Levina saja tidak takut dimaki oleh orang-orang, lalu mengapa Melinda sangat memedulikan pandangan dan penilaian orang lain?Mengingat apa yang telah dilakukan oleh Melinda selama ini dan situasi wanita itu sekarang ini, Aylin hanya bisa menghela napas.Dia sudah tidak ingin menanyakan pada wanita itu apakah wanita itu menyesali semua perbuatannya atau tidak.Mengapa demikan? Karena sudah tidak perlu lagi.Hingga sopir melajukan mobil ke tempat parkir rumah sakit, tidak tahu mengapa hari ini ada banyak orang yang mengunjungi rumah sakit yang berlokasi di pinggiran kota dan biasanya sepi pengunjung itu.Saat Aylin bersiap untuk membuka pintu dan turun dari mobil, tiba-tiba Jason menggenggam tangannya, seolah-olah mengisyaratkannya untuk jangan turun dari mobil."Ada apa?"Aylin langsung menoleh, ekspresinya tampak sedikit terkejut."Tanganmu dingin, apa yang telah terjadi?"Jason mengamati jumlah orang yang banyaknya tidak biasa itu dari kaca mobil dengan ekspresi sangat waspada."Aku s
Sambil menyunggingkan seulas senyum, Jason mencium sisi wajahnya dan berkata, "Untuk sementara waktu ini memang masih bukan, tapi kelak kamu pasti akan menjadi seorang artis yang sangat terkenal."Hanya dengan mengandalkan kemampuan akting dan profesionalitas Aylin dalam bekerja, Jason sangat yakin suatu hari nanti Aylin pasti akan bisa menduduki posisi puncak dunia hiburan, hanya masalah waktu saja.Sayang sekali, biarpun masih ada orang yang diam-diam melakukan trik-trik rendahan untuk menjatuhkan Aylin, tetap saja tidak bisa menghalangi jalan karier Aylin."Apa kamu takut?" tanya Jason.Saat ini, di dalam mobil hanya ada mereka berdua dengan sopir. Ingin menghindari sorot kamera sekelompok wartawan itu, tentu saja tidak memungkinkan.Aylin menatap Jason, keduanya saling melempar pandangan dan tersenyum.Sejak memutuskan untuk menjalin hubungan dengan Jason, dia sudah pernah memikirkan suatu hari nanti hubungan mereka pasti akan terekspos. Namun, Aylin tidak peduli.Dia adalah seoran
Aylin dan Jason berpakaian sangat sederhana, masing-masing dari mereka memakai kacamata hitam.Di bawah perlindungan Jason, Aylin langsung bersembunyi di belakang pria itu.Namun, sayangnya tidak peduli seberapa takut pun sekelompok wartawan itu pada Jason, mereka memang menunggu di sini demi memperoleh bahan untuk menyiarkan berita hangat. Begitu melihat mereka berdua turun dari mobil, satu per satu dari sekelompok wartawan itu tidak bisa menahan diri lagi dan mulai melangkah maju untuk mengerumuni mereka."Pak Jason! Pak Jason! Apa Bapak datang untuk menemani Aylin menjenguk calon mertua Bapak?""Pak Jason, walau ada kamera yang menyorot kalian, kalian berdua langsung turun dari mobil begitu saja, apa itu artinya kalian sudah mengakui hubungan kalian?"Dari awal hingga akhir, Jason hanya memasang ekspresi dingin, sedangkan sopir yang berjalan di depannya sibuk menghalangi mikrofon-mikrofon yang ditujukan ke arah Jason.Bulir-bulir keringat tampak bercucuran membasahi pakaian sopir it
Setelah melangkahkan kakinya dengan susah payah hingga mencapai pintu utama rumah sakit, dia baru menoleh dan melontarkan beberapa patah kata. "Semuanya, aku harap kalian nggak ikut masuk ke dalam. Tempat ini adalah rumah sakit, orang-orang di dalamnya adalah pasien. Kalau kalian ikut masuk, hanya akan mengganggu istirahat mereka."Walaupun sedang menghadap para wartawan itu secara langsung, Jason tetap menggandeng tangan Aylin dengan erat. Mereka berdua sama sekali tidak melepaskan tangan satu sama lain satu detik pun.Para wartawan itu juga bukan benar-benar tidak berhati nurani. Karena Aylin sudah berbicara demikian, tentu saja mereka tidak akan ikut masuk ke dalam.Hanya saja, ada seseorang yang memanfaatkan kesempatan ini untuk mengajukan satu pertanyaan. "Apakah sekarang kalian berdua sudah mengakui bahwa kalian menjalin hubungan asmara?"Pada saat bersamaan, para wartawan terus menyorot tangan mereka berdua yang bertautan satu sama lain untuk menuliskan artikel yang lebih mengge
Saat mereka sudah hampir mendekati pintu bangsal Melinda, tanpa Aylin sadari, langkah kakinya mulai melambat. Jason juga memperlambat langkah kakinya untuk mengimbangi langkah kaki Aylin."Bagaimana ini? Aku sedikit takut melihat kondisinya saat ini."Aylin menundukkan kepalanya. Hanya saja, satu tangannya menggenggam tangan Jason dengan erat, seolah-olah ingin menyerap sedikit energi dari pria itu."Jangan takut, aku akan senantiasa menemanimu."Aylin menarik napas dalam-dalam. Dia sendiri sudah memutuskan untuk datang menjenguk wanita itu.Lagi pula, sekarang dia sudah berada di depan pintu bangsal wanita itu, bagaimana mungkin dia berubah pikiran sekarang? Dia harus melakukan apa yang sudah diputuskannya.Tidak peduli apakah wanita itu menjalani hidup dengan baik atau buruk, dia tetap harus menemuinya sekali.Kala itu, wanita itulah yang telah memberinya kehidupan. Kini, di saat wanita itu membutuhkan seseorang untuk menjaga dan merawatnya, bagaimana mungkin dia bisa mengabaikan wan
Dia benar-benar menyesal dan membenci dirinya sendiri. Mengapa?Mengapa saat itu mata dan hatinya seolah-olah tertutup, sehingga dia mengerahkan jiwa dan raganya untuk sebuah keluarga seperti itu?Kalau ... kalau saja kala itu dia mencurahkan sedikit saja cinta dan kasih sayang kepada Aylin, dia juga tidak akan berakhir seorang diri tanpa ada yang menemani seperti sekarang ini.Sementara itu, Peter dan Levina menghindarinya seakan-akan dia adalah wabah penyakit, seolah-olah ketakutan tertular penyakitnya."Aku?" Aylin menghela napas lega. Dengan adanya sosok Jason yang menunggunya di luar, membuat perasaannya diselimuti oleh kebahagiaan yang tiada taranya. "Sekarang aku menjalani kehidupan yang sangat baik. Walau aku tahu mungkin kamu nggak bersedia mendengar ucapanku ini, sejak aku meninggalkan kediaman Keluarga Respati, hari-hari yang kulewati jauh lebih baik dibandingkan hari-hari yang kulalui bersama kalian."Melinda juga bisa melihat sendiri bagaimana kondisi Aylin sekarang.Kalau
Aylin yang hendak berjalan pergi meninggalkan bangsal itu menghentikan langkah kakinya. Kemudian, dia menoleh dan menatap wanita itu, "Apa? Apa yang ingin kamu katakan?""Ma ... maaf ...."Sebelum Melinda menyelesaikan ucapannya, Aylin juga sudah bisa menebak apa yang ingin diucapkan oleh wanita itu.Dia hanya tersenyum tipis. Tepat pada saat ini, tiba-tiba saja dia merasakan dirinya sudah melepas segalanya. Dia sudah tidak peduli lagi apakah Melinda benar-benar merasa bersalah padanya atau tidak.Karena wanita itu telah menyakitinya selama bertahun-tahun dan membuatnya menderita selama bertahun-tahun, semua itu tidak bisa dibiarkan berlalu begitu saja hanya dengan satu kata maaf."Aku nggak peduli lagi. Lagi pula, kejadian-kejadian itu sudah berlalu bertahun-tahun lamanya. Tapi, tentu saja kamu jangan merasa satu kata maafmu itu bisa membuatku tersentuh. Aku hanya ingin memberitahumu, sekarang aku menjalani kehidupan yang sangat baik. Aku bisa menjalani kehidupan sebaik sekarang ini k
Sambil mengerutkan keningnya, Jason menarik Aylin ke belakangnya, seolah-olah menjadikan diri sendiri sebagai perisai."Apa pelajaran yang telah kuberikan padamu sebelumnya masih belum cukup, sampai-sampai kamu berani muncul dan mengucapkan kata-kata nggak tahu malu seperti ini lagi di hadapan kami?"Menghadapi pria yang bertubuh tinggi dan tegap, secara naluriah tubuh Levina sedikit gemetar.Namun, setelah memikirkan pria yang begitu unggul malah bersedia menjadi "anjing penjilat" Aylin, perasaan jijik menyelimuti hatinya."Apa kamu nggak merasa jijik menjalin hubungan dengan wanita ini? Dia bahkan nggak peduli pada ibu kandungnya. Setahuku, juga masih ada tetua dalam keluargamu, 'kan? Apa kamu nggak takut dia mencelakai kakek dan nenekmu?"Aylin juga tidak mengerti dari mana Levina mengambil kesimpulan bahwa dia adalah tipe orang yang tidak akan memedulikan semua tetua.Namun, dari ucapan wanita itu, terdengar sangat jelas seberapa dalam kebencian wanita itu padanya.Biarpun ada Jaso
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen