Hal yang paling disukai Veren adalah menelusuri komentar semua orang yang menghina Aylin.Awalnya, saat melihat orang-orang di balik Internet menggunakan kata-kata yang begitu kejam, dia sangat ketakutan.Seberapa besar dendam yang mereka miliki terhadap Aylin sehingga mereka membenci orang seperti itu?Namun, lambat laun dia menyadari bahwa Jason dan Aylin semakin dekat. Saat melihat ucapan seperti itu, dia merasa lega.Setiap kali dia marah pada Aylin, Veren akan melihat bagaimana orang lain memarahi Aylin. Dari waktu ke waktu, dia sendiri yang membuat beberapa komentar.Apalagi akhir-akhir ini, seluruh krunya dicap sebagai pelaku intimidasi.Veren bahkan lebih bangga lagi. Seorang wanita dengan karakter yang dipertanyakan seperti Aylin, apa gunanya berhubungan dengannya?Ada banyak sekali postingan tentang kru ini. Setelah dia membuka kembali pesannya, Veren dapat melihat postingan terbaru yang menghina Aylin."Apakah mungkin aktor baru seperti Aylin bisa bergabung dalam film Pak Te
Veren meletakkan ponselnya. Barusan, dia melihat orang lain memarahi Aylin, jadi sekarang dia merasa jauh lebih baik.Hari ini, Jason marah atas perilakunya Veren. Memikirkan hal ini, Veren mulai berpikir tentang bagaimana mengubah pendapat Jason padanya ....Veren kembali ke kamarnya, lalu dia melihat botol air di atas meja untuk waktu yang lama.Kemudian, dia melangkah maju seolah dia telah memutuskan sesuatu. Setelah itu, dia menuangkan segelas penuh air mendidih.Setelah berpikir sejenak, Veren menambahkan setengah gelas air dingin. Dia hanya ingin membuat kulitnya memerah.Jika dia ingin meluluhkan Jason, Veren hanya bisa kejam pada dirinya sendiri."Ah ...."Veren tidak bisa menahan diri untuk tidak berteriak, kemudian dia menggigit bibir bawahnya dengan erat. Meski sudah mencampurkan setengah cangkir air dingin, dia tetap merasa sakit ketika menyiramkan air itu ke kulitnya.Veren melihat kulitnya tiba-tiba menjadi merah dan bengkak, lalu dia tertatih-tatih menuju sofa.Veren men
"Ada apa denganmu? Kamu baik-baik saja sebelumnya. Kenapa malah menjadi seperti ini? Kamu harus segera pergi ke rumah sakit!"Jason melihat luka Veren sangat serius. Dia tidak menunda lagi."Haha." Veren mendorong tangan Jason. "Kak Jason, kamu nggak perlu mengkhawatirkanku. Aku baik-baik saja. Sekalipun aku merasa sangat sakit, itu urusanku sendiri. Kamu nggak perlu khawatir padaku."Setelah berkata, dia akan mendorongnya menjauh dan kembali ke kamar."Apa yang membuatmu sangat marah?""Sekarang kamu terluka, kamu harus pergi ke rumah sakit. Kamu nggak terluka sebelumnya, tapi kamu pergi ke rumah sakit dan membuang-buang sumber daya medis! Apakah dokter salah mengatakan hal itu?""Apakah kamu belum menyadari masalahnya?"Melihat Veren menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit, Jason merasa kesal dan tidak bisa mengabaikannya.Karena Veren tidak mau mendengarkannya, Jason hanya bisa memaksanya ke rumah sakit.Setelah berpikir, Jason mengulurkan tangan dan meraih Veren. Tidak pe
Dia khawatir beberapa pemeran akan terlambat syuting jika mereka kembali ke rumah masing-masing.Namun, Aylin berbeda dari yang lain. Sekalipun dia tinggal di tempat lain selama sepuluh hari sampai setengah bulan, tidak perlu khawatir dia akan terlambat.Sungguh luar biasa bagi Aylin bisa mencapai hasil seperti itu dalam akting pertamanya.Oleh karena itu, meskipun banyak investor yang membujuknya untuk melepaskan Aylin dan beralih ke aktris lain, Teguh tetap menolak.Maria agak bingung. Aylin tinggal dengan nyaman di vilanya, mengapa dia menanyakan asrama kecil dengan dua kamar tidur dan satu ruang tamu?"Tentu saja ada, Pak Teguh secara khusus menyiapkan beberapa unit lagi ketika membuat reservasi," jawab Maria."Kenapa? Kamu mau tinggal di asrama?" tanyanya lagi."Pak Jason pasti nggak akan setuju, 'kan?" sambungnya.Wajah Aylin terlihat sinis, "Dia setuju atau nggak, apa hubungannya denganku?""Kalau begitu, bantu aku sampaikan pada Pak Teguh, aku akan pindah ke sana besok dan akan
