Terlebih lagi, dari isi percakapan antara Bos dengan Dian beberapa kali sebelumnya, Dian sangat meragukan penilaian rekan kerjanya ini.Dian sama sekali tidak memiliki ekspektasi apa pun. Hanya saja, rekan kerja lainnya tampak sangat bersemangat, mereka berkumpul bersama sambil mengobrol, mereka bahkan tidak membaca dokumen di tangan mereka lagi.Sedangkan Julio merasa sangat bangga. Dia berpikir, 'Bos jelas-jelas akan mengkritik Dian di rapat itu. Mungkin saja anak baru yang menyebalkan ini akan langsung diusir!'Sambil memikirkan bahwa tidak ada lagi orang yang bisa melawan dirinya di departemen ini, Julio merasa sangat senang.Dia membawa setumpuk dokumen dan berjalan melewati tempatnya Dian. Dia sengaja mencondongkan badannya dan mendecakkan lidahnya. Sedangkan Dian sama sekali tidak mengangkat kepalanya. Pria ini sangat menyebalkan, jadi Dian tidak ingin menghiraukannya.Dalam hatinya, Julio tertawa dengan sinis sambil berpikir, 'Bisa-bisanya dia masih sok hebat.' Hanya saja, begi
Bos tidak menanggapi ucapan Julio seperti sebelumnya, melainkan hanya menatap Julio dengan cuek, lalu mengalihkan tatapannya."Apakah kalian masih ingat sumpah yang kita ucapkan sebagai wartawan saat kita pertama memasuki industri ini?""Apakah kalian masih ingat apa tanggung jawab utama kita?""Masih," jawab Dian dengan suara rendah. Kemudian, dia mengingat kembali jawabannya. 'Tanggung jawab utama seorang wartawan adalah menghormati kebenaran dan menghormati hak publik untuk mengetahui kebenarannya.'Sekarang, segalanya yang Dian lakukan juga adalah untuk memenuhi sumpah ini.Hanya saja, mengucapkan sumpah ini sangat mudah, tetapi sangat susah untuk dipraktikkan. Ada terlalu banyak kesulitan dan rintangan dalam perjalanan menjadi seorang wartawan yang sesungguhnya."Aku yakin kalian semua nggak akan melupakan tanggung jawab utama kita. Tapi, seiring dengan berjalannya waktu, pengalaman juga bertambah, sepertinya ada yang melupakan alasan dia memulai pekerjaan ini."Bos melemparkan su
Kebanyakan dari mereka sudah berusia paruh baya dan sudah berkeluarga. Mereka sama sekali tidak bisa menyerahkan segalanya hanya demi keadilan.Oleh karena itu, saat para wartawan ini menghadapi kenyataan, mereka juga hanya bisa memilih untuk melupakan tanggung jawab mereka pada awalnya."Baguslah, kalian benar-benar hebat. Coba kutanya, apakah kalian sudah membaca artikel ini?" tanya Bos.Kemudian, Bos menampilkan teks berita pemfitnahan Dian di layar besar. Hanya saja, foto yang terlihat ambigu dan kata-kata yang membocorkan informasi pribadi diberi mozaik. Kedua tangan Dian pun tergenggam dengan erat.Dia mengerti bahwa Bos sedang melindungi privasinya, dia bukan orang yang tidak tahu berterima kasih.Artikel ini menimbulkan keributan di antara mereka, bahkan sudah ada yang mulai berbisik-bisik.Teks dengan kualitas serendah ini tidak mungkin hasil karya Surat Kabar Sino. Terlebih lagi, seorang wartawan yang sesungguhnya tidak akan menggunakan kata-kata yang begitu ambigu."Bos sala
Bos terus bertanya pada Julio. Dengan ekspresi getir, Julio pun berkata, "Bos, kali ini, aku sudah bersalah. Bisakah Bos memaafkanku?""Aku hanya naik darah sesaat, jadi aku kehilangan akal sehatku. Lain kali, aku nggak akan berbuat seperti ini lagi."Dian tertawa dengan sinis. Memangnya masih ada lain kali?Dian benar-benar tidak mengerti. Malam itu, Julio mengikutinya ke tanah Perusahaan Sanders dan melihatnya ditindas oleh seorang pemabuk. Namun, Julio malah tidak pergi membantu Dian dan malah merasa bahwa dia sudah mendapatkan kelemahan Dian. Hal ini benar-benar sangat absurd.Dia bahkan tidak mau mengambil bahan yang sudah jadi di hadapannya, melainkan menulis teks seperti ini dari sudut pandang seorang pria. Hal ini benar-benar tidak masuk akal."Bos, Julio mengumpulkan artikel ini tanpa nama ke redaksi majalah lainnya, hal ini sudah melanggar peraturan perusahaan, 'kan?"Banyak rekan kerja wanita tidak menyukai Julio. Terlebih lagi, kali ini, Julio benar-benar tertangkap basah,
Apakah pemimpin mereka benar-benar tidak tahan lagi dengan karakter Julio, sehingga Julio dipecat? Dian merasa bahwa ada kekuatan orang lain yang terlibat dalam masalah ini."Halo? Paman, aku Julio!" seru Julio. Begitu panggilan ini terhubung, dia langsung tersenyum dengan menyanjung. Bagi rekan kerja lainnya, dia tampak sangat memalukan."Aku menghubungi Paman untuk menanyakan tentang pekerjaanku ....""Iya, kenapa atasanku tiba-tiba mau memecatku? Apakah ada kesalahan? Bukankah Paman sudah pernah berpesan pada mereka ....""Apa? Paman bercanda, ya?!""Oh, aku ... aku mengerti."Suara Julio makin kecil. Jika dilihat dari sikap Julio yang lesu, semua orang sudah bisa menebak apa yang dikatakan pamannya Julio di ujung telepon itu.Bos merasa sangat senang. Sudah bertahun-tahun Bos ditekan oleh paman yang disebut Julio itu. Dia bahkan tidak bisa mengusir pecundang seperti ini dari departemen mereka. Sekarang, akhirnya dia bisa melampiaskan amarah ini."Bagaimana? Apa kata pamanmu? Apakah
Dian mengernyit. Awalnya, dia tidak ingin menanggapi ucapan Julio. Dia juga yakin bahwa kebenarannya akan terungkap bahkan jika dia tidak bersuara. Namun, secara bersamaan, dia juga memahami bahwa ada orang yang benar-benar memercayai omong kosongnya Julio."Maaf, Kak Julio. Aku sudah merekam semua ucapanmu barusan.""Kalau soal rumor yang kamu sebarkan itu, aku akan menyerahkan hak kuasanya pada pengacaraku. Jangan kira karena aku anak baru, aku mudah ditindas. Aku juga akan menuntutmu atas artikel di majalah ini. Aku akan membuatmu membayar atas semua perbuatanmu."Banyak rekan kerja mereka pun terkejut. Mereka tidak menyangka bahwa Dian akan maju dan mengungkapkan bahwa orang yang dimaksud di artikel itu adalah dirinya sendiri.Secara bersamaan, mereka juga sangat mengagumi tekad Dian karena gugatan seperti ini bukanlah sesuatu yang bisa diselesaikan dalam waktu beberapa hari.Sepertinya, Dian benar-benar ingin meminta pertanggungjawaban Julio sepenuhnya.Namun, Julio malah masih me
Sekarang, setelah mengetahui bahwa Dian akan menuntutnya, dia baru terus memelas pada Dian. Apakah hal ini masih berarti?Jika bukan karena Julio sudah tidak bisa bergantung pada pamannya, dia sepertinya masih akan terus bertindak sesukanya.Tak disangka, ada banyak sekali pekerja magang yang mengalami kesulitan karena Julio, hati Dian pun kembali mengeras.Dian pun berkata, "Hanya karena aku bilang aku akan menuntutmu, kamu baru pura-pura sedih. Tapi, apakah kamu pernah menyesal sudah menindas kami para anak baru?""Sepertinya kamu sangat senang.""Kamu merebut bahan kami dan merebut teks yang sudah jadi. Mendapatkan sesuatu tanpa usaha apa pun memang sangat menyenangkan."Bos membuang napas. Dia ingin meminta Dian berhenti berbicara. Jika hal ini tersebar sampai ke departemen lainnya, bagaimana bagian hiburan masih bisa berdiri tegak?Namun, rekan kerja lainnya juga berjalan menghampiri mereka. Naskah orang-orang ini juga pernah direbut oleh Julio, mereka pun berkerumun di hadapan Bo
Sedangkan Julio juga bukan lagi bagian dari Surat Kabar Sino."Sudahlah, Julio sudah pergi, kalian juga sudah bisa tenang.""Julio adalah contoh terbaik bagi kita semua. Aku harap kalian bisa menganggap kejadian ini sebagai sebuah peringatan. Jangan menindas orang baru hanya karena status kalian sebagai senior.""Mengerti?""Mengerti," jawab rekan kerja lainnya."Kalau begitu, bubarlah."Bos kembali ke kantornya sendiri, sedangkan Dian duduk sebentar di tempatnya. Dian masih ingin pergi bertanya mengapa bosnya bisa tiba-tiba membela Dian seperti ini.Hanya saja, sebelum dia bisa mendekati kantor bosnya, dia mendengar suara panggilan telepon dari dalam ruangan.Dia berbalik untuk pergi, tetapi dia tiba-tiba mendengar namanya disebut."Baik .... Saya sudah melakukan sesuai instruksi Anda. Dian juga nggak tahu kalau kami menyingkirkan Julio karena instruksi Anda.""Iya, Anda bisa tenang. Dia nggak akan tahu.""Baiklah. Pak Phillip, kami menyambut kedatangan Anda di Surat Kabar Sino."Pak
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen