Pamela adalah seorang gadis muda dari keluarga miskin yang baru saja lulus dan tidak memiliki uang. Bagaimana mungkin dia bisa menginap di hotel bintang lima?Siapapun yang memikirkan hal ini akan menganggap Pamela mencurigakan.Pamela menggerakkan bibirnya. "Pak Jason, kamu nggak mengira aku tertarik padamu, 'kan?"Jason mencibir dengan wajah tegas, "Aku nggak tahu apakah kamu tertarik padaku, tapi sebaiknya kamu nggak membuat ide yang nggak seharusnya. Kalau nggak, kamu akan berakhir dengan mengenaskan. Ini saranku untukmu."Pamela mengerutkan bibir sambil mengangkat bahunya. "Aku nggak punya ide apa pun. Kalau Pak Jason nggak percaya, terserah kamu mau berpikir seperti apa!"Saat ini ....Ting! Pintu lift terbuka lagi. Namun, mereka belum tiba di lantai pertama, saat ini ada sekelompok orang yang masuk.Ada sekitar belasan orang, sebagian besar memegang buku catatan di tangannya sambil mengobrol dan tertawa. Mereka tampak bergegas menghadiri suatu kegiatan ....Pamela tiba-tiba terj
"Aku suruh kamu menjauh!"Suara pria itu yang serak semakin kencang.Baru pada saat itulah pria mesum itu melihat ke asal suara. Dia berbalik dan mendongak ke atas. Pria mesum itu melihat pria tampan yang kepalanya lebih tinggi darinya. Seketika, rasa percaya dirinya pun menghilang. "Ahem, apa urusannya denganmu?"Tidak ada kemarahan yang terlihat jelas di wajah Jason yang anggun dan tampan itu, dia menatap pria mesum itu dengan tenang sambil berkata dengan acuh tak acuh, "Jauhi dia."Meskipun Pamela merasa tenang, ekspresi dingin Jason membuat punggung pria mesum itu merinding.Semua orang di lift melihat ke arah mereka, seolah-olah mereka sedang menonton keramaian ....Melihat Jason memiliki status yang luar biasa dan aura yang kuat, sebenarnya pria malang itu merasa sedikit takut. Namun, di bawah sorotan publik, harga dirinya yang rapuh tidak memungkinkan dia untuk menyerah seperti ini. Jadi, dia bertanya dengan berani, "Siapa kamu? Kenapa aku harus mendengarkanmu?"Ekspresi Jason t
Lelaki mesum itu kesakitan hingga menitikkan air mata. "Aduh! Pak, lenganku hampir patah. Apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku! Bukankah aku sudah menyerahkan gadis itu padamu? Kenapa kamu masih menahanku dan nggak membiarkanku pergi?"Nada suara Jason terdengar datar. "Apa yang baru saja kamu katakan?"Pria mesum itu menggelengkan kepalanya dengan rasa bersalah, "Aku ... aku nggak mengataimu ...."Jason tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya semakin mengeluarkan tenaganya.Pria mesum itu berteriak. Dia merasa sakit yang tak tertahankan. Kemudian, dia terus memohon ampun, "Aku salah! Aku salah .... Maaf, aku seharusnya nggak mengatakan apa yang baru saja aku katakan .... Aku seharusnya nggak menyinggung gadis itu .... Aku pantas dimaki .... Aku nggak tahu malu .... Akulah yang nggak tahu malu ....Jason melemparkan pria mesum itu ke lantai lift. Kemudian, dia mengangkat kakinya dengan lembut dan menginjak lengan pria mesum itu seolah-olah secara tidak sengaja hingga terdengar suara krek.K
Pamela tiba di rumah sakit.Departemen rawat inap, kamar VIP ....Justin sedang berbaring di ranjang rumah sakit dengan kain kasa melingkari dahinya. Saat ini, dia masih tertidur dengan dua alis yang berkerut seolah dia sedang bermimpi.Pamela memandang bocah nakal di tempat tidur itu sambil mengangkat alisnya. "Kenapa dia belum bangun?"Ariel memijit alisnya sambil menghela napas. "Dokter bilang dampak tabrakan itu parah. Dia mungkin harus tidur lama baru akan siuman."Pamela bertanya sambil mengerutkan keningnya, "Kenapa pria dewasa bisa menabrak pintu di siang bolong?"Ariel juga tidak berdaya. "Bukankah tuan muda ini ingin pergi ke Klub Valley untuk berpartisipasi dalam Konferensi Hacker? Bos memintaku untuk memancingnya pergi, jadi aku berpura-pura sakit untuk mengalihkan perhatiannya dan memintanya untuk mengantarku ke rumah sakit.""Akibatnya, saat dia turun ke apotek untuk membantuku mengambil obat, pintu kaca di lantai bawah rumah sakit dibersihkan terlalu bersih. Pemuda itu b
Pamela tahu bahwa kakak yang dipanggil oleh Justin adalah Kalana, tetapi dia terkejut ketika Justin mencengkeramnya seperti menemukan penyelamatnya."Aku bukan kakakmu, bangun! Lihat dengan baik, siapa aku?"Justin menggelengkan kepalanya. "Kak ... aku nggak mengkhianatimu ... aku hanya ... hanya berharap kamu nggak selalu menindas Pamela. Pamela sebenarnya sangat baik ...."Pamela tertegun sejenak.Bocah konyol ini bahkan membantunya dalam mimpinya?"Kak, jangan!"Justin bangun dengan kaget. Saat ini, wajahnya dipenuhi keringat, dia terlihat masih terkejut.Pamela duduk di samping, lalu berkata sambil meliriknya, "Sudah bangun?"Justin tersadar dari lamunannya. Dia memandang Pamela dengan bingung, lalu melihat sekeliling. Setelah melihat pakaian rumah sakit yang dia kenakan, dia bertanya dengan ekspresi bingung, "Kenapa aku di sini?"Pamela memberi tahu Justin dengan jujur, "Kamu terluka karena menabrak pintu."Justin tertegun. Setelah mengingat apa yang terjadi sebelum dia pingsan, w
Justin mengerutkan keningnya dengan cemas. "Kak Agam pasti memiliki perasaan padamu selama tiga bulan kamu tinggal di Kediaman Keluarga Dirgantara. Kalau nggak, dia nggak akan begitu baik padamu!""Setelah kamu pergi, Kak Agam mengalami depresi untuk waktu lama. Sekarang, dia akhirnya mendapatkan kembali semangatnya dan berkembang dengan lancar bersama kakakku. Jadi, aku harap kamu berhenti bersaing dengan adikku untuk mendapatkan Kak Agam, karena kesehatan kakakku sangat buruk. Dia lebih membutuhkan kehadiran Kak Agam daripada kamu ...."Pamela tertegun sejenak. Apakah Agam pernah mengalami depresi karena dia?Haha, memangnya kenapa?Agam yang memilih jalan itu!Agam sudah memiliki kekasih dan anak, tapi dia masih tidak tahan kesepian dan mempermainkan perasaan Pamela. Mungkin dia benar-benar menyukai Pamela. Setelah dia tidak berhasil menaklukkan Pamela, apakah dia merasa tidak bahagia?Justin memandang Pamela sambil berpikir. Kemudian, dia berkata sambil mengerutkan kening dan berpi
Pamela menjawab sambil mengangguk, "Ya."Justin menatap Pamela dengan saksama. Tidak tahu kenapa, meskipun Justin telah mendapatkan jaminan yang dia inginkan, suasana hatinya masih sedikit rumit ....Pamela tidak ingin melanjutkan topik tentang Agam, jadi dia berkata dengan santai, "Ngomong-ngomong, hari ini aku melihat kakakmu di Kota Kesawan."Pupil Justin menyusut. Kemudian, gelas air di tangannya pun terjatuh ....Untungnya, Pamela memiliki mata yang jeli dan gerakan yang cepat. Dia mengulurkan tangan untuk memegang gelas itu dengan cepat sehingga air tidak tumpah ke selimut rumah sakit. Jika tidak, selimut dan seprai akan basah!Justin menelan ludah dengan ekspresi wajahnya seolah-olah dia baru saja melihat hantu. Kemudian, dia bertanya dengan hati-hati, "Apa ... kamu memberi tahu kakakku tentang aku datang di Kota Kesawan?""Aku belum bilang."Pamela meletakkan gelas air itu di lemari di dekatnya. "Aku ingin bertanya apakah kamu ingin memberi tahu kakakmu sehingga dia bisa datang
Jason memandang Pamela. "Apa yang ingin kamu katakan?"Pamela berdiri dari kursinya, lalu berkata sambil menatap Jason dengan tegas, "Pak Jason, menurutku metode ajaranmu sangat bermasalah."Jason berkata sambil tersenyum, "Nona Pamela, aku nggak punya waktu untuk menyapamu. Kita berpisah belum lama ini dan kita bertemu lagi.""Tapi, sebelum aku bertanya mengapa kamu ada di sini bersama adikku, kamu malah berinisiatif mencari masalah denganku?""Apakah kamu tahu tentang ajaran?"Mendengar ironi kata-kata Jason, tatapan Pamela tampak acuh tak acuh. Dia tidak memedulikan hal itu."Aku nggak mengerti tentang ajaran, tapi sayangnya aku pernah mengalami ajaran yang sangat buruk dan menjadi korban, jadi aku berbaik hati ingin mengingatkan Pak Jason agar nggak menyesalinya di kemudian hari."Jason menarik kursi dan duduk. Dia meletakkan sikunya di sandaran tangan kursi, lalu menopang dahinya dengan jari-jarinya yang panjang dan tajam, "Apa yang ingin kamu ingatkan padaku? Katakan saja. Aku ak
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen