaga diri sendiri" keluar dari mulut pria itu, orang yang mendengar kata-kata itu merasa seolah sedang direndahkan.Pamela tidak peduli apakah Jason sedang menyindir dan merendahkannya atau tidak, dia berkata dengan ekspresi serius, "Pak Jason, mengenai menggugurkan kandungan, apa janji ini boleh aku tepati lain hari? Walau kondisi fisikku baik, aku baru saja mendonorkan darah. Mungkin sekarang bukan waktu yang tepat untuk melakukan operasi."Jason me
"Oke!"Pamela menggandeng bocah perempuan itu meninggalkan ruang pengambil darah, lalu pergi ke ruang UGD. Mereka menunggu ibu bocah perempuan itu selesai menerima donor darah bersama-sama.Namun, saat mereka sudah meninggalkan ruang pengambilan darah, dua orang suster intern yang sedang bertugas di dalam ruang pengambilan darah diam-diam mulai bergosip ...."Eh, baru saja kamu dengar nggak? Pria yang sangat tampan dan datang untuk mendonorkan darah tadi, sepertinya meminta Nona yang bernama Pamela itu menggugurkan kandungannya!""Ya, aku dengar! Aku mendengarnya dengan jelas! Sayang sekali, dia sangat tampan, kupikir dia adalah seorang pria yang baik! Siapa sangka ternyata seorang pria setampan itu adalah pria bajingan yang nggak bertanggung jawab!"Suster yang duduk di sebelah kiri memasang ekspresi cemberut, dia menggelengkan kepalanya seolah tidak menyetujui pendapat rekannya. "Hmm .... Aku merasa seharusnya mereka bukan sepasang kekasih, seharusnya hubungan mereka adalah hubungan
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen