Dian mengernyit. Awalnya, dia tidak ingin menanggapi ucapan Julio. Dia juga yakin bahwa kebenarannya akan terungkap bahkan jika dia tidak bersuara. Namun, secara bersamaan, dia juga memahami bahwa ada orang yang benar-benar memercayai omong kosongnya Julio."Maaf, Kak Julio. Aku sudah merekam semua ucapanmu barusan.""Kalau soal rumor yang kamu sebarkan itu, aku akan menyerahkan hak kuasanya pada pengacaraku. Jangan kira karena aku anak baru, aku mudah ditindas. Aku juga akan menuntutmu atas artikel di majalah ini. Aku akan membuatmu membayar atas semua perbuatanmu."Banyak rekan kerja mereka pun terkejut. Mereka tidak menyangka bahwa Dian akan maju dan mengungkapkan bahwa orang yang dimaksud di artikel itu adalah dirinya sendiri.Secara bersamaan, mereka juga sangat mengagumi tekad Dian karena gugatan seperti ini bukanlah sesuatu yang bisa diselesaikan dalam waktu beberapa hari.Sepertinya, Dian benar-benar ingin meminta pertanggungjawaban Julio sepenuhnya.Namun, Julio malah masih me
Sekarang, setelah mengetahui bahwa Dian akan menuntutnya, dia baru terus memelas pada Dian. Apakah hal ini masih berarti?Jika bukan karena Julio sudah tidak bisa bergantung pada pamannya, dia sepertinya masih akan terus bertindak sesukanya.Tak disangka, ada banyak sekali pekerja magang yang mengalami kesulitan karena Julio, hati Dian pun kembali mengeras.Dian pun berkata, "Hanya karena aku bilang aku akan menuntutmu, kamu baru pura-pura sedih. Tapi, apakah kamu pernah menyesal sudah menindas kami para anak baru?""Sepertinya kamu sangat senang.""Kamu merebut bahan kami dan merebut teks yang sudah jadi. Mendapatkan sesuatu tanpa usaha apa pun memang sangat menyenangkan."Bos membuang napas. Dia ingin meminta Dian berhenti berbicara. Jika hal ini tersebar sampai ke departemen lainnya, bagaimana bagian hiburan masih bisa berdiri tegak?Namun, rekan kerja lainnya juga berjalan menghampiri mereka. Naskah orang-orang ini juga pernah direbut oleh Julio, mereka pun berkerumun di hadapan Bo
Sedangkan Julio juga bukan lagi bagian dari Surat Kabar Sino."Sudahlah, Julio sudah pergi, kalian juga sudah bisa tenang.""Julio adalah contoh terbaik bagi kita semua. Aku harap kalian bisa menganggap kejadian ini sebagai sebuah peringatan. Jangan menindas orang baru hanya karena status kalian sebagai senior.""Mengerti?""Mengerti," jawab rekan kerja lainnya."Kalau begitu, bubarlah."Bos kembali ke kantornya sendiri, sedangkan Dian duduk sebentar di tempatnya. Dian masih ingin pergi bertanya mengapa bosnya bisa tiba-tiba membela Dian seperti ini.Hanya saja, sebelum dia bisa mendekati kantor bosnya, dia mendengar suara panggilan telepon dari dalam ruangan.Dia berbalik untuk pergi, tetapi dia tiba-tiba mendengar namanya disebut."Baik .... Saya sudah melakukan sesuai instruksi Anda. Dian juga nggak tahu kalau kami menyingkirkan Julio karena instruksi Anda.""Iya, Anda bisa tenang. Dia nggak akan tahu.""Baiklah. Pak Phillip, kami menyambut kedatangan Anda di Surat Kabar Sino."Pak
Dian menekan bahu Bos agar Bos duduk di sofa dan bertanya, "Bos, ini namanya bukan menyusahkan, deh?""Dari awal, aku adalah korban dalam masalah ini, bukan?""Aku juga selalu mencari cara untuk menyelesaikan masalah Julio menyebarkan rumor tentangku. Tak kusangka, Bos dan pimpinan kita ternyata begitu memedulikan bawahan dan menyelesaikan masalah ini untukku.""Tapi, aku ingin tahu, kenapa hal ini berhubungan dengan Phillip?""Lagi pula, aku sudah dengar semuanya. Sebaiknya Bos beri tahu aku dengan jujur.""Kalau dia membantu dalam hal ini, aku juga harus berterima kasih padanya, bukan? Bos juga nggak berharap agar kebaikannya padaku sia-sia, 'kan?"Ucapan Dian tidak berhubungan dengan Bos. Hanya saja, Bos berpikir, jika Phillip berniat untuk membantu Dian, mungkin saja Phillip menyukai Dian ....Apa pun alasannya, asalkan Bos bisa melepaskan dirinya dari masalah ini, masalah antara Dian dan Phillip tidak lagi berhubungan dengannya."Kamu ini, lain kali, jangan menguping di dekat kant
"Lain kali, malam-malam begitu, jangan pergi sendirian lagi.""Mengerti?"Dian memonyongkan bibirnya dan menjawab, "Kepolosanku penting, tapi begitu pula dengan kepolosan pria. Selain itu, kalau bukan karena wartawan lainnya nggak bersedia untuk tetap menunggu di sana, mana mungkin hanya tersisa aku sendiri di sana?""Bos, sudah kubilang, masalah ini harus terus diselidiki. Aku sudah tahu apa yang terjadi, aku juga sudah beri tahu Bos. Kenapa Bos nggak bersedia melakukannya?""Masalah ini adalah bahan berita yang sangat bagus bagi Surat Kabar Sino!"Dian tidak bisa membujuk bosnya dengan ketidakadilan, jadi dia hanya bisa menggunakan cara ini.Terkadang-kadang, hanya dengan mengungkapkan semua keuntungan yang ada, masalah ini baru lebih mudah diselesaikan. Dian merasa sangat tidak berdaya."Sudahlah, lagi-lagi kamu membicarakan hal ini denganku. Sudah kubilang, nggak boleh! Jangan bertindak gegabah, mengerti?""Kalau kamu punya waktu luang, sebaiknya kamu pikirkan dengan baik bagaimana
"Ternyata Pak Phillip juga bisa malas bekerja, ya?" tanya Dian dengan usil. Phillip pun tersenyum dan menjawab, "Aku juga manusia, bukan robot. Tentu saja terkadang-kadang, aku bisa malas kerja.""Kalau begitu, biasanya, pada saat seperti ini, bagaimana Pak Phillip akan mengatasi perasaan negatif seperti ini?" tanya Dian lagi. Dia tidak menyangka bahwa Phillip akan memberinya jawaban seperti ini."Tentu saja aku langsung bolos kerja. Aku presiden direktur, jadi aku punya hak ini," jawab Phillip.Dian pun tertawa. "Pak Phillip benar-benar humoris, ya."Phillip menyesap kopinya dan bertanya, "Nona Dian, kenapa kamu mengajakku bertemu hari ini? Jangan-jangan karena masalah tanah itu, ya?"Dian langsung menggeleng dengan tegas dan menjawab, "Nggak ada hubungannya dengan masalah itu. Tapi, kalau Pak Phillip bersedia untuk membahas tentang hal itu, aku juga akan sangat senang.""Sebenarnya ...."Dian menggigit bibirnya, dia tidak tahu harus bagaimana memulai pembicaraan ini. Dia menyadari ba
"Hari itu, saat kita bertemu, aku bahkan bersikap kesal padamu, tapi kamu malah membantuku.""Pak Phillip benar-benar murah hati, ya?"Nada bicara Dian agak sinis. Dia tidak bisa mengendalikan kekecewaan dalam hatinya, dia juga tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya.Phillip menjawab, "Nona Dian, aku juga nggak akan membantu siapa pun.""Kita juga sudah kenal. Dari dua kali pertemuan sebelumnya, aku tahu kalau Nona Dian bukanlah orang seperti itu.""Terlebih lagi, kalau aku nggak melihatnya, aku nggak akan peduli. Tapi, aku sudah melihatnya, jadi aku nggak mungkin hanya duduk diam.""Lagi pula, kerja sama dengan Keluarga Sandiga sudah masuk agenda. Dengan membantumu, aku juga bisa menyanjung ayahmu."Dian mengangkat kepalanya dengan agak terkejut. Dia membuka mulutnya, tetapi dia tidak tahu apa yang harus dia katakan. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa Phillip akan memberikan alasan seperti ini.Namun, ucapan Phillip juga tidak berasal dari lubuk hatinya. Sejak jamuan malam ha
"Karena Pak Phillip sudah berbicara seperti ini, aku juga sudah merasa tenang. Aku yakin, kalau aku memberi tahu Nando kabar ini, dia pasti akan sangat senang," kata Dian.Dian menyilangkan tangannya, seakan-akan dia sudah setuju untuk tidak lagi ikut campur dalam masalah ini.Namun, Phillip tahu bahwa Dian tidak akan menyerah dengan sepatuh ini."Biar aku peringatkan sekali lagi. Nona Dian, jangan coba-coba untuk menyelidiki pihak pengembang itu secara sembunyi-sembunyi.""Kalau sampai terjadi masalah, nggak ada yang bisa menyelamatkanmu."Nada bicara Phillip sangat tegas, sehingga Dian hanya bisa mengangguk dengan patuh."Baiklah, kamu juga sudah berbicara seperti ini, mana mungkin aku masih mengambil risiko itu?""Sudahlah, aku sudah menanyakan hal yang mau aku tanyakan padamu. Karena kamu juga sudah memberiku jawaban, aku pergi dulu, ya."Dian langsung memasukkan dokumen yang dia bawa ke dalam tasnya dan pergi dengan sangat tegas.Sedangkan Phillip masih duduk di tempatnya. Dia tid