"Nenek masih di rumah sakit. Kita nggak tahu bagaimana kondisi Nenek. Kita nggak boleh duduk diam."Kata-kata Aylin mengingatkan Jason."Benar katamu. Nenek selalu dalam keadaan sehat. Dia nggak mungkin jatuh dari lantai atas ...."Saat melihat Jason seperti ini, Veren merasa sangat tertekan. Selama bertahun-tahun dia mengenalnya, Veren belum pernah melihat Jason tampak begitu kuyu, seperti hewan terperangkap yang tidak dapat menemukan jalan keluar.Veren berjalan beberapa langkah ke depan untuk menghiburnya. Namun, setelah mendengar percakapan mereka, dia berjalan mundur.Akhirnya, Veren mengumpulkan keberanian untuk mengemukakan pendapatnya dengan hati-hati, "Nenek sudah tua, kecelakaan seperti itu bisa saja terjadi.""Meski aku tahu ini sulit diterima. Jason, kamu juga harus tahu kalau mereka sudah nggak muda lagi.""Tentu saja, aku nggak mengatakan bahwa nggak ada kemungkinan terjadinya kecelakaan. Tapi, aku hanya ingin memberitahumu meskipun nenek benar-benar terjatuh secara nggak
Jason masih ingin menolaknya, tapi tak menyangka, setelah berpikir sejenak, Aylin malah meminta mereka berdua untuk tetap di sana.Aylin berkata, "Benar kata Veren, sekarang kita kekurangan tenaga, kita juga butuh bantuan untuk mencari bukti.""Setelah Nenek siuman, kita harus membantu Kakek merawat Nenek di rumah sakit, banyak yang harus diurus di rumah, kita nggak akan sempat mengurus semuanya."Meski Anisa masih terbaring di rumah sakit dan kondisinya belum diketahui, ketika Aylin berkata demikian, perasaan Jason menjadi stabil, seolah Anisa pasti akan bangun."Kamu benar. Setelah Nenek bangun, Kita harus menemani Kakek. Lagipula, Kakek sudah tua, nggak bisa menemani Nenek di rumah sakit sepanjang waktu," kata Jason.Setelah berpikir seperti itu, Jason mengangkat kepalanya, memandang Veren dan Selina dengan rasa terima kasih."Mohon bantuan kalian," kata Jason lagi.Selina tersenyum sedikit tersanjung, lalu melambaikan tangannya berulang kali sambil berkata, "Sungguh kejutan yang ta
Aylin tidak bersalah, tapi mereka malah melemparkan kesalahan padanya tanpa moral.Latar belakang keluarga yang menyedihkan membuatnya berubah menjadi wabah oleh mulut mereka!Jelas-jelas Aylin tidak pernah menggunakan masalah keluarganya untuk dijadikan berita. Kecuali terakhir kali dia tertangkap oleh wartawan, selain itu, dia tidak pernah berinisiatif membeberkan hubungannya dengan Keluarga Yanuar.Mengapa ketika hal seperti ini terjadi pun menjadi kesalahannya?Para penggemar merasa tidak adil untuk Aylin, tapi saat ini terjadi keributan besar di media sosial, semua orang percaya adanya aura ketidakberuntungan pada Aylin.Dan Levina muncul di saat seperti ini.Sejak kejadian terakhir, kariernya anjlok.Meskipun dia dan Veren bekerja sama untuk menjebak Aylin dan meminta sejumlah besar reporter diam-diam memotret Aylin dan Jason, dia tidak menyangka sebagian besar orang justru melihat mereka sebagai pasangan yang cantik dan tampan sekaligus berbakat.Begitu berita itu keluar, dia se
"Belajarlah bersabar dan mundur untuk sementara, kalau sampai dia sembarangan bicara dan orang-orang percaya padanya, bagaimana dengan Aylin?"Banyak orang mengirimkan pesan pribadi kepada penggemar ini, memintanya untuk tidak membuat Levina marah lagi.Akan tetapi, penggemar ini memutar matanya, bukan dia yang duluan membuat wanita gila ini kesal!Dia sudah lama membenci Aylin. Dari kalimatnya sudah terlihat bahwa sejak Aylin lahir, Levina mendekati adiknya itu dengan perasaan benci.Mana mungkin orang seperti itu akan berhenti menjelekkan Aylin hanya dengan penggemar berdiam diri?Mereka terlalu naif.Setelah mengikuti Aylin melalui begitu banyak hal, mereka seharusnya menjadi lebih kuat, tetapi mungkin sifat baik Aylin telah menarik teman-teman yang naif.Bahkan saat menghadapi Levina, mereka membujuknya dengan kata-kata yang baik dan tidak pernah menyerangnya secara aktif.Sangat disayangkan, di mata Levina, para penggemar itu hanya mengikuti Aylin, berpura-pura menyedihkan.Aylin
Namun, bagaimanapun juga, hasil penyelamatan Anisa belum juga keluar, Johan masih menemaninya di rumah sakit. Bagaimana bisa kedua pemuda itu menunda apa yang harus mereka lakukan karena kesedihan.Mereka harus memikul beban keluarga ini."Kamu cemas, kamu pikir aku nggak cemas?"Mata Aylin juga memerah, dia tidak sanggup melanjutkan ucapannya. Dia takut satu kata lagi saja keluar dari mulutnya, tangisannya akan pecah.Dia tidak sanggup mengingatnya. Kalau saja dia tidak minum segelas anggur terakhir itu, Anisa tidak akan naik ke atas untuk mengunjunginya. Apakah itu berarti semua ini tidak akan terjadi?Tadinya, Anisa dan Tamara sedang mengobrol dengan gembira. Hari ini adalah hari ulang tahun Anisa, jarang ada begitu banyak teman lama yang berkumpul bersama.Mereka mengadakan pesta ulang tahun ini dengan begitu meriah karena ingin Anisa bahagia, tapi malah berakhir seperti ini.Jika tahu akan seperti ini, lebih baik mereka makan bersama sekeluarga dengan tenang saja.Namun, sekarang
"Apa?"Veren mendongak, menatap Aylin dengan bingung, entah mengapa dia tiba-tiba bertanya, sementara Aylin malah memanfaatkan kesempatan ini untuk mengajukan pertanyaan lanjutan."Kenapa kamu ngotot bilang Nenek jatuh karena kecelakaan? Apa kamu melihat sesuatu yang sulit diceritakan?" tanya Aylin.Veren menjawab, "Aku nggak melihat apa pun, aku cuma merasa Nenek sudah berumur. Meski kita semua nggak menginginkan kejadian ini, kecelakaan pasti akan terjadi pada siapa saja, bukan?""Aku tahu, sekarang Jason hanya mendengarkanmu, apa pun yang kukatakan selalu salah di mata kalian.""Ini nggak masalah, tapi justru karena itu kamu harus membantu membujuknya. Apa kamu mau melihatnya terus khawatir seperti ini?"Veren bereaksi dengan cepat dan memasang raut wajah sedih."Benarkah? Itu yang kamu pikirkan?"Aylin tidak akan mudah tertipu olehnya. Jika dijumlahkan dengan kejadian sebelumnya, Veren sudah cukup mencurigakan dalam pikirannya.Hanya saja, sesuatu yang tanpa bukti itu tidak boleh s
"Siapa pun yang mendengar ucapanmu itu pasti akan curiga kamu ada hubungannya dengan kejadian itu.""Sekarang nggak ada orang di sini. Veren, jawab aku, sebenarnya kejadian ini ada hubungannya denganmu atau nggak?""Kenapa Nenek Anisa tiba-tiba jatuh dari lantai atas? Apa kamu yang mendorongnya?"Raut wajah Veren berubah drastis, menatapnya sambil berkata, "Selina, kamu sudah gila, ya?""Meskipun dulu aku pernah mencelakai kakakku, tapi itu semua masa lalu! Apa kamu anggap semua kecelakaan yang terjadi di dunia ini ada hubungannya denganku?""Kenapa aku mendorongnya? Dia itu neneknya Jason, menyenangkannya saja aku nggak punya kesempatan, kamu nggak lihat aku merendah di hadapannya?"Sambil bicara, matanya berangsur-angsur memerah, penuh dengan air mata, seolah sangat sedih."Aku tahu aku pernah mencelakai keluargaku, kamu nggak bisa memahamiku, aku juga nggak mau memberitahukannya pada orang lain.""Tapi bisa nggak kamu jangan menganggapku pembunuh maniak?""Aku juga ingin hidup denga
Setelah bicara, dia tidak lagi mendengar jawaban Jason dan Aylin.Dia hanya terus menatap kata "Operasi" di ruang gawat darurat, bertanya-tanya kapan lampu itu akan padam.Jason menggenggam tangan Johan, jari-jarinya sedikit tertekuk.Aylin sejak tadi sudah menitikkan air mata dalam diam. Melihat ekspresi khawatir Jason dan Johan, hatinya semakin tegang.Jika Anisa benar-benar meninggalkan mereka hari ini, keluarga ini akan menghadapi tantangan terbesar.Belum lagi dirinya sendiri.Sejak dia datang ke rumah ini, Anisa sudah sangat menyayanginya.Cinta yang kurang dia dapatkan dari keluarganya di masa lalu telah ditebus oleh dua orang tua ini.Dia tidak pernah merasakan kehangatan keluarga, dia berutang pada Anisa.Namun, sekarang Anisa terbaring di meja operasi yang dingin ini, bagaimana mungkin dia tidak khawatir?"Klik ...." Lampu ruang operasi padam.Jelas suaranya sangat kecil, tapi Aylin seakan mendengar suara bola lampu meledak.Dia berdiri secara refleks, mendekati pintu ruang o