Sejujurnya, sekarang gaji yang diperolehnya sudah tidak ada ruang untuk penaikan lagi. Gaji yang diperolehnya sudah lebih besar dibandingkan dengan kebanyakan petinggi departemen perusahaan, tentu saja yang dimaksud adalah perusahaan kecil di luar sana.Namun, kalau Lucy bisa terus menerus bekerja dengan baik di sisi Phillip, ke depannya juga ada kemungkinan dia akan dipindahkan ke departemen lain untuk menjadi kepala departemen atau semacamnya.Kemampuan dan performa kerjanya tentu saja jauh lebih baik dibandingkan beberapa kepala departemen yang selalu memanfaatkan kesempatan untuk mencari keuntungan untuk diri sendiri saja. Phillip memang sudah lama ingin "mendisiplinkan" bawahannya. Namun, dia sudah terbiasa ada Lucy yang membantunya. Kalau tidak ada wanita itu, untuk sementara waktu, dia juga tidak bisa menemukan orang yang tepat untuk menggantikan Lucy.Hal ini bisa dibahas nanti. Sementara itu, Yessy sudah seperti menggila. Sepanjang perjalanan, dia sudah menerobos beberapa lamp
Melihat Dian sudah keluar, secara naluriah Yessy mengubah ekspresi ganasnya tadi.Dia bahkan menepuk-nepuk debu di gaunnya."Kamu bertanya padaku apa yang sedang kulakukan di sini? Apa yang sedang kulakukan? Dian, apa kamu benar-benar nggak tahu atau pura-pura nggak tahu? Coba kamu tanyakan pada dirimu sendiri apa yang telah kamu lakukan selama beberapa waktu ini!"Dengan seulas senyum mengembang di wajahnya, Dian berkata, "Nona Yessy, sepertinya kamu sudah terlalu ikut campur dalam urusan pribadiku. Hubunganku denganmu hanya sekadar hubungan antara seorang pewawancara dengan seorang narasumber. Atas dasar apa aku perlu melaporkan apa saja kegiatanku selama beberapa waktu ini?""Ya, awalnya hubungan antara kita memang hanya sekadar begitu. Tapi, kamu sudah merebut pacarku, jadi tentu saja hubungan kita sudah sangat 'dalam' sekarang. Kenapa kamu begitu nggak tahu malu? Aku sudah bersamanya selama bertahun-tahun dan nggak pernah ada seorang wanita pun di sisinya. Hanya kamu seorang. Begi
Kalau Dian tahu Phillip sudah punya pacar, dia juga tidak akan membiarkan ayahnya melakukan hal seperti itu. Tidak peduli seberapa besar rasa sukanya pada pria itu, dia juga tetap akan berusaha menentang ayahnya, bahkan dengan mempertaruhkan nyawanya. Dia tidak mungkin memanfaatkan rasa sukanya untuk membantu pria yang disukainya."Omong kosong. Kapan kamu mulai menjalin hubungan asmara bersamanya? Kamu hanya cemburu karena melihat kami berdua sudah menikah, 'kan?"Yessy tidak tampak terburu-buru. Dia berkata dengan terkekeh pelan dan berkata dengan santai, "Situasi sudah seperti sekarang ini, kenapa kamu masih saja berakting? Jelas-jelas hubunganku dengannya sangat baik, tapi kamu malah merebutnya dariku. Coba kamu tanyakan pada dirimu sendiri, apa kamu benar-benar nggak merasa bersalah?"Setelah berbalik, Yessy mengubah ekspresi wajahnya, menunjukkan ekspresi sedih."Kamu sendiri juga tahu Phillip adalah anak yang sangat berbakti. Keluarganya sudah mendesaknya untuk cepat menikah beb
Ya, benar, sebelumnya dia memang gagal membujuk ayahnya, tetapi dia juga sudah berusaha sekeras yang dia bisa.Dia bahkan sudah mengatakan akan melunasi utang ayahnya pada pria itu dengan mengandalkan kemampuan sendiri. Apa semua ini masih belum cukup? Sebenarnya Phillip ingin dia melakukan apa?Begitu melihat Phillip mendekat, Yessy tidak bisa menahan dirinya dan melangkah mundur."Apa kamu tega mencampakkanku demi wanita sepertinya? Kamu sudah melepaskan hubungan yang terjalin antara kita berdua selama bertahun-tahun dan semua kenangan antara kita. Phillip, kamu benar-benar hebat.""Aku nggak pernah bertemu seseorang yang lebih ahli dalam memutarbalikkan fakta dibandingkan kamu. Jelas-jelas kamu sendiri tahu mengapa aku bisa memilih orang lain. Kamu hanya nggak bersedia mengaku saja.""Semua itu sudah berlalu selama bertahun-tahun, seharusnya kamu sudah tahu jelas, hubungan kita nggak akan bisa seperti dulu lagi. Kamu sudah membuat keputusan sendiri, apa sekarang kamu malah menyesali
"Sudah kubilang hubungan kita sudah berakhir. Oh nggak, kita bahkan nggak pernah memulainya. Dari awal, kamu nggak pernah memilihku. Yessy, kamu jangan mempersulit istriku lagi."Phillip menggenggam tangan Dian, jari-jari mereka yang bertautan seperti duri di mata Yessy."Oke, oke, oke. Selama bertahun-tahun ini, setiap pilihanku adalah pilihan yang salah. Saat itu aku memilih untuk pergi, aku sudah melewatkanmu.""Sekarang aku memilih untuk kembali, aku juga tetap melewatkanmu. Phillip, sebaiknya kamu katakan saja dari awal kamu nggak pernah memberiku kesempatan. Untuk apa kamu menunjukkan sikap serius seperti itu di sini?""Dian, dasar wanita jalang! Kamu juga nggak perlu pamer di hadapanku.""Bukankah kamu ingin melihatku menjadi bahan tertawaan? Aku nggak akan membiarkan keinginanmu tercapai!""Aku akan membuat kalian semua menyesal!"Saat berbicara, Yessy langsung menerjang ke arah pilar di lobi tersebut. Reaksi Phillip sudah cukup cepat. Saat wanita itu mulai bergerak, dia sudah
"Sekarang kamu juga bisa memilih orang lain. Hanya karena kita sudah saling mengenal terlalu lama, perasaanmu padaku telah berubah. Tapi, kamu hanya memiliki hasrat untuk memilikiku, bukan cinta."Begitu mendengar ucapan Phillip, tiba-tiba emosi Yessy langsung bergejolak. "Kamu nggak mengerti aku, jangan menebak perasaanku dengan sembarangan. Aku menyukaimu, aku mencintaimu!""Kala itu, aku memilih orang lain karena aku nggak berdaya. Kalau aku bisa tetap tinggal, aku pasti akan tetap tinggal.""Jangan lupa, dari awal aku yang terlebih dahulu menaruh rasa padamu. Terlepas dari apa pun yang kamu katakan, cinta yang kuberikan padamu sedikit lebih banyak. Kamu nggak bisa menyangkal hal ini.""Hidup memberiku lelucon yang sangat besar. Setiap kali aku membuat pilihan, aku akan kehilangan sesuatu sepenting dirimu.""Tapi, saat aku sudah sadar aku nggak bisa membuat kesalahan lagi, kamu sudah memilih wanita lain. Phillip, apa kamu benar-benar nggak bisa memberiku satu kesempatan lagi?""Atau
Dian benar-benar tidak paham, dia berkata, "Letak permasalahan hari ini nggak terletak padaku. Nona Yessy yang datang mencariku dan membuat keributan di sini.""Kalau Bapak sudah melakukan penyelidikan, Bapak pasti sudah tahu jelas, aku bukanlah orang ketiga yang merusak hubungan mereka. Dari awal, mereka nggak pernah bersama. Jadi, sebenarnya apa hubungannya masalah ini denganku?""Dia sengaja membuat keributan besar di hadapan banyak orang seperti ini, boleh dibilang aku juga adalah korban, bukan?""Kamu! Aku baru mengucapkan beberapa patah kata saja, kamu sudah melawanku panjang lebar. Sebenarnya siapa yang menjadi atasan di sini?"Tadi, saat berhadapan dengan Phillip, dia membungkukkan badannya, bersikap penuh hormat seperti seekor anjing penjilat. Pria yang sudah mulai lanjut usia itu, bisa membungkukkan badannya sedemikian rupanya di hadapan Phillip. Namun, saat berhadapan dengan Dian, dia malah bersikap sangat arogan."Tentu saja kamu adalah alasan. Tapi, apa hubungannya hal ini
"Terlepas dari apakah jawaban ini bisa kuterima atau nggak, aku tetap ingin mengetahuinya."Dokter yang berada di samping pasien juga terus mendesak Phillip. "Tuan, tolong berikan jawaban untuknya. Kalau pasien nggak masuk ke dalam bangsal, bagaimana kami bisa menangani lukanya?""Pendarahan masih belum sepenuhnya berhenti, bagaimana pasien bisa memanfaatkan nyawa sendiri sebagai bahan bercanda?"Dokter sudah merasa sedikit kesal. Phillip menatap mata Yessy yang berlinang air mata sejenak. Pada akhirnya, dia menganggukkan kepalanya."Aku bisa memahami setiap pilihanmu. Semuanya sudah berlalu sangat lama, aku sudah lama memaafkanmu."Namun, begitu mendengar jawaban Phillip, alih-alih menghela napas lega, Yessy merasakan hatinya makin sakit.Saat sepasang kekasih bertengkar, kalau keduanya masih marah, masih kesal pada satu sama lain, itu artinya mereka masih belum bisa melepaskan satu sama lain.Namun, kalau berbagai emosi itu sudah menghilang dalam hati salah seorang dari pasangan itu,