"Kakimu terluka, siapa yang akan menjagamu di sana?"Aylin sudah mempersiapkan jawabannya, "Cedera kakiku nggak serius, aku cuma nggak bisa menggunakan kaki kiriku.""Lagi pula di asrama ada Maria dan Elaine, mereka sangat baik, mereka akan menjagaku," tambahnya.Aylin sangat tenang, sepertinya dia tidak akan terlalu banyak berdebat dengan Jason. Intinya, hari ini dia sudah memutuskan untuk pergi.Raut wajah Anisa penuh kekhawatiran."Aylin, kamu nggak ingin tinggal di rumah lagi?" tanya Anisa."Apa kamu nggak mau menemani Nenek lagi? Sekarang kakimu belum sembuh, Nenek nggak tenang kalau kamu tinggal di asrama," tambahnya.Hanya ketika menghadapi Anisa, raut wajah Aylin terlihat baik."Nek, nggak ada alasan lain, mana mungkin aku bosan menemanimu," kata Aylin."Aku hanya merasa asrama sangat dekat dengan lokasi syuting, aku tinggal bersama pemeran lain, kami bisa saling menjaga," lanjutnya."Setelah syuting, kami juga bisa latihan bersama, segalanya baik di rumah, hanya saja terlalu j
Aylin menggigit bibir bawahnya, menatap Jason sambil berkata, "Pak Jason, Apa kamu nggak merasa ucapanmu hanya lelucon? Apa kamu selalu berada di sisiku?"Jason menatap Aylin, mereka saling memandang, tapi tidak bicara.Setelah sekian lama, Aylin menoleh terlebih dahulu, dia tahu semua ini tidak mungkin.Dia tidak ingin memaksanya. Jason adalah direktur sebuah perusahaan terdaftar, dia bahkan jauh lebih sibuk daripada Aylin yang merupakan seorang aktris pendatang."Apa hanya dengan tinggal di asrama, kamu baru akan puas?" tanya Jason."Kalau kamu tinggal di rumah, aku masih bisa melihatmu, aku bisa menjagamu, tapi begitu kamu tinggal di asrama, aku ..." katanya lagi.Aylin menoleh sambil tersenyum, "Pak Jason tenang saja, aku hanya terluka di kaki kiri, bukan cacat.""Lagi pula, sekarang Veren juga terluka, dia menunggu kamu menjaganya. Kamu terlalu sibuk menjaga dua orang sendirian, aku tinggal di asrama juga sekalian mengurangi bebanmu," sambungnya."Kamu sedang marah," sela Jason."
"Aylin, bagaimana cederamu? Apa masih serius?"Aylin tersenyum, aura Maria selalu positif, suasana hatinya langsung meningkat pesat."Kesehatanku sudah pulih. Hanya saja kakiku belum bisa menginjak tanah dalam beberapa hari. Aku mungkin harus merepotkanmu dan Elaine," jawab Aylin.Maria tersenyum sambil mengangguk, "Bagus sekali kamu kembali, ke depannya kita bisa latihan naskah setiap hari."Jason sangat sibuk, mereka tidak banyak bicara dengannya. Klarifikasi secara spesifik sepenuhnya bergantung pada Jason.Setelah mengantar Aylin dan melihat betapa bahagianya dia mengobrol dengan Maria dan lainnya, Jason pun berpamitan dan pergi.Setelah Jason pergi, barulah Maria berani bertanya pada Aylin, "Kenapa kamu tiba-tiba pindah ke asrama? Kakimu belum bisa menginjak lantai, bukankah lebih leluasa di rumah?"Aylin menghela napas, dia tidak ingin membahas masalah ini."Aku punya alasan tersendiri. Kenapa? Kamu nggak menyambutku di sini?" jawab Aylin.Maria segera menggeleng, lalu berkata, "
Aylin mengubur pikirannya. Sore hari, Teguh beserta beberapa orang datang menjenguk, para pemeran utama juga mendiskusikan dilema yang dihadapi tim dan bagaimana menghadapinya.Jason pernah menyampaikan untuk melakukan semuanya sesuai keputusan Aylin.Klarifikasi ini harus membuat bukti mereka terlihat oleh semua orang.Jangan biarkan orang lain mengira dirinya bersalah dan sengaja memberikan bukti palsu untuk membodohi masyarakat.Jika bukti di pihak mereka sudah siap, maka akan diserahkan langsung kepada Calvin, dia yang akan bertanggung jawab untuk berhubungan dengan seluruh kru.Begitu mendengar Calvin yang akan bertanggung jawab atas masalah ini, Teguh pun merasa lega.Jadi meskipun belum ada klarifikasi, Teguh dan Letto terlihat berseri-seri, sama sekali tidak terlihat bahwa produksi masih terhenti."Pak Teguh, Pak Letto, Arieson, lama nggak bertemu."Arieson mendekat dengan antusias dan memeluknya erat, "Lama nggak bertemu. Aylin, senang melihatmu baik-baik saja!"Arieson juga s
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen