Sikap Aylin sudah sangat jelas, dia lebih memilih untuk tinggal di asrama daripada di rumah.Dari awal, Jason seharusnya sudah memperhatikan perihal Aylin tidak menyukai Veren!Jason merasa agak menyesal."Ahh ...." Veren sudah siuman. Begitu dia bergerak, Jason langsung menahan bahunya dengan tegas dan berkata, "Jangan gerak, lukamu baru dibalut, biar kupanggil dokter untuk memeriksa kondisimu."Sebelum Veren bisa menjawab, Jason langsung pergi memanggil dokter.Melihat punggung pria itu, Veren tersenyum dengan puas. Hari ini, meskipun dia membuat dirinya terluka, hasil ini juga lumayan baik untuknya.Dia berpikir, 'Sudah kuduga, Kak Jason memedulikanku!''Kak Viona, aku harus berterima kasih padamu karena aku bisa begitu dipedulikan oleh Kak Jason!'"Pak Dokter, coba lihat, apakah masih ada masalah padanya atau nggak," kata Jason.Dokter datang memeriksa kondisi Veren, lalu berbalik dan berkata, "Jangan khawatir, Tuan Jason. Nyonya baru siuman, wajar saja kalau Nyonya masih merasa ku
"Kak Jason, kamu nggak tahu Aylin adalah wanita seperti apa. Sikapnya saat berada di hadapanmu berbeda dengan sikapnya pada orang lain.""Aku tahu kamu nggak akan memercayai ucapanku, tapi lukaku sudah cukup untuk membuktikan segalanya. Aku nggak mungkin melukai diriku sendiri hingga seperti ini. Kamu boleh tanyakan padanya!"Tidak ada kamera pengawasan di dalam kamar kecil. Jadi, Veren bisa mengucapkan kata-kata bohongan ini dengan tenang. Dia tidak perlu takut Jason melakukan penyelidikan."Aku nggak bilang aku nggak memercayaimu, tapi ....""Tapi apa? Jelas-jelas aku sudah terluka parah seperti ini, tapi kamu tetap nggak memercayaiku, malah memilih untuk memercayainya!""Kalau bukan karena mempertimbangkan hubunganmu dengannya, aku pasti sudah melaporkannya. Aku ingin menunjukkan padanya aku bukanlah orang yang bisa ditindas olehnya sesuka hatinya!"Sekarang Aylin adalah seorang aktris, bagaimana mungkin dia bisa terseret dalam kasus seperti itu?Jason langsung menghentikan Veren. "
Dia bahkan ingin bertanya pada Jason. Mengapa pria itu menilainya seperti itu? Apa mungkin setelah Veren kembali semuanya telah berubah?Namun, dalam lubuk hatinya, dia mengetahui dengan sangat jelas. Begitu dia mengajukan pertanyaan-pertanyaan itu, maka dia akan kalah sepenuhnya. Tidak akan ada orang yang jauh lebih menyedihkan dibandingkan dirinya.Di dalam sebuah hubungan, orang yang mencintai cenderung berada di posisi pasif. Sekarang dia sudah terjebak dalam situasi yang sulit, dia tidak ingin memperburuk situasinya, dia tidak ingin membuat dirinya terlihat makin menyedihkan.Namun, saat dia sedang seorang diri, dia tetap tidak bisa menahan diri untuk meringkuk sambil menangisi ketidakpercayaan Jason terhadap dirinya.Andaikan waktu bisa diulang kembali, Aylin sangat ingin semua ini terulang dari awal lagi. Dia bersedia kembali pada waktu di mana dia masih belum menaruh perasaan pada Jason.Di dalam bangsal rumah sakit.Veren memiringkan tubuhnya ke samping, dia masih marah pada J
"Eh, dasar kamu ini. Kenapa aku malah merepotkannya?""Aku ingin menjaga Aylin, oke? Aku hanya ingin melihat bagaimana kondisinya, tapi kalian berdua malah selalu menghalangiku.""Apa kalian berdua nggak khawatir apakah dia baik-baik saja tinggal di luar sana?"Membayangkan Aylin harus memasak dan mencuci baju sendiri, Anisa merasa sangat simpati pada cucu menantunya itu."Aylin hanya pindah tinggal di luar untuk sementara waktu, dia bukan sepenuhnya meninggalkan rumah kita, kenapa kalian malah bersikap acuh tak acuh seperti ini padanya?""Jason, katakan padaku dengan jelas. Sebenarnya apa yang telah terjadi hari ini? Kalau nggak, bagaimana mungkin kamu nggak mengizinkanku bertemu dengan Aylin walau hanya sebentar saja?"Intuisi Anisa selalu tepat. Mendengar pertanyaan yang diajukan oleh neneknya, Jason benar-benar tidak bisa berkata-kata. Awalnya dia sudah berencana untuk mengatur panggilan video Aylin dengan Anisa nanti. Kalau bisa, sebaiknya dengan menggunakan ponselnya.Dengan begi
Aylin ingin membukakan pintu untuk Anisa, tetapi dia lupa dia meletakkan tongkatnya di dekat pintu.Karena berdiri secara tiba-tiba, dia kehilangan keseimbangan tubuhnya dan terjatuh ke lantai. Suara benturan di dalam sangat kontras dengan suasana heningnya malam. Saking kerasnya suara benturan itu, sampai-sampai membuat jantung Anisa yang berdiri di luar pintu berdegap dengan kencang."Ya ampun, apa yang telah terjadi? Apa kamu terluka?""Pelan-pelan saja, ya. Aku akan menunggumu di luar sini. Kamu nggak perlu terburu-buru."Lutut Aylin membentur lantai dengan keras. Setelah berlutut selama beberapa detik, dia baru tersadar kembali. Kemudian, dia berusaha menopang tubuhnya untuk bangkit."Nenek, aku baik-baik saja, aku hanya terbentur lantai. Nenek tunggu aku, ya. Aku akan segera membukakan pintu untuk Nenek."Dengan bersusah payah, Aylin bertopang pada dinding untuk membuka pintu. Melihat rambut Aylin tampak berantakan dan berdiri dalam kondisi kaki pincang, kesedihan yang mendalam l
Melihat Aylin tampak senang memakan sup burung walet yang dibawakannya, Anisa tidak bisa menahan diri untuk membujuknya."Aylin, bagaimana kalau kamu ikut pulang denganku? Aku nggak tenang membiarkanmu tinggal sendirian di sini.""Apalagi, asrama ini begitu kecil. Setiap hari, kamu harus meminta bantuan temanmu untuk membelikan makanan untukmu, tentu saja nggak sepraktis di rumah. Kalau di rumah, aku bisa meminta pelayan untuk memasakkan untukmu makanan apa pun yang ingin kamu makan ...."Pergerakan tangan Aylin terhenti setelah mendengar ucapan Anisa. Pada akhirnya, dia baru mengangkat kepalanya, lalu tersenyum dan berkata, "Nenek, nggak apa-apa, tinggal di sini juga cukup praktis bagiku."Sebenarnya asrama yang disediakan oleh pihak kru film tidak terbilang kecil, ada tiga kamar, dua kamar mandi dan satu dapur. Aylin sama sekali tidak membutuhkan ruang seluas ini. Namun, kalau dibandingkan dengan kediaman Keluarga Yanuar yang megah, tentu saja jauh berbeda.Wajar saja Anisa tidak pua
"Harus kuakui ini adalah salah kami. Dibandingkan dengan anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang sehat, anak ini lebih penyendiri.""Sebelumnya, aku juga sempat berpikir apakah dia kekurangan kemampuan untuk mencintai orang lain. Tapi, dia sangat berbakti padaku dan kakek kalian ....""Kalau dilihat dari situasi sekarang, mungkin dia sangat kesulitan untuk menyadari siapa yang dicintainya.""Tapi, dari sudut pengamat, aku bisa melihatnya dengan jelas. Aylin, kamu harus percaya padaku. Kalau Jason nggak memiliki rasa padamu, aku juga nggak akan memaksakan kalian untuk bersama."Setelah mendengar ucapan Anisa, Aylin menjadi bertambah sedih. Dia dan Jason sudah terlalu sering berakting di hadapan Johan dan Anisa. Dia tidak menyangka dua lansia itu malah menganggap serius akting mereka.Makin mendengar ucapan Anisa, kesedihan yang menyelimuti hatinya makin mendalam. Sepertinya Jason sama sekali tidak mencintainya."Nenek, aku mengerti maksud Nenek. Nenek dan Kakek begitu menyayangiku. Ak
Setelah mendengar cerita Anisa, Aylin juga menyadari adanya sedikit keanehan."Sayangnya, setelah mengirim foto itu, Nona Veren segera menariknya. Kalau aku sempat menyimpannya, seharusnya Nenek bisa mengetahui apakah foto itu diambil pada malam itu."Anisa menepuk-nepuk punggung tangan Aylin dan berkata, "Aylin, aku tahu kamu sedih. Kamu pasti sudah memendam kesedihanmu sendirian selama berhari-hari ini, 'kan?""Nggak ada seorang pun yang datang untuk menghiburmu.""Gadis bodoh, seharusnya kamu memberitahuku lebih awal. Paling nggak, aku juga bisa memberitahumu apa yang terjadi hari itu."Aylin kembali meneteskan air mata karena perhatian yang dicurahkan oleh Anisa padanya.Dulu, saat dia merasa sedih, dia juga tidak pernah dihibur seperti ini oleh orang tuanya.Sementara itu, setiap kali merasa sedih di sekolah, sepulang ke rumah Levina selalu membanting pintu kamarnya.Lalu, pada saat itu, ibunya akan mengetuk pintu kamar Levina dengan sangat lembut.Biarpun Levina selalu menanggapi