Kalau pikirannya tidak terfokus pada menari, melainkan pada pikiran-pikiran sesat lainnya, apa gunanya menerima murid seperti itu?Dia tidak akan merasakan pencapaian apa pun, sebaliknya akan mengganggu murid lain sehingga tidak dapat berkonsentrasi dalam latihan menari.Dalam perjalanan pulang, Jason terus memegang tangan Aylin, meraba punggung tangannya, pandangannya ke luar jendela, entah apa yang dia pikirkan.Aylin bergerak, menggaruk telapak tangan Jason."Apa yang kamu pikirkan? Masih mengkhawatirkan Nenek?" tanya Aylin.Jason menghela napas, menatap Aylin, lalu tiba-tiba menariknya ke dalam pelukan sambil berkata, "Aku mengkhawatirkan Nenek, aku juga mengkhawatirkanmu.""Aku? Apa yang perlu dikhawatirkan tentangku?" tanya Aylin.Dia mengangkat kepalanya dengan raut wajah tidak mengerti dari pelukan Jason."Kamu terlalu baik, jadi selalu ditindas orang.""Kalau tadi aku nggak datang, kamu akan terus berdebat dengan murid tadi?"Aylin sangat acuh tak acuh, "Dia hanya nggak rela.
Aylin tanpa sadar mengulurkan tangannya untuk mengusap alis Jason, "Karena masalah Nenek, akhir-akhir ini alismu terus berkerut, membuatku sedih melihatnya.""Tapi aku juga nggak bisa membantumu menanggung apa pun."Jason menggunakan sedikit kekuatan untuk memeluk Aylin. Keduanya berpelukan berhadap-hadapan. Dia membenamkan dirinya dalam pelukan Aylin dan menarik napas dalam-dalam."Kamu sudah membantuku hanya dengan berada di sisiku.""Aylin, kamu harus baik-baik saja, jangan cedera dan jangan sakit."Aylin masih ingin mengucapkan beberapa kata untuk menenangkan Jason, sayangnya semua tertahan di hatinya."Baik."Cinta adalah perasaan berutang yang berkelanjutan. Tidak peduli betapa bahagianya Aylin di sisinya saat ini, Jason tidak akan pernah melupakan betapa menyedihkannya Aylin saat pertama kali dia bawa pulang.Semua penderitaan yang dia derita di masa lalu berasal dari orang tua kandungnya. Jason sering merasa bersalah. Kalau saja dia jatuh cinta padanya lebih awal, mungkinkah di
"Sialan! Bukan sutradara, untuk apa meneleponku?""Siapa yang mengizinkanmu meneleponku? Mau jualan lagi?""Aku nggak mau beli mobil ataupun rumah, juga nggak punya anak, enyahlah!"Setelah memaki, dia mengakhiri panggilan dengan marah, meninggalkan Leo yang menatap layar ponselnya dengan kebingungan."Ah?"Dia dan asistennya saling memandang, tidak menyangka temperamen Levina begitu meledak-ledak.Namun, mereka harus melakukan panggilan untuk mengonfirmasi tindak lanjut dengannya, jadi Leo tetap harus meneleponnya.Akan tetapi, saat ini dia juga mulai kesal. Sudah lama sekali dia tidak merasakan dimarahi seperti ini.Leo berkata lagi, "Dengan Nona Levina, 'kan?""Mohon panggilan jangan diputus, ada yang harus kami konfirmasi denganmu."Levina menjawab, "Sialan! Bisa nggak selesaikan dalam satu kalimat? Sebenarnya ada urusan apa?""Waktuku sangat berharga, tahu nggak?"Leo menarik napas dalam-dalam, kemudian melanjutkan, "Kami akan menuntut Nona Levina karena secara sengaja menjelek-je
Ucapan Levina tidak menyenangkan, seolah mengkritik Veren tidak berguna. Sementara Veren sudah memasang wajah muram di ujung telepon."Enteng sekali bicaramu, hanya menjauhkannya dari wanita jalang itu selama satu atau dua menit? Kamu tahu nggak, ada berapa banyak pengawal yang mengawasi?""Terakhir kali saat wanita tua itu kecelakaan di rumahnya, mereka semua sudah mengawasiku.""Sulit bagiku melakukan hal semacam ini di situasi sekarang.""Apalagi kalau kamu gagal, aku akan menjadi tersangka utama, aku sudah banyak berkorban, oke?"Levina menjawab, "Kalau bukan kamu yang berinisiatif mengajakku kerja sama, aku sama sekali nggak akan mempertimbangkan kamu.""Karena kamu begitu ragu-ragu, semuanya serba nggak bisa, bukankah lebih baik aku lakukan sendiri saja?"Levina benar-benar tidak sabar, dia sudah mengambil keputusan, besok atau lusa dia akan menghancurkan reputasi Aylin.Namun, sekarang Veren malah memberitahunya bahwa ini bukan saat yang tepat untuk mengambil tindakan?Bukankah
Dia tidak peduli kalaupun akan digugat.Setidaknya para netizen akan meragukan semua ini.Meski gugatan mereka berhasil, para netizen tidak akan pernah memercayai Aylin lagi.Karena begitu benih keraguan ditanam, benih itu tidak akan pernah hilang lagi."Huh, setelah semua ini, bukankah akhirnya kamu tetap dalam genggaman tanganku?"Veren sangat gelisah, dia berputar-putar di dalam kamar.Kata-kata Levina barusan seperti pukulan keras yang menghantam bagian atas kepalanya, membuatnya terbangun.Benar, apa lagi yang dia ragukan?Sekarang, wanita tua itu belum bangun, inilah waktu yang paling tepat untuk bertindak.Terutama setelah roadshow filmnya, Aylin akan mendapatkan ketenaran dan kekayaan, bahkan merasuki Jason, mana mungkin dia bisa menerimanya!"Aylin, sudah saatnya kamu menerima akibatnya.""Anggap saja kenangan indahmu dengan Jason selama ini sebagai kompensasi untuk gadis malang sepertimu."Keesokan harinya, Anisa masih belum bangun, Aylin menjaganya sendirian di bangsal.Sesu
Nada suara Aylin penuh dengan sindiran. Veren terus mengatakan dirinya dan Anisa sudah lama saling kenal, tetapi gerakan dan ekspresinya tidak menunjukkan dia menghormati Anisa.Dia menunjukkan kehangatan hanya ketika ada Jason, tentu orang akan meragukan niatnya.Veren berkata, "Ya, awalnya kita berbeda. Jason dan aku adalah kekasih masa kecil, sedangkan kamu?""Hanya wanita yang dia pungut entah dari mana.""Semua pria suka bermain saat muda, aku nggak akan perhitungan.""Semakin lama bersamamu, dia hanya akan semakin menyadari kebaikanku.""Aku yakin, nggak lama lagi dia akan kembali ke sisiku."Aylin benar-benar ingin tertawa, Veren percaya diri sekali."Kamu percaya diri sekali kalau posisimu di hatinya pasti lebih tinggi dari aku?" kata Aylin.Veren meletakkan tangan Anisa, lalu mengeluarkan tisu basah untuk menyeka tangannya, seolah merasa jijik.Kemudian dia berkata, "Aku bukan percaya diri, tapi itu kenyataan yang pasti.""Berapa banyak yang kamu lalui dengan Jason dan berapa
'Jangan-jangan dia mau menunggu kedatangan Jason di ruang rawat ini? Aneh sekali,' pikir Aylin.Saat Aylin sedang menunduk sambil mencuci tangannya, dia mendengar seseorang berjalan memasuki kamar mandi. Dia pun mengangkat kepalanya.Begitu dia melihat pendatang ini, dia langsung tercengang. "Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Aylin.Levina tersenyum jahat dan berkata, "Memangnya rumah sakit ini milikmu?""Kalau kamu bisa berada di sini, kenapa aku nggak boleh berada di sini?"Aylin mengernyit. Setelah dia melihat "kakaknya" ini, suasana hatinya langsung memburuk.Dia langsung mematikan keran air dan hendak berjalan melewati Levina. Namun, tak disangka, Levina malah mengulurkan tangannya dan menghalangi Aylin."Ini sikapmu terhadap kakakmu?""Kamu bahkan nggak menyapaku?""Kalau aku menyebarkan hal ini di internet, hingga penggemarmu mengetahui sifatmu, sepertinya sifat aslimu akan terungkap, 'kan?" kata Levina.Aylin menatapnya untuk sesaat, lalu akhirnya tertawa dengan dingin dan b
"Kata Aylin, setelah aku datang, dia baru akan pulang. Kenapa sekarang hanya ada kamu sendiri? Dia ke mana?" tanya Jason.Veren pun mengernyit, lalu menjawab pertanyaan ini dengan menyalahkan Aylin."Aku juga nggak tahu. Begitu aku datang, aku menyadari bahwa dia agak gelisah. Saat dia memijit tangan Nenek, dia juga sangat ceroboh. Aku pikir, karena kamu nggak di sini, nggak ada juga yang bisa aku bicarakan dengannya. Jadi, setelah meletakkan keranjang buah itu, aku mau langsung pergi.""Tapi, nggak kusangka, dia malah menyuruhku untuk menunggu di sini. Katanya, dia mau pergi ke kamar mandi. Sampai sekarang, aku nggak melihat orangnya!""Kak Jason, bukannya aku mau mengadu domba hubungan kalian, tapi kalau dia benar-benar sibuk, sebaiknya jangan biarkan dia menjaga Nenek. Kalian sewa perawat saja.""Dia sama sekali nggak ingin berada di sini, untuk apa kamu merepotkannya?""Kalau sampai Nenek nggak dirawat dengan baik, hal ini akan membawa masalah."Jason memang tidak mengerti mengapa
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen