Tentu saja Dian percaya. Dalam aspek lain, dia tidak bisa banyak membantu Grace. Dia hanya bisa sering-sering mengunjungi panti asuhan teman baiknya itu saat dia punya waktu senggang. Jadi, sebagian besar anak-anak di sini juga sudah sangat mengenal Dian. Mereka tahu Dian adalah teman baik Grace, kepala panti asuhan mereka.Sedangkan Grace sendiri sudah seperti keluarga bagi mereka. Jadi, teman Grace juga merupakan teman mereka."Kamu sudah sampai?" Tidak tahu sejak kapan Nando sudah menunggu di depan pintu. Begitu melihat mobil Dian melaju ke arah panti asuhan, dia langsung menyambut kedatangan Dian."Ya ampun, panti asuhan nggak kekurangan barang-barang ini. Setiap kali kamu datang, kamu selalu saja membawa begitu banyak barang. Kamu pasti kesulitan mengambil barang sebanyak ini sendirian."Nando langsung mengambil alih bungkusan-bungkusan barang itu di tangan Dian secara natural. Di dalam mobil Dian, masih ada banyak begitu banyak barang."Berbeda halnya dengan panti asuhan kalian k
Pergerakan Nando terhenti. Setelah terdiam cukup lama, dia baru menyunggingkan seulas senyum getir dan berkata, "Kamu nggak mengerti. Justru karena aku sangat mencintai dan menyayangi mereka, jadi aku nggak bisa berada di dekat mereka.""Apa kamu takut Juko dan yang lainnya datang mencari masalah denganmu?""Sekarang kita hidup di zaman hukum. Nggak peduli seberapa keterlaluan mereka, mereka juga nggak mungkin melakukan pembunuhan, 'kan?""Terlebih lagi, sekarang kamu nggak tinggal di tanah itu lagi, bahkan rumahmu juga sudah tiada. Sebenarnya apa lagi yang perlu mereka permasalahkan denganmu?"Ekspresi Nando berubah menjadi sangat muram, dia berkata, "Aku bukannya nggak ingin mencari perhitungan dengan mereka. Tapi, kesenjangan antara kami terlalu besar.""Mungkin di antara sedemikian banyaknya orang, hanya aku seorang diri yang bersikeras ribut dengan mereka sampai sudah melampaui batasan mereka.""Hah! Selama aku masih hidup sehari, aku nggak akan melepaskan pengembang nggak punya h
"Itu adalah rumahku!"Emosi Nando kembali bergejolak. Untuk sementara waktu ini, Dian juga hanya bisa menghiburnya, "Kamu harus yakin suatu hari nanti mereka pasti akan menerima hukuman sesuai hukum yang berlaku. Nggak ada seorang pun yang bisa menghindari hukum.""Hari ini wawancaraku berakhir sampai di sini saja. Semua ini salahku, seharusnya aku nggak selalu menanyakan hal-hal yang telah berlalu padamu. Seharusnya aku nggak membuka luka hatimu. Aku akan mencari cara lain lagi untuk menyelidiki pria itu.""Kamu tenang saja, sudah ada perkembangan. Aku mengenal seseorang yang kemungkinan besar adalah kenalan lama Juko. Seharusnya aku bisa mendapatkan banyak informasi darinya.""Benarkah? Apa itu artinya nggak lama lagi aku sudah bisa pulang dan menemui keluargaku secara terang-terangan?!"Melihat ekspresi bahagia dan penuh semangat Nando, Dian juga menganggukkan kepalanya dengan penuh keyakinan. "Percayalah padaku, nggak lama lagi kamu sudah bisa pulang."Saat dia melajukan mobilnya p
"Kenapa hari ini kamu masih belum kembali untuk berlatih? Bukankah dulu kamu selalu bilang kamu nggak bisa tanpa latihan sehari pun?"Phillip sedang menundukkan kepalanya dan tampak sibuk dengan dokumen-dokumen di tangannya. Sementara itu, Yessy malah berdiri di hadapannya dan menceritakan tentang film yang mereka tonton bersama itu tanpa henti.Sebenarnya, Phillip sudah lupa apa yang diceritakan oleh film itu. Saat berada di dalam bioskop selama dua jam itu, tidak tahu kenapa dia diliputi oleh perasaan kesal. Hanya saja, dia tidak menunjukkannya secara langsung."Ya, memang benar begitu. Tapi, aku juga manusia biasa. Terkadang, aku juga berharap bisa meliburkan diri sendiri. Sebaliknya, mengapa hari ini kamu selalu mengusirku? Apa kamu sudah janjian dengan pacarmu?"Yessy terkekeh, sedangkan Phillip tidak menanggapinya.Hanya saja, detik berikutnya, tiba-tiba Lucy menghubunginya dengan menggunakan telepon ruangan. "Pak Phillip, Nona Dian sedang menunggu Bapak di ruangan tamu."Dalam s
"Atau hatimu yang sudah berubah? Kamu sudah tertarik dan jatuh hati pada wanita lain? Cepat katakan padaku, siapa wanita itu?""Aku mau lihat wanita mana yang bisa membuatmu jatuh hati! Aku mau lihat siapa wanita yang telah merebut priaku!""Cepat katakan padaku ...."Yessy menarik kerah baju Phillip. Melihat mata wanita itu memerah, dia tahu penyakit wanita itu kumat lagi."Kamu sedang sakit, pulanglah dan minum obatmu, jangan membuang-buang waktumu dan waktuku di sini lagi.""Bisakah kamu mempertimbangkanku untuk sekali ini lagi? Jangan membuat keributan di sini."Phillip segera melirik ke luar pintu. Dia tidak ingin situasi bertambah buruk, terlebih lagi Dian masih sedang menunggunya di sebuah ruangan."Hehehe, ternyata memang benar, kamu sudah jatuh hati pada orang lain, apa Dian orangnya?""Aku tahu kamu nggak pernah membela wanita mana pun! Tapi, bisa-bisanya kamu membelanya!""Sebenarnya apa keunggulannya? Apa yang kamu sukai dari dirinya?""Phillip, apa kamu sudah melupakan ken
"Sudah, cukup. Yessy, kamu pulang dulu.""Mengapa kamu nggak membiarkanku mengatakannya? Aku hanya sedang berbicara jujur. Apa Nona Dian nggak sanggup mendengarnya?"Melihat ekspresi sedih Yessy, raut wajah Dian langsung berubah menjadi dingin."Nona Yessy, kalau ada yang ingin kamu katakan, katakan saja, nggak perlu bertele-tele seperti ini.""Perilakumu sekarang benar-benar berubah seratus delapan puluh derajat dari saat kamu menerima wawancara dariku. Awalnya aku pikir kamu adalah orang yang jujur dan berterus terang."Dian mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dia juga tidak bisa membedakan sosok Yessy yang mana merupakan sosok wanita itu yang sesungguhnya. Saat dia mewawancara wanita itu sebelumnya, mereka berdua masih bisa mengobrol dengan santai dan menyenangkan. Namun, sekarang wanita itu malah berubah drastis.Saat ini, dia benar-benar mirip dengan karakter wanita bertemperamen buruk dalam pertunjukan tariannya kala itu."Hah, bukankah Nona Dian berbicara juga suka bertele-te
"Hmm .... Tadi ...."Sebelum Dian sempat mengutarakan apa yang ingin diutarakannya, Phillip sudah menyelanya, "Maaf, Nona Dian, aku harap kamu bisa melupakan ucapanku tadi.""Kamu juga sudah lihat sendiri, emosi Yessy sekarang ini sedang nggak stabil. Aku tadi hanya sedang emosi sesaat, aku hanya mengikuti alur bicaranya.""Aku harap kamu nggak memasukkannya ke dalam hati. Kalau kamu merasa nggak nyaman karena hal ini, aku meminta maaf padamu dengan tulus."Aura panas yang menjalar di sekujur tubuh Dian hilang seketika, seakan-akan dia baru saja diguyur oleh sebaskom air dingin."Oh .... Aku juga nggak berpikir sebanyak itu.""Hanya saja, Pak Phillip, bisakah kamu menjelaskan padaku mengapa aku bisa terbawa-bawa dalam pembicaraanmu dengan Nona Yessy?""Kalau kamu nggak ingin aku salah paham, sebaiknya jangan sampai membawa-bawa namaku dalam pembicaraan kalian. Kalau seperti itu, juga hanya akan membuatku kesulitan saja."Walaupun Dian tetap tersenyum, indra tajam Phillip bisa merasakan
Melihat sorot mata penuh tekad Dian, pada akhirnya Phillip menganggukkan kepalanya dan berkata, "Yah, aku benar-benar nggak berdaya menghadapimu. Tapi, ada satu syarat. Begitu keselamatanmu terancam, kamu nggak boleh melibatkan diri dalam hal ini lagi."Dian tidak menyangka dia benar-benar berhasil membujuk Phillip. Saking senangnya, dia benar-benar ingin melompat-lompat dengan girang. Dia berlari-lari kecil menghampiri Phillip dan berkata, "Jangan khawatir, aku bukan orang bodoh.""Pak Phillip, aku benar-benar nggak menyangka kamu akan setuju. Aku benar-benar sangat senang. Terima kasih!""Apa boleh buat, siapa suruh seseorang mengatakan menegakkan keadilan adalah alasannya memilih profesi sebagai seorang wartawan? Karena dia sudah berbicara seperti itu, aku juga nggak bisa membuatnya patah semangat dan kehilangan kepercayaan dirinya ...."Melihat ekspresi senang Dian, seulas senyum tipis mengembang di wajah Phillip.Tiba-tiba, ekspresi Dian berubah menjadi serius. "Oh ya, aku berhasi
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen